UU tentang Aborsi
2. Uu 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dapat
dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya
dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau
penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan
medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari
hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan
medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari
aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan
ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peraturan Pemerintah
PP No 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
Peraturan Presiden
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2013 Tentang Bentuk Dan
Isi Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial
Peraturan Presiden
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2013 Tentang Penahapan
Kepesertaan Program Jaminan Sosial
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 2013 Tentang Pelayanan
Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional Kementerian Pertahanan,
Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Perpres No. 44 Tahun 2008 tentang Sususnan Organisasi dan Tata Kerja Tata Cara
Pengangkatan Penggantian dan Pemberhentian Anggota Dewan Jaminan Sosial
Nasional
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2013 Tentang Gaji Atau
Upah Dan Manfaat Tambahan Lainnya Serta Insentif Bagi Anggota Dewan Pengawas
Dan Anggota Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan
Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
Perpres No.32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN
Pada Faskes Tingkat I Milik Pemda
Permenkes No. 59 Tahun 2014 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
Permenkes No.55 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan dalam Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Bagi Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPR, DPRD, BPK,
komisi Yudisial, Hakim Mahkamah ...
Posisi Fowler
Tujuan
a. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
b. Meningkatkan rasa nyaman
c. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada
danventilasi paru
d. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi
a. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
b. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alatdan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Dudukkan pasien
c. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur.
d. Untuk posisi semi fowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
e. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
3. Posisi sim
Definisi :
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau kekiri,
posisi ini dilakukan untuk memberikenyamanan dan memberikan obat melalui anus
(supositoria).
Posisi Sim
Tujuan :
a. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
b. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
c. Memasukkan obat supositoria
d. Mencegah dekubitus
Indikasi :
a. Untuk pasien yang akan di huknah
b. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring,
kemudian miringkan kekiri dengan posisi badan setengantelungkup dan kaki
kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur
.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki
kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur
.
4. Posisi trendelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di
tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari padabagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk
melancarkan peredaran darah keotak.
Posisi trendelenburg
Alat dan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Indikasi :
a. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
b. Pasien shock
c. Pasien hipotensi.
Alat dan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring,
kemudian miringkan kekiri dengan posisi badansetengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut.
Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempattidur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kananlurus,
lutut dan paha kiri ditekuk diarahakanke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempattidur
6. Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki
dan menariknya keatas bagianperut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses
persalinan, dan memasangalat kontrasepsi.
Indikasi :
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang,
kemudian angkat kedua paha dan tarik kearahperut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4. Pasang selimut
Tujuan :
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
Indikasi :
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
Cara kerja :
1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempelpada kasur tempat tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.
8. Posisi orthopeneic
Pengertian
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada,
seperti pada meja.
Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang
ekstrim dan tidakbias tidur terlentang atau posisi kepala hanya bias pada elevasi sedang.
Indikasi
Pasien dengan sesak berat dan tidak bias tidur terlentang.
9. Posisi Supinasi
Pengertian
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar
dasar tubuh sama dengankesejajaran berdiri yang baik.
Posisi Supinasi
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasienpembed
ahan atau dalam proses anestesi tertentu.
Indikasi
1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
Posisi Lateral
Pengertian
Posisi miring
dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh beradapada pinggul dan
bahu.
Tujuan
1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Meningkankan rasa nyaman
4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.
Indikasi
1. Pasien yang ingin beristirahat
2. Pasien yang ingin tidur
3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
4. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.
Definisi 1000 kehidupan
Program ini merupakan pendampingan seorang mahasiswa pada ibu hamil sepanjang
kehamilannya – kelahiran bayi – hingga bayi berumur 2 tahun. Dalam hitungannya 1000 hari
adalah: 270 hari dalam kandungan ditambah 2 kali 365 hari ( 2 tahun setelah kelahiran).
Berdasarkan banyak penelitian, para ahli menyimpulkan bahwa periode 1000 hari adalah
periode emas yang dimulai sejak saat konsepsi, pertumbuhan janin dalam rahim, hingga
ulang tahun ke 2 kehidupannya,yang akan menentukan kualitas kesehatan pada kehidupan
selanjutnya. Bukan hanya kesehatan secara lahiriah, lebih dari itu, kesehatan jiwa dan
emosi, bahkan kecerdasan/ intelektualnya. Hal ini berarti nutrisi selama periode emas ini
sangat menentukan, ibarat kita membangun sebuah rumah yang kokoh dan indah, maka
seharusnya bahan yang digunakan harus berkualitas, terencana dan terpantau dengan baik.
Kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berdampak pada kualitas sumberdaya
manusia. Anak yang kurang gizi akan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan
pada masa selanjutnya akan tumbuh lebih pendek (stunting) yang berpengaruh terhadap
perkembangan kognitifnya. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada keberhasilan
pendidikan, yang berakibat pada menurunnya produktivitas saat usia dewasanya. Selain itu,
gizi kurang/buruk merupakan penyebab dasar kematian bayi dan anak. Karenanya, yang
harus disadari secara sungguh-sungguh adalah jika terjadi kegagalan pertumbuhan (growth
faltering), meski gangguan pertumbuhan fisik anak masih dapat diperbaiki di kemudian hari
dengan peningkatan asupan gizi yang baik, namun tidak demikian dengan perkembangan
kecerdasannya. Fakta-fakta ilmiah lainnya menunjukkan bahwa kekurangan gizi yang
dialami ibu hamil yang kemudian berlanjut hingga anak berusia 2 tahun akan mengakibatkan
penurunan tingkat kecerdasan anak. Sayangnya, periode emas inilah yang seringkali kurang
mendapat perhatian keluarga, baik karena kurangnya pengetahuan maupun luputnya skala
prioritas yang harus dipenuhi.
Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu
mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat.
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah
satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial
ekonomi.
Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena
pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan
saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang
meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat
madani dan masyarakat akar rumput.
Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap
dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan
kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan
kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula.
Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah
ditetapkan dan bersifat efisien.
Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.
Anda juga bisa ikut ambil peran dalam penyebaran pengetahuan bebas. Mari bergabung dengan sukarelawan
Wikipedia bahasa Indonesia!
Latar belakang
Agenda pembangunan berkelanjutan yang baru dibuat untuk menjawab tuntutan kepemimpinan
dunia dalam mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan perubahan iklim dalam bentuk aksi
nyata. [3] Konsep Tujuan Pembangunan Berkelanjutan lahir pada Konferensi Pembangunan
Berkelanjutan PBB, Rio+20, pada 2012 dengan menetapkan rangkaian target yang bisa
diaplikasikan secara universal serta dapat diukur dalam menyeimbangkan tiga dimensi
pembangunan berkelanjutan; (1) lingkungan, (2) sosial, dan (3) ekonomi.[3]
Agenda 2030 terdiri dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGD) atau Tujuan Global, yang
akan menjadi tuntunan kebijakan dan pendanaan untuk 15 tahun ke depan (2030). [3]
Untuk mengubah tuntutan ini menjadi aksi nyata, para pemimpin dunia bertemu pada 25 September
2015, di Markas PBB di New York untuk memulai Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.
Tujuan ini diformulasikan sejak 19 Juli 2014 dan diajukan pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-
Bangsa oleh Kelompok Kerja Terbuka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dalam proposal ini
terdapat 17 tujuan dengan 169 capaian yang meliputi masalah masalah pembangunan yang
berkelanjutan. Termasuk didalamnya adalah pengentasan kemiskinan dan kelaparan, perbaikan
kesehatan, dan pendidikan, pembangunan kota yang lebih berkelanjutan, mengatasi perubahan
iklim, serta melindungi hutan dan laut. [4]
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi
“Tujuan Pembangunan Milenium”, adalah sebuah paradigma pembangunan global
yang dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Semua negara yang hadir
dalam pertemuan tersebut berkomitmen untuk mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari
program pembangunan nasional dalam upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu
yang sangat mendasar tentang pemenuhan hak asasi dan kebebasan manusia, perdamaian,
keamanan, dan pembangunan.
Deklarasi ini merupakan kesepakatan anggota PBB mengenai sebuah paket arah pembangunan
global yang dirumuskan dalam beberapa tujuan yaitu:
Sistem Ekskresi Manusia ~ Di dalam tubuh makhluk hidup terjadi proses-proses biologis
berupa pembongkaran dan penyusunan (metabolisme). Metabolisme akan menghasilkan zat yang
berguna bagi tubuh dan zat-zat sisa yang tidak digunakan tubuh. Sisa hasil metabolisme
dikeluarkan melalui alat-alat pengeluaran. Apabila sisa hasil metabolisme tersebut tidak
dikeluarkan maka dapat menyebabkan tubuh keracunan. Zat-zat sisa yang dikeluarkan tubuh
antara lain karbon dioksida (CO2), amonia (NH4), dan air (H2O). Proses pengeluaran sisa
metabolisme yang tidak berguna tersebut disebut ekskresi. Nah, pada kesempatan kali ini Zona
Siswa akan mencoba mengahadrikan penjelasan lengkap mengenai Sistem Ekskresi Manusia.
Semoga bermanfaat. Check this out!!!
Ekskresi berarti pengeluaran zat buangan atau zat sisa hasil metabolisme yang berlangsung
dalam tubuh organisme (makhluk hidup). Zat sisa metabolisme dikeluarkan dari tubuh oleh alat
ekskresi. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul
kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2,
H2O, NH3, zat warna empedu, dan asam urat.
1. Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang
berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila
kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat
dipakai sebagai penjaga kestabilan pH dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut.
2. Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun
bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk
sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang
beracun, yaitu dalam bentuk urea.
3. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilakukan oleh
hati dan disimpan pada kantung empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen
yang berguna memberi warna pada tinja dan urine.
4. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan
amonia). Asam urat mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya
larutnya di dalam air rendah.
A. Alat Sistem Ekskresi Manusia
Tugas pokok alat ekskresi adalah membuang sisa metabolisme walaupun alat pengeluarannya
berbeda-beda. Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru,
kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal.
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ ekskresi yang utama pada manusia. Organ ini berperan penting dalam
mempertahankan homeostasis cairan tubuh dengan cara mengatur volume cairan, keseimbangan
osmotik, asam basa, ekskresi sisa metabolisme, dan pengaturan hormonal dan metabolisme.
Ginjal memiliki bentuk seperti kacang merah, berjumlah dua buah, terletak di dalam rongga
perut bagian dorsal di kedua sisi tulang belakang.
Letak ginjal kiri lebih atas dibandingkan letak ginjal kanan 20 - 25%, darah dipompa jantung
setiap menit melalui ginjal. Ginjal memiliki bagian-bagian, seperti korteks (bagian luar), medula
(tengah) dan paling dalam pelvis. Pada korteks dan medula terdiri atas ± 1 juta nefron. Nefron
adalah satuan struktural dan fungsional ginjal. Selama 24 jam ginjal dapat menyaring 170 liter
darah. Darah sampai ke ginjal melalui arteri renal dan keluar melalui vena renal.
2. Paru-paru
Karbon dioksida dan air sebagai hasil sisa metabolisme karbohidrat dan lemak, harus dikeluarkan dari sel-sel tubuh
melalui pembuluh darah, ke organ pernapasan yaitu paru-paru. Proses pengeluaran CO2 dan H2O dari sel-sel
tubuh/jaringan ke paru-paru ini melalui suatu proses berantai yang cukup kompleks yang disebut pertukaran klorida
(Chloride shift). Pertukaran klorida ini melibatkan peran sel darah merah, dan plasma darah. Jadi, materi yang
diekskresikan dari paru-paru ialah sisa metabolisme CO2 dan uap air. Pembahasan tentang paru-paru secara lebih
detail dapat dipelajari pada sistem pernapasan.
3. Hati
Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di sam ping berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. (Lihat:
Sistem Pencernaan Manusia) Hati menjadi bagian dari sistem ekskresi karena menghasilkan empedu. Hati juga
berfungsi merombak hemoglobin menjadi bilirubin dan biliverdin, setelah mengalami oksidasi akan berubah
menjadi urobilin yang memberi warna kekuningan pada feses. Demikian juga kreatinin hasil pemecahan protein,
pembuangannya diatur oleh hati kemudian diangkut oleh darah ke ginjal.
4. Kulit
Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi karena mengandung kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang
mengeluarkan 5% sampai 10% dari seluruh sisa metabolisme. Pusat pengatur suhu pada susunan saraf pusat akan
mengatur aktivitas kelenjar keringat dalam mengeluarkan keringat. Keringat mengandung air, larutan garam, dan
urea. Pengeluaran keringat yang berlebihan bagi pekerja berat menimbulkan hilangnya garam-garam mineral
sehingga dapat menyebabkan kejang otot dan pingsan. Kulit selain berfungsi mengekskresikan keringat, juga
berfungsi sebagai pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, serangan kuman, penguapan, sebagai organ
penerima rangsang (reseptor), serta pengatur suhu tubuh. Kulit terdiri atas dua bagian utama yaitu: epidermis dan
dermis.
Berikut ini adalah beberapa gangguan atau penyakit yang sering terjadi ketika sistem ekskresi tidak berjanalan
dengan baik. Beberapa gangguan atau penyakit tersebut adalah sebagai berikut:
1. Nefritis
Nefritis merupakan keadaan dimana nefron mengalami peradangan yang disebabkan infeksi bakteri
Streptococcus. Nefritis menyebabkan protein tidak dapat disaring sehingga urin yang dikeluarkan akan
mengandung protein.
2. Diabetes insipidus
Diabetes insipidus merupakan penyakit yang ditandai dengan urin yang dikeluarkan banyak, karena
kekurangan ADH. Hal ini menyebabkan dehidrasi, rasa haus terus menerus, dan tekanan darah rendah.
3. Diabetes melitus
Penderita penyakit diabetes melitus akan mengeluarkan urin yang mengandung glukosa. Hal ini disebabkan
karena kekurangan hormon insulin yang mempunyai fungsi mengatur kadar gula darah. Penderita akan selalu
merasa haus.
4. Albuminuria
Albuminuria merupakan suatu keadaan dimana urin yang dikeluarkan mengandung protein dan albumin. Hal
ini disebabkan karena sel-sel pada ginjal mengalami infeksi.
5. Poliuria
Poliuria merupakan kondisi dimana urin yang diproduksi berlebihan. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
proses reabsorpsi di tubulus proksinal.
6. Oligouria
Oligouria adalah suatu keadaan dimana produksi urin menurun atau urin tidak diproduksi (anuria). Hal ini
terjadi karena adanya kerusakan pada ginjal.
7. Hematuria
Hematuria adalah suatu keadaan dimana urin yang diproduksi mengandung sel-sel darah merah.
8. Batu Ginjal
Kelainan yang disebabkan adanya endapan garam kalsium di dalam pelvis renalis, tubulus, atau vesika urinaria
sehingga urin susah keluar dan timbul rasa nyeri. Hal ini disebabkan karena kurangnya konsumsi air.
9. Uremia
Uremia adalah keadaan dimana urin terbawa ke aliran darah. Hal ini disebabkan karena adanya kebocoran
pada saluran di nefron.
10. Hepatitis
Hepatitis suatu penyakit dimana hati mengalami peradangan yang disebabkan karena infeksi virus. Jenis
hepatitis ada tiga macam, yaitu hepatitis A, B, C.