PENDAHULUAN
Kejadian bencana alam banyak terjadi dan cenderung meningkat dari tahun
ketahun. Peningkatan ini terjadi di dunia termasuk di Indonesia. Banjir, kekeringan,
longsorlahan, tsunami, gempabumi, dan badai merupakan bencana alam yang dapat
menimbulkan dampak kerugian yang besar bagi kehidupan manusia. Indonesia
merupakan wilayah yang secara geologis, geomorfologis, meteorologis, klimatologis,
dan sosial ekonomi sangat rawan terhadap bencana (Sudibyakto, 2009).
Berdasarkan materi diatas maka makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor
pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi
suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut
berpengaruh:
1. Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-
sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah
curam
2. Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang
diakibatkan hujan lebat
3. Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral
dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan
longsornya lereng-lereng tersebut
4. Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan
aliran debu-debu
5. Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan
bahkan petir
6. Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
3
2.2. Jenis-jenis Tanah Longsor (Varnes, 1978)
Berbagai jenis tanah longsor dapat dibedakan dari jenis material longsoran.
Sistem klasifikasi lainnya menggabungkan variabel tambahan, seperti tingkat gerakan
dan air, udara, atau konten es.
Meskipun longsor pada umumnya terjadi di daerah pegunungan, longsor dapat
juga terjadi di daerah-daerah berelief rendah. Di daerah ini, longsor terjadi karena
faktor cut and fill, sebagai contoh; penggalian jalan dan bangunan, tebing sungai,
runtuhnya tumpukan galian tambang (terutama tambang batubara), dan berbagai
kegagalan lereng lainnya terkait dengan pertambangan khususnya tambang terbuka.
1. Slide: terdiri dari Rotational Slide, Translational Slide dan Block Slide.
Rotational Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung ke atas, dan pergerakan longsornya secara umum
berputar pada satu sumbu yang sejajar dengan permukaan tanah. Translational
Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata dengan sedikit rotasi atau miring ke belakang. Block Slide
adalah pergerakan batuan yang hampir sama dengan Translational Slide,
tetapi massa yang bergerak terdiri dari blok-blok yang koheren.
4
2. Fall: adalah gerakan secara tiba-tiba dari bongkahan batu yang jatuh dari
lereng yang curam atau tebing. Pemisahan terjadi di sepanjang kekar dan
perlapisan batuan. Gerakan ini dicirikan dengan terjun bebas, mental dan
menggelinding. Sangat dipengaruhi oleh gravitasi, pelapukan mekanik, dan
keberadaan air pada batuan.
5
4. Flows: Gerakan ini terdiri dari 5 ketegori yang mendasar.
a. Debris Flow adalah bentuk gerakan massa yang cepat di mana campuran
tanah yang gembur, batu, bahan organik, udara, dan air bergerak seperti
bubur yang mengalir pada suatu lereng. Debris flow biasanya disebabkan
oleh aliran permukaan air yang intens, karena hujan lebat atau pencairan
salju yang cepat, yang mengikis dan memobilisasi tanah gembur atau
batuan pada lereng yang curam.
b. Debris Avalance adalah longsoran es pada lereng yang terjal. Jenis ini
adalah merupakan jenis aliran debris yang pergerakannya terjadi sangat
cepat.
c. Earthflow berbentuk seperti "jam pasir". Pergerakan memanjang dari
material halus atau batuan yang mengandung mineral lempung di lereng
moderat dan dalam kondisi jenuh air, membentuk mangkuk atau suatu
depresi di bagian atasnya.
d. Mudflow adalah sebuah luapan lumpur (hampir sama seperti Earthflow)
terdiri dari bahan yang cukup basah, mengalir cepat dan terdiri dari
setidaknya 50% pasir, lanau, dan partikel berukuran tanah liat.
e. Creep adalah perpindahn tanah atau batuan pada suatu lereng secara
lambat dan stabil. Gerakan ini disebabkan oleh shear stress, pada
umumnya terdiri dari 3 jenis:
Seasonal, di mana gerakan berada dalam kedalaman tanah,
dipengaruhi oleh perubahan kelembaban dan suhu tanah yang terjadi
secara musiman.
Continuous, di mana shear stress terjadi secara terus menerus melebihi
ketahanan material longsoran. Progressive, di mana lereng mencapai
titik failur untuk menghasilkan suatu gerakan massa.
6
Creep ditandai dengan adanya batang pohon yang melengkung, pagar
atau dinding penahan yang bengkok, dan adanya riak tanah kecil atau
pegunungan.
7
2.3. Menanggulangi Tanah Longsor
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah air yang meresap ke dalam
tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap
air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk.
Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan,
punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran
sumber gempa bumi.