Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum ke-13 Hari/Tanggal : Selasa/ 23 Desember 2014

m.k Penyakit Organisme Akuatik Kelompok : IX


Shift :2

HISTOPATOLOGI IKAN MAS ( Cyprinus carpio )

Disusun oleh:
Savni Retalia Sababalat
C14120023

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan dan
logos yang berarti ilmu. histologi yaitu ilmu yang mempelajari anatomi seara
mikrokopis struktur jaringan atau organ dan perupakan langkah awal diagnosa
suatu penyakit pada ikan. Beda halnya dengan Histopatologi adalah ilmu yang
mempelajari pengamatan sel, jaringan atau organ makhluk hidup (hewan) di
bawah mikroskop untuk mendiagnosa suatu penyakit (Bavelender 1998). Saat
terjadi perubahan dalam struktur sel akibat terkena penyakit, bakteri, virus,
cendawan maupun adanya substansi berbahaya seperti logam berat, karena
mampu merubah faktor fisika (suhu) dan kimia (salinitas, pH, DO) lingkungan,
hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi atau bahkan sedang berlangsung
perubahan pada kondisi lingkungan dimana ikan tersebut berada. Analisa histologi
dapat menjadi parameter yang sangat sensitif dan menjadi sangat penting didalam
menentukan perubahan struktur sel yang terjadi di organ dalam seperti ginjal, hati
dan gonad (Khaisar 2006).
Menurut Khaisar (2006), histologi merupakan cabang ilmu biologi anatomi
yang mempelajari tentang susunan struktur sel-sel yang fungsi fisiologi yang sama
tersusun menjadi satu jaringan yang kompleks. Jaringan adalah kumpulan sel
yang tersimpan dalam suatu matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi
yang mampu mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan
diluar batas dirinya. Jaringan di dalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus
dalam melakukan fungsinya, seperti bersifat cair (darah), gerakan (jaringan otot),
peka dan pengendali (jaringan saraf), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat),
absorbsi dan sekresi (jaringan epitel). Masing-masing dari jaringan dasar ini dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya
(Bavelender, 1998).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui langkah
awal diagnosa penyakit pada ikan.
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Histopatologi dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 28 November
2013 dan dilanjutkan hari Selasa tanggal 9 Desember 2014. Praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Lingkungan,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu mikrotom, kaca preparat,
benang, label nama, keranjang xylol, pemanas air, kassa, botol film, oven, hotplat,
stabiliger, templat, kaset, mikroskop cahaya beserta komponennya, buku dan alat
tulis. Bahan yang digunakan yaitu berbagai organ ikan (hati, usus, insang, dan
ginjal), larutan fiksatif, alkohol ( 80%, 90%, 95%,95%, 100% dan 100%), xylol
(1, 2, dan 3), paraffin, hematoksilin, BNF (Buffer Netrak Formalin), alkool 70%,
auksin, akuades, eosin, dan entellan.

2.3 Prosedur Kerja


2.3.1 Pengambilan Jaringan
Langkah awal yang dilakukan adalah siapkan ikan uji yang akan diambil
jaringannya seperti : hati , insang, usus, linfa. Lalu ambil satu helai jaringan
insang atau hati dan jangan sampai tercampur dengan darah karena darah
memiliki patogen, setelah itu masukkan jaringan atau organ kedalam kaset,
kemudian masukkan kedalam BNF (Buffer Netral Formalin) selama 24-48 jam,
setelah itu celupkan alkohol 70% selama 2 jam.

2.3.2 Dehidrasi dan Clearing


Jaringan yang telah diambil direndam dalam larutan fiksatif selama 48
jam. Jaringan yang dipilih direndam dalam alkohol 70% selama 48 jam, kemudian
dilanjutkan direndam secara berturut-turut dengan alkohol 80%, 90%, 95% ,95%,
masing-masing selama 2 jam dan 100% selama 12 jam, dan 100% selama 30
menit. Setelah didehidrasi jaringan tersebut direndam alkohol xylol (1 : 1) selama
30 menit, dilanjutkan dengan xylol 3 kali masing-masing 30 menit, supaya
alkohol dan xylol tidak menyatu dan jaringan tidak rusak.

2.3.3 Impregnasi dan Embedding


Sampel yang sudah celupkan dialkohol dan xylol, kemudian dimasukkan
kedalam piala yang berisi cairan parafin 1 selama 45 menit, pindahkan lagi ke
parafin 2 dan 3 dengan waktu yang sama 45 menit. Dengan konsentrasi yang sama
gi dalam oven yang bersuhu 58-60 ºC. sealnjutnya dilakukan proses embedding
yaitu pencetakan sampel. Setelah itu, hasil cetakan sampel dipotong dengan
menggunakan mikrotom.

2.3.4 Bloking
` sebelum dilakukan pemotongan sampel, sampel dicetak dulu didalam
parafin, supa tidak bergerak dan mudah dipotong. Pertama parafin dimasukkan
kedalam templat, tunggu beberapa detik masukkan jaringan, dan tambahkan lagi
parafin, tunggu hingga kering dan tercetak. Alat yang digunakan hotplat dan
stabiliger.

2.3.5 Pemotongan
Sebelum dilakukan pemotongan sampel mengggunakan mikrotom, alat
tersebut diatur terlebih dulu untuk mendapatkan ketebalan yang pas dan yang
diinginkan. Setelah sampel dipotong masukan kedalam air panas 50-60 ºC, agar
parafinnya meleleh dan yang sisa hanya sample.

2.3.6 Mouting ( entelan) dan Pewarnaan


Deparafinasi, untuk menghilangkan parafin, sediaan histologis
dimasukkan ke dalam xylol I dan II masing-masing 4-5 menit Staining
(pewarnaan) dilakukan dengan pewarna eosin hematoksilin. Setelah deparafinisasi
sediaan histologis dihisap xylitolnya dengan kertas saring, kemudiaan berturut-
turut dimasukkan ke alkohol 95%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, dan aquades.
Dimasukkan ke hematoxylin kira-kira 4-5menit, lalu dicuci dengan air mengalir
selama 10 menit, dicelup aquades lalu ke alcohol 30%, 40%, 50%, 60%, 70%
beberapa celupan. Dimasukkan ke dalam eosin 1-2 menit, kemudian dicelupkan
ke alkohol 70%, 80%, 90%, dan 95%, lalu dikeringkan dengan kertas saring.
Dimasukkan xylol selama 15 menit, kemudian sediaan histologis ditetesi canada
balsam. Mounting (Penutupan) dan Labelling (Pemberian Label) yaitu Penutupan
preparat dengan menggunakan kaca penutup dan memberi identitas pada preparat
(label), kemudian disimpan dalam kotak sediaan. Kemudian dilakukan
pengamatan menggunakan mikroskop.
PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Berikut ini merupakan tabel hasil pengamatan jaringan histopatologi ikan


Mas (Cyprinus carpio) dan ikan Lele (Clarias sp.).
Tabel 1. Hasil pengamatan jaringan histopatologi ikan Mas (Cyprinus carpio) dan
ikan Lele (Clarias sp.).

No Nama Organ Foto Hasil Pengamatan Literatur (organ sakit)


1. Usus

http://www.uams.edu

2. Ginjal

(bmb.leeds.ac.uk)
3. Insang

(Susanto 2008)
4. Hati

(histology-world.com)
Dari gambar di atas dapat dilihat banyak perbedaan antara hasil pengamatan
dan literatur. Hal ini disebabkan karena hasil pengamatan menggunakan jaringan
yang mengalami kelainan, sedangkan untuk literatur menggunakan jaringan ikan
yang sehat.
3.2 Pembahasan

histopatologi adalah ilmu yang mempelajari pengamatan sel, jaringan atau


organ makhluk hidup (hewan) di bawah mikroskop untuk mendiagnosa suatu
penyakit (Bavelender (1998), Berbagai macam penyakit yang dapat menular,
yaitu bakteri, jamur, virus, dan cendawan. Penyebab utama penyakit adalah
organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik. Adapun
mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan sangat bervariasi yang tergantung
pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang juga bervariasi dengan jenis
organisme akuatik yang dibudidaya. Insang merupakan organ respirasi yang
utama dan vital pada ikan. Epitel insang ikan merupakan bagian utama untuk
pertukaran gas, keseimbangan asam basa, regulasi ion dan ekskresi nitrogen. Oleh
karena itu, jika ikan tercemar oleh polutan lingkungan seperti amonia, pestisida,
logam, nitrit dan petroleum hidrokarbon, fungsi vital ini dalam keadaan bahaya
karena menghalangi penerimaan oksigen misalnya terjadi fusi . Nabib dan
Pasaribu (1989) menyampaikan bahwa lapisan epitel insang yang tipis dan
berhubungan langsung dengan lingkungan luar menyebabkan insang berpeluang
besar terpapar penyakit. Insang juga berfungsi sebagai pengatur pertukaran garam
dan air serta pengeluaran limbah-limbah yang mengandung nitrogen. Kerusakan
struktur yang ringan sekalipun dapat sangat mengganggu pengaturan osmose dan
kesulitan pernafasan.

Usus merupakan bagian saluran pencernaan yang berfungsi untuk menyerap


sari-sari makanan sehingga gangguan pada organ ini dapat berakibat fatal bagi
pertumbuhan ikan. Beberapa perubahan yang sering ditemukan pada usus ikan
antara lain proliferasi sel goblet, hemoragi, atropi vili usus, dan metaplasia.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa tingginya kandungan beberapa parasit
yang dapat menyebabkan degenerasi usus antara lain protozoa dan cacing.
Digenea adalah cacing trematoda yang memerlukan inang antara (moluska) dalam
siklus hidupnya pa logam berat dapat menyebabkan peningkatan apoptosis dari
sel-sel usus (Susanto 2008 ). Sel – sel goblet usus berfungsi menghasilkan mukus
yang membantu proses pencernaan. Jumlah sel goblet ini dapat meningkat karena
infeksi parasite seperti cacing atau protozoa.
Ginjal mempunyai peran utama dalam ekskresi metabolisme, pencernaan dan
tempat penyimpanan berbagai unsur. Ginjal berfungsi untuk filtrasi dan
mengekskresi bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, termasuk logam berat
yang toksik (Taukhid, 2007). Hal ini menyebabkan ginjal sering mengalami
kerusakan akibat daya toksik logam. Ginjal ikan terletak pada posisi
retroperitoneal dibagian ventral dari tulang punggung, di bawah kolum vertebrae.
Stuktur ginjal pada ikan terdiri dari glomerulus, kapsul bowman, tubulus
kontortus distal, tubulus kontortus proksimal. Kapiler glomerulus pada kapsul
bowman adalah tempat terjadinya proses filtrasi (penyaringan). Tubulus kontortus
proksimal adalah penyalur filtrat dari kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat
sel-sel endotelium kapiler yang memiliki pori (podosit) sehingga mempermudah
proses penyaringan. Hasil penyaringan di glomerulus terjadi pada pada kapsul
bowman. Tubulus kontortus distal adalah saluran yang menyalurkan filtrat ke
duktus kolektivus. Secara umum proses filtrate yaitu: kapsul bowman, tubulus
kontortus distal, lengkung Henle, tubulus kontortus proksimal, dan duktus
kolektivus (Campbell 2002).

Hati merupakan organ terbesar pada tubuh ikan yang terletak dibagian sisi
perut, dalam rongga pelitoneal dan melingkupi viscera. Struktur utama hati ialah
sel hati atau hepatosit. Hepatosit (sel parenkim hati) berperan utama dalam
metabolisme. Sel-sel ini terletak sinusoid yang berisi darah dan saluran empedu.
Perubahan histologi hati pada ikan adalah terjadinya: cloudy swelling (sel hati
agak keruh, stioplasma keruh dan bergranula). Hal tersebut diakibatkan oleh
munculnya hyaline eosinofil dalam sitoplasma, antropi pada sel hati, pengerutan
sel, nukleus dan nukleolus sering kali mengecil; nekrosis, degenerasi vakuola,
degenerasi lemak, stagnansi empedu, hepatitis, sirosis dan gangguan pada aliaran
darah sinusoid atau vena (Yunasfi. 2006.).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Praktikum histopatologi diperoleh hasil yaitu terdapatnya kelainan pada
jaringan yang diamati. Pada masing-masing jaringan ada yang sudah rusak dan
yang terserang penyakit, serta mengetahui bentuk dan stuktur jaringannya seperti
hati, usus, ginjal, dan insang.

4.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan menggunakan preparat yang terdiri
dari semua organ ikan agar lebih mengetahui jenis penyakit atau kelainan yang
spesifik pada organ lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bavelander G, dkk. 1998. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.

Campbell, Mitchell, Reece (2002). Biology: Edisi V Jilid 3, Jakarta: Erlangga

Khaisar, Okto. 2006. Kandungan Timah Hitam (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam
Air, Sedimen dan Bioakumulasi Serta Respon Histopatologis Organ Ikan
Alu-alu (Sphyraena barracuda) di Perairan Teluk Jakarta. [Skripsi].
Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nabib R dan FH Pasaribu. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Bogor . Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Bogor. 158 hal.

Susanto dwi. 2008. Gambaran Histopatologi Organ Insang, Otot, dan Usus Ikan
Mas ( Ciprynus Carpio) di Desa Cibanteng. [Skripsi]. Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor.

Taukhid, Nugraha E dan Subagyo. 2007. Efektifitas Daun Sambiloto


(Andrographis peniculata) bagi pengendalian Penyakit Koi Herpes Virus
(KHV) pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Riset Akuakultur, Jakarta.
Vol. 2 No. 3 Tahun 2007. 433 hal.

Yunasfi. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Dan


Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai