S2 2017 388842 Introduction PDF
S2 2017 388842 Introduction PDF
PENDAHULUAN
Progo merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan sarana
Adi Sutjipto sudah cukup lama berada dalam kondisi jenuh, baik di sisi darat maupun
di sisi udaranya dengan kapasitas terminal yang sudah tidak dapat dikembangkan lagi.
untuk merelokasi bandara Adi Sutjipto ke Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo
sebagai hasil dari studi kelayakan (Feasibility Studies). Hal ini diperkuat oleh dasar
hukum Perda Nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah)
2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Surat
tersebut terhenti sejak Juni 2015 menyusul putusan majelis hakim Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) Jogja yang mencabut IPL pembangunan tersebut (Angkasa
Pura1, 2015). Pencabutan itu merupakan respon atas gugatan Wahana Tri Tunggal
(WTT) yang menolak pembangunan bandara. Hal ini dilakukan oleh masyarakat
terdampak karena hampir dari sebagian tanah yang menjadi calon lokasi pembangunan
bandara merupakan milik masyarakat dan sebagian lagi milik Paku Alam Ground
(PAG). Faktor status tanah ini yang menyebabkan masyarakat melakukan perlawanan,
yang menyebabkan proses pembangunan bandara hingga saat dilakukan proses ground
mendirikan bandara ini seringkali mendatangkan salah persepsi yang pada akhirnya
terjalin titik temu kesepakatan dan mencapai hubungan yang saling menguntungkan
dan peningkatan fasilitas publik sehingga partisipasi dari masyarakat setempat sangat
dibutuhkan.
sosial yang akan diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat setempat. Di era
masyarakat. Pembangunan menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat itu sendiri,
sedangkan peran pemerintah adalah memberikan jalan atau sebagai mediator untuk
masyarakat di daerah (Safi'i, 2009). Seperti halnya pada pembangunan bandar udara
mengembangkan infranstruktur fasilitas publik yang tidak bisa terlepas dari partisipasi
masyarakat setempat, sejak proses perencanaan hingga operasionalnya nanti. Namun
Kabupaten Kulon Progo tidak berjalan mulus sebab banyaknya terjadi penolakan dari
masyarakat terdampak.
Wahana Tri Tunggal (WTT) yang melakukan penolakan dengan bentuk orasi, aksi
kritikan, penolakan, dan ancaman kepada Pemerintah maupun terhadap Angkasa Pura
bandara di Kabupaten Kulon Progo terbagi menjadi dua, yaitu penolakan bersyarat
(pro) dan penolakan tidak bersyarat (kontra) (Purwandari, 2016). Masyarakat yang pro
ganti rugi lahan dan kompensasi lahan PAG, masalah ketenagakerjaan, dan relokasi
bandara.
baik dengan masyarakat yang pro maupun kontra supaya bersedia untuk berpartisipasi.
Selain itu, tidak bisa dipungkiri bahwa terlibat secara interaktif dengan para pemangku
kepentingan, baik melalui dialog, membangun jaringan, atau proses lainnya, membawa
sejumlah manfaat potensial (Lawrence & Weber, 2014). Maka itu, diperlukan fungsi
terdampak. Adapun fungsi dari public relations tersebut adalah memberikan informasi
timbal balik, komunikasi dua arah kepada masyarakat secara pribadi atau kelompok,
memberi persuasi dalam mengubah sikap dan pola pikir publik supaya menghasilkan
sebaliknya.
pembangunan bandara ini melibatkan dari berbagai pihak, baik dari pihak Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo maupun PT. Angkasa Pura I (Persero) yang berkompeten
terdampak sebab antara PT. Angkasa Pura I (Persero) dan Pemerintah Kabupaten
Kulon Progo selain merupakan leading sector pembangunan bandara, juga memiliki
karakter berbeda yang akan saling melengkapi sesuai dengan peran dan latar belakang
instansi yang menaunginnya. Di samping itu PT. Angkasa Pura I (Persero) dan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga memiliki ranah tugas dan wewenang dalam
dijalankan oleh dua pihak yaitu PT. Angkasa Pura I (Persero) dan Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo yang memiliki latar belakang instansi dan karakteristik yang
sedangkan humas PT. Angkasa Pura I (Persero) yang memiliki karakter secara umum
dengan latar belakang profit oriented, yang bekerja dalam tataran teknis hingga
instansi pemerintah dimana karakter humas bertumpu pada public affairs dan birokrasi
yang ada. Penerapan dua konsep fungsi public relations yang dijalankan oleh PT.
Angkasa Pura I (Persero) dengan fungsi government public relations yang dijalankan
oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan proses yang begitu panjang dan
dalam rentang waktu yang cukup lama meliputi Fungsi Demokrasi, Fungsi Pragmatis,
dan yang ketiga adalah Fungsi Politik (Lee, Neeley, dan Stewart, 2012).
Kulon Progo, sehingga dapat mencapai tujuan bersama antara pihak Pemerintah, PT.
Progo?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti, Peneliti dapat mengetahui dan mendapatkan informasi atau gambaran
konsep konsep Ilmu Komunikasi pada umumnya dan konsep-konsep Fungsi public
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi praktis dan memberikan
masukan berupa dokumen dan evaluasi program public relations pada Angkasa Pura
perusahaan menarik untuk diteliti, sebab dengan melakukan penelitian tersebut akan
maupun Perusahaan yang saling bergantung dari hubungan dengan masyarakatnya atau
komunitas. Terlebih pada penelitian mengenai Fungsi Kehumasan pada sebuah proyek
Konflik (Studi Kasus: Komunikasi dan Resolusi Konflik yang Dilakukan oleh Humas
Komunikasi UGM. Aspek yang membedakan dengan penelitian yang dilakukan adalah
penelitian ini berfokus pada peran humas dalam proses resolusi konflik dari sisi
Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh PT.Angkasa Pura I, oleh
Bagus Sukma Pribadi pada tahun 2016 Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
risiko sosial yang bersangkutan dengan risiko pembebasan lahan milik warga dalam
pembangunan bandara baru di Temon, Kulon Progo oleh PT.Angkasa Pura I beserta
masyarakat terdampak.
Penelitian ketiga yang menjadi tinjauan peneliti adalah penelitian yang berjudul
Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta (Studi pada Tim Persiapan Pembangunan Bandara
Sunan Kalijaga pada Tahun 2016. Dengan hasil penelitian bahwa penolakan
yaitu penolakan bersyarat dan penolakan tidak bersyarat. Dan startegi yang dilakukan
oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) adalah memitigasi potensi-potensi resiko dan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka belum ada penelitian yang menyentuh
wilayah kajian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang dilakukan adalah
dilihat dari fungsi public relations PT. Angkasa Pura I (Persero) sekaligus dari
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sebagai satu kesatuan dalam Tim Operasional
pembangunan bandara.
E. Kerangka Pemikiran
1. Public Relations
(Cutlip, Center, & Broom, 2009) public relations adalah sebuah fungsi
manajemen, yang berarti bahwa fungsi public relations dalam manajemen pada
landasan moral dan etis dari profesi public relations. Kesuksesan dan kegagalan
dengan publik.
pengakuan publik.
2. Public Relations Pemerintah
Public relations pemerintah atau Humas Pemerintah adalah fungsi
komunikasi dengan konstituen dan dengan publik pemerintah (Lee, Neeley, &
bidang informasi dan komunikasi yang persuasif, efektif, dan efisien, untuk
sarana kehumasan dalam rangka menciptakan citra dan reputasi yang positif
namun realistis. Ini berarti bahwa komunikasi harus jujur, informatif, lengkap,
pemerintah dan warga negara harus tidak menjadi pertanyaan tapi pernyataan
warga negara. Oleh karena itu, Humas dalam pemerintahan bertujuan untuk
memastikan kerja sama aktif dalam program pemerintah, seperti halnya dalam
pembentukan dan pencapaian opini serta tujuan bersama, sebab apa yang
menguntungkan.
besar praktik public relations. Peran yang dilakukan oleh praktisi public relations
berbeda-beda sesuai dengan tingkatannya, termasuk ke dalam peran yang
mendominasi profesi public relations dan juga peran dalam berhadapan dengan
orang lain. Dalam (Cutlip, Center, & Broom, 2009) terdapat empat peranan besar
2) Expert Prescriber
Expert Prescriber berperan dalam sebagai pakar atau ahli, dan biasa disebut
otoritas dalam persoalan public relations dan solusinya. Praktisi yang beroperasi
manajemen.
terbagi menjadi dua yaitu fungsi manajerial dan fungsi teknis (Grunig, Grunig, &
mengacu pada praktisi sebagai penyedia layanan teknis seperti halnya yang
komunikasi.
manajemen. Jika keempat peran tersebut dapat dilaksanakan oleh public relations
membantu hal-hal yang berkaitan dengan upaya menilai sikap publik terhadap
internal maupun eksternal, dengan cara mengenal publik dengan baik, saling
berkomunikasi dengan publik, dan selalu menjaga nama baik perusahaan atau
publik. Dengan begitu akan tercipta iklim (opini publik) yang saling
menyusun strategi yang tepat dalam membangun dan menjaga hubungan yang
dan menggunakan penelitian dan teknik komunikasi suara yang etis sebagai alat
terdapat tiga fungsi yang terdapat pada public relations, diantaranya adalah:
Dengan mengarahkan apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh publik untuk
Pada prinsipnya, fungsi mengontrol publik berdasarkan pada model two way
asymmetrical model" berarti umpan balik (feed back) hanya digunakan untuk
Fungsi mengontrol publik sama halnya seperti yang diungkapkan oleh Stephen
publik yang merupakan dasar dari semua aktivitas dan fungsi public relations.
organisasi dan publiknya (Newsom, Turk, & Kruckeberg, 2013). Ketika fungsi
kebutuhan dan harapan publik, maka tugas utama organisasi tersebut adalah
public relations memiliki fungsi sebagai service model yang melihat publik
menggambarkan praktik yang didominasi pada era reaksi dan respons. Pada
dimiliki oleh institusi (to achieve mutually beneficial relationships among all the
dimiliki oleh institusi, public relations melihat publik sebagai rekan bisnis
(PRSA) bahwa fungsi public relations saat ini menekankan pada konsep
key publik atau publik kunci guna memudahkan proses mencapai hubungan
membutuhkan treatment yang juga berbeda. Disisi lain dalam fungsi public
relations ini, masing-masing pihak baik perusahaan atau organisasi dan publik
dituntut untuk saling memahami sudut pandang satu dengan yang lainnya, dan
publik.
publiknya.
b. Fungsi Humas Pemerintah
Peranan Humas pemerintah adalah untuk memberikan sanggahan mengenai
ini bertujuan untuk membentuk citra positif pemerintah daerah tersebut dimata
Secara umum, fungsi Humas Pemerintah adalah sebagai juru bicara lembaga,
hubungan internal dan eksternal yang kondusif dan dinamis. Lee membagi tiga
Humas Pemerintah, dan yang ketiga adalah Fungsi Politik Humas Pemerintah
a) Media Relations
Pemerintah sebagai pelayan publik dituntut untuk mempertanggungjawabkan
dengan media merupakan hal yang sangat penting (Lee, Neeley, & Stewart,
2012).
b) Public Reporting
luas. Kegiatan public reporting diantaranya adalah annual report, open house,
dengan mendengarkan aspirasi dari publik. Aspek lain dari bersifat responsif
Fungsi bersifat responsif ini lebih berfokus pada kelompok sebagai sarana
tugas untuk menyelidiki keluhan dari klien dan pelanggan dan kemudian untuk
pelayanan.
Bagian dari Humas Pemerintah adalah untuk terlibat dalam jangkauan yang
yang berpegang pada nilai-nilai yang disepakati secara luas yang disebut
dengan Kampanye Pelayanan Publik. Hal tersebut digunakan Pemerintah
menegakkannya.
Instansi Pemerintah dapat mendorong warga untuk berperan sebagai mata dan
911 dalam keadaan darurat, ia telah dilibatkan secara efektif oleh polisi dan
keberhasilan fungsi ini adalah bahwa warga yang akrab dengan peran
Humas Pemerintah.
beroperasi lebih seperti yang diinginkan dan dengan lebih sedikit campur tangan
nomor 1 sampai 7 yang telah dijelaskan sebelumnya (Lee, Neeley, & Stewart,
2012).
dinamis.
pengelolaan informasi.
4. Stakeholders
Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang
adalah voting power, economic power, political power, legal power dan
a. Voting Power
Voting power dapat diartikan bahwa stakeholder memiliki hak
b. Economic Power
c. Political Power
perusahaan.
d. Legal Power
oleh polusi.
e. Informational Power
orang lain.
bertentangan antara satu dengan yang lain. Adanya konflik di suatu wilayah
di berbagai daerah (Baiquni & Rijanta, 2003). Konflik antar stakeholders yang
dimaksud dalam hal ini dapat diklasifikasikan dalam bentuk antara masyarakat
karyawan, dan pesaing dan pembuat kebijakan pemerintah. Publik dan organisasi
memiliki konsekuensi satu sama lain yaitu apa yang dilakukan oleh publik
merupakan audience yang aktif yang berarti memiliki konsekuensi satu dengan
yang lain. Dalam public relations, istilah publik (khalayak aktif) mencakup setiap
John Dewey, mendefinisikan publik sebagai sebuah unit sosial yang aktif
terdiri dari semya dari mereka yang terkena dampak masalah yang mereka
pahami Bersama (Cutlip, Center, & Broom, 2009). Menurutnya, publik dibentuk
Bersama, namun tanpa komunikasi akan tetap menjadi bayangan dan tanpa
bentuk. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dibangun komunikasi yang strategis
antara publik dengan organisasi. Hal utama yang dapat dilakukan dalam
kelompok terlibat dan dipengaruhi dalam situasi yang akan dijadikan sasaran
intervensi program seperti yang telah dirumuskan oleh Grunig yaitu setiap
kurang peduli akan organisasi dan tidak berdampak langsung akan kebijakan
yang diusung organisasi. Grunig mengemukakan empat tipe publik, yaitu (Cutlip,
2. Aphathetic public, yaitu mereka yang tidak perhatian dan tidak aktif
3.Single-issue public yaitu mereka yang aktif terhadap satu atau sejumlah kecil
4.Hot-Issue public, yaitu aktif ketika media mengekspose isu menjadi topik
Dari paparan tipe-tipe publik diatas, dapat dikatakan bahwa publik muncul
dari isu atau situasi tertente, bukan dari berbagai situasi yang saling
informasi, nilai dan prioritas yang berbeda dengan publik lainnya. Kepentingan
dan kebutuhan yang berbeda akan mengarahkan pesan ke sasaran publik strategis.
sekitar perusahaan.
adalah aktor yang terlibat, kepentingan, agenda dan pengaruh para aktor yang
yang tidak sedikit kepada lingkungan sekitar. Oleh karenanya, dukungan publik
sangat penting sebab hal itu merupakan faktor yang akan membuat operasional
bisnis dapat berjalan lancar atau tidak, seperti halnya dalam masa perusahaan
pembangunan ada tiga prasyarat, yaitu adanya kesadaran pada diri yang
secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas dan kebijakan yang
diambil dan dilakukan perusahaan sebab semua aktivitas yang dilakukan oleh
stakeholder.
F. Kerangka Konsep
Daerah, investor, bahkan hingga ke komunitas atau masyarakat dari daerah itu
sendiri. Pro dan kontra akan selalu ada pada setiap aktivitas pembangunan yang
melibatkan banyak pihak, seperti halnya yang terjadi pada Proses Pembangunan
Kabupaten Kulon Progo ini memang sudah berlangsung selama 3 tahun lebih.
Pada awal bahkan hingga awal 2017 konflik ini masih berlanjut dan tahapan
komunikasi yang baik di antara pemilik kepentingan dan para stakeholder nya,
yaitu antara, pihak PT. Angkasa Pura I (Persero) dengan Pemerintah Kabupaten
maupun Pemerintah Provinsi dan masyarakat terdampak. Upaya persuasi penting
proses pembangunan bandara ini melibatkan dari berbagai aspek, baik dari pihak
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo maupun PT. Angkasa Pura I (Persero) dengan
public relations yang terdiri dari mengontrol publik (to control publics), merespon
publik (to respond publics), dan untuk mencapai hubungan yang saling
menguntungkan antara semua publik dalam (Newsom, Turk, & Kruckeberg, 2013)
mewakili warganya.
Pemerintah Daerah saat ini dituntut untuk melibatkan publik mereka untuk
mencari tahu apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka pikirkan. Pemerintah
perlu terlibat dalam dialog dua arah dengan orang-orang yang mereka wakili agar
paling efektif dalam tugas ini sangat penting. Dalam hal ini pemerintah daerah
public reporting, serta responsiveness to the public (as citizens). Pada bagian
Publik sebagai Mata dan Telinga dari Instansi. Dan bagian ketiga adalah Fungsi
Dukungan Publik (Lee, Neeley, & Stewart, 2012). Diharapkan berbagai fungsi
Public relations tersebut dapat menjadi sarana komunikasi yang selaras dengan
Pembangunan Bandara
Baru di Daerah
Istimewa Yogyakarta Pro
Stakeholders Kontra
Aspek Permasalahan:
Pertentangan dari Masyarakat dan Komunitas Setempat sebagai
Penghambat Proses Pembangunan Bandara Baru
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang
menurut Yin (2008) metodologi studi kasus memiliki kriteria yang sesuai dengan
tujuan yang dilakukan pada penelitian ini, dengan pokok pertanyaan yang berkenaan
1. Jenis Penelitian
Airport di Kulon Progo”, maka dari itu penelitian ini akan menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus (case study). Alasan
dengan latar belakang yang berbeda, yaitu pihak Pemerintah Kabupaten Kulon
Progo dan PT. Angkasa Pura I (Persero). Dalam penelitian ini, penulis tidak
dengan jelas (Dominick, 2006). Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada
satu obyek tertentu dan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Penelitian deskriptif
merupakan suatu penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau
Penelitian ini dilaksanakan pada Januari hingga Februari 2017, bertempat di:
Dalam metode penelitian studi kasus, bukti atau data dapat diperoleh melalui
observasi langsung, observasi pemeran serta, dan dokumen (Yin, 2008). Teknik
a. Wawancara
mendalam, yang dapat dilakukan secara spontan tanpa ada batasan variabel.
Wawancara ini dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang
yang dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui dan
Affair).
b. Observasi
c. Dokumentasi
press release.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif. Inti dari analisis kualitaif terletak pada tiga proses yang berkaitan yaitu,
tertentu dan pemaknaan terhadap data. Analisis data yang dilakukan mengacu pada
di Kulon Progo, maka data-data akan diperoleh dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara yang dilakukan,
kebutuhan penelitian.
analisis interaktif, terdapat tiga komponen pokok yang dilakukan sebagai acuan
Humas (Human capital and General Affair Section Head) dan Staff
Humas (Staff Human Capital and General Affair) Tim Proyek Persiapan
Progo. Selai itu, peneliti juga melakukan pengumpulan data dari renstra
berbagai berita di media cetak dan online, website resmi milik PT.
data yang telah di peroleh ke dalam dua bagian yang akan dibahas pada
data yang telah didapat. Setelah itu peneliti bisa mengambil keputusan
6. Sistematika Penulisan
Guna mendapatkan gambaran yang jelas pada penelitian yang dilakukan, maka
disusun sistematika penulisan yang berisi informasi yang mencakup materi dan hal-
hal yang dibahas dalam setiap bab, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP