Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syariah dan ibadah ini merupakan 2 hal yang saling berkaitan.


Syariah adalah mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba
Allah yang harus taat, tunduk, dan patuh kepada Allah. Ketaatan,
ketundukkan, dan kepatuhan kepada Allah, dibuktikan dalam bentuk
pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh syariah
Islam. Banyak diantara kita yang belum mengetahui atau belum memahami
definisi dan apa saja yang diatur oleh syariah, sehingga sering diabaikan
terutama yang berkaitan dengan ibadah.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian syariah dan ibadah.
2. Ruang lingkup syariah.
3. Sumber syariah.

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman


mahasiswa tentang syariah dan ibadah sehingga nantinya dapat
membedakan mana yang benar dan mana yang salah menurut syariah islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syariah

Secara bahasa, syariat berasal dari kata syara’ yang berarti


menjelaskan dan menyatakan sesuatu atau dari kata Asy-Syir dan Asy
Syari’atu yang berarti suatu tempat yang dapat menghubungkan sesuatu
untuk sampai pada sumber air yang tak ada habis-habisnya sehingga orang
membutuhkannya tidak lagi butuh alat untuk mengambilnya.
Menurut istilah, syariah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan
Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur
hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Syariah mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba Allah yang
harus taat, tunduk, dan patuh kepada Allah. Ketaatan, ketundukkan, dan
kepatuhan kepada Allah dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang
tata caranya diatur sedemikian rupa oleh syariah Islam.
Syariah Islam mengatur pula tata hubungan antara seseorang dengan dirinya
sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang saleh.

B. Pengertian Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.


Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi,
tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

[1]. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya


melalui lisan para Rasul-Nya.

[2]. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
[3]. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir
maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),
raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan
dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan
dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat,
zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta
masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati,
lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari
mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-
Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat : 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan


manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza
wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan
tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka
kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia
adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa
yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan
barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang
disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan
Allah).
C. Ruang Lingkup Syari’ah

Syari’ah Islam mencakup dua persoalan pokok yaitu :

1. Ibadah Khusus atau Ibadah Mahdlah.

Yaitu ibadah yang pelaksanaannya telah dicontohkan langsung oleh


Nabi Muhammad saw, seperti shalat, puasa. hajji.

Dalam ibadah seperti ini seorang muslim tidak boleh mengurangi atau
menambah-nambah dari apa saja yang telah diperintahkan Allah dan
dicontohkan oleh Rasulullah.

Oleh karena itu, melaksanakan peribadatan yang bersifat khusus ini


harus mengikuti contoh rasul yang diperbolehkan melalui ketentuan
yang dimuat dalam hadits-hadits shahih. Satu kaidah yang amat penting
dalam pelaksanaan ibadah ini adalah

“semua haram, kecuali yang diperintahkan Allah dan dicontohkan


oleh Rasulullah.”

Pekerjaan –pekerjaan di luar ketentuan-ketentuan itu dianggap tidak sah


atau batal atau dikenal dengan istilah bid’ah.
2. Ibadah umum atau ibadah mu’amalah.

Yaitu bentuk peribadatan yang bersifat umum dan pelaksanaannya tidak


seluruhnya diberikan contoh langsung dari Nabi SAW. Beliau hanya
meletakkan prinsip-prinsip dasar, sedangkan pengembangannya
diserahkan kepada kemampuan dan daya jangkau pikiran umat.

Kaidah umum menyebutkan “ Semua boleh dilakukan, kecuali yang


dilarang Allah dan Rasul-Nya.”

Ibadah umum mencakup aturan-aturan keperdataan, seperti hubungan


yang menyangkut ekonomi, bisnis, jual-beli, utang-piutang, perbankan,
perkawinan, pewarisan, dan sebagainya. Juga aturan publik, seperti
pidana,tata negara, dan lain-lain.

D. Sumber Syari’ah

1. Al-quran
Definisi Al-Quran :

Kalimat-kalimat Allah (kalamullah) bersifat qadim dan mukjizat,


diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w., disampaikan secara
mutawatir, membacanya adalah ibadah.
Al-Quran merupakan wahyu yang datang dari Allah s.w.t yang telah
disampaikan secara mutawatir, yaitu diriwayatkan sejumlah besar
orang yang tidak berkemungkinan untuk berdusta ( ‫)التواتر‬.

2. As-sunnah
Definisi As-sunnah:

Bahasa : Suatu kebiasaan atau tradisi bagi seseorang, kelompok


ataupun masyarakat.
Istilah : Segala yang diriwayatkan daripada Rasulullah s.a.w.ada
berupa kata-kata, perbuatan maupun pengakuan.

Semua mazhab dalam Islam menerima as-Sunnah sebagai sumber


hukum Islam. Ianya dikategorikan sebagai yang kedua sesudah al-
Quran. Ini adalah berdasarkan kepada perintah Allah supaya kita
mematuhi perintah Rasulullah. Allah berfirman :
“ Segala apa yang dibawa oleh Rasulullah maka ambillah dan segala
yang dilarang oleh Rasulullah maka tinggalkanlah ”.(Al-Hasyr : 7)
Maksudnya : “ Sesiapa mematuhi Rasul maka dia telah mematuhi
Allah ”. (An-Nisa’ : 80)

Sabda Nabi s.a.w. :

‫سنَّةَ َن ِب ِي ِه‬ َّ ‫ضلُّوا َما تَ َم‬


َ َ ‫س ْكت ُ ْم ِب ِه َما ِكت‬
ِ َّ ‫اب‬
ُ ‫َّللا َو‬ ِ َ‫ت َ َر ْكتُ فِي ُك ْم أ َ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬
(‫)موطأ مالك‬

Maksudnya : “Aku tinggalkan kepada kamu semua dua perkara,


yang kalau kamu berpegang dengan kamu tidak mungkin sesat,
kedua-duanya itu ialah Kitabullah (al-Quran) dan sunnah Rasul-
Nya”.

3. Ijmak
Ijmak ulama ialah persetujuan kesemua ulama’ mujtahidin selepas
wafatnya Rasulullah s.a.w. dalam perkara-perkara hukum syarak.
Ijimak sebagai sumber hukum
Hukum yang telah disepakati oleh semua ulama’ mujtahidin tentang
sesuatu perkara, maka hukum tersebut merupakan hukum agama
yang wajib dipatuhi.
4. Qias
Pengertian :
Menyamakan masalah yang tidak dijelaskan hukumnya di dalam al-
Quran atau al-Hadith atau ijmak ulama dengan masalah yang telah
dijelaskan hukumnya di dalam salah satu daripada dalil tersebut
berdasarkan antara keduanya ada persamaan pada illah (sebab)
hukum. Qias menjadi hujjah (dalil) bagi hukum-hukum agama yang
bersifat amaliah.

DAFTAR PUSTAKA

Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang
Shahih.Bogor: Pustaka At-Taqwa.

slamet-wiharto .(2009).Tersedia: http://slamet-wiharto.blogspot.com[24 November


2010]

efay (2007). Tersedia:http://efay.wordpress.com[23 November 2010]

Anda mungkin juga menyukai