Anda di halaman 1dari 21

5.2.

2 Alternatif II : Penambahan APILL

Setelah diberikan alternatif I berupa perubahan geometrik dan memperbaiki

kondisi lingkungan pada simpang pasar anyer, ternyata masih belum berhasil

untuk menangani kepadatan pada simpang pasar anyer, maka dibuat alternatif II

yaitu penambahan APILL tiga fase pada simpang tanpa merubah geometrik

simpang.

a. Data Masukan Lalu Lintas

1) Data Kondisi Geometrik Simpang

Pengamatan pada saat survei menemukan bahwa simpang pasar anyer

merupakan pertemuan dari jalan nasional sebagai jalan utama dengan

jalan provinsi sebagai jalan minor. Simpang ini memiliki 3 buah lengan

dan setiap lengan memiliki 2 buah lajur. Untuk data hasil pengamatan

dan pengukuran dilapangan dilihat pada Gambar 5.7 dan Tabel 5.29

berikut.

Gambar 5.7 Denah Simpang Pasar Anyer

(Sumber : Faizal Septiahadi , 2018)


Tabel 5.29 Data Geometrik Simpang Pasar Anyer

Kode Pendekat B C D
Pandeglan
Serang Cilegon
Arah g
Lebar Pendekat (m) 8 7,3 8
Lebar Keluar (m) 4 3,65 4
Lebar Masuk (m) 4 3,65 4
Median Tidak Tidak Tidak
Kelandaian 0 0 0
(Sumber : Analisa Penulis,2018)

2) Data Kondisi Lingkungan Simpang

Kondisi lingkungan pada simpang pasar anyer dapat di lihat pada Tabel

5.30 dibawah ini.

Tabel 5.30 Data Kondisi Lingkungan Simpang Pasar Anyer

Pendeka Tipe Hambata


Arah Lingkunga n BKiJT
t n Samping

B Pandeglang Komersial Tinggi Tidak


C Serang Komersial Tinggi Tidak
D Cilegon Komersial Tinggi Tidak
(Sumber : Analisa Penulis,2018)

3) Data Kondisi Arus Lalu Lintas

a) Data Arus Lalu Lintas Jam Puncak

Data arus lalu lintas yang di gunakan untuk perencanaan simpang

APILL yaitu arus lalu lintas jam puncak yang terjadi pada pukul

07.00-08.00 WIB. Berikut ini adalah data hasil rekapitulasi pada

jam puncak simpang pasar anyer.


Tabel 5.31 Arus Lalu Lintas Jam Puncak Simpang Pasar Anyer
(Kend/ jam)

Jenis Kendaraan KTB


Total
Kode Pendekat Arah SM KR KB Kendara
kend/ kend/ kend/ kend/
an
jam jam jam jam

QBKi 516 48 2 566 1

Timur QLrs 0 0 0 0 0
(C)
Minor QBKa 717 59 2 778 1

QTotal 1233 107 4 1344 2

QBKi 0 0 0 0 0
Selatan QLrs 1340 204 21 1565 4
(B)
Mayor QBKa 979 67 2 1048 6

QTotal 2319 271 23 2613 10


QBKi 480 50 3 533 2
Utara QLrs 608 264 50 922 0
(D)
Mayor QBKa 0 0 0 0 0
QTotal 1088 314 53 1455 2
(Sumber : Analisa Penulis ,2018)

Tabel 5.32 Arus Lalu Lintas Jam Puncak Simpang Pasar Anyer
(skr/jam)

Jenis Kendaraan
SM KR KB Total KTB
Kode pendekat Arah Kendara kend/
skr/ skr/ skr/ an jam
jam jam jam
QBKi 258 48 2,6 308,6 1
Timur QLrs 0 0 0 0 0
(C)
Minor QBKa 358,5 59 2,6 420,1 1

QTotal 616,5 107 5,2 728,7 2

QBKi 0 0 0 0 0

Selatan QLrs 670 204 27,3 901,3 4


(B)
Mayor QBKa 489,5 67 2,6 559,1 6
1159,
QTotal 271 29,9 1460,4 10
5
(Sumber : Analisa Penulis,2019)
Lanjutan Tabel 5.32

Jenis Kendaraan
SM KR KB Total KTB
Kode pendekat Arah Kendara kend/
skr/ skr/ skr/ an jam
jam jam jam
QBKi 240 50 3,9 293,9 2
Utara QLrs 304 264 65 633 0
(D)
Mayor QBKa 0 0 0 0 0

QTotal 544 314 68,9 927,9 2


(Sumber : Analisa Penulis,2019)

Data arus lalu lintas diatas akan menjadi acuan dalam melakukan

analisis perencanaan penambahan APILL pada simpang pasar anyer.

b) Penentuan Rasio Belok dan Rasio Kendaraan Tak Bermotor


Dari hasil pengolahan data pada lengan selatan (B) diketahui nilai:
Rasio Belok Kiri (RBki)
QBki = 0 Kend/jam
QKBM = 2613 Kend/jam

RBki = QBki / QKBM = 0 / 2613 = 0,00

Rasio Belok Kanan (RBka)


QBka = 1048 Kend/jam
QKBM = 2613 Kend/jam

RBka = QBka / QKBM = 1048 / 2613 = 0,40

Rasio kendaraan tak bermotor (RKTB)


QKTB = 10 kend/jam
QKBM = 2613 kend/jam

RKTB = KTB/(KBM+KTB) = 10/(2613 + 10) = 0,004

Data arus lalu lintas dan rasio berbelok pada tiap tiap lengan

pendekat dapat dilihat pada Tabel 5.33 berikut.


Tabel 5.33 Rasio Kendaraan Tidak Bermotor dan Rasio Belok
Jenis Kendaraan
Rasio
Kode SM KR KB Total
Arah Belo KTB RKTB
Pendekat kend/ kend/ kend/ Kendara k
jam jam jam an
QBKi 516 48 2 566 0,42 1

QLrs 0 0 0 0 0
Timur 0,001
(C) QBKa 717 59 2 778 0,58 1

QTotal 1233 107 4 1344 2

QBKi 0 0 0 0 0

Selatan QLrs 1340 204 21 1565 4


0,004
(B) QBKa 979 67 2 1048 0,40 6

QTotal 2319 271 23 2613 10

QBKi 480 50 3 533 0,37 2

Utara QLrs 608 264 50 922 0


0,001
(D) QBKa 0 0 0 0 0

QTotal 1088 314 53 1455 2


(Sumber : Analisa Penulis ,2018)

b. Penggunaan Isyarat
Penetapan penggunaan isyarat memerlukan beberapa tahap perhitungan

untuk menentukannya. dibawah ini adalah perhitungan untuk menentuakan

penggunaan isyarat yaitu :

1) Fase Sinyal

Penambahan APILL pada simpang tidak bersinyal pasar anyer di

rencanakan menggunakan 3 fase. Pemberian 3 fase bertujuan untuk

meningkatkan kapasitas belok kanan. Di bawah ini gambaran untuk

pengaturan 3 fase pada simpang pasar anyer.


(a) (b)

Gambar 5.8 Denah Pengaturan Fase,(a) fase 1,(b) fase 2.


(Sumber : Faizal Septiahadi,2018)

(c)

Gambar 5.9 Denah Pengatuaran Fase 3


(Sumber : Faizal Septiahadi,2018)

2) Penentuan Waktu Merah Semua (Msemua) dan Waktu Hilang (HH)

Berdasarkan kondisi di lapangan didapatkan data geometrik jalan pada

lengan B yaitu sebagai berikut.


Gambar 5.10 Denah LKDT dan LKBR
(Sumber : Faizal Septiahadi,2018)

Data geometrik menunjukan bahwa :


LKBR = 7,5 meter
LKDT = 4 meter
VKDT = 10 m/det (untuk kendaraan bermotor)
VKBR = 10 m/det (untuk kendaraan bermotor)
PKBR = 5 m/det (untuk KR dan KB)
Msemua = ((LKBR + PKBR)/VKBR)-(LKDT/VKDT)
= ((7,5 + 5)/10)-(4/10) = 0,85 detik dibulatkan menjadi 1 detik
Keterangan :
LKBR = Jarak garis henti ke titik konflik kendaraan berangkat
LKDT = Jarak garis henti ke titik konflik kendaran datang
VKDT = Kecepatan Kendaraan Datang
VKBR = Kecepatan Kendaraan Berangkat

PKBR = Panjang Kendaraan Berangkat


Panjang waktu kuning pada sinyal lalu lintas perkotaan di indonesia

adalah 3 detik/fase. Untuk kondisi 3 fase maka waktu kuning totalnya

adalah 9 detik.
Untuk nilai waktu hilang total (HH) dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :


HH = Σ(Merah semua + waktu kuning)

HH = Σ(1+1+1) + 9) = 12 detik
c. Penentuan Waktu Isyarat

Untuk menentukan waktu isyarat di perlukan data seperti tipe

pendekat,lebar pendekat efektif ,arus jenuh dasar, faktor penyesuaian,rasio

arus dan waktu hijau. Dibawah ini adalah ketetapan data yang di perlukan

untuk menentukan waktu isyarat.

1) Tipe Pendekat

Tipe Pendekat yang di gunakan adalah pendekat terlindung (P) di

karenakan pada simpang ini menggunakan 3 fase,dimana arus kendaraan

berangkat tidak terjadi konflik dengan arus kendaraan datang.

2) Lebar Pendekat Efektif

Penentuan Lebar Pendekat Efektif (LE) berdasarkan lebar ruas pendekat

(L), lebar jalur kendaraan masuk (LM), dan lebar jalur kendaraan keluar

(LK).

Berdasarkan data geometrik di lengan selatan (B) :

L = 8m

LM = 4 m

LK = 4 m

Pada simpang pasar anyer tidak terdapat pulau lalu lintas BkiJT maka

lebar efektif dapat di anggap lebar jalur kendaraan keluar (L E = LK = 4

meter).

3) Arus Jenuh Dasar (So)

Untuk tipe pendekat terlindung (P) dengan Lebar Efektif (LE) = 4 meter
So = 600 x LE
So = 600 x 4 = 2400 skr/jam
4) Faktor Penyesuaian Pada Pendekat
a) Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FUK)

Dibawah ini tabel ketentuan faktor penyesuaian ukuran kota

berdasarkan PKJI 2014.

Tabel 5.34 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota Simpang Pasar Anyer


Ukuran Kota Populasi penduduk, juta jiwa FUK
Sangat Kecil <0,1 0,82
Kecil 0,1-0,5 0,88
Sedang 0,5-1,0 0,94
Besar 1,0-3,0 1,00
Sangat besar >3,0 1,05
(Sumber : PKJI 2014)

Berdasarkan Tabel 5.34 diatas untuk jumlah penduduk kabupaten

serang pada tahun 2018 yaitu sebesar + 1.493.591 juta jiwa. Maka

nilai FUK untuk kabupaten serang yaitu 1,00.

b) Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FHS)

Nilai Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FHS) di tentukan

dengan menggunakan Tabel 5.35 berikut.

Tabel 5.35 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping Simpang Bersinyal


Tipe Hambatan Rasio Kendaraan Tak Bermotor
Tipe Fase
Jalan Samping 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20
Terlawan 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74
Tinggi
Terlindung 0,93 0,91 0,88 0,87 0,85
Komersial Terlawan 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75
Sedang
(KOM) Terlindung 0,94 0,92 0,89 0,88 0,86
Terlawan 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76
Rendah
Terlindung 0,95 0,93 0,90 0,89 0,87
Pemukiman Terlawan 0,96 0,91 0,86 0,81 0,78
(KIM) Tinggi
Terlindung 0,96 0,94 0,92 0,99 0,86
Sedang Terlawan 0,97 0,92 0,87 0,82 0,79
Terlindung 0,97 0,95 0,93 0,90 0,87
Terlawan 0,98 0,93 0,88 0,83 0,80
Rendah
Terlindung 0,98 0,96 0,94 0,91 0,88
Akses Tinggi/
Terlawan 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80
Sedang/
Terbatas Rendah Terlindung 1,00 0,98 0,95 0.93 0,90
(Sumber : PKJI 2014)

Untuk tipe lingkungan jalan disimpang pasar anyer yaitu komersial

dengan kelas hambatan samping tinggi ,tipe fase terlindung (P) ,dan

rasio kendaraan bermotor 0,004, Sehingga nilai FHS untuk simpang

pasar anyer adalah 0,93.

c) Faktor Penyesuaian Kelandaian (FG)

Pada simpang pasar anyer tidak terdapat kelandaian (tanjakan atau

turuan) maka dapat di anggap kelandaian pada simpang yaitu 0%.

Dibawah ini grafik untuk mencari nilai faktor penyesuaian

kelandaian yang telah di tetapkan oleh PKJI 2014..

Gambar 5.11 Grafik Faktor Penyesuaian Kelandaian (FG)


(Sumber : PKJI 2014)
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.11 di atas dapat diketahui untuk

niai faktor kelandaian (FG) dengan kelandaian 0% pada simpang

yaitu 1,00.

d) Faktor Penyesuaian Parkir (FP)

Faktor penyesuaian parkir tidak perlu diterapkan karena lebar efektif

ditentukan oleh lebar keluar sehingga nilai FP = 1,00

e) Faktor Penyesuaian Belok Kiri (FBki)

Faktor penyesuaian belok kiri pada lengan B ditentukan oleh rumus

atau menggunakan grafik di bawah ini.

FBki = 1- RBki x 0,16

Gambar 3.12 Faktor Penyesuaian Belok Kiri (FBKi)


(Sumber : PKJI 2014)
Berdasarkan Pengamatan di lapangan Lengan B tidak terdapat

belok kiri sehingga menurut ketentuan grafik di atas untuk nilai

faktor belok kiri = 1,00.

f) Faktor Penyesuaian Belok Kanan (FBka)

Faktor penyesuai belok kanan (FBka) pada lengan B ditentukan oleh

rumus berikut.

FBka = 1+ RBka x 0,26


FBka = 1+ 0,40 x 0,26

FBka = 1,1

g) Nilai Arus Jenuh (S)

Untuk menentukan nilai arus jenuh dihitung berdasarkan nilai arus

jenuh dasar (So) dan faktor – faktor penyesuaian (F) menggunakan

rumus sebagai berikut :

S = So x FUK x FHS x FG x FP x FBka x FBki

S = 2400 x 1,0 x 0,93 x 1,0 x 1,0 x 1,1 x 1,0 = 2465 skr/jam

5) Rasio Arus / Rasio Jenuh (RQ/S )


Arus lalu lintas (Q) yang di gunakan adalah Qlurus dan Q belok kanan

yang terlindung (P) pada lengan B.


Dibawah ini adalah perhitungan untuk rasio arus pada lengan B.

Diketahui Qtotal pada pendekat B = 765 skr/jam dan arus jenuh (S) =

2456 skr/jam.

a) Perhitungan Rasio Arus Jenuh (RQ/S)


RQ/S = Q/S
RQ/S = 765 / 2465
RQ/S = 0,310

b) Perhitungan Rasio Fase


Sebelum mencari nilai Rasio Fase (RF) diharuskan terlebih dahulu

menentukan nilai Rasio Arus Jenuh Total (RQ/S kritis) . Berikut

persamaan yang digunakan :


(RQ/S kritis)i = RQ/S (B) + RQ/S(C) + RQ/S(D)
(RQ/S kritis)i = 0,310 + 0,164 + 0,257 = 0,731
Setelah nilai (RQ/S kritis) di temukan, maka selanjutnya mencari

nilai rasio fase. Berikut rumus yang digunakan:


RQ /S
RF =
( R Q/ s kritis) i
0,310
RF =
0,731
RF = 0,424
Untuk nilai rasio arus dan rasio fase untuk semua pendekat dapat di

lihat pada Tabel 5.35 di bawah ini

Tabel 5.35 Rasio Arus Jenuh dan Rasio Fase


Pendekat Q S RQ/S (RQ/S kritis)i RF
B 765 2465 0,310 0,424
C 359 2185 0,164 0,731 0,225
D 539 2101 0,257 0,351
(Sumber : Analisa Penulis,2018)

6) Waktu Siklus dan Waktu Hijau


a) Waktu Siklus Sebelum Penyesuaian (cbs)
Waktu siklus (cbs) bertujuan untuk pengendalian waktu tetap. Nilai

cbs dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.


(1,5 x HH +5)
cbs =
(1−Σ i( RQ /s kritis)i)
(1,5 x 12+5)
cbs =
(1−0,731)

cbs = 85,6

b) Waktu Hijau (H)


Untuk menentukan nilai waktu hijau untuk masing-masing fase

dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut.


RQ
kritis
Hi = (cbs – HH) x S
Σ i(R Q/s kritis) i

Untuk waktu hijau fase 1 ada dilengan selatan (B)

0,257
H1 = (85,6 – 12) x
0,731
H1 = 31 detik

Untuk waktu hijau fase 2 ada dilengan utara (D)

0,310
H2 = (85,6 – 12) x
0,731
H2 = 26 detik

Untuk waktu hijau fase 3 ada dilengan Timur (C)

0,164
H3 = (85,6 – 12) x
0,731

H3 = 17 detik

c) Waktu Siklus Yang Disesuaikan (c)


Waktu siklus yang disesuaikan (c) berdasarkan waktu hijau yang

diperoleh dari hasil yang telah di bulatkan dan waktu hilang (HH)

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.


c = HH + H1 + H2 + H3
c = 12 + 31 + 26 + 17

c = 86 detik

Mengenai hasil perhitungan pada penentuan waktu isyarat untuk semua

pendekat dapat di lihat pada Tabel 5.36 berikut.

Tabel 5.36 Hasil Analisis Penentuan Waktu Isyarat Untuk Semua Pendekat
NO Pendekat B C D
1 Tipe Pendekat P P P
2 Lebar Efektif (LE), meter 4 3,65 4
3 Arus Jenuh Dasar (So), skr/jam 2400 2190 2400
4 Faktor Penyesuaian
a. Faktor Ukuran Kota (FUK) 1 1 1
b. Faktor Hambatan Samping (FHS) 0,93 0,93 0,93
1 1 1
c. Faktor Kelandaian (FG)
1 1 1
d. Faktor Parkir (FP) 1,1 1,2 1,0
1,1 0,9 0,9
e. Faktor Belok Kanan (FBKa)

f. Faktor Belok Kiri (FBKi)

5 Arus Jenuh (S), skr/jam 2465 2185 2101


6 Arus Lalu Lintas (Q) , skr/jam 765 359 539
7 Rasio Arus Jenuh (RQ/S) 0,310 0,164 0,257
8 Rasio Arus Jenuh Total (RQ/S) 0,731
9 Rasio Fase (RF) 0,424 0,225 0,351
10 Waktu Hijau (H),detik 31 17 26
(Sumber : Analisa Penulis,2018)

Lanjuatan Tabel 5.36


NO Pendekat B C D
10 Waktu Hijau (H),detik 31 17 26
11 Waktu Siklus (c),detik 86
Waktu Siklus Pra Penyesuaian (cbs),
12 85,6
detik
(Sumber : Analisa Penulis,2018)

d. Menetapkan Kapasitas Simpang APILL

Untuk menetapkan kapasitas simpang APILL perlu di tentukan terlebih

dahulu nilai kapasitas dan derajat kejenuhan tiap lengannya. Adapun rumus

untuk mencari nilai kapasitas dan derajat kejenuhan perencanaan

penambahan simpang APILL ialah sebagai berikut.

1) Perhitungan Kapasitas (C)


Perhitungan untuk mencari nilai kapasitas di hitung menggunakan

persamaan berikut .
Hi
C= Sx
c
Berikut ini perhitungan untuk mencari nilai kapasitas pada lengan B.

31
C = 2465 x = 899 skr/jam
86

Berdasarakan perhitungan diatas untuk nilai kapasitas simpang pasar

anyer pada lengan B dengan penambahan APILL yaitu sebesar 899

skr/jam. Nilai ini menunjukan daya tampung pada lengan B yaitu 899

skr/jam.

2) Perhitungan Derajat Kejenuhan (DJ)

Perhitungan untuk mencari nilai derajat kejenuhan di hitung

menggunakan persamaan berikut .

Q
DJ =
C
Berikut ini perhitungan untuk mencari nilai derajat kejenuhan pada

lengan B.
765
DJ =
899
DJ = 0,850

Dari perhitungan pada lengan B didapat nilai derajat kejenuhan simpang

pasar anyer dengan penambahan APILL yaitu sebesar 0,850 . Hal ini

menunjukan bahwa dengan adanya penambahan APILL, kondisi

simpang masih dalam keadaan sedikit jenuh karena nilai D J tidak kurang

dari 0,85.

Mengenai hasil perhitungan pada penetapan kapasitas dan derajat kejenuhan

simpang untuk semua pendekat dapat di lihat pada Tabel 5.37 dibawah ini.

Tabel 5.37 Hasil Analisis Penetapan Kapasitas Simpang


Pasar Anyer
Derajat Kapasiatas
Pendekat Kejenuhan (C)
(DJ) Skr/jam
B 0,850 899
C 0,850 422
D 0,850 634
(Sumber : Analisa Penulis,2018)

e. Menentukan Kinerja Simpang APILL

1) Panjang Antrian (PA)

Nilai Panjang Antrian (PA) dengan DJ > 0,5 pada lengan selatan (B) di

hitung menggunakan persamaan berikut.

Untuk DJ > 0,5


NQ1 = 0,25 x c x {(DJ-1)2 +
√ ( DJ −1)2+
8 x ( DJ −0,5)
C
}

Karena DJ pada lengan selatan > 0,5 maka;

NQ1 = 0,25 x 899 x {(0,850-1)2 +


√ (0,850−1)2 +
8 x (0,850−0,5)
899
}

NQ1 = 2,267 skr/jam

1−RH
NQ2 = c x x Q/3600
1−RH x D J

1−0,365
NQ2 = 85,6 x x 765/3600
1−0,365 x 0,850
NQ2 = 16,735 skr/jam
NQ total = NQ1 + NQ2
NQ total = 2,267 + 16,735
NQ total = 19,002 skr/jam
NQ max = 28 (Nilai NQ max di tentukan menggunakan grafik pada

Gambar 3.17)
PA = (NQ max x 20) / Lebar masuk

PA = (28 x 20) / 4 = 140 meter

Panjang antrian yang terjadi di simpang pasar anyer dengan penambahan

APILL, sepanjang 140 m. Berdasarkan perhitungan tersebut ternyata

antrian yang terjadi sangatlah panjang. Hal ini menandakan bahwa

pemasangan APILL pada simpang pasar anyer belum cukup maksimal

untuk menangani kemacetan.

2) Kendaraan Terhenti

kendaraan terhenti adalah kendaraan dari arus lalu lintas yang terpaksa

berhenti sebelum melewati garis henti akibat pengendalian sinyal. Angka

henti sebagai jumlah rata-rata per skr.


a) Rasio Kendaraan Terhenti (RKH)

NQ
RKH = 0,9 x x 3600
Qxc

19,002
RKH = 0,9 x x 3600
765 x 85,6

RKH = 0,941

b) Jumlah Kendaraan Terhenti (NH)

NH = Q x RKH

NH = 765 x 0,980

NH = 720 skr/jam

3) Tundaan

Tundaan lalu lintas adalah waktu menunggu yang disebabkan interaksi

lalu lintas dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. Tundaan lalu

lintas rata-rata pada lengan B dihitung dengan langkah berikut.

a) Tundaan Lalu Lintas Rata-rata ( TL)


2
1−RKH ¿
¿ NQ 1 X 3600
TL = c x +
0,5 x ¿ C
¿
0,5 x (1−0,941) 2,267 X 3600
TL = 85,6 x +
(1−0,941 x 0,850) 899

TL = 34,096 detik/skr

b) Tundaan Geometrik Rata-rata (TG)


TG = (1-RKH) x PB x 6 + (RKH x 4)
TG = (1-0,941) x (0,40+ 0) x 6 + (0,941 x 4)

TG = 3,906 detik/skr
c) Tundaan Rata –rata (T)
T = TL + TG
T = 34,096 + 3,906

T = 38,002 detik/skr

d) Tundaan Total (TTot)


T tot = T x Q
T tot = 38,002 x 765

T tot = 29060 detik/skr

Tabel 5.38 Hasil Analisis Kinerja Simpang APILL Pasar Anyer


Pendekat
NO Kondisi B C D
(Selatan) (Timur) (Utara)
1 Kendaraan Henti, (skr/jam)
a. Rasio Kendaraan Terhenti (RKH) 0,941 1,100 1,002
b. Jumlah Kendaraan Terhenti (NH) 720 395 541
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

Lanjutan Tabel 5.38


Pendekat
NO Kondisi B C D
(Selatan) (Timur) (Utara)
2 Tundaan, (detik/skr)
a. Tundaan Lalu Lintas Rata-rata (TL) 34,096 52,020 40,750
b. Tundaan Geometrik Rata-rata (TG) 3,906 3,800 4,004
c. Tundaan Rata-rata (T) 38,002 55,820 44,754
d. Tundaan Total (TTOT) 29060 20028 24140
3 Jumlah Kendaraan Antri, (skr/jam)
a. (NQ1) 2,267 2,191 2,238
b. (NQ2) 16,735 8,232 12,040
c. (NQ) 19,002 10,423 14,277
d. (NQ Max) 28 19,4 25
5 Panjang Antrian , (meter) 140 106 125
6 Tingkat Pelayanan E E E
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
Setelah dilakukan perhitungan penambahan APILL pada simpang dengan

pengaturan tiga fase pada lengan B, C dan D untuk penanganan masalah pada

simpang pasar anyer didapatkan derajat kejenuhan sebesar 0,85. Dengan nilai

derajat kejenuhan berada diantara 0,85-1,00 maka simpang ini memiliki indeks

tingkat pelayanan tipe E, yaitu volume lalu lintas sudah mendekati kapasitas ruas

jalan, kecepatan lebih rendah dan pergerakan lalu lintas kadang terhambat.

Anda mungkin juga menyukai