Anda di halaman 1dari 121

KEPUASAN SISWA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING

DI SMK AL-HIDAYAH LESTARI LEBAK BULUS

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Ali Lukmanul Hakim
108018200045

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
AI]STRAK

AIi Lukmanul Hakim (108018200045). Kepuasan Siswa Terhadap Layanan


Bimbingan Konseling di sMK At-Hidayah Lestari Lebak Bulus. Skripsi di
bawah bimbingan Bapak Akbar Zainudin, MM. program Studi Manajemen
Pendidikan. Fakultas Ilmu 'I'arbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengctahui bagaimana tingkat kepuasan siswa


terhadap layanan bimbingan konseling di SMK Ai-Hidayah Lcstari Lebak Bulus.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februart2013 - Maret ZOl4 dt SMK Al-
Hidayah I-estan Lebak Bulus. Metodc penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu untuk menganalisis dan menafsirkan
data berkenaan dengan fakta, keadaan. iJan fenomena yang terjacli saat penelitian
berlangsung. Sumber data pcnelitian ini adalah peneliti menyebar angket kelas XII
dengan sampel 20% (36 orang) dari jumlah siswa 178 dan sebagai dita pendukung
data peneliti melakukan wawancara dcngan kepala sekolah dan guru BK.

Hasil penelltian menunjukkan bahwa nilai layanan bidang akademik sebesar 23,80%,
layanan bidang pribadi sosial sebesar 13,75o/o, dan layanan bidang karir sebesar
34,21o . Kepuasan siswa terhadap layanan bimbingan konseling secara keseluruhan
berada pada taraf sangat rendah atau tidak memuaskan dengan nilai rata-raIa 22,28oh.
Dengan demikian tingkat kepuasan siswa terhadap layanan bimbingan konseling dr
SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Buh-rs masih berada pada taraf sangat rendah,
sehingga perlu ditingkatkan lagi.

Kata Kunci: Kepuasan Siswa, Layanan llimbingan Konseling


ABS'I'RACT

Ali Lukmanul Hakim (108 018 200 045). Satislaction students Against
Counseling Scrvice at SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus. Thesis under the
guidance of Mr. Akbar Zainudin, MM. Education Management Studies
Program. Tarbiyah Faculty and Teaching. Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta in 2014.

This study aims to detetmine how the lcvcl of studcnt satisfaction wrth the scrvices in
vocational guidance counseling Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus" This study was
conducted in February 2013 - March 2011 at SMK Al-Hidayah Lcstari Lcbak ltulus.
The method used is descriptivc methocl with quantitative approach, which is to
analyze and intcrpret data with rcspcct to the facts, circumstances, and the
phenomenon that occurs whcn the rcscarch took place" T'he data sourcc of this
research is rescarcher sprcad XII class qucstionnaire with a sample of 20% (36
people) of the total 178 studcnts and as supporlive clata the <Jata the rescarchers
conducted interviews with principals and teachers BK.

The results showed that the value ol academic services al 23.80o/o, private social
service field amounted to 13.l 5o/o, and serviccs amounted to 34.21 0Z career field.
Satisfaction of students to guidance and counseling services as a whole are at a very
low level or unsatisfactory with an avcrage value of 22.28%. Thus thc satisfaction
level of students to guidance counseling scrviccs at SMK Al-Hiclayah L,estari Lcbak
Bulus remained at a very low lcvel, so it nceds to bc rmproved.

Keywords: Student Satisfaction, Servicc Counseiing


KATA PI.]NCANTAR

: -. o

#-
"

-Jl Lrd.r, Jt ,+
"lt
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis sehingga setelah mclalui proses yang cukup panjang akhirnya
skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat sefta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad sAW yang senantiasa rnenjadi panutan bagi
keluarganya, sahabatnya sefia umatnya yang setia sampai akhir zaman.

Skripsi ini merupakan kewajrban yang harus ditunaikan sebagai syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pcndidikan pada program Studi Manajemen
Pendidikan F-akultas Ilmu 'farbiyah dan Keguruan UIN Syarief Hidayatullah
Jakarla. Penulisan skripsi ini menjadi lebih bermakna dengan adanya birnbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena

itu dalarn kesempatan ini penulis ingin rnenyampaikan rasa terimakasih kepada:

Dra.Nurlena Rifa'i, MA. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan


Keguruan UIN Syarif I-lidayatLrllah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd., Kctua Prodi Manajemen Pendidikan.
3. Akbar Zainudin, MM, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan
sabar dan ikhlas memberikan arahan dan rnotivasi kepada penulis,
sehingga penulisan sknpsi ini dapat diselesaikan.
4. Mujahid, AK, M.Si, sebagai l)osen penasehat akademik atas motivasi dan
bimbingan yang tidak hentr-hentinya telah diberikan selama menjalani
masa kuliah di UIN Syarif Hidayatullah.

Seluruh Dosen dan Staff prograrn studi Manajemen Pendidikan yang telah
mendidik dan mcrnbimbing penulis dari awal perkuliahan hrngga
penulisan skripsi ini selesai dcngan ketulusan dan dedikasi yang tinggi.
6" Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif l{idayatullah Jakarla dan
Perpustakaan Fakultas llmr"r Tarbryah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan anclil besar dalanr
menyediakan bahan pustaka guna terselesaikannya penulisan sknpsi ini.
7. Kepala SMI( Al-Hidayah l.estari Lebak Bulus, lbu Hj. parhanah, SE,
MM, Wakil Bidang Kurikulurn Bapak. Drs. Fahrudin, Wakil Bidang
Kesiswaan Bapak. H.M. Amin, S.Ag, Guru BK Bapak. Drs. Basrin Malau
dan seluruh staff tata usaha yang telah meluangkan waktu sefia
memfasilitasi penulis dalam mencari dan menghirnpun data yang
diperlukan selama penulisan skripsi.
Siswa-siswi sMK Al-Hidayah Lestari yang telah membantu peneliti
untuk mendapatkan data angkct tentang kepuasan siswa terhadap layanan
BI(.
9. Teristimewa, Ayahanda Syamsul Huda dan Ibunda Sukiah tercinta, yang
selalu bekerja keras dan tidak pernah lelah untuk mendoakan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Juga
adik-adikku Ahmad Farhul Anwar, Lu'lu Ni'matus Saadah yang selalu
memberikan semangat kepada pcnulis.
10. Seluruh keluarga besar Mbah Yasser yang telah membantu dan
mendukung baik moril mauplu'r rnateril.
1l.KH. Rachman Husein, S.IIi, pimpinan Pondok Pesantren'l'ahfidzul
Qur'an Ar-Rahman Bintaro, bcserta seluruh Ustad dan santri.
12. Keluarga Besar Mahasiswa (KIIM) Galuh jaya Ciamis.
13. Seluruh mahasiswa Manajemen Pendidikan angkatan 2008, terulama
sahabat seperjuangan Muahmad Labieb, Rudi llarlono, Salman Alfarisi,
Rhegista, Tri Devi Asjayanti, Siti Aminatun lstianah, Tsuaibatul
Aslarniyah, Ratu Fitroh, Melisa Rizkiani, atas kebersamaan yang tak akan
terlupakan.
14. Keluarga besar KOMFAKMAD (Ach, Retno, Achmad llidayatul
Wahyudi, M, Sholeh, Fajri, Afhk)
15. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang

telah memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung


selama penulisan skripsi ini.

lll
Penulis menyadari bahwa pcnulisan skripsi
ini maasih jauh dari
kesempurnaan clan rnasih banyak kekurangan,
apabila ada kesalahan cralam skripsi
ini, penulis r-nohon maaf. Scrnoga sl<ripsi yang
sederhana ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pcrnbaca pada
umumnya. Akhirnya hanya
kepada Allah segala sesuatunya penulis kembalikan.

Ciputat, 22 Apr1l20t4

I)enulis

1V
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................. 7
D. Perumusan Masalah .................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ...................................................... 8
F. Tujuan Penelitian ........................................................ 8

BAB II : KAJIAN TEORI


A. Kepuasan Layanan ..................................................... 9
1. Pengertian Kepuasan Layanan ............................... 9
2. Dimensi Kepuasan Layanan ................................... 10
B. Bimbingan Dan Konseling ......................................... 16
1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling ..... 16
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling .......................... 19
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling ........................... 19
4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling ............. 23
5. Asas-asas Bimbingan dan Konseling ..................... 25
6. Ragam Bimbingan dan Konseling........................... 27
C. Kerangka Berpikir ....................................................... 32

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................... 35
B. Metode Penelitian ....................................................... 36

v
C. Populasi dan Sample ................................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 38
E. Instrumen Pengumpulan Data...................................... 39
F. Teknik Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Data .... 41

BAB IV : HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
.................................................................................... 44
1. Sejarah Berdirinya .................................................. 44
2. Visi Misi SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus ... 46
3. Perangkat SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus .. 46
B. Deskripsi Data dan Pembahasan Hasil Penelitian ...... 53
1. Deskripsi Data ........................................................ 53
2. Indeks Kepuasan Siswa .......................................... 75
C. Interpretasi Data ......................................................... 77

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 82
B. Saran ........................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 86


LAMPIRAN -LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel
2.1 : Dimensi-dimensi Kualitas Layanan ................................................. 13
3.1 : Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 35
3.2 : Data Siswa Kelas XII SMK Al-Hidayah Lestari ............................. 37
3.3 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................................................ 40
4.1 : Data Guru ........................................................................................ 47
4.2 : Data Siswa ....................................................................................... 49
4.3 : Data Tenaga Kependidikan ............................................................. 50
4.4 : Daftar Sarana dan Prasarana ........................................................... 51
4.5 : Kejelasan Guru BK Memberikan Orientasi ..................................... 53
4.6 : Bantuan Guru BK Dalam Menyesuaikan Diri di Sekolah................ 54
4.7 : Kemudahan Memperoleh Informasi Tentang Sekolah .................... 54
4.8 : Penampilan Guru BK Sangat Menarik ............................................ 55
4.9 : Keramahan Guru BK Saat Memberikan Orientasi .......................... 55
4.10: Kelengkapan Sarana Ruang Kelas ................................................... 56
4.11: Kesesuaian Jumlah Siswa Dengan Kapasitas Ruangan.................... 57
4.12: Guru BK Bertutur Kata Sopan ........................................................ 57
4.13: Kenyamanan Ruang Konsultasi BK ............................................... 58
4.14: Bimbingan Secara Pribadi Dalam Mengatasi Masalah Belajar Oleh
Guru BK .......................................................................................... 59
4.15: Kemampuan Guru BK Menyimpan Rahasia Individu Siswa........... 60
4.16: Ketersediaan Buku Konsultasi Siswa .............................................. 60
4.17: Bantuan Memahami Pelajaran Sekolah ........................................... 61
4.18: Kesediaan Guru BK Mendengarkan Keluhan Siswa........................ 62
4.19: Kesabaran Guru BK Dalam Menghadapi Siswa Yang Bermasalah 63
4.20: Ketersediaan Kotak Masalah Untuk Menampung Persoalan Siswa. 63
4.21: Penjelasan Bakat dan Minat Siswa Oleh Guru BK .......................... 64
4.22: Arahan Guru BK Tentang Pentingnya Nilai dan Norma Agama ..... 65
vii
4.23: Pemberian Motivasi Berkaitan Pergaulan Siswa Di Sekolah .......... 66
4.24: Pemberian Motivasi Berkaitan Pergaulan Siswa Di Keluarga ........ 67
4.25: Penyuluhan Tentang Bahaya Pergaulan Bebas ............................... 68
4.26: Ketersediaan Informasi Tentang Perguruan Tinggi ........................ 68
4.27: Kemudahan Siswa Mendapatkan Informasi Perguruan Tinggi ....... 69
4.28: Penjelasan Guru BK Tentang Pemilihan Jurusan Dengan Baik Dan
Sopan ............................................................................................... 70
4.29: Guru BK Memebrikan Pemahaman Tentang Jurusan Yang Dipilih
Siswa .............................................................................................. 71
4.30: Ketersediaan Informasi Tentang Dunia Kerja .................................. 71
4.31: Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan .............................................. 72
4.32: Penjelasan Guru BK Tentang Perkembangan Dunia Kerja ............. 73
4.33: Kerjasama Sekolah Dengan Perusahaan ......................................... 74
4.34: Arahan Guru BK Dalam Memilih Pekerjaan Yang Sesuai Dengan
Prodi Yang Diambil ........................................................................ 74
4.35: Indeks Kepuasan siswa dalam bidang akademik.............................. 75
4.36: Indeks Kepuasan siswa dalam bidang pribadi sosial........................ 76
4.37: Indeks Kepuasan siswa dalam bidang karir...................................... 76
4.38: Indeks Kepuasan siswa dalam layanan BK ...................................... 77
4.39: Nilai rata-rata skor penelitian layanan BK ....................................... 78

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada saat ini sudah dianggap penting, karena masyarakat telah
menyadari bahwa pendidikan mampu merubah paradigma manusia baik secara
mental, emosional, dan spiritual. Pendidikan yang paling utama adalah
membentuk manusia agar menjadi manusia yang seutuhnya.
Sebagaimana tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan oleh sebab itu Warga Negara Indonesia tanpa memandang
status sosial, ras, etnis, agama, dan gender berhak memperoleh pelayanan
pendidikan yang bermutu. Dalam Undang-undang di atas disebutkan bahwa
pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Peraturan tersebut mempertegas bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
Oleh karena itu, sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan harus mampu
memberikan fasilitas guna mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap

1
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

1
2

siswanya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan tempat


dilaksanakannya tugas-tugas pendidikan yang diarahkan untuk pencapaian tujuan
pendidikan. Tujuan akhir pendidikan adalah dihasilkannya kader-kader sumber
daya manusia yang baik, memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif
melalui penerapan kurikulum yang berlaku.
Sekolah sebagai pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan
manusia Indonesia yang bermutu adalah dengan pendidikan yang bermutu.
Pendidikan yang bermutu tidak hanya melihat pencapaian secara akademis saja,
karena terlalu naif apabila pencapaian pendidikan hanya dilihat dari aspek
akademis. Sebagaimana yang banyak terjadi di sekolah dan masyarakat, ketika
seorang anak mendapatkan nilai buruk maka dianggap bodoh dan tidak akan
menjadi orang yang sukses di masa depan. Padahal guru atau orang tua tidak tahu
apa yang menjadi minat dari anak tersebut, sehingga seorang anak merasa
dipaksakan untuk mengikuti apa yang bukan menjadi minatnya. Sebaliknya
pendidikan harus mengarahkan siswa pada pencapaian aspek perkembangan
akademik, pribadi, sosial, kematangan intelektual, serta perkembangan karir.
Setiap orang memiliki potensi tersendiri, sehingga siapapun tidak bisa
mengganggap seseorang itu gagal hanya dalam satu bidang tertentu tanpa kita
mengenal bakat dan minat yang dimiliki.
Oleh karena itu, penyelenggara pendidikan bukan hanya bertugas
melaksanakan kegiatan belajar mengajar saja, akan tetapi lebih dari itu pendidikan
harus mampu menggali bakat dan minat siswa untuk menemukan jati dirinya
dengan memberikan pembinaan kepada setiap siswanya. Berkaitan dengan
pemikiran di atas, maka pendidikan yang bermutu harus mengahantarkan peserta
didik pada pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi
perkembangan diri yang sehat dan optimal sesuai bakat dan kemampuan yang
dimiliki.
Kenyataan menunjukan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi
persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, datang
persoalan yang lain. Manusia tidak sama satu dengan yang lainnya baik dari sifat
maupun kemampuannya, ada manusia yang sanggup mengatasi persoalannya
3

sendiri dan ada juga yang harus dibantu orang lain dalam mengatasi persoalannya,
maka disinilah bimbingan konseling dibutuhkan. Berdasarkan pernyataan di atas
dapat dipahami bahwa proses pendidikan di sekolah termasuk madrasah tidak
akan berhasil secara baik apabila tidak di dukung oleh penyelenggaraan
bimbingan secara baik.
Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan memberikan
hasil yang diharapkan. Adakalanya siswa menghadapi berbagai kesulitan atau
hambatan. Kesulitan atau hambatan itu dapat dikelompokkan dalam beberapa
gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurangnya motivasi belajar, belajar
lambat, kebiasaan kurang baik dalam belajar, dan sikap yang kurang baik.
Setiap gejala masalah tersebut dapat dilatarbelakngi oleh tingkat kecerdasan
yang rendah, kurangnya motivasi, gangguan kesehatan, kurangnya sarana belajar,
kondisi keluarga yang kurang mendukung, cara guru mengajar yang kurang
sesuai, atau kondisi sekolah yang kurang baik.
Sehingga sekolah memiliki tanggungjawab yang besar membantu siswa agar
berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada
siswa untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar
siswa.2 Masalah itu bisa timbul kapan saja sehingga layanan bimbingan konseling
harus siap kapanpun jika dibutuhkan.
Layanan bimbingan konseling sering diartikan hanya untuk menangani anak-
anak yang bermasalah saja (bandel), lebih dari itu bimbingan konseling berfungsi
untuk membantu siswa yang kesulitan baik dalam belajar, maupun masalah
kepribadiannya guna memelihara hal yang positif dan mencegah hal yang negatif.
Kemudian dalam realitanya banyak kasus anak yang melakukan perilaku
penyimpangan seperti sering terjadinya tawuran antar pelajar, banyak pelajar yang
tersangkut kasus NARKOBA, kasus kekerasan seksual dan lain-lain. Itu juga
disebabkan karena kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan sosial yang
mempengaruhi perkembangan pola pikir seorang anak. Oleh karena itu, layanan

2
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Intergrasi),
(Jakarta; PT. Raja GrafindoPersada, 2007), h. 12
4

bimbingan dan konseling dianggap perlu dalam sebuah sekolah untuk mencegah
dan mengatasi permasalahan di atas.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Ashr,
Demi massa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat
menasihati supaya mentaati kebenaran, dan nasihat menasihati supaya
sabar. (QS. Al Ashr ayat 1-3)3

Tampak jelas penjabaran ayat tersebut bahwa kegiatan konseling yang


sesungguhnya hanya untuk mengingatkan, mengembangkan pola pikir yang lebih
positif, dan obyektif dalam memandang setiap permasalahan yang sedang terjadi
pada diri klien atau siswa.
Manusia dilahirkan sebagai individu yang unik terdiri atas aspek jasmani dan
rohani dengan kondisi yang bervariasi, baik dari segi fisik, kecerdasan,
kecakapan, bakat, minat, sikap, dan watak. Akan tetapi, dalam perkembangannya
sangat bergantung kepada usaha pendidikan, bimbingan, dan konseling yang
dilakukan oleh para pendidik, terutama orang tuanya.
Sebelum siswa terpengaruh oleh hal-hal yang negatif, siswa harus mengenal
dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya sendiri siswa
akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada
dirinya. Namun tidak semua siswa mampu mengenal kemampuan dirinya,
terkadang memerlukan bantuan orang lain, dan bantuan ini dapat diberikan oleh
bimbingan koseling.
Sebagaimana yang disebutkan salah satu aliran pendidikan bahwa manusia itu
terlahir seperti kertas putih yang bisa ditulis apa saja sesuai yang diinginkan,
berarti manusia itu selain dipengaruhi oleh pembawaan, juga dipengaruhi oleh
lingkungan yang akan membentuk manusia itu sendiri. Oleh karena itu bimbingan
dari orang tua dan guru diperlukan agar perkembangannya tidak terpengaruh oleh
lingkungan yang buruk.

3
Eva Arifin, Teknik Konseling di Media Massa, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), Edisi
Pertama, h. viii
5

Dengan pendidikan seseorang berharap dapat meningkatkan harkat dan


martabatnya secara sosial. Tapi pada kenyataannya banyak orang yang
berpendidikan tinggi masih merasakan pahitnya perjuangan hidup dengan
berbagai masalah yang dihadapi, bahkan sampai melakukan hal yang tidak terpuji
seperti korupsi. Tidak jarang banyak dijumpai orang yang stres akibat dari tidak
mampunya menghadapi tantangan dan kesulitan yang semakin pelik. Disisi lain
kebutuhan dan tuntutan hidup di masyarakat harus tetap terpenuhi agar mampu
bertahan hidup. Untuk itu bimbingan konseling sejak remaja sangat penting
dilakukan agar siswa mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta
dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri.
Sebagaimana yang tercantum dalam PP. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan yang bertujuan untuk memberikan nilai standar yang harus
diberikan pihak sekolah kepada siswa. Berdasarkan keputusan pemerintah
tersebut setidaknya sekolah berusaha memberikan layanan yang sebaik-baiknya
kepada siswa, seperti layanan penerimaan siswa baru, layanan pengelompokan
jurusan, layanan bimbingan dan konseling, layanan tata tertib dan lain-lain. 4
Namun dalam pelaksanaannya layanan bimbingan konseling masih terdapat
beberapa kendala termasuk di SMK Al-Hidayah Lestari, terutama berkaitan
dengan hal-hal yang menyangkut aspek-aspek dalam layanan BK, diantaranya
yang pertama adalah masalah dalam bidang bimbingan akademik, latar belakang
pendidikan dari guru BK yang tidak sesuai menjadikan peran guru BK tidak
maksimal. Dalam memberikan kepuasan layanan BK terhadap siswa, seorang
guru harus memiliki kemampuan dalam memberikan pelayanan proses belajar
mengajar yang bermutu secara konsisten dan mampu mengembangkan kurikulum
yang sesuai dengan harapan siswa. Pelayanan proses belajar mengajar yang
bermutu dapat terwujud apabila dilakukan oleh guru yang profesional.
Kemudian profesionalisme seorang guru BK juga akan berdampak pada
kurangnya perencanaan program layanan BK, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Dalam menyusun perencanaan program layanan bimbingan harus
memperhatikan kebutuhan aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Dimulai

4
PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
6

dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan setiap siswa sehingga konselor tahu
apa yang dibutuhkan untuk mencegah dan mengatasi masalahnya dan dapat
menentukan apa bentuk kegiatan yang harus diberikan serta fasilitas atau sarana
dan prasarana yang harus disediakan untuk menunjang perencanaan tersebut.
Perencanan itu meliputi perencanaan kegiatan pembelajaran, perencanaan
program, perencanaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, dan perencanaan
anggaran.
Kedua, masalah dalam bidang bimbingan pribadi-sosial yang terjadi adalah
rasio jumlah guru BK tidak sebanding dengan jumlah siswa yang dilayani. Dari
sekian banyak jumlah siswa hanya ditangani oleh satu orang guru BK, sehingga
membuat pelayanan menjadi lambat karena beban yang ditanggung guru BK
sangat banyak. Dalam lembaga pendidikan yang cukup besar dengan jumlah
siswa yang cukup banyak, paling tidak diperlukan 2 sampai 3 orang konselor,
sehingga siswa bisa mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
Ketiga, masalah dalam bidang bimbingan karir masih terdapat masalah
kurangnya sarana dan prasarana layanan BK. Dalam dunia pendidikan aspek fisik
sekolah diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar, meliputi: bangunan,
kebersihan sekolah, taman, perpustakaan, dan fasilitas lainnya. Begitu juga dalam
pemberian layana BK diperlukan ruangan khusus BK yang nyaman, serta fasilitas
pendukung seperti buku konsultasi, buku pedoman BK, adanya papan informasi,
dan ketersediaan kotak masalah. Semua fasilitas tersebut bertujuan untuk
menunjang proses bimbingan karir siswa dengan berbagai ruang atau wadah yang
tersedia, sehingga apa yang menjadi minat dan bakatnya mampu disalurkan secara
positif.
Dari beberapa permasalahan di atas, akan berdampak pada kurang
maksimalnya pemberian layanan BK baik dalam bidang akademik, pribadi-sosial,
maupun bidang karir di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus. Apabila
permasalahan ini tidak segera diatasi maka perkembangan siswa baik secara
akademik, pribadi-soial, maupun secara karir akan terhambat. Sehingga layanan
BK harus dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan supaya klien merasa senang dan
puas atas layanan tersebut.
7

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk


meneliti lebih lanjut tentang “Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Bimbingan
Konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus”.

B. Identifikasi Masalah
Dengan bertitik tolak pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Latar belakang pendidikan guru BK tidak sesuai.
2. Rasio jumlah guru BK belum sebanding dengan jumlah siswa yang
dilayani
3. Kurangnya sarana prasarana dan informasi layanan BK
4. Kurang maksimalnya implementasi layanan BK

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah agar pembahasannya tidak
terlalu luas yaitu “Kepuasan siswa terhadap layanan Bimbingan Konseling di
SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus ”. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan
lebih terfokus dengan judul yang dipilih dan didapatkan hasil yang diinginkan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
masalah yang dapat dirumuskan yaitu: “Seberapa besar tingkat kepuasan siswa
terhadap layanan Bimbingan Konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak
Bulus?”

E. Manfaat penelitian
Dari hasil penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Secara akademik
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan tentang
pelaksanaan Bimbingan Konseling
8

2. Secara praktis
Hasil penelitian ini dapat menambah pembendaharaan kepustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Secara pragmatis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi kepala sekolah dan guru
BK di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa
terhadap layanan BK di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus baik dalam bidang
bimbingan akademik, bimbingan pribadi sosial maupun bimbingan karir.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kepuasan Layanan
1. Pengertian Kepuasan Layanan
Pendidikan dalam konteks pemasaran harus mengutamakan kepuasan
layanan kepada setiap konsumennya yang dalam hal ini siswa. Karena
kepuasan layanan sebuah lembaga sekolah atau madrasah akan menentukan
perkembangan lembaga tersebut. Ketika kita berbicara tentang kepuasan maka
kita harus menyadari bahwa kepuasan antara satu orang dengan yang lainnya
berbeda, artinya sekolah harus pandai memprediksi kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Kata kepuasan berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik,
memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat), sehingga kepuasan bisa
diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai.1
Secara umum, kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul
setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap
kinerja (atau hasil) yang diharapkan.2 Kepuasan dapat dirasakan ketika
seseorang menggunakan jasa itu sendiri, kemudian baru dapat mengemukakan
pendapat mereka setelah mendapatkan layanan dari jasa tersebut.

1
Yoyoh Bahtiar Irianto dan Eka Prihatin, Pengelolaan Pendidikan, ( Bandung: Jurusan
Administrasi Pendidikan, 2010), h.322.
2
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), Cet. IV, h. 177

9
10

Sebenarnya untuk memberikan layanan yang memuaskan pelanggan itu


mudah, yakni dengan memberikan kenyataan sesuai harapan (expectation)
pelanggan. Sebaliknya, jika kenyataan lebih kecil dibandingkan dengan
harapan, maka pelanggan akan merasa kecewa. Artinya, minimal kualitas
layanan harus sebanding dengan harapan pelanggan atau bahkan kualitas
layanan yang diberikan kepada pelanggan melebihi apa yang diharapkan oleh
pelanggan.3
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pemenuhan kepuasan terhadap pelanggan menjadi sangat penting, karena
layanan yang diberikan akan membentuk persepsi terhadap pelanggan dan
pesepsi itu bisa baik atau buruk tergantung bagaimana pelanggan merasa puas
akan layanan yang diberikan.

2. Dimensi Kepuasan Layanan


Suatu layanan akan terbentuk apabila terjadi sebuah proses pemberian
layanan tertentu dari pihak penyedia layanan kepada pihak yang dilayani.
Layanan itu sendiri pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia
merupakan proses. Sebagai proses, layanan berlangsung secara rutin dan
berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.4
Layanan merupakan salah satu alat dalam melaksanakan strategi pemasaran
untuk memenangkan persaingan.
Pengertian mengenai layan prima yang yang diurai dari kata service sering
diungkapkan oleh para pelaku bisnis adalah :
a. Self awareness adalah menanamkan kesadaran diri sehingga dapat
memahami posisi, agar mampu memberikan pelayanan dengan benar.
b. Enthusiasm adalah melaksanakan pelayanan dengan penuh gairah.
c. Reform adalah memperbaiki kinerja pelayanan dari waktu ke waktu.
d. Value adalah memberikan pelayanan yang mempunyai nilai tambah.

3
Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
(Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), h.177.
4
H.A.S. Moenir, Manajemen Layanan Umum di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
Cet. IX, h. 27
11

e. Impressive yakni menampilkan diri secara menarik, tetapi tidak


berlebihan.
f. Care ialah memberikan perhatian atau kepedulian kepada pelanggan
secara optimal.
g. Evaluation ialah mengevaluasi pelaksanaan layanan yang sudah
diberikan.5
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, layanan prima adalah kepedulian
kepada pelanggan dengan memberikan layanan terbaik untuk memfasilitasi
kemudahan pemenuhan kebutuhan serta mewujudkan kepuasannya.
Dalam dunia bisnis masalah kualitas paling sering dibicarakan agar
mampu bersaing dengan para pelaku bisnis lainnya dengan cara menarik
perhatian dan minat konsumen. Pada saat ini konsumen tidak hanya melihat
dari segi kualitasnya saja, melainkan layanan yang diberikan juga sangat
berpengaruh terhadap kepuasan konsumen terlebih bagi para pengguna jasa.
Untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen pendekatan yang sering
digunakan dalam penelitian pemasaran adalah “service quality”
(SERVQUAL) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithmal, Berry.
Penelitian ini dibangun untuk membandingkan antara yang diharapkan dengan
kenyataan yang diterima. Jika layanan yang diterima lebih dari yang
diharapakan maka layanan disebut berkualitas.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman, Zeithmal, dan Berry ada
beberapa dimensi menentukan kualitas layanan, antara lain:
a. Kehandalan (Reability), yakni kemampuan guru memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, konsisten dan
memuaskan. Kriteria mutu layanan yang paling diprioritaskan oleh
anggota pelanggan, yaitu sikap empati petugas layanan yang
senantiasa memiliki tingkat kehadiran pada waktu layanan yang tinggi.
Pelayanan proses belajar mengajar yang bermutu ditandai dengan guru
membuat perencanaan untuk melaksanakan proses belajar mengajar,

5
Atep Adya Barata, Dasar-Dasar Layanan Prima, (Jakarta: PT. Gramedia, 2003) Cet.I, h.
14.
12

meleksanakan proses belajar mengajar dengan tepat waktu, guru


menguasai materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, guru
menggunakan metode pengajaran yang bervariasi dan guru mampu
memotivasi siswa untuk belajar.
b. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk
membantu dan memberikan layanan yang cepat dan tepat kepada
pelanggan dengan penyampaian informasi yang jelas. Dalam
menciptakan kepuasan terhadap siswa maka personil sekolah atau guru
BK harus lebih tanggap terhadap siswa dengan meluangkan waktu
bagi siswa untuk konsultasi, mendengarkan keluhan, serta memberikan
solusi permasalahan siswa yang terbaik sehingga siswa mampu
menyelesaikan setiap permasalahannya baik masalah akademik atau
sosial.
c. Kepastian, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (terbitan Balai
Pustaka, 2001) pengertiannya adalah keadaan yang pasti. Siswa
memilih sekolah sebagai tempat belajar dan mengembangkan potensi
yang dimilikinya berdasarkan informasi baik dari sekolah maupun
orang lain. Kepastian itu dapat mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas
dari bahaya, resiko atau keragu-raguaan. Sekolah harus mampu
memberikan jaminan pelayanan kepada siswanya dalam bentuk
kompetensi dan kualifikasi guru BK yang memadai, menguasai ilmu
tentang BK, sikap ramah dan sopan yang ditunjukan guru BK kepada
siswa sehingga siswa merasa nyaman dan aman untuk menyampaikan
permasalahannya.
d. Empati (Emphaty), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan
berupaya memahami keinginan pelanggan. Meliputi kemudahan dalam
melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan
memahami kebutuhan para pelanggannya. Dalam lingkungan sekolah
semua personil pendidikan, baik kepala sekolah, guru, dan staf harus
13

menunjukan rasa empati yang tinggi terhadap siswanya, terlebih bagi


seorang guru BK harus mampu merasakan setiap permasalahan yang
sedang dihadapi oleh setiap siswanya sehingga tahu apa yang solusi
yang seharusnya diberikan. Rasa empati itu bisa ditunjukan dengan
memberikan perhatian serta melakukan komunikasi yang baik supaya
mengetahui kebutuhan siswanya.
e. Bukti langsung (Tangibles), kemampuan suatu perusahaan
menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Meliputi fasilitas
fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. Dalam
mengukur kualitas layanan jasa tidak bisa melihat dari wujudnya
melainkan dengan merasakan apa yang diterima karena jasa tidak
dapat dilihat, diraba, atau dicium. Makna bukti langsung atau wujud
dalam dunia pendidikan berhubungan dengan aspek fisik sekolah yang
diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar, meliputi:
bangunan, taman, kebersihan lingkungan, serta fasilitas-fasilitas
lainnya.6

Selain dimensi kualitas layanan di atas, ada beberapa pendapat para ahli
mengenai dimensi-dimensi kualitas layanan seperti dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.1
Dimensi-Dimensi Kualitas Layanan7
No. Dimensi Layanan Peneliti
1 Kualitas teknis, kualitas fungsional, citra Gronroos (1979,
1982)
2 Bukti fisik, reliabilitas, daya tanggap, Parasuraman,
kompetensi, kesopanan, kredibilitas, Zeithmal, & Berry,

6
Popi Sopianti, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2010),
hal. 40-42
7
Fandy Tjiptono, Service Management: Mewujudkan Layanan Prima, (Yogyakarta: Andi,
2008), h. 94
14

keamanan, akses, komunikasi, kemampuan (1985)


memahami pelanggan.
3 Daya tanggap, kompetensi, akses, keramahan, King (1987)
komunikasi, kredibilitas, keamanan dan
understanding.
4 Reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati, Parasuraman,
bukti fisik. Zeithmal, & Berry,
(1988)
5 Kualitas teknis, kualitas integratif, kualitas Edvarddson,
fungsional, kualitas hasil Gustavsson, &
Riddle (1989)
6 Kesediaan dan kemampuan untuk melayani, Hedvall & Paltschik
akses fisik dan psikologis (1989)
7 Profesionalisme dan keterampialn, sikap dan Gronroos (1990,
perilaku, aksesibilitas dan fleksibilitas, 2000)
reliabilitas dan trustworthiness, recovery,
reputasi dan kredibilitas, servicecape.
8 Kualitas desain, kualitas produk jasa, kualitas Gummesson (1991)
proses, kualitas hasil.
9 Kualitas proses, kualitas hasil Lehtinen dan
Lehtinen (1991)
10 Kualitas pelanggan, kualitas profesional, Ovretveit (1992)
kualitas manajemen.
11 Kualitas fungsional, kualitas teknis, kualitas Rust & Oliver (1994)
lingkungan.
12 Aspek fisik, reliabilitas, interaksi personal, Dabholkar, et al.
pemecahan masalah, kebijakan. (1996)
13 Reliabilitas, perhatian pribadi, kenyamanan, Dabholkar, et al.
fitur. (2000)
14 Kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik, Brady & Cronin
15

kualitas hasil. (2001)

Dari beberapa pendapat di atas yang sering digunakan dalam


mengevaluasi kualitas layanan adalah pendapat Parasuraman, Zeithmal, &
Berry (1988).
Yang terpenting dalam dunia pendidikan adalah layanan yang dapat
diberikan kepada siswa oleh sekolah sebagai penyelenggara pendidikan demi
tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional Bab IX pasal 35 ayat
(1) : “Satandar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala”.8
Salah satu standar pendidikan nasional yang menyangkut layanan terdapat
dalam standar pengelolaan. Sekolah sebagai penyelenggara dan pengelola
pendidikan harus memperhatikan kualitas layanan yang diberikan kepada
siswa sebagai pengguna pendidikan, karena dampak dari ketercapaian
kepuasan yang dirasakan oleh siswa atas pelayanan yang diberikan sekolah
dapat meningkatkan kinerja belajar siswa sehingga akan dapat mencapai
prestasi belajar tinggi. Dalam hal ini siswa yang sedang dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan sering mengalami perubahan dalam segala
sisi, perubahan itu bisa bersifat positif dan bisa juga negatif. Oleh karena itu,
layanan diperlukan untuk mempermudah kesulitan siswa baik dalam bidang
akademik, pribadi-sosial dan bidang karir.
Dalam penelitian ini teori yang digunakan untuk mengukur kepuasan
layanan adalah teori yang dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithmal & Barry
(1988) dengan lima dimensi kepuasan layanan yaitu kehandalan, daya
tanggap, jaminan/kepastian, empati, dan berwujud.

8
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
16

B. Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling
Dalam lingkungan sekolah yang dapat mengarahkan perkembangan siswa
baik dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan adalah layanan
bimbingan dan konseling. Sebelum mengetahui pengertian layanan bimbingan
konseling, terlebih dahulu harus mengetahui apa arti bimbingan konseling.
Secara etimologi bimbingan terjemahan dari kata Guidance berasal dari
kata kerja to guide yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing,
menuntun, ataupun membantu.9 Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum
bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan. Namun meskipun
demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan.
Sedangkan menurut Dedi Supriadi bimbingan adalah proses bantuan yang
sistematis yang diberikan oleh konselor/ pembimbing kepada klien agar klien
dapat memahami dirinya, mengarahkan dirinya, memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya, menyesuaikan diri dengan lingkungannya
(keluarga, sekolah, dan masyarakat), dan mengambil manfaat dari peluang-
peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan
potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakatnya. 10
Sedangkan menurut Eva Arifin bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seseorang atau beberapa
individu baik anak-anak, remaja atau dewasa agar orang-orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.11 Melalui hal tersebut
dia (individu) akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat
memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat serta mampu
mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.

9
Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta; Ciputat Pers, 2002), h.3.
10
Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Bandung :PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 207
11
Eva Arifin , Teknik Konseling di Media Massa, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) Edisi
Pertama, h. 15-16
17

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa


bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang individu kepada
seseorang atau sekelompok individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya agar tercapai kemampuannya untuk memahami, menerima,
mengarahkan dan merealisasikan diri sesuai dengan potensi atau kemampuan
dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dari uraian di atas dapat dibatasi bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
hidupnya dan agar individu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya, atau
dengan kata lain bimbingan adalah bantuan yang diberikan secara terus-
menerus kepada seseorang dalam usaha memecahkan kesukaran-kesukaran
yang dialaminya.
Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat
mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses
penyesuaian dengan lingkungan.12 Di samping itu, istilah bimbingan selalu
dirangkaikan dengan istilah konseling, hal ini disebabkan karena bimbingan
dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral. Secara umum istilah
bimbingan dan konseling merupakan kalimat yang sukar untuk dipisahkan
keduanya merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu Guidance and
Counseling.
Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara
optimal dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.13

12
A. Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005), h. 10

13
Tim Pustaka Yustisia, Panduan Lengkap KTSP, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2007)
Cetakan Pertama, h. 208
18

Sedangkan konseling menurut Zikri Neni Iska, yakni kontak atau


hubungan antara dua orang (konselor-klien) untuk menangani masalah klien.
Yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi
berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi
klien.14

Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil


kesimpulan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan
bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui
wawancara baik melalui tatap muka langsung atau melalui alat komunikasi
antara guru pembimbing dengan klien yang bertujuan agar klien mampu
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang
optimal dan harus diingat bahwa dalam rangka usaha pemberian bimbingan
atau bantuan melalui kegiatan konseling merupakan bagian yang sangat
penting dan dinyatakan sebagai jantung dari usaha bimbingan secara
keseluruhan.

Dengan demikian bimbingan dan konseling mempunyai pengertian


sebagai suatu bantuan yang diberikan seseorang (konselor) kepada orang lain
(klien) yang bermasalah baik psikis maupun sosial dengan harapan klien
tersebut dapat memecahkan masalahnya, dapat memahami dirinya,
mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan potensinya sehingga
mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Sebagaimana yang menjadi dasar pemikiran penyelengaraan bimbingan
dan konseling di sekolah/madrasah adalah menyangkut upaya memfasilitasi
peserta didik, yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan

Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Kizi’s Brother, 2008), h.19
14
19

potensi didirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya ( menyangkut


aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).15

Dalam mendefinisikan pengertian bimbingan peneliti lebih cenderung


dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dedi Supriadi. Sedangkan mengenai
pengertian konseling peneliti sependapat dengan definisi yang dikemukakan
oleh Tim Pustaka Yustisia dalam bukunya Panduan Lengkap KTSP.

2. Tujuan Bimbingan Konseling


Tujuan bimbingan dan konseling sebenarnya sudah dapat dilihat dari
pengertian bimbingan konseling itu sendiri, yaitu untuk membantu siswa
memahami dirinya sendiri, sehingga sanggup mengarahkan diri dan
bertingkah laku yang wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat.
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu :
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupannya dimasa yang akan datang.
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin.
c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya.
d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan kerja.16

3. Fungsi Bimbingan Konseling


Keberadaan bimbingan pada setiap lembaga pendidikan (sekolah)
haruslah berfungsi seoptimal mungkin agar peran bimbingan dan konseling

Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan,, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), h.
15

144
Syamsu Yunus dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Konseling,(Bandung: PT.
16

Remaja Rosdakarya, 2006) h.13


20

nampak jelas, sehingga mampu memberikan pelayanan terhadap siswa sesuai


dengan kebutuhan mereka. Pada dasarnya tugas bimbingan dan
konseling harus mampu melaksanakan fungsi-fungsinya maka akan dapat
dirasakan bagaimana peranan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Secara umum bimbingan dan konseling berfungsi sebagai fasilitator,
sarana yang memberikan kemudahan-kemudahan baik terhadap terbimbing
17
maupun sekolah/perguruan tinggi/lembaga/masyarakat.
Bagi para siswa bimbingan dan konseling merupakan suatu usaha
pemberian bantuan yang dilakukan terhadap individu anak didik yang
bermasalah, oleh sebab itu Hallen dalam bukunya bimbingan dan konseling
mengelompokkan fungsi bimbingan kedalam lima fungsi yaitu:
a. Fungsi Pemahaman.
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Fungsi
pemahaman ini meliputi pemahaman tentang diri peserta didik
sendiri, pemahaman tentang lingkungan peserta didik, dan
pemahaman tentang lingkungan yang lebih lugas. Fungsi pemahaman
ini meliputi :

1) Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh


peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru
pembimbing.
2) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk di
dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh
peserta didik sendri, orang tua, guru pada umumnya dan guru
pembimbing.
3) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di
dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan

17
Aip Badrujaman, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, (Jakarta :
PT. Indeks, 2011), hal. 36
21

dan informasi sosial budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta


didik.

Dari ketiga penjelasan mengenai fungsi pemahaman terhadap diri


sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Layanan bimbingan dan
konseling berfungsi untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik untuk saling memahami antara dirinya dengan orang lain.
b. Fungsi Pencegahan.
Yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
tercegahnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin
timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan.
Fungsi pencegahan ini sangat bermanfaat untuk peserta didik
dalam membuat keputusan penting yang berkaitan dengan masa
depannya. Bimbingan ini berfungsi untuk memperkecil timbulnya
permasalahan yang nantinya akan dihadapi oleh peserta didik. Melalui
fungsi pencegahan ini juga membantu dalam proses perkembangan
peserta didik agar menjadi pribadi yang baik.
c. Fungsi Pengentasan.
Yaitu Melalui fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan dan
konseling akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai
masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan.
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif
peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah,
mantap, dan berkelanjutan.
Layanan bimbingan dan konseling juga berguna untuk menemukan
bakat atau kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Setelah
megetahui sebaiknya pembimbing memberikan solusi kepada peserta
22

didik untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan bakatnya


sehingga dapat menjadi motivasi tersendiri bagi dirinya.
e. Fungsi Advokasi.
Yaitu fungsi dan konseling yang akan menghasilkan
teradvokasinya atau pembelaan atas hak dan kepentingan peerta didik
yang kurang mendapat perhatian, dalam rangka upaya pengembangan
seluruh potensi secara optimal.18
Fungsi advokasi ini diperlukan dalam layanan bimbingan dan
konseling agar peserta didik merasa dihargai oleh orang lain karena
mendapatkan pembelaan dalam setiap tingkah laku yang positif.
Fungsi ini juga memberikan nasihat kepada peserta didik untuk selalu
melakukan hal-hal yang positif dan dapat mengembangkan potensi
dirinya.
Sedangkan Bimo Walgito menjelaskan bahwa fungsi seorang pembimbing
di sekolah ialah membantu kepala sekolah beserta stafnya di dalam
menyelenggarakan kesejahteraan sekolah. Sehubungan dengan fungsi ini
maka seorang pembimbing mempunyai tugas-tugas tertentu, yaitu:19
a. Mengadakan penelitian ataupun observasi terhadap situasi atau
keadaan sekolah baik mengenai peralatan, tenaga, penyelenggaraan
maupun aktivitas-aktivitas yang lain.
b. Berdasarkan penelitian atau observasi tersebut maka pembimbing
berkewajiban memberikan saran-saran atau pendapat kepada kepala
sekolah dan staf pengajar demi kelancaran dan kebaikan sekolah.
c. Menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak, baik yang bersifat
preventif, preservatif, maupun yang bersifat korektif.
1) Yang bersifat preventif yaitu dengan tujuan menjaga jangan sampai
anak-anak mengalami kesulitan, menghindarkan hal-hal yang tidak
diinginkan. Hal ini dapat ditempuh antara lain dengan:
mengadakan papan bimbingan untuk berita-berita, mengadakan

18
Hallen, Bimbingan dan Konseling..., h. 60-62
19
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta:ANDI, 2004), h. 38-39
23

kotak masalah, menyelenggarakan kartu pribadi, mengadakan


kelompok belajar, mengadakan diskusi kelompok baik mengenai
cita-cita atau pemilihan pekerjaan dan mengadakan hubungan yang
harmonis dengan orang tua murid.
2) Yang bersifat preservatif ialah usaha untuk menjaga keadaan yang
telah baik agar tetap baik, jangan sampai keadaan yang baik
menjadi tidak baik.
3) Yang bersifat korektif ialah mengadakan konseling kepada anak-
anak yang mengalami kesulitan yang tidak dapat dipecahkan
sendiri dan membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
Kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran harus memadai sudut
pandang dari bimbingan, meskipun bimbingan mencakup pola kepribadian
seseorang misalnya kesehatan dan mental atau jasmani dan rohani yang
mempengaruhi penyesuaian di sekolah. Orang tua dan pendidik mempunyai
tanggung jawab membimbing anak pada persoalan yang spesifik pada setiap
usia, walaupun guru sudah mengerti tentang bimbingan tetapi masih
membutuhkan tenaga-tenaga spesialisasi, dengan pengertian dan bantuan
penuh kesadaran dari guru.
Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling
bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan
mampu merencanakan masa depannya. Dalam hal ini bimbingan dan
konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar
masing-masing peserta didik berkembang secara optimal sehingga menjadi
pribadi yang utuh dan mandiri.

4. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling


Rumusan prinsip–prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses
penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan
uraian berikut ini akan mengemukakan prinsip–prinsip bimbingan dan
konseling yang telah diramu dari sejumlah sumber.
24

Untuk lebih memahami makna bimbingan dan konseling maka perlu


dibahas prinsip bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh Prayitno
dan Erman Amti dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, bahwa
prinsip–prinsip bimbingan konseling menyangkut empat prinsip yaitu:
a. Prinsip yang Berkenaan dengan Sasaran Layanan.
Yaitu sebuah bimbingan dan konseling yang melayani semua
individu tanpa membedakan satu sama lain dengan beraneka ragam
tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
b. Prinsip yang Berkenaan dengan Permasalahan Individu.
Yaitu bimbingan konseling yang memperhatikan kondisi mental
individu karena disebabkan adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan
budaya.
c. Prinsip yang Berkenaan dengan Program Pelayanan.
Yaitu sebuah program bimbingan koseling yang harus diselaraskan
dengan program pendidikan dimana program tersebut harus fleksibel
dengan kebutuhan individu.
d. Prinsip yang Berkenaan dengan Tujuan dan Pelaksanaan Pelayanan.
Yaitu suatu bimbingan yang dilaksanakan seorang konselor yang
bekerja disuatu lembaga, yang sangat berkepentingan dengan
penyelenggaraan program-program bimbingan dan konseling dari
waktu ke waktu.20
Dari beberapa pendapat para ahli tentang prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling maka penulis mengambil kesimpulan bahwa setiap individu baik
laki-laki maupun perempuan, anak-anak, remaja, ataupun dewasa, bahkan
orang tua dapat memperoleh bimbingan dan konseling bila memerlukan,
karena pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling tidak membedakan
antara suku, agama, ras, serta orang kaya dan orang miskin.

20
Hallen , Bimbiungan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 60-61
25

5. Asas-asas Bimbingan Konseling


Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seharusnya ada suatu asas atau
dasar yang melandasi dilakukannya kegiatan tersebut. Atau dengan kata lain,
ada asas yang dijadikan dasar pertimbangan kegiatan itu. Demikian pula
halnya dalam kegiatan bimbingan dan konseling, ada asas yang dijadikan
dasar pertimbangan kegiatan itu.Menurut Prayitno ada 12 (dua belas) asas
yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan
dan konseling. Asas-asas bimbingan dan konseling itu adalah sebagai
berikut21:
a. Asas Kerahasiaan.
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan
dankonseling, kadang - kadang klien harus menyampaikan hal - hal
yang sangat rahasia kepada konselor.
b. Asas Kesukarelaan.
Dalam memahami pengertian bimbingan dan konseling telah
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu
individu. Perkataan membantu di sini mengandung arti bahwa
bimbingan bukan merupakan suatu paksaan.
c. Asas Keterbukaan.
Asas keterbukaan merupakan asas penting bagi konselor/guru
pembimbing, karena hubungan tatap muka antara konselor dan klien
merupakan pertemuan bathin tanpa tedeng aling-aling.Dengan adanya
keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecenderungan pada klien
untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok hidupnya yang
menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya.
d. Asas Kekinian.
Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik
tolak dari masalah yang dirasakan klien saat sekarang atau kini,
namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri
menjangkau dimensi waktu yang lebih lugas, yaitu masa lalu,

21
Ibid, h. 65
26

sekarang, dan masa yang akan datang.


e. Asas Kemandirian.
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah
agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri klien.
f. Asas Kegiatan.
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang
konselor memberikan beberapa tugas dan kegiatan kepada kliennya.
g. Asas Kedinamisan.
Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai
dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku klien ke arah
yang lebih baik.
h. Asas Keterpaduan.
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin
keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing.
i. Asas Kenormatifan.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan
hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat dan lingkungannya.
j. Asas Keahlian.
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para
petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai.
k. Asas Alih Tangan.
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang
menangani masalah-masalah yang cukup pelik. Berhubung
hakekat masalah yang dihadapi klien adalah unik (kedalamannya,
keluasannya dan kedinamisannya), di samping pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh konselor juga terbatas, maka ada
kemungkinan suatu masalah belum dapat diatasi setelah proses
konseling berlangsung. Dalam hal ini konselor perlu mengalih
tangankan klien pada pihak lain (konselor) yang lebih ahli untuk
menangani masalah yang sedang dihadapi oleh klien tersebut.
27

l. Asas Tut Wuri Handayani.


Yaitu kegiatan bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti
secara terusmenerus dan aktif sampai sejauh mana klien telah
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

6. Ragam Bimbingan dan Konseling


Selain dari bentuk dan fungsi, terdapat juga ragam dari bimbingan dan
konseling. Istilah ragam bimbingan menunjuk pada bidang kehidupan tertentu
atau aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam
pelayanan bimbingan; dengan kata lain, tentang apa yang diberikan. Jadi,
dalam arti ragam dapat dikatakan macam-macam dari bimbingan dan
konseling. Ragam yang sering menjadi permasalahan terbagi menjadi tiga
bimbingan, yaitu bimbingan karier, bimbingan akademik, dan bimbingan
pribadi sosial.22

a. Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan
carabelajar yang tepat dalam memilih program studi yang sesuai dan
dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-
tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan23.
Pada bagian akademik ini, peserta didik dibimbing untuk
mempermudah dalam menemukan cara belajar yang sesuai dengan
kepribadian yang dimiliki. Cara belajar yang kurang tepat akan berimbas
kepada diri peserta didik itu sendiri, karena tidak dapat menambah
pengetahuan dikarenakan mengalami kesulitan dalam belajar. Disinilah
tugas pembimbing dalam menemukan solusi dari permasalahan yang
sedang dihadapi, agar peserta didik mampu mengembangkan kemampuan
serta dapat menemukan cara belajar yang efektif sehingga mampu
22
W.S. Winkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2004) Cet. Ketiga, h. 114
23
Ibid, h. 115
28

melaksanakan tuntutan-tuntutan dari sekolah. Bimbingan inilah yang


nantinya akan membantu siswa dalam mencapai tujuan akademik sekolah
yang diharapkan.
Bentuk kegiatan dari bimbingan akademik yaitu :
1) Masa Orientasi Siswa
2) Pembagian Kelas
3) Klinik Akademik
4) Diagnosik dan Remedial Teaching24

Kegiatan layanan akademik dimulai dengan Masa Orientasi Siswa


(MOS), pada tahap awal ini diharapkan siswa dapat mengenali sekolah
yang menjadi pilihan dalam belajar menuntut ilmu, karena sebelumnya
siswa hanya mengetahui sekolah hanya lewat brosur. Tujuan lain dari
diadakannya kegiatan MOS yaitu agar siswa mampu bersosialisasi dengan
lingkungan, budaya, dan suasana baru sekolah.
Yang dimaksud orientasi sekolah yaitu layanan yang membantu
peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkunga
sekolah/madrasah dan objek-objek yang dipelajari untuk menyesuaikan
diri serta mempermudah peran peserta didik di lingkungan yang baru.25
Lingkungan fisik sekolah yaitu meliputi bangunan ruang kelas, ruang
kantor guru, lapangan, laboraturium, perpustakaan, kantin, dan fasilitas
lainnya. Lingkungan sosial sekolah yaitu interaksi dengan kepala sekolah,
guru, tenaga kependidikan, dan penjaga sekolah.Diharapkan setelah
perkenalan dengan lingkungan sekolah siswa mampu beradaptasi dengan
baik dan dapat belajar dengan nyaman di sekolah.
Kedua, pembagian kelas yaitu keseluruhan siswa nantinya akan di
tempatkan dalam kelas-kelas yang tersedia di sekolah. Kelas yang
digunakan untuk belajar harus nyaman, luas, dan bersih sehingga siswa

24
Panduan layanan akademik siswa, Direktorat Pembinaan SMA Diakses melalui
http://www.docstoc.com/docs/24754238/5bLayanan-Akademik-Siswa Pada tanggal 20
November 2013
Fenti Hikmawanti, Bimbingan Konseling, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal.19
25
29

mampu berkonsentrasi dengan materi yang diajarkan oleh guru. Jumlah


siswa pada setiap kelas harus disesuaikan dengan kondisi kelas karena jika
terlalu banyak siswa maka guru akan sulit mengawasi masing-masing
siswa.
Ketiga, klinik akademik yaitu tempat khusus yang disediakan oleh
sekolah dalam mecurahkan permasalahan yang dihadapi oleh pribadi siswa
yang berkaitan dengan proses pembelajaran atau mengenai masalah
pribadi yang sedang dihadapinya. Klinik akademik ini diharapkan menjadi
solusi bagi seluruh siswa yang sedang mempunyai masalah akan
mendapatkan motivasi sehingga siswa dapat kembali menjalankan
aktivitas sebagai pelajar.
Keempat, Diagnostic atau Remedial Teaching, yaitu mendiagnosa
siswa yang mempunyai kebutuhan atau keterampilan khusus untuk selalu
mendapat perhatian ekstra dari sekolah. Sedangkan remedial teaching
yaitu upaya guru untuk menciptakan situasi yang memungkinkan individu
atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya
seoptimal mungkin sehingga memenuhi kriteria keberhasilan minimal
yang diharapkan.26 Tujuannya untuk memotivasi siswa untuk lebih baik
dalam mengerjakan tugas dari guru. Bantuan perbaikan ini diberikan
kepada siswa atau kelompok siswa yang kurang atau lambat dalam belajar
dengan memberikan perhatian yang lebih banyak serta diberikan tugas-
tugas yang sederhana.

b. Bimbingan pribadi-sosial
Bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan dalam menghadapi
keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam
batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri, di bidang kerohanian,
perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan

A. Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling,…, h. 23


26
30

sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan


dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial)27.
Bimbingan pribadi ditujukan untuk mengontrol konflik batin yang
dapat timbul dalam diri siswa dengan mengumpulkan data yang relevan
tentang kepribadian siswa, misalnya sifat-sifat yang tampak dalam tingkah
laku, latar belakang keluarga dan kondisi kesehatan, dengan memberikan
arahan tentang nilai dan norma agama serta pemberian motivasi agar siswa
tahu bagaimana sikap dan tindakan dalam menghadapi kesulitan yang
timbul. Sedangkan bimbingan sosial ini mengajarkan peserta didik agar
mampu bersosialisasi dengan teman, guru, dan masyarakat sekitar.
Manfaat dari bimbingan pribadi-sosial yaitu membentuk pribadi
peserta didik yang bermasyarakat, peduli akan lingkungan sekitar dimana
ia tinggal maupun lingkungan sekolah. Karena kehidupan sekarang ini
lebih menekankan kepada sifat individualis yang tidak memperhatikan
orang disekitarnya. Padahal lingkungan sosial itu sangat penting karena
kita dapat mempelajari berbagai ragam sifat yang dimiliki individu
lainnya.
Beberapa bentuk kegiatan bimbingan pribadi-sosial diantaranya
penanaman nilai-nilai agama, konsep pola hidup sehat, contoh pola
hubungan dengan teman sebaya, motivasi dan semangat untuk menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang menjadi program sekolah.28
Penanaman nilai agama sangat penting supaya siswa berkepribadian
baik dan berprilaku sesuai dengan ajaran agama. Sedangkan motivasi
diberikan agar siswa selalu bekerja keras dalam menuntut ilmu sehingga
yang dicita-citakan dapat terwujud, motivasi tersebut bisa dalam bentuk
semangat umtuk pelajaran yang lebih tinggi, semangat untuk
mempersiapkan karir, dan semangat untuk berperan aktif dalam kehidupan
masyarakat.

W.S. Winkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,..., h.
27

118
28
A. Juntika Nurihsan, Strategi Layanan dan Bimbingan Konseling …, h. 28
31

c. Bimbingan Karier
Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau
jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku
jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari
lapangan pekerjaan yang telah dimasuki29.
Dalam dunia kerja bimbingan karier diperlukan seseorang untuk
mengembangkan potensi dirinya dalam pekerjaan. Apabila seseorang telah
mengetahui jelas tugas-tugas kerja , kemampuan yang dimiliki maka akan
mempermudah untuk mengerjakan pekerjaan dan dapat menghasilkan
keuntungan untuk perusahaan tempat ia bekerja. Sebaliknya, jika
seseorang tidak mengetahui segalanya yang berkaitan dengan pekerjaan
maka karier tersebut dipastikan tidak mengalami peningkatan, dan akan
berdampak kerugian bagi perusahaan.
Jadi, dalam bimbingan karier ini peserta didik dibimbing untuk dapat
mengambil keputusan yang penting untuk masa depannya, agar tidak
tersesat dalam perkembangan zaman.Kegiatan bimbingan karieryaitu :30
1) Pemilihan studi lanjutan
Pemilihan studi lanjutan yaitu pihak sekolah memberikan arahan
kepada siswa semester akhir yang akan lulus dalam memilih studi
lanjutan. Tahap ini pihak sekolah harus menjelaskan secara baik
tentang program studi yang akan dipilih sehingga siswa dapat
menemukan program studi yang sesuai dengan keinginannya.
2) Promosi Perguruan Tinggi
Promosi perguruan tinggi yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa perwakilan dari universitas untuk memperkenalkan kampus

W.S. Winkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan..., h.
29

114
30
Panduan layanan akademik siswa, Direktorat Pembinaan SMA Diakses melalui
http://www.docstoc.com/docs/24754238/5bLayanan-Akademik-Siswa Pada tanggal 20
November 2013
32

kepada seluruh siswa kelas akhir sehingga siswa merasa tertarik untuk
melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Kegiatan ini
terlaksana karena adanya adanya kerja sama antara sekolah dengan
banyak universitas terkemuka di sekitar wilayah sekolah sehingga
menguntungkan untuk sekolah dan pihak kampus.
3) Pemilihan Jurusan
Pemilihan jurusan yaitu sekolah harus mengadakan pertemuan
yang dihadiri oleh seluruh siswa kelas akhir yang ingin melanjutkan
sekolah ke perguruan tinggi untuk menjelaskan jurusan yang terdapat
di universitas agar siswa dapat memilih jurusan yang sesuai dengan
keinginan siswa tersebut sehingga bakat dan kemampuan dapat
berkembang dengan baik.

Selain dari ketiga kegiatan tersebut, kegiatan dalam bimbingan karir


juga bisa berupa pemberian wawasan tentang perkembangan dunia kerja,
dengan menyediakan informasi tentang dunia kerja, melakukan kegiatan
praktik kerja lapangan (PKL), dan kerjasama sekolah dengan perusahaan.
Kegiatan ini dipandang perlu mengingat tidak semua lulusan SMK bisa
melanjutkan ke perguruan tinggi sehingga siswa perlu diberikan keahlian
dan keterampilan tentang peluang dan tantangan dunia kerja saat ini.
Jadi, pada ragam bimbingan ini siswa diberikan banyak sekali
bimbingan mulai dari akademik, karier, dan pribadi-sosial. Semua
difokuskan kepada perkembangan peserta didik secara menyeluruh untuk
menciptakan generasi yang handal, cerdas, dan bermoral sehingga tidak
salah dalam mengambil keptusan penting dalam hidupnya.

C. Kerangka Berpikir
Bimbingan dan konseling di sekolah berkaitan erat dengan proses pendidikan
dan merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan proses pendidikan. Dasar
pemikiran pentingnya penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah bukan
terletak pada ada tidaknya dalam landasan hukum (perundang-undangan), akan
33

tetapi menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu


mengembangkan potensi dirinya. Dalam istilah pendidikan disebutkan bahwa
pemberian kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk memperoleh
pelayanan pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun badan swasta.
Kemudian faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan adalah
adanya perubahan sistem pendidikan sehingga peserta didik sulit untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan sistem pendidikan.
Selain itu juga ada faktor psikologis dimana faktor ini dipengaruhi oleh
pembawaan dan kematangan serta lingkungan, sehingga untuk mencapai
perkembangan yang optimal diperlukan asuhan yang terarah.
Dilihat dari fase perkembangan, para siswa akan melalui fase anak sekolah,
fase remaja, dan fase dewasa. Dimana untuk mencapai kedewasaan tersebut
ditandai dengan perubahan dan perkembangan dari berbagai aspek, seperti aspek
biologis, intelektual, emosional, sikap, dan nilai. Dalam masa transisi seperti itu
para peserta didik sering mengalami kesulitan dalam memecahkan masalahnya.
Untuk itu layanan bimbingan konseling dipandang perlu sebagai motivasi bagi
siswa dalam menerima dan memahami perubahan yang terjadi.
Dalam hal ini pihak-pihak yang bisa memberikan motivasi di lingkungan
sekolah ialah kepala sekolah, wali kelas, guru bidang studi atau guru BK. Akan
tetapi yang seharusnya mempunyai peran lebih besar dalam memotivasi siswa
adalah guru BK. Motivasi yang dapat diberikan ada tiga macam yaitu layanan
dalam bidang akademik berupa bimbingan dalam menemukan cara belajar yang
tepat dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan
belajar di sekolah.
Kemudian layanan dalam bidang pribadi-sosial berupa bimbingan yang
berkaitan dengan pemberian motivasi agar siswa tahu bagaimana sikap dan
tindakan dalam mengahadapi kesulitan yang timbul dan mengajarkan siswa agar
mampu bersosialisasi dengan lingkungannya. Dan yang terakhir adalah layanan
dalam bidang bimbingan karir berkaitan dengan bagaimana seorang guru BK
mampu mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik dalam mencapai segala cita-
cita yang diimpikannya.
34

Semua itu bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada peserta didik


dengan memberikan layanan yang terbaik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
tingkat kepuasan siswa terhadap layanan bimbingan konseling di sekolah apakah
siswa sudah merasa termotivasi atau belum atas layanan yang diberikan baik
dalam bidang bimbingan akademik, bidang bimbingan pribadi-sosial, maupun
bidang bimbingan karir guna meningkatkan kualitas pelayanan supaya lebih baik.
Bagan lengkap dapat dilihat di bawah ini sebagai berikut :

Bagan Kerangka Berpikir

.sSISWA MOTIVASI WALI KELAS

TERMOTIVASI GURU BK

BIDANG BIDANG BIDANG KARIR


AKADEMIK PRIBADI
SOSIAL
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMK Al-Hidayah Lestari, Jalan Kana Lestari
Blok K/I Lebak Bulus Jakarta Selatan.

Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
JenisKegiatan Feb Mart - Juni Juli Agu Sept Okt Nov Des-
Mei
feb
Penetapan Judul &
Penyusunan Proposal
Penelitian
Penyusunan latar
belakang masalah
Penyusunan Kajian
Teori
Penyusunan
metodologi penelitian
Penyebaran Angket dan
Wawancara
Pengolahan dan
Analisis Data

35
36

B. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang mengungkap serta
menjelaskan permasalahan yang diteliti dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif dan metode deskriptif analisis, yang berarti penelitian yang dilakukan
dengan surveiguna meringkas berbagai kondisi dan situasi yang sebenarnya pada
saat penelitian dilakukan. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini
atau saat yang lampau.1 Gambaran tentang suatu keadaan tersebut kemudian
dijelaskan, dianalisis dan disajikan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah
gambaran jelas dan sistematis.
Dalam hal ini penulis menjelaskan bagaimana tingkat kepuasan siswa
terhadap layanan bimbingan konseling. Adapun untuk mempermudah data, fakta
dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam
penelitian ini, penulis menggunakan penelitian lapangan yaitu: Jenis penelitian
lapangan ini dimaksudkan agar dapat diperoleh fakta, data dan informasi yang
lebih obyektif dan akurat mengenai tingkat kepuasan siswa terhadap layanan
bimbingan konseling.

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Al-Hidayah Lestari
Lebak Bulus pada tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 178 siswa. Populasi
target dalam penelitian ini seluruh kelas XII, seperti tabel di bawah ini.

1
Nanang Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2006) h. 54
37

Table 3.2
Data Siswa Kelas XII SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
Jumlah
No Kelas Jumlah
Laki – Laki Perempuan Keseluruhan

1 XII AK-1 18 17 35

2 XII PJ-1 26 10 36

3 XII PJ-2 27 8 35

4 XII AP-1 18 19 37

5 XII AP-2 12 23 35

6 Jumlah 101 77 178

Sumber Data Siswa SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus TA 2013/2014

Namun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki penulis makapenelitian


ini hanya dibatasi pada populasi terjangkau yaitu siswa kelas XII yang berjumlah
178siswa, karena adanya homogenitas dalam pemberian layanan kepada seluruh
kelas XII sehingga peneliti mudah memilih siswa untuk menjadi populasi
terjangkau. Siswa kelas XII dipilih karena telah merasakan layanan bimbingan
konseling lebih lama dan sedang berada pada tahap mempersiapkan jenjang karir
berikutnya sehingga diharapkan dapat memberikan pendapat bagaimana layanan
yang diberikan, sedangkan siswa kelas X belum mendapatkan layanan bimbingan
konseling, sedangkan kelas XI masih belum cukup lama merasakan layanan
bimbingan konseling. Adapun jumlah sampel siswa yang diambil adalah 20% dari
jumlah populasi yang ada yang berjumlah 178 dengan perhitungan 20% x 178 =
36 responden. Hal ini berdasarkan pendapat dari Suharsimi Arikunto, yaitu:
“ Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlahnya lebih
besar, dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih.2

2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineke
Cipta, 2002), cet. Ke- 12 (Edisi Revisi V), h. 112
38

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam hal ini peneliti memakai metode pengumpulan data melalui manusia
sebagai subjek penelitian, yang diantaranya meliputi :
1. Angket
Sekumpulan pernyataantertulis yang bersifattertutupdenganpilihan yang
sudahdisediakan. Pernyataan yang diajukanolehpenulisadalah yang
berhubungandengan kepuasan siswa terhadap layanan Bimbingan Konseling
di SMK Al-Hidayah Lestari, dengan menyediakan jawaban item setiap
instrumen dengan menggunakan rumus skala likert gradasi3, yaitu:
a. Sangat puas
b. Puas
c. Tidak puas
d. Sangat tidak puas
2. Wawancara
Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi
tentang layanan bimbingan konseling yang ada di sekolah guna melengkapi
data angket. Adapun dalam wawancara ini yang menjadi responden adalah
guru BK dan Kepala Sekolah. Setelah wawancara data tersebut digunakan
untuk memperkuat hasil penelitian
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperolehdata yang dapat berbentuk
tulisan atau gambar sebagai penguat dalam penyusunan dan penyampaian
yang akan disajikan penulis. Dalam penelitian ini penulis mencari data
tentang kelengkapan sarana dan prasarana layanan BK untuk melengkapi
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaftif, Kualitatif, dan R&D),


3

(Bandung: Alfabeta, 2010), cet. Ke-10, h.135


39

E. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk kuesioner,
pedoman tersebut berisi tentang kepuasan layanan program bimbingan konseling.
Instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Untuk membuat
instrumen penelitian ini terlebih dahulu membuat matriks variabel agar diketahui
indikator-indikator apa saja yang menjadi instrumen yang sesuai dengan variabel
pada penelitian ini.

Matriks variabel ini didapat melalui studi penulis mengenai uraian teori-teori
yang telah dikemukakan di bab sebelumnya, sehingga penulis dapat menentukan
dimensi variabel dan indikator-indikator variabel yang dijadikan sebagai
instrumen penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu,
layanan bimbingan konseling (X) dan kepuasan siswa (Y).

Tabel.3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Butir
No. Indikator
Penelitian Penelitian Soal
1. Bimbingan a. Melakukan masa orientasi 1-5
akademik siswa (MOS)
b. Melakukan pembagian kelas. 6-8
c. Ketersediaan klinik
akademik 9 - 11
d. Memberikan Diagnostic atau
Remedial Teaching kepada
siswa yang berkebutuhan 12 -15
khusus.
Layanan
Bimbingan 2. Bimbingan a. Memberikan arahan tentang
Dan pribadi-sosial perkembangan pribadi siswa
Konseling yang berkaitan dengan 16 - 18
intelektual,spiritual,
danemosional.
b. Memberikan bimbingan
tentang pergaulan di
lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat. 19 - 21
40

3. Bimbingan a. Memberikan arahan dalam


karier memilih studi lanjutan bagi 22 - 25
siswa kelas akhir.
b. Memberikan wawasan
tentang dunia kerja. 26 - 30

F. Teknik Pengolahan Data, AnalisisData dan Interpretasi Data


1. Teknik Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil angket selanjutnya akan diolah dan
dianalisa melaui tahap editing, tabulasi, skoring dan persentase.
a. Editing adalah memeriksa instrumen yang telah diisi tentang
kebenaran dan kelengkapannya, kemudian dikelompokkan sesuai
dengan isinya.
b. Tabulating adalah membuat tabel-tabel untuk memasukkan jawaban-
jawaban responden yang kemudian dicari persentasenya untuk
dianalisa.
c. Skoring
Untuk menentukan skor hasil dari penelitian ditetapkan bahwa untuk
jawaban setiap item pernyataan diberi skor:
Sangat puas (yang setara) = skor 4
Puas (yang setara) = skor 3
Tidak puas (yang setara) = skor 2
Sangat tidak puas (yang setara) = skor 1

2. Teknik Analisis Data


Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan, agar data yang terkumpul itu
dapat dianalisa kemudian diambil kesimpulan. Dalam proses ini penulis,
menggunakan teknik analisa secara deskriptif untuk memaparkan hasil yang
diperoleh.
41

2.1. Dalam menghitung data-data yang didapatkan penulis menggunakan


rumus persentase, sebagai berikut :

F
P  x100 %
N

Keterangan :

P = Persentase

F = Frekuensi jawaban

N = Jumlah responden4

2.2. Nilai rata-rata (mean) merupakan jumlah dari sekelompok data dibagi
banyaknya data. Selain menghitung persentase data frekuensi, maka
perlu dicari nilai rata- rata (mean) pada suatu data dari masing-masing
indikator digunakan rumus sebagai berikut 5:


− =

3. Interpretasi Data
Untuk memberikan interprestasi atas nilai rata-rata yang diperoleh
digunakan pedoman interprestasi sebagaimana yang dikemukakan oleh
Suharsimi Arikunto, yaitu sebagai berikut:
1. Sangat Puas, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 81 - 100%.
2. Puas , jika nilai yang diperoleh berada pada interval 61 - 80%.

4
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2004), Cet. XIV, h. 43
5
Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Peneliti, (Bandung: Refika Aditama, 2012),
h. 34-35s
42

3. Tidak Puas, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41 - 60%.
4. Sangat Tidak Puas, jika nilai yang diperoleh berada pada interval <
40%.6

Untuk menentukan presentase, digunakan perhitungan sederhana dengan


langkah-langkah sebagai berikut:

 Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan


mengkalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.
 Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata
sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.
 Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus:

NS
P x100%
NH

6
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, “Evaluasi Program Pendidikan
Pedoman Teoretis Praktik Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan”, (Jakarta, PT Bumi Aksara,
2009), Cet.3, h. 35
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus


1. Sejarah Berdirinya SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus

Berdirinya SMK Al Hidayah Lestari adalah perwujudan dari keinginan


Yayasan Pendidikan Islam Al Hidayah Lestari dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membangun mansuia Indonesia seutuhnya, yaitu
mansusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta mempunyai
rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa

Yayasan Pendidikan Islam Al Hidayah Lestari didirikan pada tanggal 20


Januari 1956 sampai dengan tahun 1992 telah memiliki lembaga pendidkan
seperti : Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
telah mapan. Pada tahun pelajaran 1992/1993 didirikan Sekolah Menengah
Atas (SMA), tetapi sayangnya banyak menghadapi kendala, salah satunya

43
44

adalah faktor minat calon siswa baru sangat minim untuk memasuki sekolah
tersebut, maka Sekolah Menengah Atas (SMA) ditiadakan sementara.

Tepatnya tanggal 16 Juli 1993 diadakan musyawarah yang dihadiri oleh:


1. H. Machmud : Pendiri Yayasan Pendidikan Islam
Al Hidayah
2. Hj. Siti Sa’diyah : Ketua Yayasan Pendidikan Islam
Al Hidayah
3. Drs. H. Marzuki Mahmud : Seksi Pendidikan
4. Drs. Salman Tumanggor : Kepala Sekolah Pertama
Untuk membicarakan jenis sekolah yang akan dibuka, mengingat Sekolah
Menengah Atas (SMA) peminatnya sangat minim. Dari Hasil musyawarah
disepakati, bahwa :

1. Sekolah yang akan didirikan adalah sekolah kejuruan: yaitu Sekolah


Menengah Ekonomi Atas (SMEA=SMK), yang diberi nama SMEA
Al- Hidayah Lestari pada tanggal 20 Juli 1993
2. Kepala Sekolah : Drs. Salman Tumanggor
3. Biaya operasional sementara ditanggung oleh Yayasan

Setelah SMA bermetamorfosis menjadi SMK dengan beberapa kali


berganti kepala sekolah, dan yang saat ini dipimpin oleh Hj. Parhanah, S.E,
MM, ternyata mendapatkan apresiasi yang bagus di mata masyarakat dan
dari tahun ke tahun semakin banyak peminatnya, itu terbukti dari neraca
penerimaan siswa baru yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Saat ini SMK Al-Hidayah Lestari memiliki 3 jurusan yaitu, jurusan


akuntansi, jurusan administrasi perkantoran dan jurusan pemasaran.
Ditunjang dengan gedung yang berdiri pada tanah milik sendiri dengan guru-
guru yang rata-rata pendidikannya S1. Walaupun SMK Al-Hidayah Lestari
berstatus sekolah swasta tapi mampu bersaing dengan sekolah-sekolah yang
lain.
45

2. Visi Misi SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus


a. Visi
“Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Islami Trampil dan
Handal Serta Berwawasan Global”

b. Misi
1) Menciptakan Kepribadian Muslim yang berakhlak Mulia dan
berguna bagi Bangsa dan Negara
2) Mendorong SDM yang Religius dan berwawasan
3) Mendidik SDM yang memiliki Kualifikasi Unggul
4) Membentuk SDM yang Terampil dan Handal

3. Perangkat SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus

Berikut ini dipaparkan perangkat yang ada di SMK Al-Hidayah Lestari


Lebak Bulus dimulai dari data guru, siswa, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, dan organisasi siswa.

a. Data Guru
salah satu komponen penting yang harus ada pada sebuah institusi
pendidikan adalah guru. Peran guru sangatlah penting atas
terselenggaranya proses pembelajaran di sekolah. Di samping itu, guru
adalah orang yang paling sering berinteraksi langsung dengan peserta
didik, oleh karena itu berhasil atau tidaknya proses pembelajaran salah
satunya dipengaruhi oleh kualitas guru.
Adapun guru SMK Al-Hidayah Lestari berjumlah 27 orang yang rata-
rata mempunyai kualifikasi akademik Strata satu (S1) di bidangnya
masing-masing. Status guru di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak bulus
bervariasi, ada yang PNS, ada Guru Tetap (GT), dan ada juga Guru Tidak
Tetap (GTT). Namun masih ada beberapa guru pengampu mata pelajaran
yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, sehingga
berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Hal ini harus menjadi
46

perhatian pihak sekolah supaya visi, misi, dan tujuan sekolah dapat
tercapai dengan baik.
Data guru SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus pada tahun ajaran
2013/2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Data guru SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
No. Nama Jabatan Pendidikan Bid. Studi
1. Hj. Parhanah, SE, MM Kepala Sekolah S2 Ekonomi
2. Drs. Fahrudin Wakabid. Kurikulum S1 B.Inggris
3. H.M. Amin, S.A.g Wakabid. Kesiswaan S1 PAI
4. Hj. Fadlillah, SH, MM Wakabid. Sarana S1 Kewirausaha
an
5. Siti Komariah, SE Wakabid. Humas S1 Akuntansi
6. Wardah Hayati, S.Pd Guru bidang studi S1 B. Indonesia
7. Hj. Hazamih, M.Pd Guru bidang studi S2 B. Indonesia
8. Ety P.S, S.Pd Kajur AP & Wali Kelas S1 B. Indonesia
X. AP-1
9. Rini S, S.Pd Wali Kelas XII. AP-1 S1 PKN
10. Anton H, S.Pd Wali Kelas XII. PJ S1 Pemasaran
11. Abd. Ghofur Daud, S.Pd Wali Kelas XII. AP-2 S1 Adm.
Perkantoran
12. Nurlina, S.Pd Kajur PM & Wali Kelas S1 Pemasaran
XI. PJ
13. Drs. Basrin Malau Guru bidang studi S2 BP/BK
14. H. Budi Suhartono, S.Si, Guru bidang studi S2 Matematika
MM
15. Zakiyah, S.Pd Wali Kelas XI. AP-2 S1 Matematika
16. Mansur, SE Ketua POKJA/II. AK S1 Akuntansi
17. Lamsarma Limbing, S.Pd Guru bidang studi S1 Matematika
47

18. H. Muhyi Chaerudin Guru bidang studi S1 PAI


19. H. Faisal Faiz Amd, S.Pd Wali Kelas X. AK S1 B. Inggris
20. D. Suryadin Amd, Wali Kelas XI. AP-1 S1 KKPI
S.Kom
21. Mediastuti, S.Pd Wali Kelas XII. AK-1 S1 Matematika
22. Lia Marantika, S.Pd Wali Kelas X. AP-2 S1 B. Inggris
23. Eny Eviyanti, S.Pd Wali Kelas X. PJ-2 S1 Biologi
24. Ammar Rulloh, S.Si Wali Kelas X. PJ-1 S1 B. Arab
25. Sri Sutarsih, S.Pd Guru bidang studi S1 IPS
26. Wahyu Tri S, S.Pd Guru bidang studi S1 Penjaskes
27. Siti Fannah, S.Sas Guru bidang studi S1 B. Jepang
Sumber: Laporan keadaan guru SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus

Dari tabel tentang data guru diketahui bahwa secara umum guru-guru
SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus berlatar belakang sarjana
pendidikan. Kondisi tersebut sangat memungkinkan untuk dapat
mewujudkan proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pada
tingkat sekolah dapat tercapai dengan baik

b. Data Siswa
SMK Al-Hidayah Lestari merupakan salah satu sekolah menengah
kejuruan yang cukup banyak peminatnya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
siswa yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan.
Adapun jumlah siswa/i SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus secara
keseluruhan berjumlah 488 siswa, terdiri dari 238 siswa laki-laki dan 250
siswa perempuan. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
48

Tabel 4.2

Keadaan siswa SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus

Jumlah Siswa
No. Kelas Jurusan Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 AP 1 12 24 36
3 PJ 1 21 13 34
X
4 PJ 2 21 14 35
5 AK 19 17 36
Jumlah 73 68 141
6 AP 1 7 25 32
7 AP 2 15 19 34
8 XI PJ 1 20 14 34
9 PJ 2 15 16 31
10 AK 7 31 38
Jumlah 64 105 169
11 AP 1 18 19 37
12 AP 2 12 23 35
13 XII PJ 1 26 10 36
14 PJ 2 27 8 35
15 AK 18 17 35

Jumlah 101 77 178


Sumber: Keadaan siswa SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus

c. Data Tenaga Kependidikan


Untuk dapat memberikan pelayanan sebuah lembaga pendidikan perlu
memiliki jumlah tenaga kependidikan yang memadai dan memiliki
kualifikasi sebagaimana yang diharapkan. Adapun tenaga kependidikan
yang dimiliki SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus berjumlah 9 orang
dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Data selengkapnya tertera pada
tabel dibawah ini.
49

Tabel 4.3

Data Tenaga Kependidikan SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus

Pendidikan
No. Nama Jabatan
Terakhir
1 Lukman Hakim, S.Pd Kabag. TU S.1
2 Faisal, SE Bendahara TU S.1
3 Syarifudin, S.Pd Staf TU S.1
4 Qaedar Firman M Staf TU SMA
Pegawai
5 Satriyana, SE S.1
Perpustakaan
6 Oktavina Guru Piket SMA
7 Untung Basuki Security SMA
8 Gatot Kardianto Office Boy SMA
9 Agus Karto Suryo Office Boy SMA
Sumber: Laporan Keadaan staff TU SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus

Tugas dari tenaga kependidikan adalah melayani guru dan siswa


dalam membantu jalannya proses belajar mengajar di sekolah. Jika dilihat
dari perbandingan jumlah siswa, tenaga kependidikan yang ada sudah
cukup memadai, akan tetapi perlu ada penambahan staf tata usaha agar
bagian administrasi bisa memberikan layanan dengan efektif dan efisien.
Selain staf TU, ada juga 1 orang security yang bertugas menjaga sekolah,
serta 2 orang office boy yang bertugas membantu membersihkan
lingkungan sekolah.

d. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana merupakan syarat penting agar dapat
menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif dan menghasilkan
lulusan yang berdaya guna. Pada saat ini SMK Al-Hidayah Lestari Lebak
Bulus memiliki luas tanah seluas 2094 M2 dan luas bangunan 1750 M2,
bangunan yang ada pada SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus terdiri
50

dari berbagai ruangan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.4

Daftar sarana dan prasarana SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus

No. Bangunan Banyak Ruangan


1 Ruang Kelas 15
2 Ruang Perpustakaan 1
3 Ruang BK 1
4 Ruang Kepala Sekolah 1
5 Ruang Guru 1
6 Ruang TU 1
7 Ruang Laboratorium 6
8 Ruang Gudang 1
9 Ruang WC Siswa 5
10 Ruang WC Guru 2
11 Lapangan Olahraga 1
12 Lapangan Parkir 1
13 Ruang Studio 1
14 Mushola 1
15 Koperasi Sekolah 1
16 Kantin 1
17 Ruang Serbaguna 1
Sumber: Laporan keadaan sarana prasarana SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa keadaan sarana dan


prasarana sudah cukup lengkap. Namun tidak semua ruangan tersebut
memiliki perlengkapan yang dibutuhkan, seperti ruang BK yang belum
dapat dimanfaatkan secara optimal karena sarana pendukungnya belum
tersedia serta kondisi ruangan yang sempit dan pengap sehingga
51

berdampak pada kurang optimalnya layanan BK yang diberikan kepada


siswa.
e. Organisasi Siswa
Dalam sekolah terdapat berbagai aktivitas yang diikuti oleh siswa,
baik aktivitas yang bersifat intra maupun ekstra. Di kalangan siswa-siswi
SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus dibentuk suatu organisasi induk
yang berfungsi merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan di sekolah
dengan kemampuan sendiri. Organisasi ini disebut dengan Organisasi
Siswa Intra Sekolah (OSIS). Dalam perkembangannya kegiatan OSISI di
SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus berjalan dengan lancar dan
terprogram. Kenyataannya dapat dilihat dari berbagai program kegiatan
seperti pelaksanaan MOS, perayaan hari besar agama, peringatan hari
nasional, kenaikan kelas, dan perpisahan.
Selain itu dibentuk pula organisasi ekstra yang bertujuan untuk
menyalurkan bakat dan minat siswa serta untuk mengembangkan potensi
siswa. Beberapa kegiatan ektrakulikuler yang ada di SMK Al-Hidayah
Lestari Lebak Bulus, antara lain sebagai berikut:
1) ROHIS (Rohani Islam)
2) Paskibra (Pasukan Pengimbar Bendera)
3) Olah Raga (Basket, Volley, Futsal dan Karate)
4) Marawis
5) Band
6) Majalan Dinding
7) Jurnalistik

Dari berbagai kegiatan ekstrakulikuler di atas meliputi berbagai aspek,


baik tentang nilai-nilai keagamaan, kedisiplinan, kesehatan, kesenian, dan
keterampilan. Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi wadah
bagi perkembangan potensi siswa yang positif.
52

B. Deskripsi Data dan Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis
memperoleh data dan informasi mengenai analisis Kepuasan Siswa Terhadap
Layanan Bimbingan Konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
melalui penyebaran angket kepada siswa dengan jumlah responden 36 siswa.

1. Deskripsi Data
Kemudian data dan informasi yang sudah terkumpul dianalisa untuk
menjawab permasalahan yang ada dalam pembahasan skripsi melalui tabel-
tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 4.5
Kejelasan guru BK dalam memberikan orientasi di awal ajaran baru
No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 4 11,1
Puas 14 38,8
1 Tidak puas 16 44,4
Sangat tidak puas 2 5,5
Jumlah 36 100%

Salah satu tugas dari guru BK dalam bidang akademik adalah memberikan
orientasi kepada siswa di awal tahun ajaran baru. Presentase di atas
menunjukan bahwa siswa tidak puas dengan layanan orientasi yang diberikan
oleh guru BK di awal tahun ajaran baru, hal ini dapat dilihat dari 11,1%
responden menjawab sangat puas, 38,8% responden menjawab puas, 44,4%
responden menjawab tidak puas, 5,5% responden menjawab sangat tidak puas
terhadap orientasi yang diberikan guru BK di awal tahun ajaran baru.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran guru BK dalam


memberikan orientasi di awal tahun ajaran baru belum berjalan maksimal dan
perlu ditingkatkan kembali agar siswa merasa puas.
53

Tabel 4.6

Bantuan guru BK dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 2 5,5
Puas 13 36,1
2 Tidak puas 20 55,5
Sangat tidak puas 1 2,7
Jumlah 36 100%

Dari tabel di atas, menunjukan bahwa siswa merasa tidak puas berkaitan
dengan bantuan guru BK dalam proses adaptasi siswa dengan lingkungan
sekolah. Hal ini dapat dilihat dari data 36 responden, 5,5% responden
menjawab sangat puas, 36,1% responden menjawab puas, 55,5% responden
menjawab tidak puas, dan 2,7% responden menjawab sangat tidak puas dengan
bantuan guru dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah.

Sebagai manusia yang hidup dalam lingkungan baru dan suasana baru,
maka setiap siswa harus mampu beradaptasi dan di sinilah bantuan guru BK
dibutuhkan siswa dalam proses adaptasi dengan lingkungan sekolah.

Tabel 4.7
Kemudahan memperoleh informasi tentang sekolah

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 1 2,7
Puas 11 30,5
3 Tidak puas 23 63,8
Sangat tidak puas 1 2,7
Jumlah 36 100%

Dari data di atas menerangkan bahwa siswa masih merasa kesulitan untuk
memperoleh informasi tentang sekolah. Hal ini dapat dilihat dari data 2,7%
responden menjawab sangat puas, 30,5% responden menjawab puas, 63,8
responden menjawab tidak puas, dan 2,7% responden menjawab sangat tidak
54

puas tentang kemudahan siswa memperoleh informasi sekolah. Dengan


demikian guru BK dan sekolah harus menyediakan pusat informasi sekolah
agar siswa mudah mendapatkan informasi yang diperlukan.

Tabel 4.8

Penampilan guru BK sangat menarik

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 7 19,4
Puas 20 55,5
4 Tidak puas 7 19,4
Sangat tidak puas 2 5,5
Jumlah 36 100%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa merasa puas
dengan penampilan guru BK. Hal ini dapat dilihat dari data 19,4% responden
menjawab sangat puas, 55,5% responden menjawab puas, 19,4% responden
menjawab tidak puas, 5,5% responden menjawab sangat tidak puas terhadap
penampilan guru BK. Penampilan seorang guru BK juga sangat penting
sebagai contoh bagi para siswa, oleh karena itu guru BK harus berpenampilan
menarik dan rapih.

Tabel 4.9

Keramahan guru BK saat memberikan orientasi

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 6 16,6
Puas 22 61,1
5 Tidak puas 7 19,4
Sangat tidak puas 1 2,7
Jumlah 36 100%
55

Selain harus berpenampilan menarik, seorang guru BK juga harus ramah


saat memberikan orientasi. Dari tabel di atas menjelaskan bahwa siswa merasa
puas dengan keramahan guru BK saat memberikan orientasi, hal ini dapat
dilihat dari jumlah responden yang menjawab sangat puas sebanyak 16,6%,
61,1% responden menjawab puas, 19,4% responden menjawab tidak puas, dan
2,7% responden menjawab sangat tidak puas atas keramahan guru BK saat
memberikan orientasi.

Tabel 4.10

Kelengkapan sarana ruang kelas

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 4 11,1
Puas 7 19,4
6 Tidak puas 19 52,7
Sangat tidak puas 6 16,6
Jumlah 36 100%

Tabel di atas menjelaskan tentang kelengkapan sarana ruang kelas, apabila


dilihat dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa siswa merasa tidak puas
dengan kelengkapan sarana ruang kelas. Hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden sebanyak 11,1% responden menjawab sangat puas, 19,4%
responden menjawab puas, 52,7% responden menjawab tidak puas, dan 16,6%
responden menjawab sangat tidak puas. Ruang kelas merupakan sarana penting
dalam menunjang kegiatan belajar mengajar, kelengkapan itu bisa berupa meja,
kursi, papan tulis, LCD, lemari buku, dll. Sehingga memudahkan siswa dalam
proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
56

Tabel 4.11

Kesesuaian jumlah siswa dengan kapasitas ruangan

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 2 5,5
Puas 5 13,8
7 Tidak puas 25 69,4
Sangat tidak puas 4 11,1
Jumlah 36 100%

Setelah ruang kelas mempunyai saran kelas yang lengkap, maka yang perlu
diperhatikan selanjutnya adalah kesesuaian jumlah siswa dengan luas ruang
kelas. Apabila ruang kelas diisi dengan jumlah siswa yang terlalu banyak
mengakibatkan kurangnya kenyamanan siswa dalam belajar, suasana kelas
akan terasa panas, sesak, ramai, dan guru akan sulit mengendalikan keadaan
kelas. Oleh karena itu kapasitas ruangan harus disesuaikan dengan standar
yang ada sehingga siswa akan merasa nyaman dalam proses belajar mengajar.

Jika dilihat dari tabel di atas, 5,5% responden menjawab sangat puas, 13,8%
responden menjawab puas, 69,4% responden menjawab tidak puas, dan 11,1%
responden menjawab sangat tidak puas terhadp kesesuaian jumlah siswa
dengan kapasitas ruangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah
siswa dalam masing-masing kelas masih terlalu banyak dibandingkan dengan
kapasitas ruang kelas yang ada.

Tabel 4.12
Guru BK bertutur kata sopan

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 12 33,3
Puas 20 55,5
8 Tidak puas 3 8,3
Sangat tidak puas 1 2,7
Jumlah 36 100%
57

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa, 33,3% responden


menyatakan sangat puas terhadap guru BK bertutur kata sopan, sementara
55,5% responden menyatakan puas terhadap guru BK dalam bertutur kata
sopan, 8,3% responden menyatakan tidak puas, dan 2,7% responden
menyatakan sangat tidak puas terhadap guru BK dalam bertutur kata sopan.
Hal ini dapat berarti guru BK sudah memberikan pelayanan yang maksimal
dengan bertutur kata sopan dalam memberikan layanan BK, sehingga guru BK
tidak lagi terkesan galak dan menakutkan.

Tabel 4.13
Kenyamanan ruang konsultasi BK

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 0 0
Puas 4 11,1
9 Tidak puas 25 69,4
Sangat tidak puas 7 19,4
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, responden yang menjawab sangat puas


terhadap kenyamanan di ruang konsultasi BK sebanyak 0%, responden yang
menjawab puas terhadap kenyamanan ruang konsultasi BK sebanyak 11,1%,
responden yang menjawab tidak puas terhadap kenyamanan ruang konsultasi
BK sebanyak 69,4%, dan responden yang menjawab sangat tidak puas terhadap
kenyamanan di ruang konsultasi BK sebanyak 19,4%. Hal ini menggambarkan
kenyamanan di ruang konsultasi BK masih kurang. Untuk memberikan
kenyamanan di ruang konsultasi harus diperhatikan mulai dari tata ruang,
kebersihan, dan kerapihan sehingga siswa merasa senang dan santai saat berada
di ruang konsultasi dan siswa tidak merasa tegang, karena selama ini ruang
konsultasi BK terkesan angker bagi para siswa.
58

Tabel 4.14

Bimbingan secara pribadi dalam mengatasi masalah belajar oleh guru BK

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 1 2,7
Puas 13 36,1
10 Tidak puas 20 55,5
Sangat tidak puas 2 5,5
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa, 2,7% responden menjawab


sangat tidak puas terhadap bimbingan secara pribadi dalam mengatasi masalah
belajar oleh guru BK, sedangkan 36,1% responden menjawab puas, 55,5%
responden menjawab tidak puas akan layanan bimbingan secara pribadi dalam
mengatasi masalah belajar oleh guru BK, dan 5,5% responden menjawab
sangat tidak puas.

Hal ini berarti guru BK belum maksimal dalam memberikan bimbingan


secara pribadi bagi siswa dalam mengatasi masalah belajar sehingga siswa
merasa tidak puas, oleh karena itu guru BK harus lebih memperhatikan
masalah ini supaya siswa mendapatkan solusi yang cepat dan tepat atas
permasalahannya.

Selain mampu memberikan solusi yang cepat dan tepat dalam memberikan
bimbingan secara pribadi bagi siswa yang mempunyai masalah, tabel di bawah
ini juga menjelaskan tentang kepuasan siswa terhadap kemampuan guru BK
dalam menyimpan rahasia siswa.
59

Tabel 4.15
Kemampuan guru BK menyimpan rahasia individu siswa

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 1 2,7
Puas 27 75
11 Tidak puas 7 19,4
Sangat tidak puas 1 2,7
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa, responden yang


menjawab sangat puas sebanyak 2,7%, responden yang menjawab puas
sebanyak 75% , responden yang menjawab tidak puas sebanyak 19,4%, dan
2,7% responden menjawab sangat tidak puas terhadap kemampuan guru BK
menyimpan rahasia siswa. Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata
siswa merasa puas terhadap kemampuan guru dalam menyimpan rahasia siswa.
Kemampuan guru menyimpan rahasia siswa sangat diperlukan untuk menjaga
aib atau kejelekan seorang siswa dari pihak lain, sehingga siswa merasa aman
ketika melakukan konsultsi dengan guru BK. Dan jika sebaliknya guru BK
tidak mampu menyimpan rahasia pribadi siswa maka yang terjadi bukan
memberikan solusi bagi permasalahan siswa tersebut, tetapi yang ada malah
menambah masalah bagi siswa.

Tabel 4.16

Ketersediaan buku konsultasi bagi siswa

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 0 0
Puas 3 8,3
12 Tidak puas 29 80,5
Sangat tidak puas 4 11,1
Jumlah 36 100%
60

Mengadakan buku konsultasi bagi siswa merupakan salah satu instrumen


penting untuk mengetahui dan mengukur perkembangan siswa baik dari segi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sehingga dari buku konsultasi tersebut
guru BK dapat mengetahui permasalahan-permasalahan siswa dan menyusun
solusi untuk setiap permasalahan yang terjadi, akan tetapi guru BK belum
maksimal dalam mengadakan buku konsultasi bagi para siswa. Hal ini dapat
dilihat dari hasil tabel di atas, 0% responden menjawab sangat puas, 8,3%
responden menjawab puas, 80,5% responden menjawab tidak puas, dan 11,1%
responden menjawab sangat tidak puas terhadap ketersediaan buku konsultasi
bagi siswa.

Tabel 4.17

Bantuan memahami pelajaran sekolah oleh guru BK

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 0 0
Puas 11 30,5
13 Tidak puas 22 61,1
Sangat tidak puas 3 8,3
Jumlah 36 100%

Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru BK membantu siswa dalam
memahami pelajaran sekolah, akan tetapi bantuan tersebut belum maksimal
karena siswa merasa tidak puas dengan bantuan guru BK dalam memahami
pelajaran sekolah. Hal ini dapat dilihat dari hasil data di atas, 0% responden
menjawab sangat puas, 30,5% responden menjawab puas, 61,1% responden
menjawab tidak puas, dan 8,3% responden menjawab sangat tidak puas
terhadap bantuan guru BK dalam memahami pelajaran sekolah.

Tabel selanjutnya mengenai kesediaan guru BK mendengarkan keluahan


siswa.
61

Tabel 4.18

Kesediaan guru BK mendengarkan keluhan siswa

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 4 11,1
Puas 18 50
14 Tidak puas 11 30,5
Sangat tidak puas 3 8,3
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahawa responden yang


menjawab sangat puas sebanyak 11,1%, responden yang menjawab puas
sebanyak 50%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 30,5%, dan
8,3% responden menjawab sangat tidak puas terhadap kesediaan guru BK
mendengarkan keluhan siswa. Dengan demikian rata-rata responden menjawab
puas terhadap kesediaan guru abk dalam mendengarkan keluhan siswa.

Sebagai seorang pembimbing, guru BK memang harus meluangkan banyak


waktu bagi para siswanya, kapanpun dan dimanapun ketika siswa
membutuhkan bantuan guru BK. Karena permasalahan itu bisa datang kapan
dan dimana saja, maka guru BK harus siap sedia ketika dibutuhkan. Pada saat
ini konsultasi tidak harus selalu dengan tatap muka langsung, akan tetapi bisa
dengan memanfaatkan teknologi, baik melaui telpon seluler,atau jaringan
internet seperti email, sehingga konsultasi bisa berlangsung walapun tidak
bertatap muka langsung.
62

Tabel 4.19

Kesabaran guru BK mengahadapi siswa yang bermasalah dalam belajar

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 3 8,3
Puas 21 58,3
15 Tidak puas 9 25
Sangat tidak puas 3 8,3
Jumlah 36 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 8,3% responden menjawab sangat
puas, 58,3% responden menjawab puas, 25% responden menjawab tidak puas,
dan 8,3% responden menjawab sangat tidak puas terhadap kesabaran guru BK
dalam mengahadapi siswa yang bermasalah dalam belajar. Dari hasil di atas
rata-rata responden menjawab puas, dengan begitu dapat disimpulkan bahwa
guru BK memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dalam menghadapi setiap
siswa yang mempunyai masalah dalam belajar. Kesabaran menjadi kunci
utama dalam menghadapi siswa yang bermasalah dalam belajar.

Tabel selanjutnya menjelaskan tentang ketersediaan kotak masalah untuk


menampung persoalan siswa.

Tabel 4.20

Ketersediaan kotak masalah untuk menampung persoalan siswa.

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 0 0
Puas 4 11,1
16 Tidak puas 26 72,2
Sangat tidak puas 6 16,6
Jumlah 36 100%

Kotak masalah adalah salah satu sarana untuk menampung segala persolan
siswa yang ditulis dalam bentuk surat kemudian disampaikan kepada guru BK.
63

Dengan adanya kotak masalah ini diharapkan siswa mau menceritakan segala
persoalannya yang kemudian ditindaklanjuti oleh guru BK dengan memberikan
upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah. Kenapa perlu disediakan kotak
masalah? Karena tidak semua siswa yang mempunyai persoalan mau berbicara
secara langsung, maka dari itu kotsk msalah dipandang perlu.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 0% responden menjawab sangat puas,
11,1% responden menjawab puas, 72,2% responden menjawab tidak puas, dan
16,6% responden menjawab sangat tidak puas. Dengan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa siswa merasa tidak puas dengan ketersediaan kotak
masalah , dengan begitu harus dimaksimalkan kembali ketersediaan kotak
masalah sebagai salah satu upaya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
yang dihadapi siswa tentunya dengan respon yang cepat dan tepat.

Tabel 4.21

Penjelasan bakat dan minat siswa oleh guru BK

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 4 11,1
Puas 6 16,6
17 Tidak puas 24 66,6
Sangat tidak puas 2 5,5
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa penjelasan bakat dan
minat oleh guru BK diperoleh hasil, 11,1% responden menjawab sanbat puas,
16,6% responden menjawab puas, 66,6% responden menjawab tidak puas, dan
5,5% responden menjawab sangat tidak puas dengan penjelasan guru BK
tentang bakat dan minat siswa. Dengan hasil tersebut rata-rata siswa merasa
tidak puas dengan penjelasan guru BK tentang bakat dan minat.

Dalam ragam layanan bimbingan konseling, penjelasan dan arahan


mengenai bakat dan minat termasuk dalam bidang bimbingan pribadi. Bakat
64

dan minat yang dimiliki setiap orang pasti berbeda-beda, oleh karena itu
penjelasan atau arahan dari seorang guru BK sangat dibutuhkan oleh siswa,
supaya siswa mengetahui apa bakat yang dimilki dan minat yang diinginkan,
kemudian guru memfasilitasi supaya bakat dan minatnya itu berkembang
dengan baik dan membentuk kepribadian yang terampil dan mandiri.

Tabel selanjutnya menjelaskan tentang arahan guru BK tentang pentingnya


nilai dan norma agama.

Tabel 4.22

Arahan guru BK tentang pentingnya nilai dan norma agama

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 10 27,7
Puas 24 66,6
18 Tidak puas 2 5,5
Sangat tidak puas 0 0
Jumlah 36 100%

Untuk membentuk pribadi yang bermoral dan taat kepada Tuhan Yang
Maha Esa perlu ditanamkan nilai dan norma agama. Karena pendidikan pada
intinya bukan hanya mencetak manusia yang pintar secara akademis, tetapi
pendidikan bertujuan menjadikan manusia dengan pribadi yang bermoral dan
bermartabat.

Jika dilihat dari tabel di atas, siswa merasa puas dengan arahan guru BK
tentang pentingnya nilai dan norma agama, hal itu dapat diketahui bahwa
27,7% responden menjawab sangat puas, 66,6% responden menjawab puas,
5,5% responden menjawab tidak puas, dan 0% responden menjawab sangat
tidak puas dengan arahan guru BK tentang pentingnya nilai dan norma agama.
65

Tabel 4.23

Pemberian motivasi berkaitan dengan pergaulan siswa di Sekolah

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 12 33,3
Puas 14 38,8
19 Tidak puas 9 25
Sangat tidak puas 1 2,7
Jumlah 36 100%

Dari tabel di atas menunjukan bahwa siswa merasa puas terhadap guru BK
dalam pemberian motivasi yang berkaitan dengan pergaulan siswa di
lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari responden yang menjawab sangat
puas sebanyak 33,3%, responden yang menjawab puas sebanyak 38,8%,
responden yang menjawab tidak puas sebanyak 25%, dan responden yang
menjawab sangat tidak puas sebanyak 2,7%.

Sekolah merupakan tempat berinterkasi dan bersosialisasi antar siswa dalam


rangka mengontrol dan mengarahkan perkembangan masing-masing pribadi
siswa. Oleh karena itu, guru BK harus ekstra dalam memberikan motivasi
berkaitan dengan pergaulan di lingkungan sekolah supaya tidak salah dalam
memilih teman dan tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif.

Tabel selanjutnya menjelaskan tentang pemberian motivasi yang berkaitan


dengan pergaulan siswa di lingkungan keluarga.
66

Tabel 4.24

Pemberian motivasi berkaitan dengan pergaulan siswa di lingkungan


keluarga

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 4 11,1
20 Puas 21 58,3
Tidak puas 6 16,6
Sangat tidak puas 5 13,8
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa layanan BK dalam


pemberian motivasi di lingkungan keluarga. Sebagian besar siswa sudah
merasa puas dengan motivasi yang diberikan guru BK, tetapi ada juga yang
merasa tidak puas bahkan merasa sangat tidak puas. Hal ini dapat dilihat dari
jawaban responden yang menjawab sangat puas sebanyak 11,1%, responden
yang mejawab puas sebanyak 58,3%, responden yang menjawab tidak puas
sebanyak 16,6% dan yang menjawab sangat tidak puas sebanyak 13,8%.
Dalam pemberian motivasi dilingkungan keluarga memang tidak terlalu
banyak yang dilakukan oleh guru BK, karena yang seharusnya memiliki
tanggungjawab besar adalah orang tua siswa, tapi tidak jarang anak yang
kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya, sehingga disitulah guru BK
berperan memberikan motivasi tentang pergaulan di lingkungan keluarga.

Penjelasan selanjutnya mengenai penyuluhan tentang bahaya pergaulan


bebas oleh guru BK.
67

Tabel 4.25

Penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas oleh guru BK

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 5 13,8
Puas 24 66,6
21 Tidak puas 4 11,1
Sangat tidak puas 3 8,3
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata siswa merasa puas
dengan penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas yang dilakukan oleh guru
BK. Hal ini dapat dilihat dari responden yang menjawab sangat puas sebanyak
13,8%, responden yang menjawab puas sebanyak 66,6%, responden yang
menjawab tidak puas sebanyak 11,1%, dan responden yang menjawab sangat
tidak puas sebanyak 8,3%.

Penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas memang sangat penting,


mengingat akhir-akhir ini banyak sekali generasi muda atau para pelajar yang
tersandung kasus kriminal. Mulai dari NARKOBA, tawuran antar pelajar, dan
seks bebas sudah menjadi virus yang bisa membunuh moral generasi muda.
Untuk mencegah hal-hal tersebut perlu adanya penyuluhan tentang bahaya
pergaulan bebas yang dilakukan oleh guru BK dan bekerja sama dengan para
pakar psikolog atau instansi pemerintah seperti kepolisian

Tabel 4.26

Ketersediaan informasi tentang perguruan tinggi

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 1 2,7
Puas 8 22,2
22 Tidak puas 24 66,6
Sangat tidak puas 3 8,3
Jumlah 36 100%
68

Berdasarakan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa merasa tidak puas
dengan ketersediaan informasi tentang perguruan tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari responden yang menjawab sangat puas sebanyak 2,7%, responden yang
menjawab puas sebanyak 22,2%, responden yang menjawab tidak puas
sebanyak 66,6%, dan responden yang menjawab sangat tidak puas sebanyak
8,3%.

Dalam bidang bimbingan karir, layanan BK seharusnya memberikan arahan


dalam memilih program studi lanjutan bagi siswa yang akan melanjutkan ke
jenjang selanjutnya yaitu perguruan tinggi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh guru BK dan sekolah adalah menyediakan informasi tentang
perguruan tinggi, informasi ini sangat diperlukan oleh siswa supaya mereka
tidak salah pilih dan memiliki gambaran tentang perguruan tinggi yang akan
mereka pilih. Dari data di atas, guru BK dan sekolah masih sangat sedikit
dalam menyediakan informasi perguruan tinggi bagi siswanya. Oleh karena itu,
diharapkan guru BK dan sekolah bersama-sama memperbanyak informasi
tentang perguruan tinggi bagi para siswanya.

Tabel selanjutnya menjelaskan tentang kemudahan siswa untuk


mendapatkan informasi program studi lanjutan.

Tabel 4.27

Kemudahan siswa untuk mendapatkan informasi tentang program studi


lanjutan

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 1 2,7
Puas 6 16,6
23 Tidak puas 27 75
Sangat tidak puas 2 5,5
Jumlah 36 100%
69

Pada tabel sebelumnya telah dijelaskan bahwa guru BK dan sekolah harus
menyediakan informasi tentang perguruan tinggi. Setelah informasi itu ada dan
terkumpul, maka selanjutnya adalah menyampaikan kepada siswa. Terkadang
informasi sudah ada tetapi siswa sulit untuk mendapatkan informasi tersebut.
Oleh karena itu, guru BK harus memberikan kemudahan kepada siswa dalam
memperoleh informasi tentang program studi lanjutan.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, guru BK belum maksimal


dalam memberikan kemudahan siswa untuk mendapatkan informasi tentang
program studi lanjutan sehingga siswa merasa tidak puas. Hal ini dapat dilihat
dari responden yang menjawab sangat puas sebanyak 2,7%, responden yang
menjawab puas sebanyak 16,6%, responden yang menjawab tidak puas
sebanyak 75%, dan responden yang menjawab sangat tidak puas sebanyak
5,5%.

Tabel selanjutnya menjelaskan tingkat kepuasan siswa terhadap guru BK


dalam memberikan penjelasan tentang pemilihan jurusan dengan baik dan
sopan.

Tabel 4.28

Penjelasan guru BK tentang pemilihan jurusan dengan baik dan sopan

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 1 2,7
Puas 23 63,8
24 Tidak puas 11 30,5
Sangat tidak puas 1 2,7
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa merasa puas dengan
penjelasan guru tentang pemilihan jurusan dengan baik dan sopan. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab sangat puas sebanyak
2,7%, responden yang menjawab puas sebanyak 63,8%, responden yang
menjawab tidak puas sebanyak 30,5%, dan 2,7 responden yang menjawab
70

sangat tidak puas terhadap penjelasan guru BK tentang pemilihan jurusan


dengan baik dan sopan.

Dengan demikian guru BK telah menjelaskan dengan baik dan sopan


sehingga siswa memahami apa yang dijelaskan oleh guru BK tentang jurusan
yang akan dipilih dalam program studi lanjutan.

Tabel 4.29

Guru BK memberikan pemahaman tentang jurusan yang dipilih siswa

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 0 0
Puas 22 61,1
25 Tidak puas 10 27,7
Sangat tidak puas 4 11,1
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel 4.29 di atas dapat diketahui bahwa siswa merasa puas
dengan pemahaman yang diberikan oleh guru BK mengenai jurusan yang
dipilih siswa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab
sangat puas sebanyak 0%, responden yang menjawab puas sebanyak 61,1%,
responden yang menjawab tidak puas sebanyak 27,7%, dan 11,1% responden
menjawab sangat tidak puas terhadap pemahaman yang diberikan guru BK
tentang jurusan yang dipilih siswa.

Tabel selanjutnya menjelaskan tentang ketersediaan informasi dunia kerja di


sekolah.

Tabel 4.30

Ketersediaan informasi tentang dunia kerja di sekolah

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 0 0
26
Puas 5 13,8
71

Tidak puas 27 75
Sangat tidak puas 4 11,1
Jumlah 36 100%

Ketersediaan informasi tentang dunia kerja di sekolah sangat dibutuhkan


oleh siswa, apalagi bagi lulusan SMK sebagai tamatan yang telah dibekali
kemampuan untuk terjun di dunia kerja harus tahu tentang peluang-peluang
usaha yang ada. Walaupun sebagian ada tamatan yang melanjutkan studi ke
perguruan tinggi tapi informasi itu akan sangat berguna bagi siswa yang tidak
melanjutkan studinya, sehingga tidak bingung ketika mencari pekerjaan.

Akan tetapi dari hasil data pada tabel di atas menunjukan siswa tidak merasa
puas terhadap ketersediaan informasi tentang dunia kerja di sekolah tersebut.
Hal ini menunjukan ketersediaan informasi tentang dunia kerja disekolah
masih sangat minim, berdasarkan hasil angket dari 36 responden, 0%
responden menjawab sangat puas, 13,8% responden menjawab puas, 75%
responden menjawab tidak puas, dan 11,1% responden menjawab sangat tidak
puas terhadap ketersediaan infromasi tentang dunia kerja disekolah.

Tabel 4.31

Pelaksanaan praktik kerja lapangan (PKL)

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 8 22,2
Puas 17 47,2
27 Tidak puas 9 25
Sangat tidak puas 2 5,5
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa merasa puas dengan
pelaksanaan praktik kerja lapangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden
yang menjawab sangat puas sebanyak 22,2%, responden yang menjawab puas
72

sebanyak 57,2%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 25%, dan
5,5% responden menjawab sangat tidak puas terhadap praktik kerja lapangan.

Praktik kerja lapangan sangat diperlukan bagi siswa SMK sederajat, guna
menambah wawasan tentang dunia kerja. Walaupun praktik kerja lapangan
bukan program BK tetapi masih dalam cakupan layanan bimbingan konseling
dalam bidang bimbingan karir sehingga guru BK harus ikut berperan dalam
pelaksanaan program praktik kerja lapangan.

Tabel 4.32

Penjelasan guru BK tentang perkembangan dunia kerja

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 1 2,7
Puas 20 55,5
28 Tidak puas 12 33,3
Sangat tidak puas 3 8,3
Jumlah 36 100%

Selain menyediakan informasi tentang dunia kerja dan melaksanakan


program praktik kerja lapangan, guru BK juga harus menjelaskan tentang
perkembangan dunia kerja supaya siswa tidak ketinggalan informasi dan
selalu memperbaharui informasi tentang dunia kerja. Dari tabel di atas
diketahui bahwa siswa merasa puas dengan penjelasan guru BK tentang
perkembangan dunia kerja, hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang
menjawab sangat puas sebanyak 2,7%, responden yang menjawab puas
55,5%p, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 33,3%, dan 8,3%
responden menjawab sangat tidak puas terhadap penjelasan guru BK tentang
perkembangan dunia kerja.

Tabel selanjutnya menjelaskan tentang kerjasama sekolah dengan


perusahaan dalam penyaluran tenaga kerja bagi siswa yang sudah lulus.
73

Tabel 4.33

Kerjasama sekolah dengan perusahaan dalam penyaluran tenaga kerja

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 6 16,6
Puas 5 13,8
29 Tidak puas 19 52,7
Sangat tidak puas 6 16,6
Jumlah 36 100%

Kerjasama sekolah dengan perusahaan atau instansi tertentu dalam


penyaluran tenaga kerja akan memberikan kemudahan kepada siswanya
sehingga tidak bingung ketika mencari kerja. Apabila dilihat dari tabel di atas
dapat diketahui bahwa siswa merasa tidak puas terhadap kerja sama sekolah
dengan perusahaan dalam penyaluran tenaga kerja bagi siswa. Hal ini dilihat
berdasarkan jawaban responden yang menyatakan sangat puas sebanyak
16,6%, responden yang menjawab puas 13,8%, responden yang menjawab
tidak puas sebanyak 52,7%, dan 16,6% responden menjawab sangat tidak puas
terhadap kerjasama sekolah dengan perusahaan dalam penyaluran tenaga kerja.

Tabel 4.34

Arahan guru BK dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan prodi yang
diambil

No.
Alternatif jawaban F %
Soal
Sangat puas 1 2,7
Puas 14 38,8
30 Tidak puas 18 50
Sangat tidak puas 3 8,3
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa merasa tidak puas
dengan arahan guru BK dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan program
studi yang diambil. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab
74

sangat puas sebanyak 2,7%, responden yang menjawab puas sebanyak 38,8%,
respondenn yang menjawab tidak puas sebanyak 50% dan 8,3% responden
menjawab sangat tidak puas terhadap arahan guru BK dalam memilih
pekerjaan yang sesuai dengan prodi yang diambil.

Selain harus adanya kerjasama antara pihak sekolah dengan perusahaan ,


guru BK juga harus memberikan arahan tentang peluang jenis pekerjaan yang
sesuai dengan program studi yang diambil supaya siswa mempunyai gambaran
akan bekerja dimana ketika sudah lulus.

2. Indeks Kepuasan Pelanggan

Apabila digambarkan dengan tabel, maka nilai indeks kepuasan pelanggan


dalam layanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut:

Tabel 4.35
Indeks Kepuasan Siswa Dalam Bidang Bimbingan Akademik

Indeks Kepuasan
No. Indikator
Pelanggan
1 Melakukan masa orientasi siswa (MOS) 2,60
2 Melakukan pembagian kelas 2,48
3 Ketersediaan klinik akademik 2.3
Memberikan diagnostic atau remedial
4 2,3
teaching kepada siswa
Nilai rata-rata 2,42

Jika dilihat dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa indeks kepuasan
siswa dalam bidang bimbingan akademik masih rendah terutama dalam
idikator ketersediaan klinik akademik hanya 2,3 dan indikator guru BK
memberikan diagnostic atau remedial teaching kepada siswa hanya 2,3.
Sedangkan yang mendekati hanya indikator guru BK melakukan masa oreintasi
siswa dengan nilai 2,60. Secara keseluruhan maka dapat disimpulkan bahwa
75

indeks kepuasan siswa terhadap layanan bidang bimbingan akademik masih


rendah atau tidak puas dengan nilai rata-rata 2,42.

Tabel 4.36

Indeks Kepuasan Siswa Dalam Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial

Indeks Kepuasan
No. Indikator
Pelanggan
Memberikan arahan tentang perkembangan
1 pribadi siswa yang berkaitan dengan 2,46
intelektual, spritual dan emosional.
Memberikan bimbingan tentang pergaulan di
2 lingkungan sekolah, keluarga, dan 2,80
masyarakat.
Nilai rata-rata 2,63

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa indeks kepuasan siswa dalam
bidang layanan pribadi-sosial masih rendah akan tetapi sudah mendekati puas
dengan nilai rata-rata 2,63. Indikator dalam layanan bidang bimbingan pribadi
sosial yang mendekati nilai puas adalah indikator guru BK dalam memberikan
bimbingan tentang pergaulan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat
dengan nilai rata-rata 2,80.

Tabel 4.37

Indeks Kepuasan Siswa Dalam Bidang Bimbingan Karir

Indeks Kepuasan
No. Indikator
Pelanggan
Memberikan arahan dalam memilih studi
1 2,32
lanjutan bagi siswa kelas akhir.
2 Memberikan wawasan tentang dunia kerja 2,40
76

Nilai rata-rata 2,36

Jika dilihat dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa indeks kepauasan
siswa dalam bidang bimbingan karir juga masih rendah dngan nilai rata-rata
2,36. Hal itu dapat dilihat dari nilai masing-masing indikator seperti yang telah
dijelaskan di atas.

Tabel 4.38

Indeks Kepuasan Siswa Terhadap Layanan BK

Indeks Kepuasan
No. Indikator
Pelanggan
1 Layanan bidang bimbingan akademik 2,42
2 Layanan bidang bimbingan pribadi-sosial 2,63
3 Layanan bidang bimbingan karir 2.36
Nilai rata-rata 2,47

Jika dilihat secara keseluruhan dari masing-masing bidang layanan


bimbingan konseling maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kepuasan siswa
terhadap layanan BK masih berada pada taraf tidak puas dengan nilai 2,47.
Sehingga perlu ditingkatkan lagi peran dan fungsi guru BK dalam memberikan
layanan bimbingan konseling.

C. Interpretasi Data
Dari beberapa data yang merupakan hasil perhitungan statistik deskriptif,
yang perlu dibahas adalah nilai mean atau nilai rata-ratanya. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan gambaran masing-masing dimensi
berdasarkan tanggapan responden.

Berikut ini data hasil dari penyebaran angket terhadap 36 siswa untuk
mengukur kepuasan siswa terhadap layanan BK di SMK Al-Hidayah Lestari
77

yang di fokuskan pada tiga bidang bimbingan yaitu bidang bimbingan


akademik, bidang bimbingan pribadi-sosial, dan bidang bimbingan karir. Maka
dapat disajikan analisis deskriptif sebagai berikut:

Tabel 4.39

Nilai Rata – rata Skor Penelitian

Nilai NS
Nilai Skor
No Dimensi Skor Harapan x100% Kategori
(NS) NH
(NH)

Layanan 44,76
BK 47 x 4 = 1343 : 30 = x100 %  Sangat
1 1343 188 Tidak
bidang 188 44,76 23,80% Puas
akademik

Layanan
19,26
BK
35 x 4 = 578 : 30 = x100 %  Sangat
2 bidang 578 140
140 19,26 13,75% Tidak
pribadi-
Puas
sosial
Layanan 26
x100%  Sangat
BK 19 x 4 =
3 780 780 : 30 = 26 76 Tidak
bidang 76
34,21% Puas
karir
90,03 Sangat
2701:30 = x100 % 
Jumlah 2701 404 404 Tidak
90,03
22,28% Puas

Berdasarkan hasil interpretasi data secara keseluruhan dari 3 dimensi tentang


kepuasan siswa terhadap layanan BK di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
yakni berada pada taraf sangat tidak puas, hal ini sesuai dengan rata-rata yang
peneliti hitung berdasarkan rumus di atas yaitu:

90,03
404 X 100% = 22,28% (Sangat Tidak Puas)
78

Dari pemaparan hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan


program layanan bimbingan konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
belum sesuai yang diharapkan baik dari bidang bimbingan akademik, bidang
bimbingan pribadi-sosial, maupun bidang bimbingan karir. Siswa merasa belum
mendapatkan kepuasan dari layanan BK, karena guru BK belum menjalankan
tugas dan fungsinya dengan baik.

1. Bidang bimbingan akademik

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan


akademik di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus jika dihitung berdasarkan
rumus di atas yaitu masih sangat tidak memuaskan.

Latar belakang pendidikan guru BK yang tidak sesuai dengan mata


pelajaran yang diampu menjadi salah satu faktor ketidak puasan siswa
terhadap layanan BK di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus. Hal demikian
terlihat dari cara guru BK ketika memberikan bimbingan konseling dikelas
kurang menguasai materi yang disampaikan. Setiap bidang studi harus
dipegang oleh orang yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing,
karena profesionalisme akan berdampak pada bagaimana guru BK mampu
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program layanan tersebut.
Apabila layanan BK dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya, maka yang
terjadi tingkat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tidak berjalan dengan
baik.

Dalam bimbingan bidang akademik ada beberapa poin yang persentasenya


dirasa memuaskan, seperti keramahan guru BK, kesabaran guru BK dalam
menghadapi siswa yang bermasalah, guru BK mau mendengarkan keluhan
siswa, penampilan guru BK sangat menarik. Meskipun dari persentase secara
keseluruhan layanan bidang bimbingan kademik masih sangat tidak
memuaskan.
79

2. Bidang bimbingan pribadi-sosial

Layanan bidang bimbingan pribadi-sosial juga dirasakan siswa tidak


memuaskan sama seperti layanan bidang akademik. Dengan jumlah siswa
yang cukup banyak SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus hanya mempunyai
1 guru BK, bahkan guru yang mengajar BK bukan berlatar belakang
pendidikan BK, sehingga layanan BK menjadi tidak maksimal.

Untuk memberikan pelayanan yang baik tentu tidak dapat dilakukan hanya
oleh 1 orang guru BK saja, apalagi dengan jumlah siswa yang cukup banyak
akan membuat guru BK kerepotan dalam menangani permasalahan siswa
sehingga penanganan menjadi tidak efektif dan efisien.

Layanan bidang akademik meliputi arahan tentang perkembangan pribadi


setiap individu siswa baik secara intelektual, spiritual, dan emosional. Dari
beberapa butir poin yang terdapat dalam angket yang masih kurang antara
lain, tidak adanya kotak masalah untuk menampung persoalan siswa, belum
maksimalnya penjelasan guru tentang bakat dan minat siswa. Akan tetapi ada
beberapa poin yang dirasakan siswa sudah cukup memuasakan seperti arahan
guru tentang pentingnya nilai dan norma agama, pemberian motivasi
mengenai pergaulan siswa di keluarga, sekolah dan lingkungan, serta
penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas, meskipun persentasenya masih
rendah.

3. Bidang bimbingan karir

Jika dilihat dari hasil persentase di atas, layanan bimbingan karir dirasakan
siswa tidak memuaskan. Layanan bimbingan karir itu meliputi ketersediaan
informasi program studi lanjutan dan pembekalan tentang wawasan dunia
kerja. Ketersediaan informasi program studi lanjutan akan membantu siswa
yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Informasi itu
bisa berupa kerjasama antar sekolah dengan perguruan tinggi tertentu
sehingga siswa tidak bingung untuk melanjutkan pendidikan sesuai dengan
pilihannya. Menurut kepala SMK Al-Hidayah Letari Lebak Bulus sudah ada
80

kerja sama dengan kampus-kampus di sekitar Jakarta, walaupun itu baru


sedikit.

Sedangkan wawasan tentang perkembangan dunia kerja akan sangat


membantu bagi siswa yang ingin langsung bekerja setelah lulus nanti.
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah bahwa di SMK Al-Hidayah
Lestari sudah ada program pengenalan tentang dunia kerja seperti Praktik
Kerja Lapangan (PKL) akan tetapi dalam pelaksanaannya asih belum
maksimal.

Sarana dan prasarana juga masih kurang mendukung. Hal demikian


terlihat dengan kondisi raung BK yang sempit dan terpencil, ruangan kurang
nyaman, dan belum tersedianya kotak masalah untuk menampung persoalan
siswa, sehingga masih perlu pembenahan.

Tingkat kepuasan siswa terhadap layanan bimbingan konseling di SMK Al-


Hidayah Lestari Lebak Bulus tidak memuaskan, baik di bidang bimbingan
akademik, bidang bimbingan pribadi-sosial, maupun bidang bimbingan karir. Hal
ini terlihat dari persentase hasil penelitian yang masih kurang dari 40%,
menggambarkan bahwa layanan BK belum berjalan sesuai fungsinya. Akan tetapi
ada beberapa indikator yang sudah maksimal, seperti kesediaan guru
mendengarkan keluhan siswa dan pemberian motivasi oleh guru BK. Untuk itu
perlu ada pembenahan dari pihak sekolah dan guru BK agar bimbingan konseling
memberikan pelayanan yang maksimal dan bisa membantu mengatasi
permasalahan yang dihadapi siswa.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang kepuasan siswa
terhadap layanan BK di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bimbingan Akademik
Ketidak sesuaian latar belakang guru BK di SMK Al-Hidayah Lestari
Lebak bulus menjadi salah satu faktor penyebab tingkat ketidak
puasan siswa dalam bidang bimbingan akademik sangat rendah. Fakta
tersebut dapat dilihat dari hasil angket yang menunjukan bahwa
keterlibatan guru BK dalam memberikan orientasi siswa di awal tahun
ajaran baru sangat sedikit, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Kemudian kondisi
klinik akademik atau ruang konsultasi yang kurang nyaman dan tidak
adanya buku konsultasi bagi siswa untuk mengetahui dan mengukur
perkembangan siswa baik dari aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Jika siswa diberikan buku konsultasi maka guru BK

82
82

dapat mengetahui perkembangan siswanya sehinga guru BK


mengetahui program apa yang harus diberikan kepada siswa sesuai
dengan tingkat permasalahan yang dirasakan siswa. Akan tetapi dari
permasalahan yang ada dalam bidang bimbingan akademik ada
beberapa poin yang dirasakan puas oleh siswa, seperti keramahan
guru BK, kesopanan guru BK, penampilan yang menarik, mampu
menyimpan rahasia siswa, dan kesediaan guru BK mendengarkan
keluhan siswa.
2. Bimbingan Pribadi-Sosial
Rasio jumlah guru BK yang tidak sebanding dengan jumlah siswa
juga memberikan dampak terhadap ketidak puasan siswa dalam
bidang bimbingan pribadi sosial. Dari 488 jumlah siswa di SMK Al-
Hidayah Lestari Lebak Bulus hanya ada 1 orang guru BK, sehingga
guru BK kesulitan dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada
siswa dan pelayanan tidak maksimal. Fakta tersebut dapat dilihat dari
hasil angket yang menunjukan bahwa tingkat kepuasan siswa sangat
rendah dalam bidang bimbingan pribadi sosial. Beberapa faktor yang
menjadi masalah adalah ketersediaan kotak masalah untuk
menampung persoalan siswa belum berfungsu secara maksimal dan
kurangnya penjelasan guru BK tentang bakat dan minat siswa.
Walaupun tingkat kepuasan siswa dalam bidang bimbingan pribadi
sosial masih sangat rendah, ada beberapa poin yang dirasakan siswa
sudah puas seperti arahan guru BK tentang pentingnya nilai dan
norma agama, pemberian motivasi berkaitan dengan pergaulan siswa
di sekolah, pemberian motivasi berkaitan dengan pergaulan siswa di
lingkungan keluarga, dan penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas.
Agar perkembangan pribadi sosial siswa lebih terkontrol dan
pelayanannya maksimal, maka perlu ditambah lagi jumlah guru BK.
3. Bimbingan Karir
Kurangnya sarana prasarana dan informasi layanan BK berdampak
pada tingkat kepuasan siswa dalam bidang bimbingan karir sangat
83

rendah. Sarana prasarana diharapkan dapat mendukung berbagai


aktivitas siswa di sekolah sehingga memudahkan siswa dalam
menyalurkan bakat dan minat siswa guna menunjang perkembangan
karir setiap individu siswa. Selain sarana prasarana, informasi tentang
program studi lanjutan dan perkembangan dunia kerja juga sangat
penting, sehingga ketika siswa lulus sekolah tidak bingung untuk
menentukan masa depanya. Beberapa fakta tersebut dapat dilihat dari
sedikitnya informasi tentang perguruan tinggi dan minimnya
informasi tentang dunia kerja di sekolah apalagi bagi lulusan SMK
yang memang dipersiapkan untuk siap bekerja maka diperlukan
keterampilan dan wawasan tentang dunia kerja. Walaupun sudah ada
program PKL (Praktik Kerja Langsung) sebagai bekal bagi siswa
ketika bekerja nanti, siswa masih perlu arahan dalam menentukan
karirnya.
4. Layanan Bimbingan Konseling
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan
konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus masih rendah atau
tidak memuaskan sehingga perlu adanya pembenahan dari beberapa
aspek sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa
saran dalam pembahasan ini. Adapun saran-sarannya sebagai berkut:
1. Bimbingan Akademik
a. Bagi Kepala Sekolah disarankan untuk merekrut guru BK yang
sesuai dengan kualifikasi akademik.
b. Guru BK diharapkan dapat terlibat secara aktif dalam
memberikan orientasi di awal tahun ajaran baru.
c. Perlunya perluasan ruangan BK supaya memberikan kenyamanan
bagi siswa dalam melakukan konsultasi.
84

d. Menyediakan buku konsultasi bagi setiap siswa sebagai alat ukur


mengenai perkembangan siswa.
2. Bimbingan Pribadi-Sosial
a. Menambah jumlah guru BK agar layanan BK lebih maksimal dan
memberikan kepuasan terhadap siswa.
b. Menyediakan kotak masalah untuk menampung semua persoalan
siswa agar guru BK tahu apa yang menjadi permasalahan siswa
sehingga guru BK dapat menentukan langkah-langkah untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi siswa.
c. Guru BK diharapkan lebih responship terhadap segala
permasalahan siswa.
3. Bimbingan Karir
a. Menjalin kerjasama dengan berbagai universitas supaya siswa
lebih mudah dalam mendapatkan informasi program studi
lanjutan.
b. Menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan supaya siswa
lebih mudah dalam mendapatkan informasi atau wawasan dunia
kerja.
4. Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Kepala sekolah dan guru BK hendaknya merencanakan program
bimbingan konseling dengan sistematis, fleksibel dan terarah,
baik berupa program jangka pendek maupun jangka panjang agar
proses pemberian layanan bimbingan konseling memberikan
kepuasan kepada kliennya baik secara bidang akademik, bidang
pribadi sosial, dan bidang karir.
b. Bagi para siswa diharapkan lebih terbuka dalam menyampaikan
permasalahannya sehingga guru dapat memberikan solusi atas
permasalahan yang dialami siswa. Serta perlu ditngkatkannya
koordinasi antara guru BK dengan orang tua untuk mengetahui
latar belakang yang sebenarnya dari setiap siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Eva, Teknik Konseling di Media Massa, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineke Cipta, 2002

Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi Safruddin Abdul, “Evaluasi Program


Pendidikan Pedoman Teoretis Praktik Bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan”, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2009.
Badrujaman, Aip, Teoridan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling,
Jakarta : PT. Indeks, 2011.

Barata, Atep Adya, Dasar-Dasar Layanan Prima, Jakarta: PT. Gramedia, 2003.
Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: CiputatPers, 2002.
Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching, 2005.
Hikmawanti, Fenti, Bimbingan Konseling, Jakarta : Rajawali Pers, 2010.

Imron, Ali, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara,
2011.

Irianto, Yoyoh Bahtiar dan Prihatin, Eka, Pengelolaan Pendidikan, Bandung:


Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010.
Iska, Zikri Neni, Bimbingan dan Konseling, Jakarta :Kizi’s Brother, 2008.
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT. Indeks, 2009.
Moenir, H.A.S., Manajemen Layanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara,
2010.
Nurihsan, Achmad Juntika, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling,
Bandung: PT. Refika Aditama, 2005.

Panduan layanan akademik siswa, Direktorat Pembinaan SMA Diakses melalui


http://www.docstoc.com/docs/24754238/5bLayanan-Akademik-SiswaPada
tanggal 20 November 2013

PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

85
86

Rugaiyah dan Sismiati, Atiek, Profesi Kependidikan,,Bogor : Ghalia Indonesia,


2011.

Sopianti, Popi, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan, Jakarta :Ghalia Indonesia,


2010.
Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaftif, Kualitatif, dan


R&D), Bandung: Alfabeta, 2010
Sukmadinata, Nanang Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2006.

Supriadi, Dedi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, Bandung :PT. Remaja


Rosdakarya, 2004.

Susetyo, Budi, Statistika Untuk Analisis Data Peneliti, Bandung: Refika Aditama,
2012.
Tim Pustaka Yustisia, Panduan Lengkap KTSP, Yogyakarta: Pustaka Yustisia,
2007.
Tjiptono, Fandy, Service Management: Mewujudkan Layanan Prima, Yogyakarta:
Andi, 2008.
Umiarso & Gojali, Imam, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
Jogjakarta: IRCiSoD, 2010.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta:ANDI, 2004.
Winkel, W.S. & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi, 2004.

Yunus, Syamsu dan Nurihsan, A. Juntika, Landasan Bimbingan Konseling,


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Anda mungkin juga menyukai