Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

ANALISIS

BAB IV
ANALISIS

4.1. Analisa Tapak


Kondisi eksisting lahan saat ini merupakan lahan datar dalam
keadaan kosong yang telah dipagari dinding beton pada
sekelilingnya. Lahan berdempetan dengan area pemukiman
penduduk. Secara umum lahan ini berada pada posisi yang
cukup strategis, yaitu di sudut jalan R.A. Kartini dan Adiyaksa
raya Lebak Bulus yang mudah diakses dari seluruh penjuru kota
Jakarta melalui Tol-JORR Pondok Pinang.

Menurut informasi dari Dinas Tata Kota, di daerah Jakarta


Selatan masih banyak wilayah yang menjadi daerah resapan air,
sehingga wilayah tersebut menjadi lebih asri dengan kondisi
lingkungan yang masih terjaga. Dengan pertimbangan tersebut
maka dipilihlah daerah Jakarta Selatan untuk dibangun sebuah
pusat rehabilitasi medik yang sangat membutuhkan kondisi
lingkungan yang asri untuk membantu proses penyembuhan
bagi para pasien.

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Cilandak


Sumber : (http://www.tatakota-jakartaku.net/)

25
BAB IV
ANALISIS

Gambar 4.3 View situasi sekitar tapak Gambar 4.4 Tapak dikelilingi tembok
Sumber : Dok. Pribadi Sumber : Dok. Pribadi

4.1.1. Analisa Sirkulasi dan Pencapaian


Menentukan posisi Main Entrance (ME) dan Side Entrance (SE)
dari dan menuju site dalam tapak. Adapun yang menjadi dasar
pertimbangan penempatan tersebut antara lain meliputi :
• Lalu lintas jalan ke dalam tapak
• Bentuk tapak
• Kemudahan dalam pencapaian tapak
Sirkulasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sirkulasi kendaraan dan
sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi servis. Untuk kendaraan yang
melalui jalan tol dapat keluar di pintu gerbang tol Fatmawati dan
menuju lokasi melalui arah depan tapak atau bisa juga keluar di
pintu gerbang tol Pondok Pinang yang kemudian memutar
kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah
belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal dari arah
utara dan barat bisa memutar melalui Jl. Fatmawati ataupun
melalui belakang stadion Lebak Bulus.

Untuk pejalan kaki dapat melalui pedestrian di sebelah kiri jalan


R.A. Kartini ataupun pedestrian di sebelah kanan dan kiri jalan
Adiyaksa Raya. Sedangkan yang dari arah seberang jalan tol
dapat melalui jembatan penyeberangan yang ada.

Kriteria pencapaian kelokasi yang diterapkan adalah dengan


posisi Main Entrance (ME) dan Side Entrance (SE) menyebar atau

26
BAB IV
ANALISIS

berada pada lokasi yang berbeda di dalam tapak.


Keuntungannya yaitu :

• Pola sirkulasi jelas.


• Tidak terjadi penumpukan.
• Kecenderungan sirkulasi tetap.
• Kenyamanan menuju tapak
dapat terjaga.

Gambar 4.5 Sirkulasi Pencapaian Lokasi

Gambar 4.6 View masuk Jl. Adiyaksa Gambar 4.7 View dari arah belakang
Sumber : Dok. Pribadi Dok. Pribadi

Gambar 4.8 Jembatan Penyeberangan Gambar 4.9 Putaran di Jl. Fatmawati


Sumber : Dok. Pribadi Dok. Pribadi

4.1.2. Analisa Orientasi Tapak


Yang dimaksud dengan orientasi tapak di sini yaitu menentukan
arah pandang bangunan terhadap lingkungan sekitarnya, hal ini
juga dijadikan sebagai dasar penataan masa bangunan.

27
BAB IV
ANALISIS

Adapun yang dijadikan dasar pertimbangan penilaiannya adalah :


• Letak tata dan arah jalur lalulintas.
• Pola akses dari dan menuju tapak.
• Tata fisik bangunan di sekitar tapak.

Gambar 4.10 Orientasi arah pandang


bangunan
Sumber : Dok. Pribadi Gambar 4.11 Bangunan lain di sekitar tapak.
Sumber : Dok. Pribadi

Dengan kondisi lingkungan yang seperti tertera pada gambar,


maka orientasi tapak dapat ditentukan menghadap kearah utara,
barat ataupun timur. Sedangkan arah selatan tidak menjadi
orientasi karena berdempetan dengan kawasan pemukiman.

4.1.3. Analisa Gubahan Massa Bangunan Sekitar


Lokasi tapak berada di jalan arteri R.A. Kartini, dimana bangunan
di sekitar tapak merupakan bangunan dengan massa tunggal
dengan ukuran relatif besar dan bertingkat banyak, sedangkan di
jalan Adiyaksa merupakan bangunan dengan massa deret
dengan ukuran bangunan relatif kecil. Pada lokasi tapak
ketinggian maksimal bangunan telah ditentukan 8 lantai oleh
Dinas Tata Kota Jakara
Selatan.

Gambar 4.12 Gubahan Massa


bangunan lain di sekitar tapak
Sumber : Dok. Pribadi

28
BAB IV
ANALISIS

4.2. Analisa Bangunan


4.2.1. Analisa Ruang

A. Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Fasilitas

Tabel 4.1
Program Kegiatan dan Kebutuhan Fasilitas
No Pelaku Kegiatan Kebutuhan Fasilitas
1 1. Mencari informasi, mendaftar, 1. R. Informasi & pendaftaran.
Pasien Rawat

menunggu. 2. R. Rekam medik, R. Terapi.


Jalan

2. Menjalani terapi. 3. Fas. Pendukung : toko,


3. Mengunjungi fasilitas pendukung. apotik, cafe, taman, dll.
2 1. Dirawat dan menjalani terapi secara 1. Ruang tidur, kamar mandi.
Pasien Rawat

intensif, sesuai kebutuhan program. 2. Ruang bersama.


Inap

2. Melakukan aktivitas sehari-hari seperti 3. Ruang terapi.


mandi, makan, tidur, rekreasi dll. 4. Fas. Pendukung : parkir,
3. Ditunggui atau dijenguk oleh keluarga. toko, cafe, taman, dll.
3 1. Mencari informasi pasien. 1. Resepsionis, r. informasi.
Pengunjung

2. Menemani pasien rawat jalan. 2. Lobby, r. bersama.


3. Menjenguk pasien rawat inap. 3. Fas. pendukung : parkir,
4. Mengunjungi fasilitas pendukung. toko, apotik, cafe, taman.
4 1. Membantu dan mengawasi program 1. R. Periksa & konsultasi.
terapi yang dijalankan pasien. 2. Ruang rapat.
(Dokter, Psikolog)

2. Rapat dengan rekan sejawat. 3. Ruang ganti/loker.


Staf Medis

3. Beristirahat, ibadah dan berinteraks 4. Ruang istirahat, fasilitas


dengan rekan sejawati. Pendukung.
4. Melakukan konseling dengan pasien 5. R. Konseling individual.
dan keluarga pasien. 6. R. Konseling kelompok.
5 1. Merawat pasien. 1. Ruang perawat, loker.
Staf
2. Membantu staf medis. 2. Ruang terapi.
Parame
3. Beristirahat, ibadah dan berinteraksi 3. Ruang istirahat, fasilitas
dis
dengan staf lainnya. pendukung
6 Staf 1. Melakukan berbagai kegiatan servis 1. Dapur, laundry, gudang,
Non sesuai tugasnya. ruang jaga.
Medis 2. Beristirahat, ibadah dan berinteraksi 2. Ruang ganti/loker.
(servis) dengan staf lainnya. 3. R. Istirahat, fas.Pendukung.
7 1. Melakukan kegiatan administratif. 1. Ruang kantor.
Staf
2. Beristirahat, ibadah dan berinteraksi 2. Ruang istirahat, fasilitas
Admin.
dengan staf lainnya. pendukung.

29
BAB IV
ANALISIS

B. Hubungan Fungsional Ruang

Gerbang
Masuk
Sirkulasi Pasien
Sirkulasi Pengunjung
Daerah
Konsesi Sirkulasi Staf/Non Staf

Pusat Rawat Daerah Daerah


informasi Jalan Rehabilitasi masuk staff masuk servis

Ruang staf

Radiologi Bongkar
muat
barang
Administrasi
Gudang
Rawat umum
inap
Ruang
Rekreasi utilitas
ruang luar
Dapur
Rekreasi
ruang dalam Ruang cuci

C. Hubungan Fungsional Unit Rehabilitasi


Pekerja
Sosial
Taman Medik

Konsultasi
Ruang Vokasional
Administrasi tunggu
Konsultasi Konsultasi
Konsultasi
Toilet Psikologis

Ruang
Administrasi tunggu Terapi
Terapi Terapi Okupasi

Fisioterapi

Taman
Hidrotrapi

Sirkulasi Pasien Brace


Shop
Sirkulasi Pengunjung Terapi
ruang luar
Sirkulasi Staf/Non Staf Ruang

30
BAB IV
ANALISIS

D. Analisa Kebutuhan Ruang


Analisa ini dibuat berdasarkan Hayward, Cynthia, 2004,
SpaceMed, Hayward & Associates LLC dan perbandingan dari hasil
survey di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat.

Tabel 4.2 Program Ruang Bagian Administrasi Pusat


Standar Kapasitas Luas Jumlah Sub Total
Ruang
(M2/org) (org) (M2) (unit) (M2)
R. Tunggu utama 4 50 200 1 200
R. Administrasi 4 15 60 1 60
R. Rekam medik 20 2 40
R. Kepala unit 16 1 16 1 16
R. Wakil Kepala unit 16 1 16 1 16
R. Kepala staf 8 2 16 2 32
R. Rapat utama 2 20 40 1 40
R. Kerja staf 4 12 48 1 48
Bank 70 2 140
ATM 2 1 2 5 10
Gudang 16 1 16
Toilet pria & wanita (khusus) 6 5 30 2 60
Toilet pria & wanita (umum) 6 8 48 2 96
Luas bersih 774
Sirkulasi (30%) 232
Total m2 1006

Tabel 4.3 Program Ruang Bagian Departemen Medis


Standar Kapasitas Luas Jumlah Sub Total
Ruang
(M2/org) (org) (M2) (unit) (M2)
R. Tunggu utama 2 20 40 1 40
R. Kerja Dokter 8 3 24 5 120
R. Periksa umum 4 3 10 4 40
Toilet 4 1 4 3 12
Luas bersih 212
Sirkulasi (30%) 64
Total m2 276

31
BAB IV
ANALISIS

Tabel 4.4 Program Ruang Departemen Terapi Fisik


Standar Kapasitas Luas Jumlah Sub Total
Ruang
(M2/org) (org) (M2) (unit) (M2)
R. Tunggu terapi fisik 2 30 60 3 180
R. Staf 4 4 16 3 48
Ruang terapi 200 1 200
Gymnasium 250 3 750
R. Ganti & Loker Pria-wanita 8 1 8 8 64
Area kolam terapi 60 2 120
R. Perawatan 4 6 24 2 48
R. Peralatan 4 5 20 1 20
Gudang 16 1 16
R. tangki dan Utilitas 50 1 50
Luas bersih 1496
Sirkulasi (30%) 449
Total m2 1945

Tabel 4.5 Program Ruang Bagian Terapi Okupasional


Standar Kapasitas Luas Jumlah Sub Total
Ruang
(M2/org) (org) (M2) (unit) (M2)
R. Tunggu Terapi Okupasi 2 20 40 1 40
R. Terapi Okupasi 4 10 40 1 40
Gudang peralatan 20 1 20
Luas bersih 100
Sirkulasi (30%) 30
Total m2 130

Tabel 4.6 Program Ruang Bagian Terapi Wicara


Standar Kapasitas Luas Jumlah Sub Total
Ruang
(M2/org) (org) (M2) (unit) (M2)
R. Tunggu Terapi 2 10 20 1 20
R. Terapi wicara 3 2 5 10 50
R. Terapi kelompok 4 10 40 1 40
Luas bersih 110
Sirkulasi (30%) 33
Total m2 143

32
BAB IV
ANALISIS

Tabel 4.7 Program Ruang Bagian Terapi Sosial-Psikologi


Standar Kapasitas Luas Jumlah Sub Total
Ruang
(M2/org) (org) (M2) (unit) (M2)
R. Tunggu Terapi 2 10 20 1 20
R. Konseling individu 6 3 18 5 90
R. Konseling kelompok 4 10 40 1 40
Luas bersih 150
Sirkulasi (30%) 45
Total m2 195

Tabel 4.8 Program Ruang Bagian Rawat Inap (71 Tempat Tidur)
Standar Kapasitas Luas Jumlah Sub Total
Ruang
(M2/org) (org) (M2) (Kmr) (M2)
K. Kelas 3+WC, 6TT, 17% 13,5 6 80 2 160
K. Kelas 2+WC, 3TT, 30% 13,5 3 30 7 210
K. Kelas 1+WC, 2TT, 40% 13,5 2 30 14 420
K. Kelas VIP+WC, 1TT, 8% 13,5 1 30 8 240
K. Kelas VVIP+WC, 1TT, 2% 27 1 100 2 200
Ruang perawat 4 4 20 6 120
Lounge 80 4 320
Pantry 6 6 36
Gudang 4 6 24
Luas bersih 1730
Sirkulasi (30%) 519
Total m2 2249

Tabel 4.9 Program Ruang Bagian Penunjang


Standar Kapasitas Luas Jumlah Sub Total
Ruang
(M2/org) (org) (M2) (unit) (M2)
Dapur 4 8 64 1 64
Gudang basah & kering 68 1 68
Bengkel & toko prostetic 30 3 90
Gudang alat & material 20 3 60
Kantin 3 25 75 1 75
Apotik 30 1 30
Restoran/cafe 1.4 30 50 2 100

33
BAB IV
ANALISIS

Toko / retail 3 4 12 4 48
Ruang bermain anak 50 1 50
Mushola 1,5 40 60 1 60
Ruang laundry 48 1 48
Laundry kotor & bersih 64 1 64
R. Loker & toilet staf 3 10 30 2 60
R. Keamanan 4 4 16 2 32
Luas bersih 849
Sirkulasi (30%) 255
Total m2 1104

Luas Total Area 7048


Parkir mobil / motor 3393
Luas Total Area Keseluruhan 10441 m2

E. Persyaratan Ruang
Persyaratan khusus untuk fasilitas rehabilitasi medik sesuai
dengan salah satu prinsip healing architecture, yaitu kesatuan
bentuk dan fungsi, dimana bentuk, ukuran dan perletakan ruang
disesuaikan dengan kondisi penyandang cacat. Ruang-ruang
tersebut antara lain :
1. Jalur masuk, parkir, pintu dan koridor
- Jalur menuju pintu masuk harus mempunyai kemiringan
maksimal 7°, permukaannya datar dan tidak licin.
- Untuk memudahkan penyandang cacat, akses dari parkir
ke bangunan harus bersifat langsung. Pada lot parkir
disediakan ramp trotoar di kedua sisi kendaraan dan
ditandai dengan simbol parkir penyandang cacat.
- Di pintu masuk harus ada kanopi sebagai perlindungan
terhadap cuaca, panjang kanopi minimal 0.84 m.
- Lebar pintu utama minimal 90 cm, hindari ramp di daerah
sekitar pintu, gunakan door closer. Plat tendang dipasang
dibagian bawah pintu untuk pengguna kursi roda.
34
BAB IV
ANALISIS

- Keset pintu harus dibenamkan di lantai.


- Lebar koridor minimal 1,5 m agar dapat dilewati dengan
nyaman oleh pemakai kursi roda.

Gambar 4.13 Area parkir


khusus.
Sumber : Goldsmith,
Slwyn.1967, Designing for
the Disable Mc Graw Hill
Book Company, Inc.

Gambar 4.14 Ukuran


pintu dan koridor.
Sumber : Goldsmith,
Slwyn.1967, Designing
for the Disable Mc Graw
Hill Book company, Inc.

2. Taman dan pedestrian


- Permukaan jalan harus stabil, kuat, bertekstur halus dan
tidak licin. Kemiringan jalan maksimum 7° dan pada
setiap 9 m terdapat pemberhentian untuk istirahat.
- Drinase dibuat tegak lurus dengan arah jalur, kedalaman
maksimal 1,5 cm agar mudah dibersihkan dan perletakan
lubang di jauhkan dari tepi ramp.
- Ukuran lebar minimum jalur pedestrian adalah 136 cm
untuk jalur satu arah dan 180 cm untuk jalur dua arah.
- Pencahayaan berkisar antara 50-150 lux tergantung pada
intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan keamanan.
3. Ruang bersama, ruang makan
Tersedia ruang sebesar 2,3 m2/orang di ruang makan
sehingga cukup ruang untuk sirkulasi dan manuver kursi
roda. Lebar meja makan tidak lebih dari 1,07 m, tinggi
berkisar antara 0,8–0,86 m di atas permukaan lantai.

35
BAB IV
ANALISIS

4. Kamar tidur
- Perabotan yang ada sebaiknya tidak mudah bergeser
karena pasien sering menjadikan perabot yang ada
disekitarnya sebagai alat untuk menolong mereka berdiri.
- Kaki tempat tidur harus masuk ke dalam dengan
ketinggian minimal 0,22 m. Sedangkan tinggi tempat tidur
yang optimal 0,48 m dari lantai.
- Di sisi tempat tidur harus tersedia tempat untuk
menyimpan brace dan tongkat yang mudah dijangkau.

Gambar 4.15 Ukuran


minimal kamar tidur untuk
pasien dengan kursi roda
Sumber : Goldsmith,
Slwyn.1967, Designing for
the Disable Mc Graw Hill
Book company, Inc.

5. Kamar mandi dan Toilet


- Toilet bagi penyandang cacat dilengkapi simbol dan
memiliki ruang gerak yang cukup dengan perletakan
perabot kamar mandi yang mudah dijangkau. Ketinggian
tempat duduk kloset sekitar 45-50 cm dan handrail yang
dipasang sesuai dengan ukuran pengguna kursi roda.
- Shower box harus memiliki tempat duduk yang lebar dan
tinggi disesuaikan dengan cara-cara memindahkan badan.
- Untuk memudahkan pasien keluar dan masuk bathub
dapat menggunakan bangku mandi yang bisa disetel.

Gambar 4.16 Ukuran


closet dan bathub
dengan bangku mandi.
Sumber : Goldsmith,
Slwyn.1967, Designing
for the Disable Mc Graw
Hill Book company, Inc.

36
BAB IV
ANALISIS

Gambar 4.17 Ukuran


shower untuk pengguna
kursi roda.
Sumber : Goldsmith,
Slwyn.1967, Designing for
the Disable Mc Graw Hill
Book company, Inc.

6. Sirkulasi Vertikal (Ramp, tangga, lift)


- Kemiringan ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi
7°, sedangkan di luar bangunan maksimum 6°. Panjang
maksimal ramp adalah 9 m dengan lebar 1,35 m, harus
memiliki tepi penganman (10 cm) dan handrail yang kuat.
- Kemiringan tangga kurang dari 60°, memiliki handrail
dengan ketinggian 65-80 cm dari lantai dan dilebihkan 30
cm pada tiap ujungnya.
- Untuk lift harus memiliki lobby sebagai area tunggu
kedatangan lift. Tinggi tombol lift 90-120 cm dari muka
lantai dan dilengkapi dengan huruf braille. Sedangkan
ukuran bersih minimal kabin lift adalah 140 x 140 cm.

Gambar 4.18 Lebar ramp,


tinggi handrail, bentuk
ramp yang diajurkan.
Sumber : Goldsmith,
Slwyn.1967, Designing for
the Disable Mc Graw Hill
Book company, Inc.

37
BAB IV
ANALISIS

Gambar 4.19 Tipikal tangga


Sumber : Goldsmith, Slwyn.1967, Designing for the Disable Mc Graw Hill Book
company, Inc.

4.2.2. Analisa Kebutuhan Ruang Parkir


Kelas VVIP = 2 mobil/TT x 2 TT = 4 mobil
Kelas VIP = 1 mobil/TT x 8 TT = 8 mobil
Kelas 1 = 1 mobil/TT x 28 TT = 28 mobil
Kelas 2 = 1 mobil/2 TT x 21 TT = 10 mobil
Kelas 3 = 1 mobil/4 TT x 12 TT = 3 mobil
Jumlah = 53 parkir mobil
Parkir Rawat jalan + Pengunjung 100% = 53 mobil
Parkir staff 10% = 12 mobil
Total = 118 parkir mobil

Luas kebutuhan lahan parkir (2,5 x 5) x 118 mobil = 1475 m2


Sirkulasi 100% = 1475 m2
Total kebutuhan lahan parkir mobil = 2950 m2
Parkir motor 30% dari parkir mobil (1475 m2) = 443 m2
Total lahan parkir mobil dan motor = 3393 m2
38
BAB IV
ANALISIS

4.2.3. Analisa Bahan Bangunan


Material bangunan yang akan digunakan dipilih berdasarkan
beberapa pertimbangan, yaitu antara lain :
1. Faktor keamanan yang tinggi.
2. Menggunakan bahan yang efektif.
3. Kekuatan dan ketahanan terhadap gempa.

Berikut ini tabel karakteristik material yang akan digunakan.

Tabel 4.10 Karakteristik Material Bahan yang digunakan


Karakteristik :
Rangka Struktur

- Mempunyai daya tahan terhadap gaya tarik.


- Sifat bahan kaku dan dingin.
Baja
- Tidak tahan api.
- Waktu pengejaan cepat.
- Dapat korosi akibat pemuaian dan cuaca.
Karakteristik :
- Mempunyai daya tahan terhadap gaya tekan.
- Sifat bahan mudah dibentuk.
Beton - Tahan lama dan tahan terhadap api.
- Lebih berat dibanding baja.
- Waktu pengerjaan lama.
- Tahan terhadap cuaca.
Karakteristik :
- Mempunyai daya tahan terhadap gaya tekan & tarik.
Beton
- Daya tahan api hingga 50%.
Bertulang
- Waktu pengerjaan cepat.
- Tahan terhadap cuaca.
Karakteristik :
Pelengkap

- Ringan dan kuat.


Material

Alumunium - Harga relatif mahal.


- Mudah dalam pemasangan.
- Tahan terhadap gaya tarik dan tekan.
Karakteristik :
- Bahan Berat dan cukup kuat.
Besi - Pemasangan mudah.
- Tahan terhadap gaya tarik dan tekan.
- Dapat mengalami korosi.

39
BAB IV
ANALISIS

Karakteristik :
- Tidak tahan api.
Kayu - Ukuran terbatas.
- Harga dan Perawatannya mahal.
- Mudah dibentuk.
Karakteristik :
- Bahan ringan.
Gypsumboard
- Pemasangan cepat.
/ GRC
- Multifungsi.
- Tahan api dan lembab.
Karakteristik :
- Murah.
Kaca
- Perawatan sulit.
- Rapuh.
Karakteristik :
- Murah.
Glass Block - Bahan ringan.
- Pemasangan mudah.
- Baik untuk penerangan.
Karakteristik :
- Menyerap air.
Batu Conblock
- Pemasangan mudah.
- Tersedia dalam berbagai ukuran.

Berdasarkan analisa diatas, maka rangka yang dipilih


pada bangunan ialah beton dan baja. Sedangkan material
pelengkap bangunan ialah komposisi dari keseluruhan material
yang terdapat di atas dengan memperhatikan aktivitas yang
dilakukan, faktor biaya, dan penyesuaian dengan tema.

4.2.4. Analisa Bentuk Massa Bangunan


Kriteria pemilihan massa didasarkan atas pertimbangan:
1. Hubungan antar kegiatan.
2. Sirkulasi dan pencapaian pada bangunan.
3. Berdasarkan fungsi bangunan yang memerlukan gubahan
yang menarik dan memiliki karakter.

40
BAB IV
ANALISIS

4. Penyesuaian dengan tapak dan lingkungan untuk


mengoptimalkan potensi, orientasi dan karakter
lingkungan sekitar.

Berdasarkan perletakkan massa bangunan, terdapat dua jenis


massa bangunan, yaitu:
1. Massa tunggal
Massa yang terjadi karena adanya pemusatan kegiatan di
dalam bangunan. Jenis bangunan ini cocok untuk
kelompok kegiatan yang membutuhkan integrasi kegiatan,
juga efisiensi pada ruang gerak. Adapun ciri-cirinya :
a. Orientasi bangunan kurang jelas.
b. Mudah pengawasan dari segi keamanan.
c. Pencapaian jelas dan mudah.

2. Massa Majemuk
Massa bangunan yang terlepas satu sama lain. Hal ini
disebabkan oleh setiap massa yang memiliki jenis kegiatan
yang berbeda. Hubungan antar massa bangunan dapat
diciptakan dengan adanya plaza atau ruang terbuka.
Adapun ciri-cirinya :
a. Orientasi ditentukan oleh tapak dan gubahan massa.
b. Mudah untuk pengembangan.
c. Lebih dinamis.
d. Pencapaian tersebar.

Berdasarkan analisa di atas maka pola massa yang digunakan


ialah pola massa tunggal dengan suatu penghubung yaitu
berupa ruang transisi karena lahan yang luas serta adanya
kegiatan penunjang yang memiliki hubungan dan kesamaan.

41
BAB IV
ANALISIS

Kriteria pemilihan bentuk dasar massa atas pertimbangan :


1. Ekspresi dan karakter bangunan yang ditampilkan.
2. Jenis dan hubungan antar kegiatan.
3. Efisiensi dan fleksibilitas ruang bagi pengguna.

Tabel 4.11
Bentuk-bentuk Dasar Massa
Bentuk
Dasar
Massa

- Efisiensi ruang. - Bentuk dinamis. - Bentuk dinamis.


Keuntungan

- Kemudahan sirkulasi. - Dapat dipadukan - Dapat dipadukan


- Kemudahan dengan bentuk lain. dengan bentuk lain.
Penataan interior. - Orientasi semua arah.
- Struktur sederhana. - Kenyamanan sirkulasi.
- Bentuk sederhana - Ruang tidak efisien. - Pembagian ruang
dan statis. - Menyebabkan pergerakan tidak efisien.
menyempit yang kurang - Pelaksanaannya relatif
Kekurangan

menguntungkan bagi para lebih susah.


penyandang cacat tubuh. - Kurang baik bagi tuna
- Sulit beradaptasi dengan daksa karena tidak
tapak. adanya patokan (awal-
akhir), polanya menyebar
ke segala arah.

Berdasarkan tabel di atas, maka bentuk dasar massa yang dipilih


ialah kombinasi bentuk segi empat bervariasi dengan lingkaran.
Pertimbangan bangunan dengan bentuk tersebut dikarenakan
untuk memudahkan pergerakan pasien dan juga karena massa
bangunan merupakan massa tunggal yang menyatu, mengalami
perulangan bentuk ruang dan berada di sudut jalan.

4.2.5. Analisa Struktur


Dari program ruang telah diketahui bahwa pusat rehabilitasi
medik ini merupakan bangunan yang terdiri dari ruang-ruang
dengan luasan yang relatif kecil. Oleh karena itu struktur yang

42
BAB IV
ANALISIS

digunakan adalah struktur untuk bentang pendek. Modul kolom


perlu disesuaikan dengan grid parkir karena sesuai dengan
analisis sirkulasi dan parkir yang diletakkan pada basement. Jadi
modul kolom harus disesuaikan dengan modul parkir yaitu 2,5 x
5 meter/kendaraan, sehingga untuk 3 buah kendaraan maka
modul kolom yang digunakan adalah 8 x 8 meter.

Penggunaan pondasi dapat didasari oleh beberapa hal, adapun


kriteria penentuan pondasi adalah :
• Beban yang dipikul pondasi, yaitu beban sendiri, faktor luar
dan ketinggian bangunan yang mempengaruhi jenis
pondasi yang akan dipakai.
• Waktu pelaksanaan pemasangannya, pengaruh terhadap
faktor biaya konstruksi.
• Dampak terhadap lingkungan sekitar, yaitu dampak getaran
dan kebisingan pada saat pemancangan yang berpengaruh
pada bangunan sekitarnya.

Beberapa jenis pondasi, diantaranya :


1. Pondasi dangkal yang memiliki kedalaman antara 1 sampai
2 meter, dan hanya dapat memikul beban bangunan kecil.

Pondasi dangkal terdiri dari dua jenis, yaitu pondasi lajur


dan pondasi setempat

Gambar
4.20 Jenis
pondasi
dangkal
Sumber :
Dok.
Pribadi

43
BAB IV
ANALISIS

2. Pondasi tiang pancang


Merupakan pondasi yang mampu memiliki kedalaman tanah
keras antara 15 sampai 30 meter.
3. Pondasi tiang Bor/boredpile
Merupakan pondasi yang mampu memiliki kedalaman tanah
keras antara 30 sampai 40 meter.

4.3. Analisa Utilitas


4.3.1. Analisa Sisem Air Bersih dan Air Kotor
Sumber air berasal dari PAM karena interupsi air tanah di Jakarta
yang cukup tinggi sehingga tidak bijak bila membuat sumur bor,
kemudian di distribusikan dari suatu penampungan utama ke
seluruh fasilitas yang memerlukannya.

Jalur distribusi air bersih :


Reservoir
Atas

Reservoir Saluran
PAM Meteran Pompa
Bawah Distribusi

Air kotor pada bangunan rehabilitasi medik dibedakan atas :


a. Saluran pembuangan air hujan, disalurkan melalui talang
menuju saluran pembuangan air kotor ke saluran riol kota.
b. Saluran pembuangan air kotor
Berasal dari dapur yang mengandung lemak dibuang ke
resapan melalui perangkap lemak. Yang berasal dari bak
mandi, wastafel, air kotor dan lain sebagainya dibuang ke
pengolahan limbah (water- treatment).
c. Saluran pembuangan air kotor padat
Kotoran padat dari WC dibuang ke sewage - treatment lalu
dialirkan ke resapan.

44
BAB IV
ANALISIS

4.3.2. Analisa Pencahayaan dan Penghawaan


Pusat rehabilitasi medik ini memerlukan pencahayaan maksimal
di setiap ruangnya. Penerangan ruangan dapat menggunakan
pencahayaan alami maupun pencahayaan buatan. Pencahayaan
alami dapat digunakan karena lahan yang terletak di daerah
subtropik sehingga cahaya matahari dapat digunakan
semaksimal mungkin. Bentuk lahan yang tidak frontal
menghadap barat atau timur juga mendukung penggunaan
cahaya alami. Masuknya cahaya alami secara healing
architecture dapat terapkan melalui prinsip the living wall,
dimana penggunaan bukaan-bukaan yang besar dan dinding-
dinding transparan selain sebagai penerangan alami namun juga
dapat memasukkan unsur luar kedalam sehingga pasien dapat
berinteraksi dengan ruang luar pada saat di dalam ruangan.

Gambar 4.21 Penggunaan jendela untuk


penerangan alami
Sumber : Dok. Pribadi

Sedangkan untuk sistem penghawaan dipertimbangan


berdasarkan jenis ruang, fungsi ruang, dan tingkat kenyamanan.
Sistem penghawaan terdiri dari :
a. Penghawaan Alami
Prinsip penghawaan menggunakan ventilasi silang (Cross
ventilation). Pengudaraan silang pada daerah tropis
lembab sangat efektif untuk memperbaiki iklim ruangan.
Sistem ini berjalan dengan memasukkan udara luar ke
dalam bangunan dengan cara aliran silang. Caranya
dengan membuat bukaan yang besar pada tempat-tempat
tertentu. Penggunaan sistem ini pada bangunan adalah
untuk area servis dengan memanfaatkan aliran.

45
BAB IV
ANALISIS

b. Penghawaan Buatan
Penghawaan buatan ini digunakan untuk ruang-ruang
yang menuntut kenyamanan dari kondisi udara yang
stabil, dengan menggunakan air conditioning (AC).
Penghawaan buatan memungkinkan pengaturan suhu dan
kelembaban udara, serta pengudaraan yang lebih merata
dan terkendali.

4.3.3. Analisa Mekanikal dan Elektrikal


Daya listrik yang digunakan dari 2 sumber, yaitu :
a. PLN
Merupakan sumber listrik utama pada pemakaian di
proyek. Listrik dari PLN dialirkan ke gardu utama,
kemudian ke ruang transformator (trafo), lalu di
distribusikan ke panel kontrol bangunan.
b. Genset
Sebagai cadangan yang bekerja otomatis jika listrik PLN
terputus. Genset berfungsi melayani beban penting,
seperti sebagian penerangan, unit kebakaran dan darurat
dalam bangunan.

PLN Penerangan

Tata Suara
Meteran
Sub Panel
Pompa

Gardu
Panel Utama Penghawaan
Listrik
Outlet
Gen Set

46

Anda mungkin juga menyukai