Derajat hadits
Faidah hadits
المعَقَّلَة اإلبل كمثل القرآن صاحب َمث َ ُل إنما. أمس َكها عليها عاهد إن. أطلقها وإن
ذهبَت
“Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika
ia diikat, maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya
dilepaskan, maka ia akan pergi” (HR. Muslim 789)
Imam Al ‘Iraqi menjelaskan: “Nabi mengibaratkan bahwa
mempelajari Al Qur’an itu secara terus-menerus dan
membacanya terus-menerus dengan ikatan yang mencegah
unta kabur. Maka selama Al Qur’an masih diterus dilakukan,
maka hafalannya akan terus ada”.
Beliau juga mengatakan: “dalam hadits ini ada dorongan untuk
mengikat Al Qur’an dengan terus membacanya dan
mempelajarinya serta ancaman dari melalaikannya hingga lupa
serta dari lalai dengan tidak membacanya” (Tharhu At Tatsrib,
3/101-102)
2. Kalimat ُ( فَقَ َرأَهُ باللَّيْل َوالنَّ َهار ذَ َك َرهmembaca Al Qur’an di malam hari
dan mengingatnya di siang hari) menunjukkan bahwa
membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al
Qur’an hendaknya dilakukan setiap hari
3. Anjuran untuk terus mempelajari, membaca
dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an secara
konsisten, setiap hari, di seluruh waktu. Al Qurthubi
menyatakan: “hal pertama yang mesti dilakukan oleh shahibul
qur’an adalah mengikhlaskan niatnya dalam mempelajari Al
Qur’an, yaitu hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla semata,
sebagaimana telah kami sebutkan. Dan hendaknya ia
mencurahkan jiwanya untuk mempelajari Al Qur’an baik malam
maupun siang hari, dalam shalat maupun di luar shalat, agar ia
tidak lupa” (Tafsir Al Qurthubi, 1/20).
4. Anjuran untuk lebih bersemangat membaca Al Qur’an di
malam hari. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: