A. Pendahuluan
Tidak bisa dipungkiri, saat ini guru sudah tidak lagi menjadi profesi yang diolok-olok atau
direndahkan seperti gambaran yang ada pada lagu “Umar Bakri”-nya Iwan Fals. Profesi
guru sudah menjadi profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pemerintah telah memberi
perhatian lebih terhadap guru dengan memberikan tunjangan profesi. Bahkan, boleh
dikatakan profesi guru kini menjadi salah satu profesi pilihan. Hal ini terbukti dengan
banyaknya peminat lulusan SMA (reguler dan favorit) yang memilih perguruan tinggi
keguruan (dulu IKIP) sebagai tempat melanjutkan studi.
Konsekuensi dari sebutan guru profesional yang dihargai dengan tunjangan profesi
adalah tuntutan untuk selalu mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan.
Salah satunya, mereka harus suka menulis, menuangkan ide, opini, gagasan, tinjauan yang
terkait dengan dunia yang digelutinya. Dengan menulis, guru dapat mendokumentasikan
pengalaman terbaiknya, bisa berbagi, memberikan usul, saran, masukan untuk kemajuan
pendidikan secara ilmiah dan profesional. Di samping itu, secara alamiah, guru juga
sekaligus dapat memberikan contoh dan motivasi bagi peserta didiknya.
Namun, sampai sejauh ini guru masih belum terlalu familier dengan kegiatan tulis
menulis. Menurut informasi dari Tim Penilai Angka Kredit Guru di Kabupaten Sleman,
setelah menggunakan aturan baru pengajuan DUPAK menurut Permenpan RB nomor 16
tahun 2009, dari sekitar 600 guru pengusul, hanya 71 guru yang memenuhi syarat. Secara
universal kondisi semacam ini juga terjadi di daerah lain.
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya motivasi dan kompetensi menulis bagi
guru. Sukasmo mengemukakan bahwa penyebab rendahnya kemampuan guru dalam
menulis karya ilmiah, yaitu: (1) kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan
guru dalam menulis karya ilmiah, khususnya menulis artikel ilmiah, (2) terbatasnya
sarana bacaan ilmiah terutama yang berupa majalah ilmiah atau jurnal, (3) belum
tersedianya majalah atau jurnal di lingkungan sekolah atau dinas pendidikan kabupaten
yang bisa menampung tulisan para guru, (4) masih terbatasnya penyelenggaraan lomba
menulis karya ilmiah yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan baik pada tingkat
nasional, tingkat provinsi maupun pada tingkat kabupaten, dan (5) masih rendahnya
motivasi guru untuk mengikuti lomba menulis karya ilmiah (http://www.m-
edukasi.web.id).
Untuk memberikan bekal sekaligus motivasi, tulisan sederhana ini akan memberikan
beberapa pemahaman mengenai kegiatan menulis, khususnya makalah tinjauan ilmiah,
yakni (1) Konsep Makalah Tinjauan Ilmiah, (2) Kerangka Isi Tinjauan Ilmiah, (3) Bukti
Fisik dan Besaran Angka Kredit, (4) Rambu-rambu Persyaratan Makalah Tinjauan Ilmiah
yang Dapat Dinilai Angka Kreditnya.
B. Konsep Makalah Tinjauan Ilmiah sebagai Bagian dari Publikasi Ilmiah Guru
Publikasi karya tulis ilmiah guru, terdiri atas empat kelompok, yakni:
1. Laporan hasil penelitian
2. Tinjauan ilmiah
3. Tulisan ilmiah popular
4. Artikel ilmiah
Makalah Tinjauan Ilmiah di Bidang Pendidikan Formal dan Pembelajaran adalah karya
tulis guru yang berisi ide/gagasan penulis dalam upaya mengatasi berbagai masalah
pendidikan formal dan pembelajaran yang ada di satuan pendidikannya (di
sekolah/madrasahnya) (Kemendiknas, 2010:26).
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa makalah tinjauan ilmiah adalah tulisan
guru yang berisi ide dan atau pengalaman guru dalam mengatasi berbagai masalah
pembelajaran atau pendidikan di satuan pendidikannya. Artinya, lingkup tinjauan ilmiah
tetap dibatasi pada masalah-masalah pembelajaran atau bimbingan yang dialami atau
dilakukan guru di sekolahnya.
Salah satu bentuk makalah tinjauan ilmiah adalah tulisan berupa Best Practice Guru
(Pengalaman Terbaik Guru). Dalam rangka meningkatkan motivasi guru dalam menulis,
Kemendikbud telah memfasilitasi guru dengan Lomba Penulisan Best Practice Guru
dalam Pembelajaran dan menyusun pedoman penulisannya.
Dalam buku pedoman tersebut dikemukakan bahwa kata best practice digunakan untuk
mendeskripsikan/menguraikan “pengalaman terbaik” mengenai keberhasilan seseorang
atau kelompok dalam memecahkan masalah ketika melaksanakan tugas. Untuk guru
terutama adalah pembelajaran di sekolahnya. Best Practice memiliki ciri-ciri atau
indikator sebagai berikut :
1. mengembangkan cara baru dan inovatif dalam pengembangan serta
memecahkan masalah dalam pendidikan khususnya pembelajaran;
2. membawa sebuah perubahan/perbedaan sehingga sering dikatakan hasilnya luar
biasa (outstanding result);
3. mampu mengatasi persoalan tertentu secara berkelanjutan (keberhasilan lestari) atau
dampak dan manfaatnya berkelanjutan;
4. mampu menjadi model, memberi inspirasi dalam membuat kebijakan (pejabat),
dan inspiratif bagi guru lainnya, termasuk murid; dan
5. cara dan metoda yang dilakukan dan atau yang digunakan bersifat ekonomis dan
efisien.
Best pratice atau pengalaman terbaik guru dicapai dengan sukses dan lebih cepat
jika dilakukan dengan tahapan sistematis melalui pendekatan ilmiah yang langkah-
langkahnya dilandasi suatu teori yang relevan dengan masalah pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam mendeskripsikan best practice atau
pengalaman terbaik dalam pembelajaran, diperlukan ilmu pengetahuan dan seni untuk
dipakai sebagai landasannya. Setiap data dan atau catatan (rekam jejak) kemajuan
keberhasilan selama mengatasi masalah pembelajaran terdokumentasikan secara baik
sehingga bermanfaat untuk merumuskan Standard Operating Procedure (SOP) yang
apabila ditiru (replikasi) oleh guru yang lainya memperoleh hasil yang sama.
Salah satu tahapan penting agar pembelajaran bisa menjadi salah satu best practice, yaitu
evaluasi diri. Evaluasi terhadap cara atau strategi yang telah dilaksanakan,
hasil (output dan outcome), dan apabila memungkinkan mengevaluasi dampaknya. Dari
hasil evaluasi tersebut, guru mampu menemukan kesenjangan antara pembelajaran yang
telah dilakukan dengan teori pembelajaran, termasuk kesenjangan keberhasilannya
sehingga muncul ide dan motivasi untuk menutup kesenjangan tersebut dalam rangka
memecahkan masalah yang dihadapi. Hasil penelitian, misalnya tindakan kelas, belum
bisa dikatagorikan sebagai best practice karena dalam mengimplementasikan hasil
penelitian banyak faktor lain yang mungkin terjadi dan mempengaruhi tingkat
keberhasilan, sehingga indikator best practice (ciri sebuah best practice) tentu belum bisa
kelihatan. Dengan demikian best practice guru, merupakan sebuah publikasi ilmiah yang
memaparkan hal ihwal pengalaman terbaik yang telah dilakukan selama melaksanakan
tugas-tugasnya dalam pembelajaran termasuk mengatasi masalah jika ada, dengan ciri-
ciri: (1) inovatif, (2) outstanding result, (3) keberhasilan lestari, (4) mampu menjadi
model, (5) memberi inspirasi, dan (6) ekonomis serta efisien.
Dalam Pedoman Lomba Penulisan Best Practice bagi Guru dalam Pembelejaran,
kerangka isi terdiri atas:
1. Bagian Awal terdiri dari halaman judul, lembaran persetujuan, kata pengantar,
daftar isi, abstrak atau ringkasan, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran
(bila ada).
2. Bagian Isi memuat:
a. pendahuluan: berisikan tentang latar belakang timbulnya masalah, pendekatan
penyelesaian masalah, tujuan, dan manfaat;
b. langkah-langkah atau cara-cara dalam memecahkan masalah, termasuk
hambatan hambatan yang harus diatasi yang dituangkan secara rinci, alat
dan/atau instrumen yang digunakan, tempat dan waktu serta lembaga yang
menunjang pelaksanaan;
c. hasil yang dicapai; dan
d. simpulan dan saran.
3. Bagian Penutup berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran tentang semua data
yang dipakai untuk menunjang tulisan ini.
Ada sedikit perbedaan kerangka isi makalah tinjauan ilmiah dan best practice yang
dilombakan. Apabila digunakan untuk mendapatkan angka kredit, gunakan kerangka
isi yang pertama. Namun, apabila akan dikirimkan sebagai naskah lomba, gunakan
kerangka isi yang kedua. Isi tulisan bisa sama, yakni ide, gagasan, tinjauan, atau
pengalaman terbaik yang dimiliki guru dalam mengatasi berbagai masalah pendidikan
formal dan pembelajaran yang ada di satuan pendidikannya.
Sebagai gambaran tentang karya tulis ilmiah yang tidak memenuhi syarat isi, dalam
buku Pedoman Kegiatan PKB dan Angka Kreditnya, diilustrasikan bahwa dalam praktik
dijumpai banyak KTI yang berisi uraian hal-hal yang terlalu umum, atau tidak berkaitan
dengan permasalahan atau cenderung merupakan KTI yang membahas hal-hal yang
terlalu umum, dan tidak mempunyai keterkaitan langsung dengan upaya kegiatan
pengembangan keprofesian guru yang bersangkutan, tidak memberikan keterangan
tentang kegiatan yang dilakukan di kelasnya, di kegiatan nyata yang dilakukan oleh guru
dalam kegiatan pengembangan profesinya. Mengapa demikian? Karena KTI semacam
itulah yang paling mudah ditiru. KTI semacam itulah yang paling mudah dipakai kembali
oleh orang lain dengan cara mengganti nama penulisnya.
Sebagai contoh KTI yang berjudul: “Membangun Karakter Bangsa melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler”. KTI tersebut sama sekali tidak memaparkan hal spesifik dari guru
si penulis dan berkaitan dengan permasalahan yang ada di sekolah/madrasah atau
kelasnya. Meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan, bagaimana dapat diketahui
bahwa tulisan tersebut adalah karya guru yang bersangkutan?
F. Penutup
Melaksanakan kegiatan publikasi ilmiah, termasuk menulis tinjauan ilmiah merupakan
sebuah keharusan bagi guru profesional. Makalah tinjauan ilmiah berfungsi sebagai
media untuk mendokumentasikan pengalaman terbaik guru dalam mengatasi masalah
pembelajaran di sekolah. Selain itu, makalah tinjauan ilmiah bermanfaat juga untuk saling
berbagi pengalaman antarguru.
Makalah tinjauan ilmiah merupakan bentuk kegiatan publikasi ilmiah yang sebenarnya
cukup mudah dilakukan guru dibandingkan dengan melaksanakan penelitian.
Dibandingkan dengan prasaran ilmiah yang disampaikan pada forum ilmiah yang
dihargai dengan angka kredit hanya 0,2, makalah tinjauan ilmiah dihargai cukup banyak,
yakni 2. Oleh karena itu, mari kita tulis pengalaman terbaik dalam mengatasi masalah
pendidikan atau pembelajaran. Selain bisa berbagi, guru juga akan memperoleh angka
kredit untuk kegiatan publikasi ilmiah yang sudah menjadi persyaratan bagi guru sejak
golongan III/b. Selamat mencoba.
DAFTAR PUSTAKA