Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG MERAK

RSUD IDAMAN BANJARBARU

GI ILMU
NG K
TI

ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S
C

A SA
H G
B AY
A BAN
A
NJ IN
ARMAS

OLEH :

INDAH WAHYUNING TYAS

16.20.2645

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

TAHUN 2018-2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG MERAK

RSUD IDAMAN BANJARBARU

GI ILMU
NG K
TI

ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S
C

SA

A
H G
B AY
A BAN
A I N
NJ
A R M A:S
OLEH

INDAH WAHYUNING TYAS

16.20.2645

Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instruktur

(Adisurya Saputra , S.Kep, Ners, M.Kep) (Ira Paulina, S.Kep, Ners)


LEMBAR KONSULTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama : Indah Wahyuning Tyas

Nim : 16.20.2645

Tempat : Ruang Merak

Paraf
No Hari/Tanggal Keterangan
CT CI
LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

A. DEFINISI
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir. (Prof. Sudaryat, dr.SpAK,2007)
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran
serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh.
Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang
melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir
(Suratun, 2010. Hal 136).
Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi atau
penyakit yang tiba - tiba, dalam waktu relatif singkat dan biasanya menunjukkan
gangguan yang serius.
Jadi bisa disimpulkan bahwa gastroenteritis akut (GEA) adalah suatu penyakit
yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar (tinja) lebih dari biasanya
(>3kali dalam sehari) dengan frekuensi sering dan konsistensi encer terjadi secara
tiba- tiba dalam waktu yang singkat dan kalau tidak mendapat penanganan serius dapat
menimbulkan gangguan yang serius pada penderitanya.
B. ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyakit
utama diare. Infeksi enternal ini meliputi:
- infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Acromonas dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enteroovirus ( Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis ),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
- Infestasi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,Trichomonas hominis),
Jamur (Candida albicans)
b) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneunomia,
Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berusia dibawah usia 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
b) Malabsorbsi lemak.
c) Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan: Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada hal yang lebih besar.

C. TANDA DAN GEJALA / MANIFESTASI KLINIK


Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan
mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makinlama makin berubah kehijau-
hijauan karena tercampur dengan cairan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet dan
kemerahan karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyaknya asam laktat, yang beasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelumatau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang , mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasama dapat dibagi menjadi
dehidrasi hipotoniik, isotonik dan hipertonik.

D. PATOFISIOLOGI (PATHWAY)
Gastroenteritis ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntah muntah,
yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus,
adenovirus enteric, virus Norwalk, dan lain lain), bakteri atau toksinnya (Campylobacter,
Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia dan lain lain), serta parasit (Giardia
lamblia, Cryptosporidium). Pathogen pathogen ini menimbulkan penyakit dengan
menginfeksi sel-sel, menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel. Atau
melekat pada dinding usus. Pada gastroenteritis akut, usus halus adalah alat pencernaan
pencernaan yang paling sering terkena.
Sebagai akibat diare baik akut akan terjadi :
a) Kehilangan air dan elektrolit ( dehidrasi ) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa ( asidosis, metabolik, hipokarlemia dan sebagainya ).
b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan ( intake makanan kurang, pengeluarannya
bertambah.
c) Hipoglikemia.
d) Gangguan sirkulasi darah.

Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang ke orang atau
melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Tinggal difasilitas day care juga
meningkatkan resiko gastroenteritis, selain berpergian ke negara berkembang. Sebagian
besar gastroenteritis dapat sembuh sendiri dan prognosisnya baik dengan pengobatan.
anak- anak malnutrisi dapat menderita infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk sembuh (Betz, 2009. Hal 185).

 Pathway


E. PEMERIKSAAN FISIK
 Kesadaran : composmentis, pada dehidrasi berat dapat terjadi apatis somnolen,
kadang sopokomatues
 Keadaan umum: sedang atau lemah
 Vital sign: pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan
1) TD menurun ( misal 90/40 mmHg)
2) Nadi cepat sekali (tachikardi)
3) Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya
infeksi dalam usus
4) Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dan berat karena adanya kompensasi
asam basa
 Pemeriksaan fisik (head to toe)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG (LAB, RONTGEN, EKG, DLL)


1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik atau
parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya
tidak membantu untuk evaluasi gastroentritis akut (GEA) / diare akut infeksi.

G. PENATALAKSANAAN :
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
 Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
 Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses)
(Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS,
tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori
85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20
mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).

Ada beberapa cairan rehidrasi oral:


 Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
 Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di
atas, misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di
rumah dan lain- lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:
 Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
 Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).

2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti
biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari,3
hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole
250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan
lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses
dan mengurangi frekuensi diare.
Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
Frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan.

H. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI (ANALISA


DATA)
1) Data Subyektif
 Keluhan Utama: BAB cair, lemas, gelisah, mual muntah, anoreksia, badan
panas
 Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
 Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/minuman, atau
lingkungan
 Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
 Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka makan
makanan pedas
2) Data Obyektif
 Mata cekung
 Ubun-ubun besar dan cekung
 Turgor kulit kurang dan kering
 Lidah, bibir dan mukosa kering
 Konsistensi feses cair
 Peningkatan suhu tubuh
 Penurunan BB
 Pasien tampak lemah dan lemas

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus
2. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
3. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada
tubuh

J. NURSING CARE PLANNING (NCP)

Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


(NANDA) (NOC) (NIC)
Tgl : Jam :
Nyeri akut berhubungan dengan 1. Setelah dilakukan Pain management:
hiperperistaltik usus tindakan 1. Kaji secara
keperawatan komperehensif
diharapkan nyeri tentang nyeri
berkurang meliputi lokasi,
2. Nyeri terkontrol karakteristik dan
durasi frekuensi,
kualitas/ beratnya
nyeri.
2. Observasi, isyarat-
isyarat non verbal
dari ketidak
nyamanan,
khusunya dalam
ketidakmampuan
utntuk komunikasi
secara efektif
3. Gunakan
komunikasi
teraupetik agar
paseien dapat
mengekspresikan
nyeri
4. Evaluasi tentang
keefektifan dan
tindakan mengontrol
nyeri yang telah
digunakan.
5. Tingkatkan
tidur/istirahat yang
cukup
6. Ajarkan teknik non
farmakologi
7. Berikan analgetik
untuk
menghilangkan
nyeri
8. Kolaborasi dengan
tim medis lain jika
ada keluhan lain dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
K. DAFTAR PUSTAKA
(Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).
(Hidayat AAA, 2006).
(Suratun, 2010. Hal 136).
http://repository.ump.ac.id/2398/3/MOCHAMAD%20IQBAL%20P%2C%20BAB%20II.
pdf
https://drive.google.com/file/d/1Naocf4ssdlG-T_xr2h43TFsle_JN-A4N/view

Anda mungkin juga menyukai