Anda di halaman 1dari 37

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN DENGAN TEKANAN

INTRAOKULAR

(Studi Observasional Analitik Pada Pengunjung Pasien Sultan Agung Eye


Center Periode 2019/2020)

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai gelar Sarjana Kedokteran

HALAMAN JUDUL

Diajukan Oleh:

Mafriyan Thoha Alfirdaus


30101507485

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG
2018

Skripsi

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN DENGAN TEKANAN


INTRAOKULAR

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Mafriyan Thoha Alfirdaus

30101507485

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal ...............................
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Pembimbing I Anggota Tim Penguji

dr. Hj. Christina Indrajati, Sp. M dr. Hj. Nika Bellarinatasari, Sp. M., Msc

Pembimbing II

dr. Masfiyah, Msi., Med., Sp. MK dr. Susilorini, Msi., Med., Sp. PA

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1. Latar belakang.................................................................................... 1

1.2. Rumusan masalah .............................................................................. 3

1.3. Tujuan penelitian ............................................................................... 3

1.3.1. Tujuan umum ......................................................................... 3

1.3.2. Tujuan khusus. ....................................................................... 3

1.4. Manfaat penelitian ............................................................................. 4

1.4.1. Manfaat teoritis ...................................................................... 4

1.4.2. Manfaat praktis ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5

2.1. Tekanan Intraokular ........................................................................... 5

2.1.1. Definisi ................................................................................... 5

2.1.2. Aqueous humor ..................... Error! Bookmark not defined.

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular ................... 7

2.1.4. Pengukuran tekanan intraokular............................................. 9

2.2. Obesitas ............................................................................................ 10

2.2.1. Definisi ................................................................................. 10

2.2.2. Epidemiologi ........................................................................ 11

iii
2.2.3. Patogenesis ........................................................................... 12

2.2.4. Diagnosis .............................................................................. 13

2.2.5. Komplikasi ........................................................................... 13

2.3. Obesitas terhadap Tekanan Intraokular ........................................... 14

2.4. Kerangka Teori ................................................................................ 15

2.5. Kerangka Konsep ............................................................................. 16

2.6. Hipotesis .......................................................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................17

3.1. Jenis penelitian dan rancangan penelitian ........................................ 17

3.2. Variabel dan definisi operasional .................................................... 17

3.2.1. Variabel Penelitian ............................................................... 17

3.2.2. Definisi Operasional ............................................................ 17

3.3. Populasi dan sampel......................................................................... 18

3.3.1. Populasi ................................................................................ 18

3.3.2. Sampel .................................................................................. 18

3.3.3. Besar sampel ........................................................................ 20

3.4. Instrumen Penelitian ........................................................................ 21

3.5. Cara Penelitian ................................................................................. 22

3.5.1 Perencanaan ......................................................................... 22

3.5.2 Pelaksanaan .......................................................................... 22

3.6. Alur penelitian ................................................................................. 23

3.7. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 24

3.7.1. Tempat ................................................................................. 24

iv
3.7.2. Waktu ................................................................................... 24

3.8. Analisa Hasil .................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................30

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Peningkatan berat badan yang akan mengacu ke obesitas akan

memberikan efek buruk bagi tubuh. Obesitas kita kenal berpengaruh terhadap

penyakit kardiovaskuler dan gangguan kadar lipid dalam darah

(dyslipidemia) karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau

sindrom resistensi insulin. Penyakit mata yang dihubungkan dengan obesitas

ada beberapa, yaitu katarak, Age Related Maculopathy, retinopati diabetik

dan glukoma (Indrayanti, et al., 2006). Sedikit penelitian yang masih

menunjukan bahwa berat badan lebih, berhubungan dengan tekanan

intraokuler. Berat badan yang berlebihan dan mengacu ke obesitas akan lebih

menitikberatkan menimbulkan penyakit kardiovaskuler, padahal tidak jarang

banyak penderita glukoma dengan penyebab peningkatan tekanan

intraokuler. Berat badan lebih yang beresiko obesitas mungkin akan

mempengaruhi tekanan intraokuler.

Glukoma adalah masalah kesehatan masyarakat di dunia, khususnya

pada negara berkembang, tapi tidak menutup juga pada negara maju seperti

Eropa, India, China, Afrika, dan Indonesia. Glukoma merupakan penyebab

kebutaan umum ketiga setelah katarak dan kesalahan refraksi dan

bertanggung jawab untuk 10% kebutaan di seluruh dunia (Resnikoff, et al.,

2008). pada tahun 2010 sekitar 60,5 juta orang terkena glukoma dan sekitar

8,4 juta orang buta dari penyakit ini (Quigley & Broman, 2006). Penurunan

1
2

penglihatan dari glukoma disebabkan oleh apoptosis sel ganglion retina

akibat dari peningkatan tekanan intraokuler, sehingga bisa menipiskan serat

saraf retina dan berkurangnya akson pada nervus opticus. Beberapa jenis

glukoma dipengaruhi tekanan intraokuler yang menyebabkan iskemik iris,

edema kornea, iskemik papil nervus opticus yang selanjutnya menimbulkan

gangguan penglihatan (Vaughan & Asbury, 2007).

Penelitian sebelumnya oleh Gindah Ratu dkk (2009) mendapatkan hasil

bahwa terdapat korelasi yang sedang antara peningkatan indeks masa tubuh

dan tekanan intraokuler, sedangkan korelasi rendah dengan berat badan.

Peningkatan tekanan intraokuler meningkat sebanding dengan meningkatan

indeks masa tubuh yang terbagi dalam kelompok underweight, normal, dan

overweight (Ratu & Muhammad, 2009). Penelitian terbaru oleh Alvina

(2016) terdapat hubungan antar IMT dan tekanan intraokuler. Alvina juga

menyebutkan terdapat hubungan antara lingkar perut dengan tekanan

intraokuler. Disebutkan tekanan intraokuler mata kanan akan bertambah

0,071 mmHg apabila lingkar perut bertambah 1 cm, sedangkan tekanan

intraokuler mata kiri akan bertambah 0,002 mmHg apabila lingkar perut

bertambah 1 cm. Penelitian yang dilakukan Bosy-Westphal menunjukan

lingkar perut lebih berkorelasi dengan lemak tubuh daripada IMT pada laki-

laki (Bidari, et al., 2016). Beberaapa study yang menyebutkan tekanan

intraokuler yang berhubungan dengan obesitas di semua gender seperti

dipenelitian keiko mori dkk (Mori, et al., 2000).


3

Berdasarkan uraian diatas, pengaruh obesitas terhadap penyakit

kardiovaskuler sudah banyak diketahui, tapi masih sedikit penelitian tentang

pengaruh obesitas terhadap tekanan intraokuler. Oleh karenanya dilakukan

penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keeratan hubungan antara berat

badan dengan tekanan intraokuler.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan suatu

permasalahan “Adakah hubungan antara Berat Badan terhadap tekanan

intraokuler?”

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui adanya hubungan antara Berat Badan dengan

tekanan intraokuler.

1.3.2. Tujuan khusus.

1.3.2.1. Untuk mengetahui rerata tekanan intraokular pada pasien

berat badan lebih.

1.3.2.2. Untuk mengetahui rerata tekanan intraokular pada pasien

obesitas.

1.3.2.3. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara berat badan

lebih dan obesitas dengan tekanan intraokuler.


4

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

1.4.1.1. Untuk mengetahui hubungan antara berat badan dengan

tekanan intraokuler.

1.4.2. Manfaat praktis

1.4.2.1. Dapat menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan upaya

menurunkan dan mencegah glukoma.

1.4.2.2. Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan tambahan

informasi terhadap masyarakat terkait dengan berat badan

lebih dan obesitas sebagai faktor resiko peningkatan tekanan

intraokuler dan terjadinya glukoma.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tekanan Intraokular

2.1.1. Definisi

Tekanan intra okular adalah tekanan cukup yang dibutuhkan

untuk mempertahankan bola mata tetap menggelembung, dimana

rata-rata tekanan intraokuler pada mata yaitu 15 mmHg dengan range

12-20 (Guyton & Hall, 2012). Tidak ada yang absolut dari range

normal tekanan intraokuler, tapi peningkatan tekanan intraokuler yang

melebihi dari 21 mmHg adalah factor resiko utama dari

perkembangan Glukoma (Olver & L. Cassidy, 2005).

2.1.2. Aqueous humor

Aqueous humor adalah cairan bening yang mengisi dan

membentuk bilik mata anterior dan posterior. kornea harus tetap jelas

untuk memungkinkan transmisi cahaya, dan kornea tidak dapat

dipresentasikan sebagai pembuluh darah. Aqueous humor analog

dengan pengganti darah untuk struktur avaskular dan memberikan

nutrisi, menghilangkan produk ekskresi dari metabolisme,

transportasi neurotransmitter, menstabilkan struktur okuler (Goel &

Picciani, 2010).

Aqueous humor memberikan efek transparan atau tidak berwarna

yang merupakan komponen penting antara lensa dan kornea. Dimulai

dari aqueous humor yang di produksi oleh epitel dari prosesus siliaris.

5
6

Sebelum mencapai bilik posterior, humor akuous harus melewati 3

komponen jaringan dari prosesus siliaris yaitu dinding kapiler, stroma,

dan dinding bilayer. Sirkulasi humor akuous dari prosesus siliaris

mengalir di sekitar lensa yang melalui pupil akan masuk kedalam bilik

anterior. Di dalam bilik anterior, suhu gradien menciptakan pola aliran

konvektif, yang ke bawah dekat kornea di mana suhunya lebih dingin,

dan ke atas dekat lensa di mana suhunya lebih hangat (Goel &

Picciani, 2010).

Aqueous humor meninggalkan mata dengan aliran pasif melalui

dua jalur sudut ruang anterior. Jalur konvensional terdiri dari aqueous

humor melewati trabekular meshwork, di dinding bagian dalam

kanalis schlemm, ke lumen, dan ke vena episklera. Rute non

konvensional terdiri dari uveal meshwork dan bagian anterior

muskulus siliaris. Aqueous humor memasuki jaringan ikat antara

bundel otot, melalui ruang suprakoroid, dan keluar melalui sklera

(Goel & Picciani, 2010).


7

Gambar 2.1. Aliran Aqueous humor (Goel & Picciani, 2010).

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular

Faktor – faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular antara

lain :

2.1.3.1. Usia

Faktor umur seperti pada penyakit yang lain, dalam

tekanan intraokuler usia ini akan berpengaruh pada

degenerasi pada trabekula. Umumnya usia muda memiliki

tekanan intraokular yang lebih rendah dibanding pada usia

tua (Stamper et al., 2009).

2.1.3.2. Variasi diurnal

Secara fisiologis, tekanan intraokular dapat mengalami

fluktuasi berdasarkan variasi diurnal, dimana produksi

Aqueous humor oleh processus siliaris akan meningkat pada

malam hari dan menurun pada siang hari. (Bowling, 2016).

2.1.3.3. Genetik

Pada pasien dengan riwayat keluarga glukoma dengan

peningkatan tekanan intraokuler cenderung akan beresiko

lebih tinggi untuk terkena glukoma (Stamper et al., 2009).

2.1.3.4. Jenis Kelamin

Umumnya laki-laki dan perempuan tidak memiliki

perbedaan signifikan terhadap tekanan intraokular, tetapi

perempuan memiliki kecenderungan untuk memiliki tekanan


8

intraokular lebih tinggi dikarenakan adanya faktor hormonal

(Stamper et al., 2009).

2.1.3.5. Konsumsi obat-obatan

Pada pasien yang menkonsumsi kortikosteroid jangka

panjang memiliki resiko peningkatan tekanan intraokular

akibat adanya peningkatan resistensi aliran aquos humor

karena penumpukan glikosaminoglikan pada trabekula

(Wahyuni, 2012).

2.1.3.6. Kelainan Refraksi

Terdapat hubungan antara miopia dengan peningkatan

tekanan intraokular. Semakin panjang sumbu bola mata akan

mengakibatkan peningkatan tekanan intraokular (Stamper et

al., 2009).

2.1.3.7. Penyakit sistemik

Penyakit seperti hipertensi dan diabetes melitus, .

Hipertensi mempengaruhi tekanan intraokular melalui jalur

vaskuler dimana peningkatan perfusi diatas normal mampu

menaikan tekanan intraokular 1-3 mmHg sehingga terjadi

gangguan perfusi pada nervus opticus. Diabetes melitus

mempengaruhi tekanan intraokular melalui jalur vaskular

dan mekanik dimana terjadi peningkatan produksi

glikosaminoglikan dan menyebabkan obstruksi pada aliran

Aqueous humor (Stamper et al., 2009).


9

2.1.4. Pengukuran tekanan intraokular

Tekanan intraokular dapat dihitung menggunakan cara manual

maupun alat. Tonometri adalah pengukuran intraokuler yang paling

luas digunakan adalah tonometri aplanasi Goldmann.tapi ketebalan

kornea menentukan dalam penentuan tekanan intraokuler. Tekanan

intraokuler normal adalah 10-21 mmHg. Pada usia lanjut, rerata

tekanan intraokulernya lebih tinggi hingga 24 mmHg. Pengukuran

dengan cara lain yaitu menggunakan genioskopi yang memungkinkan

visualisasi terhadapa sudut iridokorneal.

2.1.4.1 Tonometri Aplanasi

Tekanan intraokuler ditentukan oleh gaya yang di

perlukan untuk meratakan kornea dengan beban standar yang

telah dtetapkan sebelumnya. Tonometer ini dipasang pada

slitlamp dan mengukur besarnya gaya yang di perlukan untuk

meratakan apeks kornea dengan beban standar. Kornea akan

diratakan oleh beban standar yang terpasang. Besarnya tenaga

yang dibutuhkan untuk melakukan hal ini diterjemahkan skala

menjadi tekanan dalam millimeter air raksa. Makin besar gaya

yang dibutuhkan, makin tinggi tekanan intraokuler.

Keakuratan pengukuran tekanan intraokuler di pengaruhi oleh

ketebalan kornea, semakin tipis kornea, semakin mudah ia

mengalami indentasi (Vaughan & Asbury, 2007).


10

2.1.4.2 Tonometri Schiotz

Alat ini salah satu yang paling sederhana, hanya

memerlukan instrument portable genggam yang relative tidak

mahal. Pasien tidur telentang dan diberi anastesi topical ada

kedua mata. Pasien melihat lurus kedepan dan dokter menahan

kelopak mata agar tidak tertutup. Dengan tekanan yang

ditetapkan oleh beban yang terpasang, tonjolan plunger

berujung tumpul sedikit melekukkan pusat kornea. Semakin

tinggi tekanan intraokuler, semakin besar tekanan kornea

terhadap indentasi, dan plunger akan semakin terdesak ke atas.

Semakin plunger terdesak, semakin jauh jarum penunjuk

bergeser di sepanjang skala yang telah di kalibrasi yang akan

menunjukan tekanan intraokuler pasien.

2.1.4.3. Tonometri Non-Kontak

Dihembuskan sedikit udara pada kornea. Udara yang

terpantul dari permukaan kornea mengenai membrane

penerima tekanan pada alat ini. Metode ini tidak memerlukan

anastesi karena tidak ada bagian alat yang mengenai mata.

2.2. Obesitas

2.2.1. Definisi

Obesitas merupakan suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat

mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel


11

lemak bertambah lebih dari normal pada tubuh seseorang. Keaadaan

obese ini, terutama obesitas sentral yang meningkatkan resiko

beberapa penyakit seperti kardiovaskuler (Sudoyo, et al., 2014).

2.2.2. Epidemiologi

Obesitas sering terjadi pada orang dewasa di Amerika Serikat.

Kelebihan berat badan di antara anak-anak dan remaja meningkat

tajam sejak 1980. Pada tahun 2003–2004, 32,9% orang dewasa

berusia 20–74 tahun adalah obesitas dan lebih dari 17% remaja (usia

12-19 tahun) kelebihan berat badan. Obesitas bervariasi berdasarkan

usia dan jenis kelamin, dan oleh kelompok ras-etnis di kalangan

wanita dewasa. Sebuah berat badan lebih tinggi dikaitkan dengan

peningkatan timbulnya sejumlah kondisi, termasuk diabetes

mellitus, penyakit kardiovaskular, dan nonalkohol penyakit hati

berlemak, dan dengan peningkatan risiko cacat. Obesitas dikaitkan

dengan kesederhanaan peningkatan risiko semua penyebab kematian.

Namun, efek bersih dari kelebihan berat badan dan obesitas pada

morbiditas dan kematian sulit untuk diukur. Kemungkinan bahwa

interaksi gen-lingkungan, di mana secara genetik individu yang rentan

merespons suatu lingkungan dengan peningkatan ketersediaan enak

makanan padat energi dan mengurangi peluang pengeluaran energi,

berkontribusi pada tingginya saat ini prevalensi obesitas (Katherine

M. Flegal, 2007).
12

Obesitas sebenernya merupakan penyakit yang sudah lama ada

dari dulu. Di daerah antara Perancis dan Rusia ditemukan artefak

mengenai obesitas dari zaman batu (era paeolitik, 23000-25000 tahun

yang lalu. Venus dari Willendorf adalah artefak yang paling terkenal.

Artefak tersebut berupa sebuah patung kecil setinggi 12 cm dengan

gambaran obesitas abdominal dan buah dada yang besar. Masa

kedokteran ilmiah (1500 – hingga sekarang) obesitas dipelajari dalam

berbagai ilmu kedokterann dilaporkan adanya orang obesitas massif

dengan berat badan berkisar antara 280 hingga 485 kg (Sudoyo, et al.,

2014)

Sauvages dan Cullen mengklasifikasikan obesitas saat itu dengan

sebutan polysarcie, dan diganti obesitas pada abad 19. Dokter dan

tenaga kesehatan yang lain saat ini menghadapi dampak peningkatan

epidemic dari obesitas. (Sudoyo, et al., 2014).

2.2.3. Patogenesis

Obesitas terjadi bila asupan energi yang diambil lebih banyak dari

energi yang dikeluarkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan.

Proses biokimiawi dalam tubuh menentukan pengambilan asupan

energi yang di gunakan maupun yang disimpan di jaringan adiposa

yang di komunikasikan ke sistem saraf sentral melalui mediator leptin

dan sinyal-sinyal lain (Indra, 2006).


13

2.2.4. Diagnosis

IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk

menentukan berat badan lebih atau obesitas. Meta analisis beberapa

kelompok etnik yang berbeda dengan konsentrasi lemak tubuh, usia,

dan gender yang sama menunjukan nilai Cut off yang berbeda.

Wilayah asia pasifik pada saat ini telah mengusulkan kriteria dan

klasifikasi obesitas sendiri (Inoue & P, 2000).

2.2.5. Komplikasi

Ada banyak komplikasi penyakit terkait dengan obesitas menurut

WHO yaitu :

2.2.5.1.Penyakit Kardiovaskuler

Beberapa penyakit kardiovaskuler yang berhubungan

dengan obesitas termasuk hipertensi dan dislipidemi. Dampak

jangka panjang dari obese yaitu coronary hearth disease

(CHD). Di Asia, bahkan terjadi resiko yang sama pada BMI

yang rendah. Di Jepang peningkatan mortalitas CHD yang


14

berbanding lurus dengan peninhkatan BMI yang lebih dari 30

kg/m .

2.2.5.2.Hipertensi

Di Jepang, peningatan BMI lebih dari 25 kg/m lebih tinggi

dibandingkan BMI yang lebih dari 22 kg/m..

2.2.5.3.Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 merupakan resiko mutlak obesitas sebagai

resiko yang bisa dimodifikasi. Orang dengan riwayat keluarga

obese walaupun non-obese beresiko terhadap diabetes tipe 2,

tapi tidak menutup kemungkinan orang obese yang tidak

mempunyai riwayat keluarga Diabetes tipe 2 juga tetap

beresiko (Inoue & P, 2000).

2.3. Obesitas terhadap Tekanan Intraokular

Obesitas merupakan faktor resiko peningkatan tekanan intraokuler.

Menurut indrayati dkk ada hubungan antara obesitas dengan penyakit mata

seperti glukoma. Glukoma yang disebabkan peningkatan tekanan intraokuler

menjadi patofisiologi dari gangguan penglihatan. Penelitian Gindah Ratu

yang menyebutkan korelasi yang tinggi sebanding dengan peningkatan

tekanan intraokuler, dan penelitian yang baru oleh Alvina menyebutkan

bahwa obese sentral yang notabene lebih menggambarkan jaringan adipose

subkutan dan visceral menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.

Menurut dr. Poonam dkk. penurunan aliran aqueous humor karena


15

peningkatan jaringan lemak intraorbital dan peningkatan resistensi aliran

keluar untuk vena episklera melalui peningkatan viskositas darah dengan

penambahan berat badan yang akhirnya akan meningkatkan tekanan

intraokuler (kohli, et al., 2014).

2.4. Kerangka Teori

Berat Badan

Volume jaringan Viskositas darah

Adiposa darah

Peningkatan
Faktor Risiko
Resistensi Tekanan
1. Umur
2. Jenis Kelamin vena episklera
3. Genetik
Produksi aqueous
4. Variasi
diurnal humour
5. Gangguan Tekanan
refraksi
6. Obat-obatan intraokular
7. Penyakit
Sistemik

Kondisi aliran

outflow aqueous

humour
16

2.5. Kerangka Konsep

Berat Badan Tekanan Intraokular

2.6. Hipotesis

Terdapat hubungan antara Berat Badan dengan tekanan intraokular.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian dan rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis desain observasional analitik dengan

menggunakan rancangan cross sectional.

3.2. Variabel dan definisi operasional

3.2.1. Variabel Penelitian

3.2.1.1. Variabel bebas

Berat Badan

3.2.1.2. Variabel tergantung

Tekanan Intraokular

3.2.2. Definisi Operasional

3.2.2.1. Berat Badan

Status berat badan berdasarkan klasifikasi berat badan

menurut kriteria Asia pasifik :

Normal : 18,5 – 22,9

Overweight : 23 – 24,9

Obese I : 25 – 29,9 dalam satuan kg/m2

Skala : Ordinal

17
18

3.2.2.2. Tekanan Intraokular

Adalah tekanan yang dihasilkan oleh isi bola mata

terhadap dinding bola mata dengan nilai normal 10-20

mmHg dan diukur menggunakan tonometer non kontak oleh

perawat di SEC Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

Skala data : Rasio

3.3. Populasi dan sampel

3.3.1. Populasi

3.3.1.1. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien rawat jalan sultan agung eye center yang mempunyai

berat badan lebih di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

3.3.1.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua

pasien rawat jalan di Sultan Agung Eye Center Rumah Sakit

Islam Sultan Agung Semarang periode bulan September –

November tahun 2018

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu semua pasien rawat jalan di

Sultan Agung Eye Center Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

periode bulan September – November tahun 2018 yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut,


19

3.3.2.1. Kriteria inklusi, sebagai berikut :

3.3.2.1.1. Pasien Sultan Agung Eye Center Rumah

Sakit Islam Sultan Agung yang bersedia

untuk di periksa indeks masa tubuh.

3.3.2.1.2. Pasien yang bersedia ikut dalam

penelitian

3.3.2.2. Kriteria ekslusi,sebagai berikut :

3.3.2.2.1. Pasien dalam proses pengobatan atau

mengkonsumsi obat yang mempengaruhi

peningkatan tekanan intraokular seperti

obat miotik, simpatomimetik.

3.3.2.2.2. Pasien yang mempunyai riwayat pernah

melakukan operasi laser trabeculoplasty

dan trabeculotomy.

3.3.2.2.3. Pasien dengan diabetes mellitus

3.3.2.2.4. Pasien dengan miopia > -6,00 D atau

dengan hipermteropia > +3,00 D yang

diderita sejak kecil.

3.3.2.2.5. Data rekam medis tidak lengkap

3.3.2.3. Cara Pengambilan Sampling

Dalam penelitian ini pemilihan sampel tidak berdasarkan

peluang (non-probability sampling) dengan teknik

pengambilan sampling insidental sampling jenis consecutive


20

sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang

datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam

penelitian sampai subjek yang diperlukan penelitian terpenuhi.

3.3.3. Besar sampel

Jumlah sampel minimal untuk penelitian ini dihitung dengan rumus

sebagai berikut (Dahlan, 2010) :

𝟐
(𝒁𝜶 + 𝒁𝜷)𝑺
𝒏𝟏 = 𝒏𝟐 = 𝒏𝟑 = 𝟐 ( )
𝑿𝟏 − 𝑿𝟐

𝟐
(𝟏, 𝟗𝟔 + 𝟎, 𝟖𝟒)𝟓
𝒏 𝟏 = 𝒏𝟐 = 𝒏𝟑 = 𝟐 ( )
𝟏, 𝟗

𝒏𝟏 = 𝒏𝟐 = 𝒏𝟑 = 𝟏𝟑, 𝟕𝟐

Keterangan :

N : jumlah sampel

Zα : Deviat baku alpha = 1,96 (kesalahn tipe

I = 5%)

Zβ : Deviat baku beta = 0,84 (kesalahan tipe

II = 20%)

S : simpangan baku gabungan = 5

X1 – X2 : selisih rerata minimal yang dianggap

bermakna = 1,9

Besar S didapatkan dengan rumus

𝑺𝟏 𝟐 (𝒏𝟏 − 𝟏) + 𝑺𝟐 𝟐 (𝒏𝟐 − 𝟏)
𝑺= √
𝒏𝟏 + 𝒏 𝟐 − 𝟐
21

𝟔𝟐 (𝟑𝟎 − 𝟏) + 𝟑, 𝟒𝟐 (𝟐𝟏 − 𝟏)
𝑺= √
𝟑𝟎 + 𝟐𝟏 − 𝟐

𝑺= 𝟓

Keterangan

S : Simpangan baku gabungan

S1 : Simpang baku kelompok 1 pada

penelitian sebelumnya = 6

n1 : Besar sampel kelompok 1 pada

penelitian sebelumnya = 30

S2 : Simpang baku kelompok 2 pada

penelitian sebelumnya = 3,4

n2 : Besar sampel kelompok 2 pada

penelitian sebelumnya = 21

Maka didapatkan nilai S = 5

Jadi besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

minimal sejumlah 21,03 pasien atau dibulatkan menjadi 21 pasien, dalam

penelitian ini peneliti mengambil jumlah keseluruhan sampel 63 pasien.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini mengguakan wawancara kepada

pengunjung di Rumah sakit Islam Sultan Agung, sampel yang memenuhi

kriteria inklusi selanjutnya sampel di cek indeks masa tubuh dan sampel
22

dibawa ke ruang pemeriksaan untuk dilakukan pengukuran tekanan

intraokular dengan tonometer non kontak.

3.5. Cara Penelitian

3.5.1 Perencanaan

Perencanaan penelitian meliputi mengajukan proposal penelitian yang

berisi perumusan masalah, studi pustaka, mengadakan studi pendahuluan,

menetapkan sampel dan populasi penelitian serta rancangan penelitian serta

mempersiapkan instrument penelitian.

3.5.2 Pelaksanaan

3.5.2.1. Alokasi subjek

Sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan

ekslusi serta bersedia menandatangi informed consent

dilakukan pengukuran indeks masa tubuh dan tekanan

intraokular.

3.5.2.2. Prosedur Pemeriksaan

Pemeriksaan indeks masa tubuh pada sampel dilakukan

oleh peneliti dan pemeriksaan tekanan intraokular dengan

menggunakan tonometer non kontak yang di lakukan oleh

perawat di Sultan Agung Eye Center (SEC).


23

3.6. Alur penelitian

Menunggu pengunjung di Sultan Agung Eye Center

Informed consent terhadap sampel penelitian

Melakukan wawancara untuk mengelompokkan

sampel yang termasuk kriteria inklusi dan ekslusi

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi di Cek

IMT dan Lingkar Perut

Sampel dibawa ke ruang pemeriksaan tekanan

intraokular di Sultan Agung Eye Center (SEC)

untuk dilakukan pengukuran tekanan intraokular

oleh perawat yang bertugas

Mencatat hasil
24

3.7. Tempat dan Waktu Penelitian

3.7.1. Tempat

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

3.7.2. Waktu

Pengambilan data dilakukan pada bulan january – february 2019

3.8. Analisa Hasil

Seluruh data yang diperoleh kemudian dianalisa dan dilihat normalitas

data dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov. Hasil uji normalitas

dinyatakan normal (P>0,05) dan tidak normal (P<0,05). Untuk mengetahui

tingkat keeratan hubungan antar variable bebas dengan tergantung maka

digunakan analisis uji pearson correlation jika uji parametric terpenuhi dan

analisis uji spearman correlation jika uji parametric tidak terpenuhi. Hasil uji

korelatif dinyatakan bermakna jika didapatkan p<0,05 dan tidak bermakna

jika didapatkan p>0,05. Pemaknaan hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan

korelasi menurut Dahlan (2009) adalah sebagai nerikut :

0,00 – 0,199 : Sangat lemah

0,20 – 0,399 : lemah

0,40 – 0,599 : sedang

0,60 – 0,799 : kuat

0,80 – 1,00 : sangat kuat


25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahuin hubungan antara

berat badan dengan tekanan intraokular. Penelitian ini melakukan

pemeriksaan BMI dan pemeriksaaan tekanan intraocular pada 60 sampel mata

pada sampel yang berada di Sultan Agung Eye Center Rumah Sakit Islam

Sultan Agung Semarang pada bulan Mei 2019 sampai Juni 2019 yang

memnuhi kriteria inklusi.

Pemeriksaan BMI dengan menggunakan alat microtoise dan timbangan

yang hasilnya dinyatakan dalam satuan kg/m2, sedangkan pemeriksaan

tekanan intraokular dengan menggunakan tonometer non-kontak yang

dilakukan oleh peneliti dan perawat yang bertugas di Sultan Agung Eye

Center Semarang. Tekanan intraokular dinyatakan dalam satuan millimeter

air raksa (mmHg).

Data-data penelitian juga mengetahui karakteristik sampel yang

berpengaruh dalam tekanan intraokular. Data idapatkan dari wawancara

secara langsung kepada pasien. Data-data penelitian berskala rasio dan

penyajian data untuk karakteristik umum sampel penelitian disajikan dalam

table sebagai berikut


26

Karakteristik Jumlah Tekanan Intraokular BMI


No.
Sampel (n) Mean Median SD Mean Median SD
1 Usia
a. <20 tahun 6 13.91 14 2.01 22.9 21.67 3.8
b. 20-29
tahun 12 11.85 11.5 2.53 24.77 24.03 2.6
c. 30-39
2.28 26.15 26.15 1.04
tahun 4 15.37 15.25
d. 40-49
tahun 6 17.75 17.25 3.4 27.41 27.75 1.39
e. 50-59 2.95 25.47
26 3.0
tahun 20 15.31 16
f. >60 tahun 12 13.1 12.15 3.65 21.15 21 1.2
Jenis
2 Kelamin
a. Laki-laki 34 14.1 14 3.1 23.8 23 2.98
b.
3.64 25.23 25.39 3.22
Perempuan 26 14.52 15

Berdasarkan table di atas, dapat diketahui karakteristik data 60 sampel

mata penelitian. Karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia

didapatkan usia terbanyak pada rentang usia 50-59 tahun dengan jumlah 20

mata, sedangkan usia paling sedikit pasien pada rentang umur 30-39 tahun

dengan jumlah 4 mata. Rerata BMI tertinggi yaitu 27,41 Kg/m2 yang

terdapat pada rentang umur 40-49 tahun, sedangkan rerata BMI terendah

yaitu 21,15 Kg/m2 yang terdapat pada rentang umur lebih dari 60 tahun.

Rerata tekanan intraokular tertinggi yaitu 17,75 yang terdapat pada rentang

umur 40-49 tahun, sedangkan rerata tekanan intraokular terendah yaitu

11,85 yang terdapat pada rentang umur 20-29 tahun.


27

Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, didapatkan

paling banyak pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu laki-laki

dengan jumlah 34 mata, sedangkan jenis kelamin wanita sebanyak 26 mata.

Rerata BMI tertinggi terdapat pada karakteristik jenis kelamin wanita yaitu

25,23 Kg/m2, sedangkan rerata BMI terendah terdapat pada karakteristik

jenis kelamin laki-laki yaitu 23,8 Kg/m2. Rerata tekanan intraokular

tertinggi yaitu 14,52 yang terdapat pada jenis kelamin wanita, sedangkan

rerata tekanan intraokular terendah yaitu 14,1 yang terdapat pada jenis

kelamin laki-laki.

Data yang diperoleh sebanyak 60 sampel mata, dimana 24 sampel mata

dalam kriteria BMI normal, 8 sampel mata mempunyai BMI overweight,

dan 28 sampel mata dengan kriteria Obese 1.

Normalitas sebaran data skala rasio untuk jumlah data ≥50 data dapat

dilakukan dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

BMI TIO

N 60 60
Mean 24.4522 14.2867
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 3.14008 3.35622
Absolute .129 .112
Most Extreme Differences Positive .129 .099
Negative -.111 -.112
Kolmogorov-Smirnov Z .996 .866
Asymp. Sig. (2-tailed) .274 .441

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
28

Hasil penelitian dilakukan uji normalitas menggunakan uji

Kolmogorov-smirnov, berdasarkan table diatas jumlah sampel penelitian

adalah 60 sampel mata memiliki nilai p =0.996 (P>0,05) maka data

berdistribusi normal dengan simpangan baku sebesar 3,14.

Syarat yang harus dipenuhi hipotesis hubungan antara berat badan

dengan tekanan intraokular secara parametrik terpenuhi karena data

berdistribusi normal, selanjutnya dilakukukan uji spearman.

Correlations

BMI TIO

Correlation Coefficient 1.000 .611**

BMI Sig. (2-tailed) . .000

N 60 60
Spearman's rho
Correlation Coefficient .611** 1.000

TIO Sig. (2-tailed) .000 .

N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil diatas diperoleh nilai p 0,000 yang menunjukan bahwa

korelasi antara BMI dan tekanan intraokular bermakna. Nilai korelasi

spearman sebesar 0,611 yang menunjukan korelasi positif denga kekuatan

korelasi yang kuat.

Pembahasan

Berdasarka hasil penelitian antara berat badan dan tekanan intraokular

tmenunjukan hubungan yang bermakna antar kedua variable. Hasil uji

analisis spearman correlation yaitu p=0,000. Hasil penelitian ini sesuai


29

dengan hipotesis peneliti mengenai adanya hubungan antara berat badan

lebih dengan tekanan intraokular.

^Faktor Resiko

Case Summariesa

Normal Mean 12.2458

Mean 13.2250
Over Weight
Std. Deviation 2.11576

Mean 16.3393
Obese 1 Total
Std. Deviation 2.70135

a. Limited to first 100 cases.

Penelitian ini membagi kelompok dengan tingkatan BMI normal

dengan 24 sampel mata dengan rata-rata tekanan intraokular terendah yaitu

12,28 , kelompok BMI overweight dengan 8 sampel mata dengan rata-rata

tekanan intraokular yaitu 13,22 , dan kelompok BMI Obese I dengan 28

sampel mata dengan tekanan intraokular tertinggi yaitu 16,33. Hasil

penelitian ini dilihat secara jelas menunjukan peningkatan yang berarti dari

tingkatan BMI normal ke overweight, begitu juga dengan peningkatan dari

kelompok BMI normal ke Obese 1.


30

DAFTAR PUSTAKA

Bidari, A. E., Asroruddin, M. & Armyanti, I., 2016. Hubungan Indeks Massa Tubuh

dan Lingkar Perut Terhadap Tekanan Intra Okuler Pada Civitas Akademika

Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Jurnal Cerebellum.

Goel, M. & Picciani, R. G., 2010. Aqueous Humor Dynamics: A Review. The Open

Ophthalmology Journal, pp. 52-59.


31

Guyton & Hall, 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Singapore: Elsevier.

Indra, M. R., 2006. DASAR GENETIK OBESITAS VISERAL. Jurnal Kedokteran

Brawijaya, pp. 9-10.

Indrayanti, R., B. & Umar, B. T., 2006. INTRAOCULAR PRESSURE IN

OVERWEIGHT.

Inoue, S. & P, z., 2000. The Asia-Pacifik perspective, redefining obesity and its

treatment.. Health communications Australia Pty limited on behalf of the

steering commite, pp. 19-20.

Katherine M. Flegal, P., 2007. The Epidemiology of Obesity.

GASTROENTEROLOGY, pp. 2807-2102.

kohli, p. g., kaur, h. & seema, m., 2014. Relation of Body Mass Index with

Intraocular Pressure. Indian Journal of Basic and Applied Medical

Research, III(2).

Mori, K. et al., 2000. The Relationship Between Intraocular Pressure and Obesity

In Japan. International Journal of Epidemiology, Volume 29, pp. 661-666.

Olver, J. & L. Cassidy, 2005. Opthalmology at a Glance. india: Blackwell

Publishing Company.

Quigley, H. A. & Broman, A. T., 2006. The number of people with glaucoma

worldwide in 2010 and 2020. Br J Ophthalmol, pp. 262-267.

Ratu, G. & Muhammad, I., 2009. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan

Tekanan Intraokular. Mutiara Medika, pp. 95-100.


32

Resnikoff, S., Pascolini, . D., Mariotti, S. P. & Pokharel, . G. p., 2008. Global

magnitude of visual impairment caused by uncorrected refractive errors in

2004. Bull World Health Organ, pp. 63-70.

Sudoyo, S. B. & A. I., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna

Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit.

Vaughan & Asbury, 2007. Oftamologi Umum. 17 ed. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.

Anda mungkin juga menyukai