Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kuda merupakan salah satu ternak yang mengalami penurunan populasi.
Penurunan populasi ini terjadi karena fungsi kuda sebagai alat transportasi telah
banyak digantikan oleh kendaraan bermotor. Tingginya angka permintaan kuda
sebagai sumber pangan dan sumber daging di Indonesia juga dapat menyebabkan
penurunan populasi kuda, namun setelah terjadi peningkatan kegiatan olahraga
dan rekreasi menggunakan kuda maka populasi kuda mengalami kenaikan
(Mansyur dkk, 2006). Menurut Kementan (2014), populasi kuda di Indonesia
pada tahun 2015 sebanyak 436098 ekor, sedangkan produksi daging kuda di
Indonesia berada diperingkat 11 dari seluruh sumber daging. Produksi daging
kuda di Indonesia pada tahun 2015 yaitu sebanyak 2449 ton.
Ternak kuda selain mempunyai potensi destinasi wisata seperti kegiatan
olahraga dan rekreasi, juga mempunyai potensi cukup besar sebagai salah satu
sumber makanan. Potensi tersebut dapat dilihat dari populasi ternak, produksi
daging, serta susu yang dihasilkan (Hasan, 2014). Ternak kuda dapat menjadi
alternatif penyedia daging dan mempunyai potensi yang cukup besar sebagai salah
satu sumber pangan yang mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi
(Utami, 2014). Ternak kuda juga menghasilkan susu yang mengandung senyawa
antimikroba alami (menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri), oleh
karena itu perlu dilakukan peningkatan produktivitas ternak kuda (Utama, 2011).
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas ternak adalah masalah
kesehatan hewan dan pengendalian penyakit ternak. Oleh karena itu status dan
kondisi kesehatan hewan harusnya dapat dikendalikan (Nezar dkk, 2014).
Peternakan kuda Desa Sempajaya Berastagi merupakan salah satu wilayah
yang memiliki populasi kuda di Sumatera Utara, akan tetapi masalah penyakit
seperti diare, turunnya bobot badan, turunnya produksi susu pada ternak yang
menyusui, terhambatnya pertumbuhan dan turunnya daya tahan tubuh masih
sering terjadi. Masalah penyakit tersebut salah satunya dapat disebabkan oleh
2

infeksi parasit gastrointestinal (Andrianty, 2015). Dalam kesehatan ternak upaya


pencegahan infeksi penyakit akibat cacing harus dilakukan sebelum infeksi. Salah
satu cara mendiagnosis keberadaan dari jenis cacing parasit dalam tubuh ternak
adalah dengan pemeriksaan tinja segar untuk mencari telur cacing parasit. Hal ini
dilakukan untuk deteksi dini adanya infeksi cacing parasit terutama parasit
pencernaan dengan cara yang cepat, mudah, dan efektif (Nezar dkk, 2014).
Penelitian mengenai kejadian infeksi cacing parasit saluran pencernaan
pada kuda delman di kota Bogor dengan menggunakan metode McMaster telah
dilakukan oleh Ratnawati (2004), menunjukkan bahwa jenis-jenis nematoda yang
menyerang kuda yaitu tipe strongyloid, oxyurid, dan ascarid. Selain itu, pada
penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dkk (2014), menunjukkan bahwa cacing
nematoda gastrointestinal seperti Strongylus spp., Cyasthostomes spp.,
Triodontophorus spp., Strongyloides westeri, Oxyuris equi dan Parascaris
equorum juga ditemukan pada kuda penarik cidomo di Kecamatan Selong
Lombok Timur dengan menggunakan metode apung. Terkait dengan hal tersebut,
maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis dan tingkat serangan
parasit gastrointestinal yang menginfeksi kuda khususnya di peternakan Desa
Sempajaya Berastagi yang merupakan pusat rekreasi menggunakan kuda di
Sumatera Utara, sehingga dapat dilakukan proses pencegahan dan optimalisasi
peternakan kuda tersebut.

1.2. Perumusan Masalah


Kuda mempunyai peranan yang berpotensi cukup besar di masyarakat
antara lain sebagai sumber pangan, alat transportasi, olah raga dan rekreasi
(Mansyur dkk, 2006). Hal ini ditunjukkan oleh permintaan sumber pangan seperti
daging dan susu kuda di Indonesia yang memiliki manfaat untuk kesehatan
manusia. Kuda juga memiliki potensi yang sangat besar sebagai destinasi wisata
terutama di daerah Berastagi. Banyak kendala yang dihadapi para perternak kuda,
salah satunya adalah masalah penyakit. Serangan penyakit parasit merupakan
penyakit yang bisa merugikan peternak karena dapat menurunkan berat badan
ternak serta menurunkan produksi susu. Bagaimana jenis dan tingkat serangan
3

parasit gastrointestinal kuda (Equus caballus) di peternakan kuda Desa Sempajaya


Berastagi ?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui jenis parasit gastrointestinal yang terdapat pada peternakan kuda
di Desa Sempajaya Berastagi.
b. Mengetahui tingkat serangan parasit gastrointestinal yang terdapat pada
peternakan kuda di Desa Sempajaya Berastagi
c. Mengetahui prevalensi parasit gastrointestinal yang terdapat pada peternakan
kuda di Desa Sempajaya Berastagi
d. Mengetahui intensitas parasit gastrointestinal yang terdapat pada peternakan
kuda di Desa Sempajaya Berastagi

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai jenis dan tingkat
serangan parasit gastrointestinal yang menyerang kuda di peternakan kuda
Desa Sempajaya Berastagi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
kuda di desa Sempajaya Berastagi mengenai cara pengendalian penyakit
zoonosis akibat parasit gastrointestinal.

Anda mungkin juga menyukai