Anda di halaman 1dari 17

TATA CARA PENGURUSAN

JENAZAH LENGKAP DENGAN


BACAANNYA
9 APRIL 2015 ANONIM TINGGALKAN KOMENTAR

Tata Cara Pengurusan Jenazah


2.1. Pengertian Jenazah
Jenazah (Mayat atau Jasad) adalah orang yang telah meninggal
dunia. Setelah proses pengurusan jenazah, termasuk di dalamnya
memandikan, mengkafani, dan menyolatkannya, atau proses lainnya
berdasar ajaran agama masing-masing, biasanya mayat dikuburkan
atau dikremasi (dibakar). Proses pengurusan jenazah ini biasanya
dilakukan oleh keluarga jenazah dengan dukungan pemuka agama.

2.2. Memandikan Jenazah


Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan,
dikafani dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan
terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan
jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah.
Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat
itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah
kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan
kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadist
Rasulullah SAW, yakninya:

َ َ‫سلَّ َم قا َ َل فِى ْال ُمحْ ِر ِم الَّذِى َوق‬


‫ اِ ْغ ِسلُ ْوهُ ِب َماءٍ َو ِسد ٍْر(رواه البخار‬:ُ‫صتْه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَى هللا‬ ُ ‫ا َ َّن َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
1208 1206 ‫ومسلم‬

Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda mengenai orang yang


melakukan ihram, yang dicampakkan oleh untanya: “Mandikanlah dia
dengan air dan bidara.” (H.R. al-Bukhari: 1208, dan Muslim: 1206)
Waqashathu: unta itu mencampakkannya lalu menginjak lehernya.
Hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma:

‫ فقال النبي صلى هللا عليه‬،‫ فأقعصته‬:‫ أو قال‬،‫ إذ وقع عن راحلته فوقصته‬،‫بينما رجل واقف بعرفة‬
‫ اغسلوه بماء وسدر…الحديث‬:‫وسلم‬

“Ketika seseorang tengah melakukan wukuf di Arofah, tiba-tiba dia


terjatuh dari hewan tunggangannya dan patah lehernya sehingga
meninggal. Maka Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam
berkata: “Mandikanlah ia dengan air campur sidr (bidara(…”
(HR Bukhori)

Hadits Ummu ‘Athiyah rodhiyallohu ‘anha:

‫ أو خمسا أو‬،‫ اغسلنها ثالثا‬:‫ فقال‬،(‫ ونحن نغسل ابنته (زينب‬،‫دخل علينا النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫ إن رأيتن ذلك…الحديث‬،‫أكثر من ذلك‬

“Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam memasuki tempat kami, sedangkan


kami tengah memandikan jenazah anak beliau (yaitu Zainab). Maka
beliau bersabda: “Mandikanlah dia dengan tiga atau lima atau lebih
jika hal itu diperlukan…” (HR. Bukhori dan Muslim(

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan


jenazah yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Orang yang utama memandikan jenazah


2. Untuk mayat laki-laki
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki
adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga
terdekat, muhrimnya dan istrinya.

1. Untuk mayat perempuan


Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya,
neneknya,keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
1. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan
Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya
dan sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang
memandikannya.

1. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup


semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya
seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya
perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak
dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka
dengan memakai lapis tangan.[3] Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah
SAW, yakninya:
‫اذ ما تت ا لمر أ ة مع ا لر جا ل ليس معحم ا مر أ ة غير ها و ا لر جل مع النسا ء ليس معهن ر‬
(‫جل غيره فأ نهما ييممان و يد فنا ن و هما بمنز لة من لم يجد ا لما ء (رواه ه بو داود و ا لبيحقى‬

Artinya: “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan


tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat
perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka
kedua mayat itu ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena
kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R Abu Daud dan
Baihaqi)

2. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah


a.Muslim, berakal, dan baligh

b.Berniat memandikan jenazah

c.Jujur dan sholeh

d.Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan


memandikannya sebagaimana yang diaajarkan sunnah serta mampu
menutupi aib si mayat.

3. Mayat yang wajib untuk dimandikan


4. Mayat seorang muslim dan bukan kafir
b.Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah
meninggal tidak dimandikan

c.Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan

d.Bukan mayat yang mati syahid

4. Tatacara memandikan jenazah


hal-hal yang perlu dipersiapkan
1.Sediakan tempat mandi.
2.Air bersih.
3.Sabun mandi.
4.Sarung tangan
5.Sedikit kapas.
6.Air kapur barus.
Cara memandikan
1.Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
2.Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3.Air bersih
4.Sediakan air sabun.
5.Sediakan air kapur barus.
6.Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
7.Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah
ketiaknya, celah jari tangan dan kaki dan rambutnya.
8.Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya
secara perlahan-lahan.
9.Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
10.Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat
sambil berniat :
Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :
‫ت هللِ ت َ َعالَى‬ ِ ‫اال َم ِي‬ ْ ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل ِل َه َذ‬
Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :
‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل ِل َه ِذ ِه ْال َميِت َ ِة هللِ ت َ َعالَى‬
11.Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air
bersih.
12.Siram sebelah kanan 3 kali.
13.Siram sebelah kiri 3 kali.
14.Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung
kanan sebelah belakang.
15.Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah
kirinya.
16’Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
17.Setelah itu siram dengan air kapur barus.
18.Setelah itu jenazahnya diwudukkan .

Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :


ِ ‫نَ َويْتُ ا ْل ُوض ُْو َء ِل َهذَاا ْل َم ِي‬
ِ‫ت هلل‬
‫تَعَالَى‬
“aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini
kerana Allah s.w.t”
ِ‫نَ َويْتُ ا ْل ُوض ُْو َء ِل َه ِذ ِه ا ْل َميِت َ ِة هلل‬
‫تَعَالَى‬
“aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan)
ini kerana Allah s.w.t”
Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air
ke atas jenazah itu mulai dari muka dan terakhir pada
kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya. Jenazah lelaki
hendaklah dimandikan oleh lelaki dan mayat wanita
hendaklah dimandikan oleh perempuan.
Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap
menggunakan lap pada seluruh badan mayat.
2.3. Mengkafani Jenazah
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah
dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai
kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid
adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai
berikut:

‫ها جر نا سع ر سو ل ا هلل صلى ا هلل عليه و سلم كلتمس و جه ا هلل فو قع ا جرنا على هللا فمنا من ما‬
‫ ا ذا‬,‫ت لم يأ كل من ا جر ه شأ منهم مصعب ا بن عمير قتل يو م ا حد فلم نجد ما لكفنه ا ال بر د ة‬
‫ و ا ذا غطينا بها ر جليه حر ج ر أ سه فأ مر نا ا لنبي صلى ا‬,‫غطينا بها ر أ سه خر جت ر جال ه‬
(‫هلل عليه و سلم ا ن نغطي ر أ سه و ا ن نجعل على ر جليه من ا ال ذ خر (رواه ا لبخا ر ى‬
Artinya: “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan
mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami terima
pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal
sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya,
Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada
buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya
ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka
tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk
menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua
kakinya.” (H.R Bukhari)

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:

1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
menutupi seluruh tubuh mayat.
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan
bagi mayat perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani
jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:

1. Untuk mayat laki-laki


2. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih
lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
3. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan
diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
4. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
5. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi
selembar dengan cara yang lembut.
6. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan
tiga atau lima ikatan.
7. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup
dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain
kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa
saja yang ada.
2. Untuk mayat perempuan
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih,
yang terdiri dari:

1. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.


2. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
3. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
4. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
5. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:

1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing


bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan
tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi
dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
2. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.
3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4. Pakaikan sarung.
5. Pakaikan baju kurung.
6. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
7. Pakaikan kerudung.
8. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua
ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
9. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.
2.4. Menshalatkan Jenazah
Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah
fardhu kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang
berbunyi:

(‫صلو ا على مو تا كم (رواه ابن ما جه‬


Artinya: “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”

Orang paling utana untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:

1. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli
bid’ah.
2. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.
3. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.
4. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.
5. Keluarga terdekat.
6. Kaum muslimim seluruhnya.
Rukun shalat jenazah ialah:

1. Berniat menshalatkan jenazah.


2. Takbir empat kali.
3. Berdiri bagi yang kuasa.
Adapun tata cara melakukan shalat jenazah adalah sebagai berikut:

1. Niat

“Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti arba’a takbiirotin fardlal kifaayatin


makmuuman lillaahi ta’aalaa”

Setiap shalat dan ibadah lainnya kalo tidak ada niat dianggap tidak
sah, termasuk niat melakukan Shalat jenazah. Niat dalam hati dengan
tekad dan menyengaja akan melakukan shalat tertentu saat ini untuk
melakukan ibadah kepada Allah SWT.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5).
Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang
mendapatkan sesuai niatnya.” (HR. Muttafaq Alaihi(

Berdiri Bagi Yang Mampu


Shalat jenazah dilakukan dengan cara berdiri (seseorang mampu
untuk berdiri dan tidak ada uzurnya). Karena jika sambil duduk atau di
atas kendaraan [hewan tunggangan], Shalat jenazah dianggap tidak
sah.
3. Takbir 4 kali
Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja
Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir 4 kali. (HR. Bukhari : 1245,
Muslim 952 dan Ahmad 3:355).
4. Setelah Takbir Pertama

2.membaca alfatihah

3.Setelah Takbir Kedua


Bersholawat kepada Nabi SAW
4.Setelah Takbir Keempat
Berdoa untuk Mayit
sabda Rasulullah SAW : Bila kalian menyalati jenazah, maka
murnikanlah doa untuknya. (HR.
Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :

“Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim


nuzulahu, wa wassi’madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-
baradi, wanaqqohi minal khotoya kamaayunaqqottsaubu abyadhu
minadanasi, waabdilhu daaron khoiron in daarihi, waahlankhoiron min
ahlihi, wazaujan khoiron minzaujihi, waqihi fitnatal qobri
wa’adaabinnar”.
5. Doa Setelah Takbir Keempat

“Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu


waghfirlana walahu, walilladiinasabaquuna biliimaani walaataj’al fii
quluubinaa gillan lilladiina amanuu robbanaa innakarouufurrohiim”.
8. Salam
“Assalamu’aliakum warahmatullohi wabarokaatuhu”. “kekanan dan
kekiri”
Catatan:
· Doa yang saya berikan di atas adalah untuk mayit lelaki satu orang.
· Kalau dua orang laki-laki atau perempuan, diganti dengan: HUMA.
· Kalau perempuan satu orang, diganti dengan: HA.
· Kalau banyak mayit lelaki: HUM.
· Kalau banyak mayit wanita: HUNNA.
· Kalau gabung banyak mayat lelaki dan wanita, bisa pakai: HUM.
Contoh : Allahummaghfir lahum warhamhum, wa’aafihi wa’fu ‘anhum

2. 5. Menguburkan Jenazah
Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di
panggul di atas pundak dari keempat sudut usungan.

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa


harus tergesa-gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan
jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara
ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.

Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah


diletakkan, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah
melarangnya.
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga
dari jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.

Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq.
Dalam masalah ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin(, sedangkan syaq
bagi selain kita (non muslim(.” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan
shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145(

Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat


khusus di dasar kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan
jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian
tengahnya (membentuk huruf U memanjang).
– Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.
– Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

– Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan


jenazah ke liang lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam
liang kubur secara perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh
menurunkannya dari arah kiblat.

– Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah


mengucapkan: “BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI
RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di atas
millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam(.” ketika menurunkan
jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam.
Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi
kanan jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil
dilepas tali-talinya selain tali kepala dan kedua kaki.

– Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah


kepalanya, sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan
tidak perlu menyingkap wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal
dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah
dijelaskan.

– Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali


selain kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut
ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu dari atasnya (agak
samping).
– Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar
menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.

– Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman


tanah ke dalam liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya.
Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.
Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.

– Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda


agar tidak dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk
unta, demikianlah bentuk makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam (HR. Bukhari).

– Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah


makam dan diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi
shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini terdapat riwayat-
riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu
diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.
– Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian
pula menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan,
menginjaknya serta bersandar padanya. Karena Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal tersebut. (HR.
Muslim)

– Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit


(dalam menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan
fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di
dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah selesai
menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk mendoakan
kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah,
tetapi sendiri-sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan
manfaat dari doa mereka.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan jenazah dapat


diambil beberapa hikmah, antara lain:

1. Memperoleh pahala yang besar.


2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah
mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,
sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus
dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya
manusia sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan
untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus
dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan
jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi
jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf.

Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:

1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan
jenazah, antara lain:

1. Memperoleh pahala yang besar.


2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah
mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,
sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus
dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya

Anda mungkin juga menyukai