Anda di halaman 1dari 6

1.

Sila Pertama : “Ketuhanan YangMaha Esa”


Sila pertama ini mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia mempunyai
kebebasan untuk menganut agama dan menjalankan ibadah yang sesuai dengan
keyakinan masing-masing. Sila pertama ini juga mengajak masyarakat Indonesia untuk
mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang antarsesama manusia dan
makhluk ciptaan Tuhan sehingga timbul rasa saling menyayangi, saling menghargai dan
menghormati.

Berikut nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama antara lain :

 Keyakinan terhadap adanya Tuhan yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya yang Mahasempurna.

 Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara menjalankan semua perintah-Nya, dan
sekaligus menjauhi segala larangan-Nya.

 Saling menghormati dan toleransi antara pemeluk agama yang berbeda-beda.

 Kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.


Contoh Penerapannya :

Penerapan Sila ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

Menyayangi binatang, menyayangi dan merawat tumbuhan-tumbuhan, selalu menjaga


kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa Allah tidak suka
pada orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang terhadap
orang-orang yang selalu bertakwa dan selalu berbuat baik. Lingkungan hidup Indonesia
yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia
merupakan karunia dan rahmat-NYA yang wajib dilestarikan dan dikembangkan
kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan
bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainya demi kelangsungan dan peningkatan
kualitas Hidup itu sendiri.

2. Sila Kedua : “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”


Sila kedua mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia diakui dan diperlakukan
sesuai dengan harkat dan martabatnya selaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
yang sama derajatnya, sama hak dan kewajibannya, tanpa membeda-bedakan agama,
suku ras, dan keturunan.

Dengan demikian, pada sila “Kemanusiaan yang adil dan beradab” terkandung nilai-nilai
sebagai berikut :

 Pengakuan terhadap adanya harkat dan martabat manusia.

 Pengakuan terhadap keberadaan manusia sebagai makhluk yang paling mulia diciptakan Tuhan.

 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan harus mendapat perlakuan yang adil terhadap sesama
manusia.

 Mengembangkan sikap tenggang rasa agar tidak berbuat semena-mena terhadap orang lain.
Penerapan Sila ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

Dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh
lingkungan hidup yang baik dan sehat, hak setiap orang untuk mendapatkan informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup, hak
setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai
dengan ketentuanketentuan hukum yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi
Hardjasoemantri, 2000 : 558).

3. Sila Ketiga : “Persatuan Indonesia”


Makna dalam sila ketiga ini adalah suatu wujud kebulatan yang utuh dari berbagai aspek
kehidupan, yang meliputi ideologi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan
yang semuanya terwujud dalam suatu wadah, yaitu Indonesia.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga, antara lain sebagai berikut.

 Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan.

 Memiliki rasa cinta tanah air dan bangsa serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
negara.

 Pengakuan terhadap keragaman suku bangsa dan budaya bangsa dan sekaligus mendorong ke
arah pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
Penerapan Sila ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

Dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhitungkan
dalam pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di
daerah dan mengembangkannya melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan
penyuluhan dalam pengenalan tata nilai tradisional dan tata nilai agama yang mendorong
perilaku manusia untuk melindungi sumber daya dan lingkungan (Salladien dalam
Burhan Bungin dan Laely Widjajati , 1992 : 156-158).

4. Sila Keempat : “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan dan Perwakilan”
Artinya setiap orang Indonesia sebagai warga masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia mempunyai hak, kewajiban, dan kedudukan yang sama dalam pemerintahan.
Dalam menggunakan hak-haknya kita harus menyadari perlunya selalu memperhatikan
dan mengutamakan kepentingan negara dan kepentingan masyarakat atau dapat
dikatakan kepentingan bersama.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat, antara lain sebagai berikut.

 Kedaulatan negara ada di tangan rakyat.

 Manusia Indonesia sebagai warga masyarakat dan warga negara mempunyai kedudukan, hak,
dan kewajiban yang sama.

 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

 Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat daripada kepentingan pribadi atau


golongan.

 Mengutamakan musyawarah dalam setiap pengambil keputusan.


Penerapan Sila ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

Setiap kegiatan pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih


dahulu selalu diadakan musyawarah untuk mencapai mufakat. Musyawarah untuk
mencapai mufakat tersebut dilakukan dengan semangat kekeluargaansebagai ciri khas
kepribadian bangsa Indonesia.

5. Sila Kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”


Maksudnya masyarakat Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu
dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.

Adapun nilai-nilai yang tercermin dalam sila kelima, antara lain sebagai berikut.
 Mewujudkan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, terutama meliputi
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan pertahanan keamanan nasional.

 Keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

 Bersikap adil dan suka memberi pertolongan kepada orang lain.

 Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang terpuji yang senantiasa mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.

 Cinta akan kemajuan dan pembangunan bangsa, baik material maupun spiritual.
Penerapan Sila ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

Penerapan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur masalah
lingkungan hidup. Sebagai contoh :

 Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.

 Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan melakukan
konservasi, rehabilitasi dan penghematan pengunaan dengan menerapkan teknologi ramah
lingkungan.

 Mendelegasikan secara betahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam secara selektif dan pemeliharaan ling-kungan hidup,
sehingga kualitas ekosistem tetap terjaga yang diatur dengan undangundang.

 Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan


memperhatikan kelestarian fungsi dan keseim-bangan lingkungan hidup, pembangunan yang
berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta penataan ruang yang
pengaturannya diatur dengan undang-undang.

 Menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan.


Namun seiring berjalannya waktu penerapan makna-makna pancasila dalam kehidupan
sehari-hari mulai mengalami kelunturan. Salah satu contohnya yaitu dengan lunturnya
“Bhineka Tunggal Ika”. Hal ini bisa kita lihat dari genrasi muda yang tidak tahu maupun
orang tua lupa akan kata-kata ini, sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum
Indonesia merdeka memudar. Saat ini semakin banyak konflik-konflik yang terjadi di
masyarakat yang mengusung label solidaritas kedaerahan dan etnis tertentu yang
sebenarnya tidak perlu terjadi jika pemerintah jeli dalam membaca situasi dan kondisi
sosial yang dialami masyarakat Indonesia.

Kondisi sosial di sini, dapat diartikan sebagai ketidakadilan pembangunan dan


pemerataan kesejahteraan sosial yang timpang, serta lemahnya penegakan hukum.
Akibatnya konflik antar-suku tak bisa terelakkan karena ada beberapa suku yang merasa
bahwa pemerintah telah bersikap pilih kasih. Dalam hal pembangunan dan
penyejahteraan sosial serta dalam penegakkan hukum. Padahal semangat Bhineka
Tunggal Ika sangat diperlukan untuk memperkokoh persatuan Indonesia Jika Bhineka
Tunggal Ika benar-benar diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari oleh masyarakat
Indonesia, keragaman masyarakat dan budayanya justru menjadi nilai lebih di mata
dunia.

Anda mungkin juga menyukai