Anda di halaman 1dari 34

SESI 1

Didit Supriadi. S.H,M.H.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


(IAIN) PONOROGO

2017
HUKUM PROGRESIF
Hukum untuk manusia bukan sebaliknya manusia
untuk hukum,Para penegak hukum seperti
polisi,Jaksa,hakim,Pengacara seharusnya memahami
hukum dalam konteks moral reading bukan sekedar
textual reading
 PROSES PERKULIAHAN

✓ Penyampaian Materi dan Diskusi


✓ Tugas (Pembuatan Makalah)
✓ Keterlambatan Perkuliahan
✓ Etika Berkomunikasi Dengan Dosen
✓ Etika Berpakaian Dalam Perkuliahan
- Phone : 081326591823
 Partisipasi N.1 10%
 Tugas N.2 20%
 Ujian Tengah Semester N.3 30%
 Ujian Akhir Semester N.4 40%

 N.A = (N.1 x 10)+(N.2 x 20) + (N.3x30) + (N.4 x 40)


100
 Dr. H.P. Panggabean, S.H,M.S., Manajemen Advokasi , 2012, PT
ALUMNI, Bandung.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
advokasi bisa diartikan sebagai Pembelaan.
Advokasi juga bisa diartikan sebagai bentuk
upaya persuasi yang mencakup kegiatan
penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, serta
rekomendasi tindak lanjut mengenai suatu hal
atau kejadian
 Di samping itu, advokasi juga bisa bermakna
sebagai suatu bentuk usaha untuk
memengaruhi kebijakan publik dengan
berbagai macam pola komunikasi persuasif.
 Advokasi juga bisa disebut sebagai aktivitas
memberikan pertolongan terhadap klien untuk
mencapai atau membela kepentingan dan hak
Klien dan memberikan ekspansi terhadap
layanan tersebut agar banyak orang yang
terwadahi
1. Untuk Mengubah Kebijakan, program Atau

Kedudukan Dari Pemerintah,institusi Atau Organisasi.

2. Penyelesaian Masalah yang dihadapi.


❖ Advokasi diri, yaitu Advokasi yang dilakukan
pada skala lokal dan bahkan sangat pribadi.
❖ Advokasi kasus, yaitu Advokasi yang dilakukan
sebagai proses pendampingan terhadap orang
atau kelompok yang belum memiliki kemampuan
membela dirinya dan kelompoknya
❖ Advokasi kelas, yaitu sebuah proses mendesakkan
kebijakan publik atau kepentingan satu kelompok
masyarakat dengan tujuan akhir terwujudnya
perubahan sistematik yang berujung pada lahirnya
kebijakan yang melindungi atau berubahnya
legislasi yang dianggap tidak adil.
 Advokasi Litigasi adalah salah satu bentuk advokasi
hukum yang dilakukan melalui proses pengadilan,
bahkan sebelum kasus atau satu perkara di sidangkan
ke pengadilan, pendampingan klien atas pemeriksaan
atau penyidikan di tingkat kepolisian, serta proses
penuntutan di tingkat kejaksaan dapat juga
dikatagorikan sebagai bentuk litigasi.

 Advokasi non litigasi dapat di lakukan dengan


penyelesaian sengketa alternatif, yakni penyelesaian
sengketa dengan meniadakan konflik dengan pihak-
pihak yang berperkara di dalamnya meliputi mediasi
(lobby), negosiasi, konsiliasi, dan abritase.
Adalah orang yang berprofesi memberi jasa
hukum baik di dalam maupun di luar
pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Undang – Undang.
A. Konsultasi Hukum
B. Bantuan Hukum
C. Menjalankan Kuasa
mewakili,mendampingi,membela dan lainnya.
D. Menjalankan tindakan hukum untuk
kepentingan hukum klien nya.
Manajemen adalah Seni dalam mencapai suata
tujuan (Objective) dengan menggunakan sumber
– sumber yang ada. Atau diuraikan secara luas
yaitu Penggunaan efektif berbagai sumber tenaga
manusia dan bukan manusia serta bahan materiil
lainnya dalam rangka,menerapkan tujuan yang
telah ditentukan untuk itu.
Adalah Sistem pengelolaan kantor
hukum yang diarahkan untuk
menjalankan kegiatan penanganan
masalah hukum baik bersifat litigasi
maupun non litigasi bagi
kepentingan hukum pemberi kuasa.
1. Programming
a. Merumuskan dan menguraikan visi dan misi
organisasi menjadi tugas pokok unit-unit
organisasi.
b. Menyususn struktur organisasi.

2. Organization
a. Menyusun sistem dan mekanisme kerja.
b. Mengadakan sarana dan peralatan kerja.
3. Actuating (Pengelolaan)
a. Merencanakan,membina Dan
Mendayagunakan SDM
b. Mengkoordinasikan Pelaksanaan Tugas

4. Controlling
a. Mengawasi/evaluasi pelaksanaan tugas.
1. Kantor Sederhana, Dibagi dalam 3 (tiga) :

A. Kantor Sole practicsioner (praktisi tunggal)


juga memiliki kemampuan dan keahlian
khusus, di kantor seperti ini paralegal
(resepsionis,sekretaris) memegang peranan
pelayanan hukum.
c. Kantor Butik (boutique firm), yakni kantor
hukum juga memfokuskan diri dalam praktik,
atau spesialis tertentu. Pada umumnya kantor
hukum dengan karakteristik seperti ini
mempunyai lebih dari satu sekutu dan
dibantu oleh 2 sampai 4 associates.
C. Kantor Kecil (Small Firm), yakni kantor yang
menampung Advokat dalam jumlah 15 Orang.
Biasanya, di kantor ini ada Office Manager
yang bertanggung jawab dalam pengurusan
Law Firm, dan dibantu staff terdiri atas :
Sekretaris, Paralegal,kurir/operator dan staff
pembukuan.
2. Kantor Menengah (Medium Size Firm) :

Kantor ini menampung Lawyer dari jumlah 15 ke


75 dan biasanya diisi oleh posisi-posisi sebagai
berikut :
a. Direktur Pengelola
b. Asisten Direktur Pengelola
c. Direktur Personalia
d. Manajer Sistem Komputer
e. Manajer Dan Staff Keuangan
f. Manajer Perlengkapan
g. Pustakawan
h. Pengolah Data
i. Resepsionis Dan Operator Telepon
j. Kurir
3. Kantor Besar (Large Firm)
Kantor ini menampung lebih dari 75 Advokat dan
mempunyai berbagai bidang jasa yang mencakup
masalah litigasi dan non litigasi,Law Firm seperti
ini juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai jaringan kantor hukum dengan
berbagai negara.
b. Mmemiliki sistem informasi yang maju dan
Advokat yang dipekerjakan memiliki
mobilitas yang tinggi karena dapat ditransfer
ke kantor di temapt lain.
Managing Partner

Of counsel/ advisor

Associates attorney

Senior attorney

Lawyer partner

Intern

Freelance Attorney

Law Clerks (Paralegal)


1. Komunikasi 2 arah yang efektif
2. Struktur harus yang jelas dan transparan
3. Pelatihan yang relevan dengan bidang keahlian
4. Penegakan standar kualitas kantor hukum dalam
memberikan jasa hukum kepada klien
5. Evaluasi kinerja
6. Penyerahan tugas/pengawasan yang jelas dan
terperinci.
7. Kesempatan untuk mengambil tanggung jawab
8. Sisitem mentor
9. Forum untuk menyelesaikan masalah.
Pasal 1 ayat 7 UU No 18 Tahun
2003 tentang Advokat
menentukan bahwa
honorarium adalah imbalan
atas proses hukum yang
diterima Advokat berdasarkan
kesepakatan dengan klien.
1. Honorarium berdasarkan Retainer

Adalah yang dibayarkan oleh klien dalam jangka


waktu tertentu dan tetap, yang dapat dilakukan
tiap bulan,tiap 3 (tiga) bulan , atau 6 (enam) bulan
atau tiap tahun.

.
Pembayaran honorarium bersifat retainer ini
mengandung unsur spekulasi karena persoalan
hukum yang dihadapi klien tidak selalu sama
untuk setiap waktu. Bagi Advokat pertanyaan
honorarium secara retainer tidak selamanya
menguntungkan karena untuk penanganan kasus
tertentu (rumit) , Advokat harus menyediakan
waktu yang bisa melebihi apa yang diperjanjikan
semula
2. Honorarium secara Kontijen

Adalah jenis pembayaran honorarium yang


bergantung kepada suatu hal yang diharapkan
terjadi. Jenis ini mengandung persyaratan bahwa
untuk mendapatkan uang, bergantung kepada
hasil kegiatan Advokat (sebagai kuasa) untuk
penanganan Litigasi atau Negosiasi (No Win,No
Fee).
Kecenderungan Penolakan Pembayaran Honorarium
Secara Kontijen :
A. Advokat sering kali mendapatkan honorarium
yang berlebihan;
B. Memberi kemungkinan bagi Advokat untuk
mendorong pihak yang merasa dirugikanuntuk
membawa kasus nya ke Pengadilan :
( Tindakan mendorong seseorang untuk melakukan
tuntutannya disebut “ Champerty” diartikan sebagai
tindakan ilegal karena Advokat mendorong-dorong
kliennya untuk mengajukan tuntutan hukum dengan
syarat apabila tuntutan hukum dikabulkan /
dimenangkan,Advokat berhak menerima sebagian
dari hasilnya)
C. Honorarium secara kontijen mengandung
kelemahan karena Advokat cenderung
menangani kasus secara sembrono.

D. Honorarium jenis ini mengandung potensi


Conflict of Interest antara Advokat dengan
Klien.
3. Honorarium secara Pro Bono
Pemberian Jasa Hukum secara gratis diberikan
kepada pihak yang :
❖ Tidak mempunyai kemampuan membayar;

❖ Untuk kegiatan amal, keagamaan, lingkungan


masyarakat, dll
Tingkat kerumitan kasus
Keahlian yang dipersyaratkan kepada Advokat
Keterbatasan waktu
Pengalaman, Reputasi dan kemampuan Advokat.
Pentingnya penyelesaian kasus tersebut bagi klien.
Nilai objek yang disengketakan.
Waktu dan Tenaga yang dibutuhkan.
1. Verzet
Adalah hak perlawanan yang diberikan oleh undang-
undang kepada tergugat terhadap putusan hakim
yang dijatuhkan di luar kehadirannya (tergugat).
Pasal 125 ayat 3 jo Pasal 129 ayat 1 HIR/Pasal 149
ayat 1 Rbg.
a) Tenggat waktu 14 Hari sejak putusan Verzet
diberitahukan kepada tergugat.
b) Kedudukan Para Pihak
Pada persidangan Verzet, kedudukan pelawan tetap
sebagai tergugat dan terlawan sebagai penggugat,
sehingga dalam proses persidangan beban
pembuktian dibebankan terlebih dahulu kepadanya
(terlawan) . Pasal 163 HIR/ 283 Rbg dan Pasal 1865
BW.
Berkas gugatan yang diajukan terdahulu dan berkas
Verzet disatukan dan dicatat di register dalam 1
(satu) nomor perkara.
c) Verzet dapat digunakan hanya satu kali.

Bila dalam pemeriksaan Verzet, tergugat juga


tidak hadir lagi terhadap putusan Verstek dalam
Verzet tersebut tidak dimungkinkan lagi upaya
hukum Verstek. Upayanya adalah banding (
Pasal 129 ayat 5 HIR/ 153 ayat 6 Rbg). Upaya
sama juga terbuka bagi penggugat yang merasa
dirugikan dengan putusan Verstek.

Anda mungkin juga menyukai