Anda di halaman 1dari 7

CERMIN BUDAYA DALAM DIMENSI PEREMPUAN: KAJIAN FEMINIS

KUMPULAN CERPEN “BH”


KARYA EMHA AINUN NADJIB

Nuri Riskian1
Fitriyanti Bunga R2

Jurusan Sastra Indonesia


Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang

Nuririskian1@gmail.com
Fitriyantibunga8@gmail.com

Abstract: Rationale in this research is looking at the community's cultural


phenomena, is no exception to the phenomenon of gender. The phenomenon
certainly is already presented in the form of data, one of which is shaped like a
fiction prose novel, romance, short stories (short stories), and serialize (serial).
Research that will enter into the discussion of exposure below (1) sheds light on
the lifestyle and behaviour of female figures, (2) analysis of the language used by
female figures, and (3) the identity of the women in Eastern culture. Point of view
used by compilers when doing research is read as a woman so that growing
awareness that gender will influence the definition of literary copyright. It is
hoped this research can be more enriching vocabulary study feminist literary
criticism and certainly open up a new perspective towards the phenomenon of
gender in society.

Key Words: Literary, Feminist, Short Stories Collection

1
MahasiswaS1 Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri
Malang
Malang
2
MahasiswaS1 Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri
Malang
Malang
Abstrak: Dasar pemikiran dalam penelitian ini adalah melihat fenomena-
fenomena masyarakat berbudaya, tidak terkecuali fenomena gender. Fenomena
tersebut tentunya sudah tersaji dalam wujud data, salah satunya berbentuk prosa
fiksi seperti novel, roman, cerita pendek (cerpen), dan cerita bersambung
(cerbung). Penelitian yang akan masuk ke dalam bahasan paparan di bawah ini (1)
menyoroti gaya hidup dan perilaku tokoh-tokoh perempuan, (2) analisa bahasa
yang digunakan oleh tokoh-tokoh perempuan, dan (3) identitas perempuan dalam
budaya ketimuran. Sudut pandang yang digunakan oleh penyusun ketika
melakukan penelitian adalah membaca sebagai wanita agar tumbuh kesadaran
bahwa perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi pemaknaan cipta sastra.
Diharapkan penelitian ini dapat lebih memperkaya khasanah kajian kritik sastra
feminis dan tentunya membuka sudut pandang baru terhadap fenomena gender di
masyarakat.

Kata Kunci: Sastra, Feminis, Kumpulan Cerpen

Pengantar
Sastra merupakan ungkapan diri manusia dan hasil dari pemikiran,
pengalaman, atau perasaan dalam suatu bentuk gambaran konkret. Suatu karya
sastra ada sebagai wujud komunikasi penulis dalam menyalurkan perasaannya dan
dapat dinikmati oleh pembaca. Sastra juga dapat dikatakan sebagai bentuk
pengungkapan realita kehidupan masyarakat, sebagai manifestasi kehidupan
manusia melalui bahasa sebagai objeknya. Contoh salah satu karya sastra yang
dapat dinikmati oleh pembaca ada dalam bentuk karangan prosa yakni cerita
pendek atau cerpen. Cerpen atau cerita pendek yakni karangan pendek yang
berbentuk Prosa. Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang
penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan
mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih, 2006: 250). Cerita
pendek juga diartikan sebagai karangan pendek yang pada umumnya mengisahkan
masalah yang sederhana dan diceritakan secara singkat (Juanda, A & Rosdianto,
K, 2007: 325).
Dalam penelitian ini, penulis tertarik mengangkat cerpen karya Emha
Ainun Nadjib yang berjudul BH. Alasan penulis tertarik memilih kumpulan
cerpen karya Ehma Ainun Nadjib atau yang akrab disapa dengan Cak Nun ini
adalah dari gaya kepenulisannya yang padat dan terang-terangan di balik
sosoknya yang religius. Selain itu, yang menarik di sini yakni kelugasannya dalam
menggambarkan tokoh-tokoh perempuan yang menjadi subjek dalam cerpen-
cerpennya. Hal ini terkesan biasa jika penulis itu memang dari latar belakang
seorang perempuan, namun Cak Nun seakan tahu detail dimensi nyata kehidupan
perempuan dan berhasil mengalihwahanakan subjeknya dalam gaya bahasanya.
Hal tersebut dapat dirasakan pembaca dari tokoh-tokoh perempuan dalam
cerpennya. Padanya pula kajian dari sudut pandang sastra feminis bisa dikupas
lebih dalam. Dalam ilmu sastra, feminisme berhubungan dengan konsep sastra
yang mengarahkan fokus analisisnya pada perempuan. Hal ini sebetulnya tidak
terlepas dari dasar paham feminism yang mana feminis merupakan gerakan yang
dilakukan oleh kaum wanita untuk menolak sesuatu yang dibatasi dan kedudukan
yang dibawahi dominasi, baik dalam tataran ekonomi, politik, dan juga kehidupan
sosial lainnya. Pendekatan feminis dalam analisis karya sastra merupakan bidang
baru dalam kajian sastra Indonesia (Suaka, 2014: 127). Dasar pemikiran dalam
penelitian sastra berperspektif feminis adalah upaya pemahaman kedudukan dan
peran perempuan seperti tercermin pada karya sastra.

Peran dan kedudukan perempuan tersebut akan menjadi sentral


pembahasan penelitian sastra. Feminis meyakini pemikiran bahwa terjadi
ketidakadilan yang dialami oleh perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki.
Feminis berusaha membongkar anggapan patriakis yang tersembunyi melalui
gambaran atau citra perempuan dalam karya sastra, karena karya sastra dianggap
sebagai salah satu media beroperasinya pemikiran patriaki. Endraswara (2003:
146), menyebutkan melalui studi dominasi tersebut, peneliti sastra feminis dapat
memfokuskan kajian pada beberapa hal seperti (1) kedudukan dan peran tokoh
perempuan dalam sastra; (2) ketertinggalan kaum perempuan dalam segala aspek
kehidupan, termasuk dalam pendidikan dan aktivitas masyarakatnya; dan (3)
memperhatikan faktor pembaca sastra, khususnya bagaimana tanggapan pembaca
terhadap emansipasi wanita dalam sastra. Tujuan dari penelitian feminis sastra
sendiri tak lain (1) untuk menyoroti kanon karya sastra dan hal-hal standar lainnya
yang didasarkan pada hubungan patriarkis; (2) untuk menampilkan teks-teks yang
diremehkan yang mana penulisnya adalah perempuan; (3) untuk mengokohkan
studi teks-teks yang dipusatkan pada perempuan, dan untuk mengokohkan kanon
perempuan; dan (4) untuk mengeksplorasi kosntruksi budaya dari gender dan
identitas. Ujung dari kritik sastra feminis yaitu memosisikan perempuan sebagai
makhluk yang setara dengan kaum laki-laki. Pusat perhatian dari kritik sastra
feminis adalah ketidakseimbangan dalam merepresentasikan citra perempuan
(dalam teks sastra). Perempuan memang sosok citra yang menarik untuk dibahas
oleh sastrawan. Keberadaannya seperti Buah Simalakama. Seperti di antara kutub
tradisi dan kutub modernisasi yang menimbulkan problema cukup menantang
untuk dikaji. Sama halnya dengan apa yang disajikan oleh Cak Nun dalam
Kumpulan cerpennya yang berjudul BH. Dalam bahasan ini penulis tidak
menggunakan semua judul yang terdapat dalam kumpulan cerpen tersebut,
melainkan menyeleksi menjadi tiga judul cerpen yang akan dianalisis yakni
“Lelaki Ke-1000 di Ranjangku”, “Tangis”, “BH” dan “Di Belakangku”.

Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
kualitatif karena penulis ingin menggambarkan fakta keadaan maupun gejala yang
tersaji dalam kumpulan cerita pendek BH karya Emha Ainun Nadjib . Penelitian
deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau melukiskan
objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
(Nawawi dan Martini, 1996: 73). Penelitian deskriptif kualitatif berusaha
mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala
menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Mukhtar, 2013: 28). Sumber
data yang digunakan adalah cerita pendek berjudul “BH” karya Emha Ainun
Nadjib, diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas. Jakarta pada tahun 2005 dengan
tebal buku 242 halaman.
Hasil
Gaya Hidup dan Perilaku Tokoh-Tokoh Perempuan
Gaya hidup tokoh perempuan dalam kumpulan cerpen BH karya Cak Nun
digambarkan dengan cukup bebas sekaligus terbatas. Secara tidak langsung
mereka memiliki kebebasan berpikir dan keinginan yang tidak terbatas, namun
tersekat oleh kenyataan dan stigma masyarakat.
Analisa Bahasa yang Digunakan oleh Tokoh-Tokoh Perempuan
1.
Identitas Perempuan dalam Budaya Ketimuran
1.
Kesimpulan
Cerpen merupakan jenis karya sastra yang lebih diminati oleh pembaca
karena mampu mengemukakan kompleksitas cerita dalam bentuk dan waktu yang
sedikit.
Daftar Pustaka
Martini, M., & Nawawi, H. (1996). Penelitian Terapan. View in ( Google
Scholar).

Mukhtar, P. D., & Pd, M. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif.
Jakarta: GP Press Group.

Kosasih, E. 2006. Ketatabahasaan dan Kesusastraan "Cermat Berbahasa


Indonesia". Bandung : Yrama Widya.

Juanda, A & Rosdianto, K. 2007. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung :
Pustaka Setia.

Endraswara, S. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: FBS Universitas


Negeri Yogyakarta.

Suaka, I.N. 2014. Analisis Sastra: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.

Nadjib, E.A. 2016. BH. Jakarta.: Penerbit Buku Kompas.

Anda mungkin juga menyukai