Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2017,

3 Oktober 2017, ISSN 2477-00-86

PENGARUH PENAMBAHAN BRIKET ASBUTON SEMI EKSTRAKSI


TERHADAP KINERJA CAMPURAN BERASPAL DENGAN
MENGUJIAN EMPIRIS METODE MARSHALL
Leo Sentosa1, Bambang S. Subagio2, Harmein Rahman3 dan R. Anwar Yamin4

1
Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, Email: leo_sentosa0@yahoo.co.id
2
Profesor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email:
bsugengs@si.itb.ac.id
3
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email:
rahmanharmein@gmail.com
4
Profesor Riset Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kemeterian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Email : ayplg@yahoo.com

ABSTRAK
Penggunaan aspal modifikasi dalam campuran beraspal bertujuan untuk meningkatkan kinerja
campuran beraspal. Asbuton semi ekstraksi adalah salah satu bahan yang digunakan untuk
modifikasi aspal yang merupakan kekayaan sumber daya alam Indonesia. Sehingga dapat
mengurangi ketergantungan terhadap bahan impor. Salah satu bentuk Asbuton semi ekstraksi
adalah Retona Briquette diproduksi oleh PT. Olah Bumi Mandiri. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan Asbuton semi ekstraksi briket terhadap
karakteristik campuran dengan pengujian empiris metode Marshall. Penambahan Asbuton
semi ekstraksi dapat menurunkan nilai kadar aspal optimum dalam campuran, walaupun kadar
aspal optimum aspal modifikasi yang digunakan mengalami peningkatan. Penggunaan aspal
modifikasi Asbuton semi ekstraksi meningkatkan nilai stabilitas, persen rongga dalam
campuran (VIM) dan keakuan campuran, menurunkan nilai flow dan persen rongga terisi aspal
(VFA). Pemakaian Asbuton semi ekstraksi jenis briket untuk bahan modifikasi aspal yang
efektif sampai 20% dari total berat aspal.
Kata kunci: aspal modifikasi, briket Asbuton semi ekstraksi, karakteristik campuran beraspal,
pengujian Marshall.

1. PENDAHULUAN
Campuran beraspal merupakan campuran antara agregat dengan aspal yang dicampur baik secara panas, hangat
ataupun dingin. Walaupun persentase penggunaan aspal dalam campuran beraspal sangat kecil dibandingkan
dengan agregat, namun sifat-sifat aspal memberikan pengaruh yang tidak kalah pentingnya dibandingkan
dengan sifat-sifat agregat. Aspal penetrasi 60 (Pen 60) adalah tipe aspal keras yang umumnya digunakan di
Indonesia. Dalam Spesifikasi Umum Bina Marga disebutkan bahwa Pen 60 harus memiliki nilai penetrasi
antara 60-70 dengan nilai titik lembek di atas 480C, dan indeks penetrasi lebih besar atau sama dengan besar -
0,5. Dengan sifat ini, aspal Pen 60 kurang cocok digunakan sebagai bahan pengikat campuran beraspal untuk
lapis permukaan terutama pada jalan-jalan yang melayani lalu lintas berat di Indonesia. Untuk mengatasi
keterbatasan penggunaan aspal Pen 60 tersebut, digunakanlah aspal modifikasi. Pada prinsipnya, aspal
modifikasi yang digunakan di Indonesia adalah aspal Pen 60 yang sifat sifatnya dimodifikasi dengan melalui
penambahan suatu bahan tertentu (modifier) sehingga aspal baru yang dihasilkan dapat memberikan kinerja
yang lebih baik. Banyak jenis modifier yang dapat digunakan untuk memodifikasi sifat aspal, salah satunya
adalah Asbuton. (Yamin, dkk, 2014).

Bila dalam penggunaannya dalam kondisi yang terkendali dengan hati-hati, perkerasan menggunakan Asbuton
memiliki kinerja yang baik. Namun secara umum kinerjanya pada skala yang lebih luas, kurang
menggembirakan. Secara khusus, bila digunakan sebagai bahan pada lapis permukaan atau overlay jalan,
kinerja material yang dicapai tidak sama dengan menggunakan aspal minyak konvensional, terlepas dari jenis
campuran yang dipertimbangkan. Di sisi lain, pemeliharaan dan perbaikan jaringan jalan di Indonesia yang
melibatkan penggunaan material aspal yang sangat banyak. Dengan biaya aspal minyak yang relatif tinggi,
sebagian besar diimpor dari negara lain, dan keberadaan di dalam negeri dengan sumber Asbuton yang besar,
penelitian Asbuton menjadi sangat penting (Subagio, dkk, 2009).

Asbuton sebagai aspal alam terdiri dari aspal dan mineral yang sudah bersatu secara alami, dengan kandungan
aspal (bitumen) berkisar antara 20% sampai 23% dan mineral sekitar 80% sampai 77% (Affandi, 2009). Salah
satu hasil pengolahan Asbuton adalah Asbuton semi ekstraksi yang dihasilkan dengan melakukan pemisahan
antara bitumen dan mineral Asbuton dan selanjutnya sebagian dari kandungan mineral tersebut dibuang,
sehingga tinggal Asbuton yang mengandung mineral yang lebih sedikit dari aslinya (Affandi, 2008). Asbuton
semi ekstraksi dapat dengan mudah bercampur dengan aspal keras karena telah mengalami pemecahan ikatan
mineral dengan bitumennya melalui ekstraksi (Affandi, 2010). Oleh sebab itu Asbuton semi ekstraksi dapat
digunakan sebagai bahan modifikasi aspal keras. Penggunaan Asbuton semi ekstraksi saat ini adalah sebagai
Asbuton pra campur, yaitu campuran antara Asbuton semi ekstraksi dengan aspal minyak Pen 60 atau pen 80
dengan komposisi tertentu pada temperatur 155oC sehingga dihasilkan aspal modifikasi dengan sifat-sifat yang
memenuhi sifat yang diinginkan. Asbuton pra campur (pre-blended) adalah jenis teknologi pemanfaatan
Asbuton yang saat ini dianggap paling menjanjikan untuk digunakan sebagai bahan pengikat pada campuran
beraspal (Yamin, dkk, 2014). Affandi, (2011), menyatakan proses pengolahan Asbuton dengan cara ekstraksi
tidak diperlukan sampai kadar mineral habis atau lebih kecil dari 1%, karena Asbuton semi ekstraksi dengan
kadar mineral 30% memberikan kinerja aspal dan campuran beraspal yang sama dengan Asbuton murni selama
mineralnya diperhitungkan sebagai bagian dari mineral agregat penyusun campuran. Temperatur pencampuran
yang disarankan adalah 170–1760C dan temperatur pemadatan 155–1620C.

Pramesti, (2013), Asbuton semi ekstraksi jenis Retona dapat digunakan sebagai bahan modifikasi aspal
penetrasi (aspal minyak). Penambahan Asbuton semi ekstraksi jenis Retona 20% sebagai bahan modifikasi
aspal dapat meningkatkan ketahanan campuran beraspal terhadap fatigue dan deformasi permanen.
Penggunaan Asbuton semi ekstraksi jenis Retona sebagai bahan modifikasi aspal dapat meningkatkan umur
layan perkerasan dengan beban berat. Karami dan Nikraz, (2015), menyatakan bahwa modifikasi aspal dengan
Asbuton semi ekstraksi dalam bentuk pelet sebanyak 20% dari berat aspal memberikan keuntungan berupa
peningkatan ketahanan campuran beraspal terhadap fatigue. Aspal modifikasi Asbuton semi ekstraksi pelet
lebih elastis dan kurang viscous jika dibanding dengan aspal tanpa modifikasi Asbuton butir

Salah satu bentuk Asbuton semi ekstraksi adalah Refined Buton Asphalt (Retona) yang dikemas dalam bentuk
briket yang diproduksi oleh PT. Olah Bumi Mandiri dengan merek dagang Retona Briquette. Asbuton semi
ekstraksi tersebut dikemas dalam karung dengan berat 40 kg. Dalam penggunaannya briket Asbuton tersebut
dipecahkan kemudian dicampurkan ke dalam aspal pen 60/70 sesuai dengan persentase yang digunakan dan
diaduk ada suhu +150 0C selama 30 menit.

(a) (b)

Gambar 1. Briket Asbuton Semi Ekstraksi Retona Briquette (a) Sebelum di pecah (b) setelah dipecah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan Asbuton semi ekstraksi briket
terhadap karakteristik campuran dengan pengujian empiris metode Marshall.

2. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang digunakan adalah metodologi eksperimental di laboratorium dengan pengujian empiris
metode Marshall terhadap campuran beraspal menggunakan aspal pen 60/70 dan aspal modifikasi dengan
Asbuton semi ekstraksi. Aspal pen yang digunakan adalah Aspal pen 60/70 produksi Pertamina, sedangkan
Asbuton semi ekstraksi yang digunakan adalah Asbuton Semi Ekstraksi Briket Produksi PT. Olah Bumi
Mandiri. Dari beberapa penelitian yang ada sebelumnya penambahan Asbuton semi ekstraksi umum adalah
20% dari berat aspal. Pada penelitian ini persentase penggunaan Asbuton semi ekstraksi adalah 15%, 20% dan
25% dari total berat aspal. Pencampuran aspal pen dengan Asbuton semi ekstraksi dilakukan pada suhu + 150
0
C sambil diaduk selama 30 menit. Agregat yang digunakan adalah agregat batu pecah hasil pengolahan PT.
KADI International Karawang. Acuan yang digunakan adalah Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3
untuk campuran Laston lapis antara (AC-WC). Spesifikasi acuan tersebut digunakan untuk menentukan
batasan sifat dan gradasi agregat, sifat aspal dan campuran aspal beton.

3. HASIL PENGUJIAN
Hasil pengujian agregat
Agregat yang digunakan untuk menyusun campuran aspal beton harus memenuhi persyaratan seperti yang ada
dalam spesifikasi yang menjadi acuan. Untuk itu sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian sifat-
sifat agregat seperti yang di syaratkan dalam spesifikasi yang digunakan. Pengujian yang dilakukan
berdasarkan Spesifikasi Bina Marga 2010 revisi 3. Hasil pengujian terhadap agregat kasar dapat dilihat pada
Tabel 1 dan hasil pengujian agregat halus dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil pengujian sifat-sifat agregat
terlihat bahwa agregat yang digunakan memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga 2010 revisi tiga dan
dapat digunakan sebagai bahan penyusun campuran aspal beton.

Tabel 1. Hasil pengujian sifat-sifat (properties) agregat kasar


Spesifikasi Bina
Sifat-sifat Material Yang Diuji Standar Uji Hasil Pengujian Marga 2010 Revisi 3
Min Maks
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan Magnesium Sulfat SNI 3407:2008 2,42 % 18%
SNI 2417:2008/
Abrasi agregat kasar 100 Putaran 4,03 % 6%
ASTM C 131-76 /
dengan mesin LA 500 Putaran 16,25 % 40%
AASHTO T 96 – 87
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 > 95 % 95%
SNI 7619:2012/
Butir pecah pada agregat kasar Pennsylvania Do'T 99,87 / 99,207 95/90
Test Method No.621
Lolos 25 mm (1") tertahan 19 mm (3/4") 0,10 %
Lolos 19 mm (3/4") tertahan 12,5 mm (1/2") 0,48 %
Material lolos
Lolos 12,5 mm (1/2") tertahan 9,5 mm (3/8") SNI 03-4142-1996 0,08 % 2%
ayakan No. 200
Lolos 9,5 mm (3/8") tertahan 4,75 mm (No. 4) 0,81 %
Lolos 4,75 mm (No. 4) tertahan 2,36 mm (No. 8) 1,72 %
Bulk SSD App. Abs. (%)
Lolos 25 mm (1") tertahan 19 mm (3/4") 2,654 2,694 2,764 1,50 - Berat jenis Bulk > 2,5
Berat jenis agregat Lolos 19 mm (3/4") tertahan 12,5 mm (1/2") 2,688 2,724 2,790 1,36 - Absorbsi < 3%
SNI 1969:2008/
kasar Lolos 12,5 mm (1/2") tertahan 9,5 mm (3/8") 2,658 2,697 2,765 1,46 - Perbedaan berat jenis
ASTM C 127-84
Lolos 9,5 mm (3/8") tertahan 4,75 mm (No. 4) 2,662 2,709 2,792 1,75 agregat kasar dan
Lolos 4,75 mm (No. 4) tertahan 2,36 mm (No. 8) 2,674 2,718 2,797 1,65 agregat halus < 0,2

Hasil Ekstraksi Briket Asbuton Semi Ekstraksi


Ekstraksi briket Asbuton semi ekstraksi bertujuan untuk mengetahui kadar bitumen dan mineral dalam briket
Asbuton serta gradasi butiran mineral Asbuton. Metode ekstraksi menggunakan adalah ekstraksi dengan alat
soklet dengan metode pengujian mengacu pada SNI 03-3640-1994. Dari hasil pengujian ekstraksi tersebut
dapat diketahui bahwa kadar mineral sebesar 60,05% dan kadar bitumen 39,95%. Setelah dilakukan pengujian
analisis saringan terhadap mineral Asbuton hasil ekstraksi diperoleh kadar partikel yang lebih halus dari 150
mikron sebesar 92,97%. Hasil analisis saringan mineral Asbuton selengkapnya seperti terlihat pada Tabel 3.
Pada penelitian ini mineral Asbuton diperhitungkan sebagai bagian agregat penyusun campuran aspal beton.
Hasil pengujian analisis saring mineral Asbuton tersebut dipakai sebagai koreksi terhadap gradasi agregat yang
digunakan sesuai dengan kadar Asbuton yang digunakan.
Tabel 2. Hasil pengujian sifat-sifat (properties) agregat halus
Spesifikasi Bina
Sifat-sifat Material Yang Diuji Standar Uji Hasil Pengujian Marga 2010 Revisi 3
Min Maks
SNI 03-4428-1997/
Nilai setara pasir 86,79 % 60%
ASTM D 2419-74
Angularitas dengan uji kadar rongga SNI 03-6877-2002 53,41 % 45%
Gumpalan lempung dan butiran mudah pecah dalam agregat SNI 03-4141-1996 0,21 % 1%

SNI 03-4142-1996/
Material lolos ayakan No. 200 9,87 % 10%
ASTM C-117
Bulk SSD App. Abs. (%)
Berat jenis Lolos 2,36 mm (No. 8) tertahan 1,18 mm (No. 16) SNI 1970:2008/
2,639 2,683 2,761 1,68 - Berat jenis Bulk > 2,5
agregat halus Lolos 1,18 mm (No. 16) tertahan 0,6 mm (No. 30) ASTM C 128-84
2,628 2,680 2,772 1,98 - Absorbsi < 3%
per ukuran Lolos 0,6 mm (No. 30) tertahan 0,3 mm (No. 50) 2,638 2,694 2,795 2,13 - Perbedaan berat jenis
butiran Lolos 0,3 mm (No. 50) tertahan 0,15 mm (No. 100) 2,663 agregat kasar dan
(Saringan) Lolos 0,15 mm (No.100) tertahan 0,075 mm (no. 200) SNI 1964:2008/
2,669 agregat halus < 0,2
ASTM D 854-02
Lolos 0,075 mm (no. 200) 2,688
Agregat Halus Gabungan (Lolos 2,36 mm (No. 8)) SNI 1970:2008/
ASTM C 128-84 2,65 2,69 2,75 1,37

Tabel 3. Hasil pengujian analisis saringan mineral Asbuton


Nomor (ukuran) saringan Rata-rata lolos saringan
inch mm (%)
No. 16 1,18 100,00
No. 30 0,60 99,29
No. 50 0,30 97,37
No. 100 0,15 92,97
No. 200 0,074 82,10

Hasil pengujian aspal


Pengujian properties aspal bertujuan untuk mengetahui karakteristik aspal baik aspal pen 60/70 maupun aspal
modifikasi Asbuton semi ekstraksi. Hasil pengujian properties masing-masing jenis aspal seperti pada Tabel
4. Dari hasil pengujian sifat-sifat aspal tersebut terlihat bahwa penambahan Asbuton semi ekstraksi
menurunkan nilai penetrasi dan meningkatkan nilai titik lembek. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan
Asbuton semi ekstraksi membuat aspal modifikasi menjadi lebih keras dari pada aspal pen 60/70. Hasil
pengujian viskositas aspal juga menunjukkan penambahan Asbuton semi ekstraksi meningkatkan nilai
viskositas aspal, seperti terlihat pada Gambar 2. Peningkatan nilai viskositas mengakibatkan suhu pencampuran
dan pemadatan juga meningkat. Asphalt Institute MS No. 2 Tahun 1993 memberikan pedoman penentuan
temperatur pencampuran dan pemadatan berdasarkan nilai viskositas aspal. Temperatur untuk pencampuran
adalah pada temperatur yang memberikan viskositas aspal antara 170 ± 20 (cst), sedangkan viskositas untuk
pemadatan antara 250 ± 30 cst. Suhu pencampuran dan pemadatan masing-masing jenis aspal seperti terlihat
pada Tabel 5.

Kadar aspal rancangan campuran dengan aspal modifikasi Asbuton semi ekstraksi
Berdasarkan RSNI M-01-2003 pada proses perancangan campuran perkiraan kadar aspal optimum awal di
dekati dengan persamaan berikut;

Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% Filler (1)

Dengan Pb = perkiraan kadar aspal optimum awal, %CA = persentase agregat kasar yang digunakan,
%FA = persentase halus yang digunakan, %Filler = Persentase bahan pengisi yang digunakan dan
K = Konstanta (0.5-1 untuk Laston dan 1-2 untuk Lataston)
Penelitian ini menggunakan nilai tengah dari gradasi campuran aspal beton antara yang mengacu pada
Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3. Dengan persentase agregat kasar adalah 30,5%,
persentase agregat halus 33,5%, bahan pengisi 6% dengan nilai K = 0,5 (Laston), maka nilai Pb = 5.201 %.
Berdasarkan hasil perhitungan Pb tersebut maka kadar aspal yang digunakan adalah 4,5% sampai dengan 6,5%
dengan interval 0,5%. Untuk campuran aspal beton menggunakan aspal modifikasi Asbuton semi ekstraksi,
mineral yang terkandung di dalamnya diperhitungkan sebagai bagian dari agregat, oleh sebab itu kadar aspal
dengan aspal modifikasi dikoreksi dengan memperhitungkan mineral Asbuton sebesar 39,95 dari berat Asbuton
semi ekstraksi. Untuk mendapatkan kadar aspal yang sama dengan aspal pen 60/70, maka diperlukan kadar
aspal dengan aspal modifikasi Asbuton semi ekstraksi yang lebih besar, sesuai dengan peningkatan penggunaan
Asbuton semi ekstraksi yang digunakan. Hasil koreksi kadar aspal modifikasi untuk masing-masing persentase
penambahan Asbuton semi ekstraksi, seperti disajikan pada Tabel 6.

Tabel 4. Hasil pengujian sifat-sifat (properties) aspal pen dan aspal modifikasi Asbuton
Aspal Pen 60/70 Aspal Modifikasi Asbuton Semi Ekstraksi
No. Pengujian Satuan
Hasil Uji Spesifikasi Asbuton 15% Asbuton 20% Asbuton 25% Spesifikasi
1. Penetrasi, 25 o C, 100 gr, 5 detik 0,1 mm 66,7 60 - 70 57,10 54,00 50,60 > 50
2. Viskositas Dinamis 60 0C Pa.s 245,1 160 - 240 283,90 437,00 480,00 240 - 360
4. Viskositas Kinematis 135 0C cSt 529,7 > 300 614,76 636,56 776,08 385 - 2000
3. Titik Lembek (Softening Point) o 49,5 > 48 > 53
C 54,25 55,00 56,75
5. Daktilitas, 25 oC, 5 cm/menit cm > 100 > 100 > 100 > 100 > 100 > 100
6. Titik Nyala dgn Clevelen Open Cup o 349 > 232 > 232
C 336,00 330,00 328,00
7. Kelarutan dalam Trichloroethylene % 99,868 > 99 > 90
8. Berat Jenis 1,037
1,091 1,123>1 1,163 >1
9. Partikel yang lebih halus dari 150 micron ( mm) 92,97 92,97 92,97 > 95
Pengujian residu hasil TFOT (SNI 06-2440-1991) atau RTFOT (SNI 03-6835-2002)
10. Kehilangan Berat % berat 0,417 < 0,8 0,0044 0,0073 0,0066 < 0,8
11. 0 Pa.s 544 < 800 < 1200
Viskositas Dinamis 60 C 718 948 1070
12. Penetrasi Setelah Kehilangan Berat % awal 66,72 > 54 84,76 87,04 85,57 > 54
13. Daktilitas Setelah Kehilangan Berat cm > 100 > 100 > 100 > 100 > 100 > 50

10000
Viskositas Kinematik (cSt)

1000

100

10
100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
Suhu (°C)
ASpal Pen 60/70 ASpal Pen + ASbuton 15%
Aspal Pen + Asbuton 20% Aspal Pen + Asbuton 25%

Gambar 2. Grafik viskositas aspal dan pengaruh penambahan Asbuton terhadap viskositas aspal

Tabel 5. Suhu pencampuran dan pemadatan masing-masing jenis aspal


Suhu Pencampuran Suhu Pemadatan
Jenis Aspal
(0C) (0C)
Aspal Pen 157 147
Aspal Pen + Asbuton 15% 163 153
Aspal Pen + Asbuton 20% 167 157
Aspal Pen + Asbuton 25% 170 159
Pengaruh variasi penambahan Asbuton semi ekstraksi terhadap rongga campuran
Penggunaan aspal modifikasi Asbuton semi ekstraksi mempengaruhi sifat volumetrik benda uji Marshall.
Persentase penggunaan Asbuton semi ekstraksi terlihat juga berpengaruh terhadap sifat volumetrik benda uji
Marshall. Penambahan kadar Asbuton semi ekstraksi akan menurunkan sampai pada kadar aspal 5,5% akan
menurunkan kadar rongga benda uji, baik rongga dalam campuran (VIM) maupun rongga antar mineral agregat
(VMA). Pada kadar aspal di atas 5,5% nilai kadar rongga dalam agregat dengan aspal modifikasi Asbuton semi
ekstraksi berada di atas aspal pen 60/70. Kadar rongga terisi aspal akan semakin meningkat seiring dengan
penambahan Asbuton semi ekstraksi sampai kadar aspal 5,5% dan pada kadar aspal di atas 5,5% akan berada
di bawah aspal pen 60/70. Pengaruh penggunaan Asbuton semi ekstraksi terhadap sifat rongga benda uji
Marshall seperti terlihat pada Gambar 3.
Tabel 6. Kadar aspal berdasarkan jenis aspal
Kadar Aspal Kadar Aspal Yang Digunakan (%)
Target Aspal Pen Aspal Pen + Aspal Pen + Aspal Pen +
(%) 60/70 Asbuton 15% Asbuton 20% Asbuton 25%
4,5 4,5 4,945 5,114 5,295
5,0 5,0 5,495 5,495 5,883
5,5 5,5 6,044 6,044 6,472
6,0 6,0 6,594 6,594 7,060
6,5 6,5 7,143 7,143 7,648

18 8
Void In Mineral Agregat (VMA) (%)

7
Void In Mix (VIM) (%)

17
6
16
5
15
4
14
3
13 2
12 1
4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)
Aspal Pen 60/70 Aspal Pen + Asbuton 15% Aspal Pen 60/70 Aspal Pen + Asbuton 15%
Aspal Pen + Asbuton 20% Aspal Pen + Asbuton 25% Aspal Pen + Asbuton 20% Aspal Pen + ASbuton 25%
Void Filled Asphlat (VFA) (%)

100

90

80

70

60

50
4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
Kadar Aspal (%)
Aspal Pen 60/70 Aspal Pen + Asbuton 15%
Aspal Pen + Asbuton 20% Aspal Pen + Asbuton 25%

Gambar 3. Parameter rongga campuran masing-masing kadar aspal dan variasi kadar Asbuton semi
ekstraksi
Pengaruh variasi penambahan Asbuton semi ekstraksi terhadap stabilitas Marshall dan flow
Penambahan Asbuton semi ekstraksi meningkatkan nilai stabilitas Marshall pada kadar aspal rendah. Pada
kadar aspal yang tinggi peningkatan nilai stabilitas tidak terlalu signifikan. Pada kadar aspal 6,5% nilai
stabilitas campuran dengan aspal modifikasi Asbuton mendekati nilai stabilitas campuran dengan aspal pen
60/70. Penambahan Asbuton semi ekstraksi menurunkan nilai flow hanya pada kadar aspal rendah, yaitu pada
kadar aspal 5,5% pada penambahan Asbuton semi ekstraksi 15% dan 20% dan di bawah kadar aspal 5% pada
penambahan Asbuton semi ekstraksi 25%. Pada kadar aspal tinggi penambahan Asbuton semi ekstraksi malah
dapat meningkatkan nilai flow campuran, seperti terlihat pada Gambar 4.

2300 8
2100 7
1900
1700 6
Stability (Kg)

Flow (mm)
1500 5
1300
4
1100
900 3
700 2
500
1
4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00
4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00
Kadar Aspal (%)
Kadar Aspal (%)
Aspal Pen 60/70 Aspal Pen + Asbuton 15% Aspal Pen 60/70 Aspal Pen + Asbuton 15%
Aspal Pen + Asbuton 20% Aspal Pen + Asbuton 25% Aspal Pen + Asbuton 20% Aspal Pen + Asbuton 25%

Gambar 4. Nilai stabilitas Marshall dan flow masing-masing kadar aspal dan variasi kadar Asbuton
semi ekstraksi

Kadar aspal optimum dan karakteristik masrshall pada kondisi kadar aspal optimum
Penentuan nilai kadar aspal optimum menggunakan metode pita, di mana parameter yang digunakan dalam
penentuan kadar aspal optimum sesuai dengan Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 revisi 3 adalah nilai
stabilitas, flow, VMA, VIM, VIM refusal, VFA, dan rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm dengan kadar aspal
efektif. Pada pengujian ini ada dua bentuk kadar aspal optimum, yaitu kadar aspal optimum berdasarkan
pemakaian aspal atau kadar aspal setelah dikoreksi dengan kadar mineral Asbuton dan kadar aspal optimum
yang hanya memperhitungkan nilai kadar aspal (bitumen) saja. Hasil pengujian kadar aspal optimum seperti
disajikan pada Gambar 5.

7,00% 7,00%
KADAR ASPAL OPTIMUM

KADAR BITUMUN OPTIMUM

6,50% 6,50%
5,69% 5,84%
6,00% 5,65% 6,00%
5,50% 5,29% 5,50% 5,29% 5,14% 5,00% 4,96%
5,00% 5,00%
4,50% 4,50%
4,00% 4,00%
15% 20% 25% 15% 20% 25%
PERSEN ASBUTON SEMI EKSTRAKSI PERSEN ASBUTON SEMI EKSTRAKSI

(a) (b)

Gambar 5. Kadar aspal optimum (a) berdasarkan jumlah pemakaian aspal (b) kandungan
aspal/bitumen dalam campuran
Jika ditinjau dari berat aspal yang digunakan, maka penambahan kadar Asbuton semi ekstraksi meningkatkan
nilai kadar aspal optimum. Namun jika ditinjau dari kandungan aspal dalam campuran, maka penambahan
Asbuton semi ekstraksi menurunkan nilai kadar aspal optimum. Perbedaan ini terjadi karena pada Asbuton
semi ekstraksi terdapat mineral Asbuton yang dalam penelitian ini di anggap sebagai bagian dari agregat.
Setelah didapatkan nilai kadar aspal optimum untuk masing-masing variasi aspal kemudian dibuat benda uji
dengan kadar aspal optimum dan dilakukan pengujian Marshall. Hasil pengujian Marshall pada kondisi kadar
aspal optimum seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil pengujian Marshall pada kondisi kadar aspal optimum


Aspal Pen 60/70 Aspal Modifikasi Asbuton Semi Ekastraksi
No. Sifat Marshall Campuran Hasil Pengujian
Spesifikasi Hasil Pengujian Spesifikasi
15% 20% 25%
1 Kadar Pemakaian Aspal Optimum 5,65% 5,69% 5,84%
2 Kadar Bitumen Optimum 5,29% 5,14% 5,00% 4,96%
3 Rasio partikel lolos saringan 0.075mm dengan kadar aspal efektif 1 - 1,4 1,266 1 - 1,4 1,198 1,230 1,323
4 Rongga dalam campuran (VIM) (%) 3-5 3,963 3-5 4,748 4,813 4,949
5 Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min. 14 14,885 Min. 14 15,655 15,198 14,377
6 Rongga terisi aspal (VFA) (%) Min. 65 73,389 Min. 65 69,677 68,357 65,578
7 Stabilitas Marshall (kg) Min 800 1331,277 Min 1000 1884,314 2077,293 2332,774
8 Pelelehan (Flow) (mm) 2-4 3,830 2-4 3,493 3,350 3,333
9 Marshall Qoutient (Kg/mm) 347,782 543,683 621,086 707,317
0
10 Stabilitas sisa setelah perendaman 24 jam suhu 60 C (%) Min. 90 96,608 Min. 90 92,081 91,143 84,205

Pada kondisi kadar aspal optimum penambahan Asbuton semi ekstraksi menurunkan nilai rongga dalam
campuran (VIM) dan rongga terisi aspal (FVA). Sedangkan nilai rongga antar agregat (VMA) penambahan
Asbuton semi ekstraksi 15% memberikan nilai yang lebih besar dari pada tanpa penambahan Asbuton semi
ekstraksi. Nilai VMA tersebut mengalami penurunan seiring dengan peningkatan pemakaian Asbuton semi
ekstraksi. Pada pemakaian Asbuton semi ekstraksi 25% nilai VMA berada di bawah nilai campuran tanpa
Asbuton semi ekstraksi.
Penambahan Asbuton semi ekstraksi dapat meningkatkan nilai stabilitas dan menurunkan nilai flow walaupun
penurunan nilai flow tidak terlalu besar. Dari nilai peningkatan nilai stabilitas dan penurunan flow tersebut
terlihat bahwa penambahan Asbuton semi ekstraksi meningkatkan nilai kekakuan campuran, hal ini juga bisa
dilihat dari peningkatan nilai Marshall quotient (MQ). Untuk mengetahui besar peningkatan nilai kekakuan
lebih lanjut diperlukan pengujian lanjutan berupa pengujian modulus.
Hasil pengujian stabilitas sisa setelah rendaman 24 jam pada suhu 60 0C menunjukkan bahwa penambahan
Asbuton semi ekstraksi menurunkan nilai indeks kekuatan sisa. Pada penambahan Asbuton semi ekstraksi 25%,
nilai indeks kekuatan sisa berada di bawah nilai yang disyaratkan dalam spesifikasi yang digunakan. Dari hasil
ini terlihat bahwa penggunaan Asbuton semi ekstraksi sebagai bahan modifikasi aspal hanya efektif sampai
kadar 20%.

4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;
1. Penambahan Asbuton semi ekstraksi dapat menurunkan nilai kadar aspal optimum dalam campuran,
walaupun kadar aspal optimum aspal modifikasi yang digunakan mengalami peningkatan.
2. Penggunaan aspal modifikasi Asbuton semi ekstraksi meningkatkan nilai stabilitas, persen rongga
dalam campuran (VIM) dan keakuan campuran, menurunkan nilai flow dan persen rongga terisi aspal
(VFA).
3. Pemakaian Asbuton semi ekstraksi jenis briket untuk bahan modifikasi aspal yang efektif sampai 20%
dari total berat aspal.

DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Furqon. (2011). “Pengaruh Kandungan Mineral Asbuton Dalam Campuran Beraspal”, Jurnal Jalan-
Jembatan, Vol. 28 No. 2, 126 – 136.
Affandi, Furqon. (2008). “Karakteristik Bitumen Asbuton Butir Untuk Campuran Beraspal Panas”, Jurnal
Jalan - Jembatan, Vol. 25 No. 2, 350 – 368.
Affandi, Furqon. (2010). “Pengaruh Asbuton semi ekstraksi pada campuran Stone Mastic Asphalt”, Jurnal
Jalan – Jembatan, Vol. 27, No. 1, 18 – 30.
Karami, M. dan Nikraz, H. (2015). “Using Advanced Materials Of Granular BRA Modifier Binder To Improve
The Flexural Fatigue Performance Of Asphalt Mixtures”, Procedia Engineering 125 (2015) The 5th
International Conference of Euro Asia Civil Engineering Forum (EACEF-5), 452 – 460.
Pramesti, P., Molenaar, A. A. A., dan Poot, M. (2013). “Effects of modifying Bitumen with Asbuton on the
Mechanical Characteristics of Asphalt Mixtures”, Proceedings of the 15th AAPA International Flexible
Pavements Conference, 22-25 September 2013, Royal International Conference Centre, Brisbane,
Queensland, Australia.
Subagio, B.S., Rahman, H., Hendarto, S., dan Philips, F.J. (2009). “Stiffness Modulus of Asphaltic Concrete
Wearing Course (AC-WC) Mix Containing Retona Blend 55: Theoretical and Experimental Analysis”,
Proceedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol. 7.
Yamin, A., Pravantio, W., dan Dewita, H. (2014). “Asbuton Pracampur Antara Harapan dan Kenyataan”,
Jurnal Poli Rekayasa, Vol. 10 No. 1, 31 – 41.

Anda mungkin juga menyukai