Anda di halaman 1dari 2

IDE SEBAGAI KEKUATAN SEJARAH

a. FAKTOR TAK TERABA DALAM SEJARAH

Dalam pemahaman sepenuhnya terhadap peran faktor yang tak teraba seperti (keyakinan,
nilai, motivasi, aspirasi, sikap dan sebagainya) pada proses perubahan sosial beralih dari
perspektif historicm atau developmentalism ke orientasi individual. Dalam perspektif ini
masyarakat merupakan kesatuan holistik yang sifatnya menentukan dengan sifat dan
keteraturannya sendiri yang tidak dapat direduksi. Individu dipandang pasif, dependent dan
merupakan sebuah komponen yang dibentuk.

Weber merupakan tokoh pertama yang mengembalikan posisi individu menjadi ini teori
sosiologi. Dalam sosiologi Weber, organisme sosial atau sistem kehilangan posisi sentralnya.
Kini pusat perhatiannya bergeser ke agen dan tindakannya yaitu suatu perilaku yang signifikan
yang ditunjukan terhadap orang lain untuk mendapatkan tanggapan yang diharapkan. Dari semua
kesatuan sosial yang kompleks merupakan hasil akumulasi tindakan sosial yang lahir dalam
perjalanan sejarah manusia.

Untuk menjelaskan tindakan sosial terlebih dahulu harus melacak akarnya dalam tindakan
individu, untuk lebih memahaminya lagi tentang tindakan individu kita harus mengetahui makna
yang terkandung didalamnya; seperti menguraikan motivasi psikologis yang memaksa orang
untuk bertindak, nilai kultural, norma, serta hukum yang membentuk tindakan. Seperti yang
dikatakan oleh Weber: Kekuatan magis dan religius dan ide tentang kewajiban berdasarkan
kekuatan tersebut, sejak dulu selalu merupakan sesuatu yang sangat penting pengaruhnya
terhadap tindakan (Weber, 1958).

Dalam perspektif evolusionisme atau developmentalism ide sebagai status sampingan saja
(marginal). Weber menempatkan ide dalam posisi sentral yaitu sebagai faktor yang menentukan.
Weber juga mengatakan bahwa teorinya ini sebagai kritik positif terhadap matrealisme historis
Marx. Karna menurutnya dengan menggunakan istilah Marx ini menjadi kekuatan aktif dan
efektif dalam pembuatan sejarah superstruktur. Penerapan yang paling mencolok dari
pendekatannya ditemukan dalam interpretasi Weber mengenai asal-usul kapitalisme yang
dikemukakan pada tahun 1904 dalam karya klasiknya, The Protestant Ethic and The Spirit of
Capitalism.
b. Semangat Kapitalisme

Tujuan utama Weber adalah untuk memahami modernitas perubahan kehidupan sosial baru
dan radikal yang terjadi di Eropa Barat dan Amerika Serikat kemudian berkembang ke kawasan
dunia lain. Menurut Weber sendiri; “ Kapitalisme identik dengan mengejar keuntungan dengan
cara berusaha terus menerus, rasional, dengan perusahaan kapitalis dan organisasi kapitalis
srasional tenaga kerja bebas (Weber, 1958:17-21). Seperti yang diuraikan oleh penafsir
kontemporer; “Ciri-ciri kapitalisme rasional itu sendiri adalah organisasi kewirausahaan kapital,
teknologi rasional, tenaga kerja bebas, pasar bebas dan hukum yang dapat diperkirakan (Collins,
1980:930).

Weber mencari penjelasan mengenai transisi dari masyarakat tradisional ke masyarakat


kapitalus dan perkembangan kapitalisme seterusnya sejak kelahirannya. Logika dalam karya
Weber terdiri dari tiga tahap: Jika kapitalisme merupakan hasil tindakan manusia maka tindakan
khusus yang dilakukan oleh kelas agen tertentu, memperlihatkan jenis motivasi khusus yang
terlibat dalam asal usul kapitalisme. Pendiri kapitalisme adalah tipe baru kewirausahaan dan tipe
baru tenaga kerja. Perbedaannya adalah etos atau mental khusus dan semangat kapitalisme.
Secara implisit ini merupakan sisi kewirausahaan dari orang yang berupaya menjadikan
organisasi sebagai tujuan dalam dirinya. Temaga kerja mulai memperlakukan pekerjaannya
sebagai tujuan didalam dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai