Modul Waterpass
Modul Waterpass
Acara : 2
WATERPASS/AUTOLEVEL
1. Mengetahui prinsip dasar penggunaan waterpass
2. Mengetahui cara pengambilan data dilapangan
3. Mengetahui pengolahan dan interpretasi data hasil
1. Waterpass
Menyipat datar adalah alat untuk menentukan/ mengukur beda tinggi antara
2 titik atau lebih. Pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan alat
ukur waterpass.Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah dengan menggunakan alat ukur
waterpass ini dipergunakan dengan system polygon terbuka lepas, dimana
ditentukan satu titik sebagai acuan untuk menghitung dan menentukan titik lainnya.
a. Macam-macam Pengukur Penyimpat Datar
Penentuan beda tinggi dapat dilakukan dengan 3 cara penempatan
waterpass, dimana cara penempatannya tergantung pada kondisi lapangan.
Menempatkan waterpas pada salah satu titik
Beda tinggi A dan B dapat dihitung
Water
pass
b
B
t
A Permukaan tanah
Beda tinggi di atas pemukaan bumi dapat ditentukan dengan berbagai cara
antara lain.
Urutan tersebut juga merupakan urutan tingkat ketelitian dari cara atau
metode pengukuran beda tinggi Karena sipat datar merupakan metode penentuna
beda tinggi yang paling teliti, maka metode ini biasanya dikerjakan untuk
menentukan ketinggian titik titik kerangka dasar pemetaan atau pekerjaan-pekerjaan
rekayasa yang membutuhkan ketelitian yang tinngi.
Tipe baru yang sekarang berkembang luas dipasaran adalah tipe otomatis
atau automatic level, maksudnya apabila sumbu 1 telah vertical atau mendekati
vertical (dengan kemiringan terbatas) garis bidik akan mendatar secara otomatis
dalam hal ini, meskipun setiap pabrik memiliki pemecahan berbeda beda namun
prinsipnya menggunakan prisma pendulum (gantung) yang akan selalu mencari posisi
sesuai aarah gaya beratnya. Dengan demikian apabila sumbu I sedikit miring .
pendulum akan bergerak sesuai arah gaya berat yang baru dan garis bidik akan
mendatar kembali jadi alat yang bertipe otomatis tidak lagi menggunakan nivo
tabung untuk mendatarkan garis bidiknya.
Pada alat alat yang baru, kiap (tribarch) juga dilengkapi dengan pembacaan
lingkaran horizontal, sehinggaselain dapat digunakan untuk menentukan beda tinggi
alat juga dapat digunkan untuk mengukur arahnya, sehingga dalam keadaan terbatas
(lapangan relatifdatar) alat tersebut dapat dipakai untuk pengukuran detil situasi.
Konstruksi Waterpass
Dalam pemakaian waterpass ini dibutuhkan alat bantu lain, yaitu baak ukur.
Bahagian – bahagian dari alat penyipat datar (waterpass) secara sederhana dapat
dilihat pada gambar 3 dibawah ini :
b. Teropong : Tabung yang menjaga agar semua lensa dan gigi fokus berada pada
c. Tombol focus :tombol pengatur yang memfokuskan level sacara internal terhadap
objek.
d. Penahan sinar :Sebuah tudung metal atau plastik yang dipasang di atas lensa obyektif
untuk melindungi lensadari kerusakan dan untuk mengurangi silau pada waktu level
digunakan.
e. Piringan horizontal
h. unting-unting, kait dan rantai : Kait dan rantai ditempatkan tepat di tengah-tengah di
bawah level, tempat unting-unting digantung bila sudut pandang akan diputar.
i. Tabung Nivo :Sebuah tabung gelas bergraduasi yang berisi cairan yang sejajar dengan
Pada dasarnya pemasangan pesawat Water pass ini hampir sama dengan
pengaturan pemasangan pesawat Theodolit. Cuma saja pada Water pass yang
digunakan pada praktikum ini tidak mempunyai 3 sekrup penyama rata. Tapi
pengaturannya, yaitu dengan mengatur nivo (gelembung nivo) agar berada di
tengah-tengah dengan sekrup pengontrol yang terdapat di dasar alat. Seandainya
gelembung nivo sudah berada di tengah-tengah, kemudian sekrup pengunci
(pengontrol) pada kaki tiga dikuatkan. Dan pesawat Water pass sudah siap untuk
dipakai.
1. Arahkanlah terlebih dahulu teropong ke tempat yang jauh dan terang (objek)
dengan cara membidikannya, kemudian pergunakan lensa okuler untuk melihat
diafragma sampai terang. Karena ukuran lensa mata kita tidak sama, kemungkinan
tabung lensa okuler terpaksa harus dimaju mundurkan. Usahakan garis benang silang
(garis salib sumbu) a dan b kelihatan bayangannya a’ dan b’ cukup terang.
2. Benda AB yang kita bidik akan ditangkap oleh lensa objektif dan menghasilkan
bayangan A’B’ itu behimpitan dengan diafragma dengan mempergunakan lensa
okuler yang digerakkan dengan cincin focus.
a. Statip
b. Rambu Ukur
Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar ini mempunyai panjang 3, 4
bahkan ada yang 5 meter. Skala rambu ini dibuat dalam cm, tiap-tiap blok merah,
putih atau hitam menyatakan 1 cm, setiap 5 blok tersebut berbentuk huruf E yang
menyatakan 5 cm, tiap 2 buah E menyatakan 1 dm. Tiap-tiap meter diberi warna yang
berlainan, merah-putih, hitam-putih, dll. Kesemuanya ini dimaksudkan agar
memudahkan dalam pembacaan rambu.
c. Unting-unting
d. Kompas
Berguna untuk menentukan arah mata angin, agar memudahkan kita dalam
menyelesaikan pengukuran, dan membantu mencari sudut azimuth.
7. Prosedur Percobaan
a. Menyiapkan Alat dan bahan pastikan dalam keadaan baik
b. Memasang patok yang akan ditembak
c. Mendirikan Statip
d. Memasang Pesawat pada statip dengan menguncin pesawat dengan statip
e. Memasang anting pada statip kemudian meluruskan dengan patok
f. Menyentringkan pesawat dengan memutar sekrub A,B,C sempai gelembung
pada nivo berada ditenga.
g. Meletakkan bak ukur diatas patok dengan dipegangi oleh salah satu praktikan
secara bergantian.
h. Mengarahkan waterpass ke patok pertama, selanjutnya dilakukan pembacaan
pada teropong untuk benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
i. Lakukan pula pengukuran jarak dari patok 1 ke patok 2 beserta jarak ketinggian
alat dari permukaan tanah dengan menggunakan roll meter.
j. Selanjutnya menembak arah patok 1 ke patok 2 dengan menggunakan kompas.
k. Menetukan pula sudut dalam yang dibentuk setiap waterpass digeser ke patok
yang lain.
l. Pengamatan selanjutnya dilakukan secara teratur dengan cara seperti diatas
sampai pada patok terakhir, lakukan pula dokumentasi pada setiap titik yang kita
amati.
WATERPASS
A. Patok Utama
1. Sudut Dalam
𝐒𝐮𝐝𝐮𝐭 𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 = (𝐧 − 𝟐) × 𝟏𝟖𝟎°
2. Koreksi Sudut Dalam
𝚰𝐒𝐃𝐧𝚰
𝐊𝐒𝐃𝐧 = × 𝐒𝐞𝐥𝐢𝐬𝐢𝐡
𝚰𝚺𝐒𝐃𝚰
3. Terkoreksi Sudut Dalam
𝐓𝐒𝐃𝐧 = 𝐒𝐃𝐧 − 𝐊𝐒𝐃𝐧
𝚺𝐓𝐒𝐃𝐧 =?
4. Beda Tinggi
𝚫𝐓𝐧 = 𝐓𝐀𝐧 − 𝐁𝐓𝐧
𝚰𝚺∆𝐓𝐧𝚰 =?
𝚺∆𝐓𝐧 =?
5. Koreksi Beda Tinggi
𝚰∆𝐓𝐧𝚰
𝐊∆𝐓𝐧 = × 𝚺∆𝐓𝐧
𝚰𝚺∆𝐓𝐧𝚰
𝚺𝐊∆𝐓𝐧 = ?
6. Beda Tinggi Terkoreksi
∆𝐓𝐓𝐧 = ∆𝐓𝐧 − 𝐊∆𝐓𝐧
∗ 𝐇𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝟎 ∗
7. Jarak Horizontal
𝐊𝐊𝐗𝐧 = (𝐊𝐗𝐧 + 𝟏) − 𝐗𝐧
𝚰𝚺𝐊𝐊𝐗𝐧𝚰 =?
𝚺𝐊𝐊𝐗𝐧 =?
10. Faktor Koreksi Koordinat X
𝚰𝐊𝐊𝐗𝐧𝚰
𝐅𝐊𝐊𝐗𝐧 = × 𝚺𝐊𝐊𝐗𝐧
𝚰𝚺𝐊𝐊𝐗𝐧𝚰
𝚺𝐅𝐊𝐊𝐗𝐧 =?
11. Koordinat X Tekoreksi
𝐊𝐗𝐓𝐧 = 𝐊𝐊𝐗𝐧 − 𝐅𝐊𝐊𝐗𝐧
∗ 𝐇𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝟎 ∗
12. Koordinat Y
𝐊𝐘𝐧 = 𝐘𝐧 − 𝟏 ± ((𝐉𝐇𝐧 − 𝟏) × 𝐂𝐎𝐒 𝛂)
13. Koreksi Koordinat Y
𝐊𝐊𝐘𝐧 = (𝐊𝐘𝐧 + 𝟏) − 𝐘𝐧
𝚰𝚺𝐊𝐊𝐘𝐧𝚰 =?
𝚺𝐊𝐊𝐘𝐧 =?
14. Faktor Koreksi Koordinat Y
𝚰𝐊𝐊𝐘𝐧𝚰
𝐅𝐊𝐊𝐘𝐧 = × 𝚺𝐊𝐊𝐘𝐧
𝚰𝚺𝐊𝐊𝐘𝐧𝚰
𝚺𝐅𝐊𝐊𝐘𝐧 =?
15. Koordinat Y Tekoreksi
𝐊𝐘𝐓𝐧 = 𝐊𝐊𝐘𝐧 − 𝐅𝐊𝐊𝐘𝐧
∗ 𝐇𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝟎 ∗
16. X Pada Peta
𝐗𝐏𝐧 = (𝐗𝐏𝐧 − 𝟏) + 𝐊𝐗𝐓𝐧
𝐗𝐏𝐧/𝐒𝐊𝐀𝐋𝐀
B. Patok Detail
1. Beda Tinggi
𝚫𝐓𝐧 = 𝐓𝐀𝐧 − 𝐁𝐓𝐧
2. Jarak Horizontal