Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

Demam Berdarah Dengue

Oleh
dr. Muhammad Reyyan Alfaj

Pembimbing
dr. Winda Nurhamda

DPJP
dr. Made Sujaya, Sp. PD

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA (PIDI)


ANGKATAN III PERIODE SEPTEMBER 2018
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat waktu.
Laporan kasus berjudul “Demam Berdarah Dengue” ini disusun dalam rangka
mengikuti Program Intership Dokter Indonesia (PIDI) ankatan III periode September
2018.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:
1. dr. Made Sujaya, Sp. PD selaku DPJP pasien
2. dr. Winda Nurhamda selaku pembimbing PIDI
3. Rekan-rekan dokter Intership
4. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberi manfaat khususnya kepada penulis
dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari sebagai dokter. Terima
kasih

Mataram, 29 April 2019

Penulis
PORTOFOLIO

Topik: Demam Berdarah Dengue


Tanggal (Kasus): 29 April 2019 Presenter: dr. Muhammad Reyyan Alfaj
Tanggal Presentasi: Pendamping: dr. Winda Nurhamda
Tempat Presentasi: RSI Siti Hajar
Objektif Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah
Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil


Deskripsi: Laki laki, 38 tahun datang dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS
Bahan Bahasan Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi dan Email Pos
diskusi
Data Nama: Tn. PB Umur: 38 tahun Pekerjaan: Swasta No. Reg.:
Pasien: Alamat: Sekarbela Agama: Hindu 190424XXX
Suku Bangsa: Indonesia
Nama RS: RSI Siti Hajar Telp: - Terdaftar sejak: 29 April 2019
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis:
DBD Grade 1 atau Dengue Without Warning Signs
2. Riwayat Pengobatan:
-

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit:


Pasien datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu.
Demam mendadak tinggi dan dirasakan terus-menerus. Selain itu pasien juga mual
(+), pusing (+), dan lemas (+). Keluhan lain seperti mengigil, nyeri retroorbita, nyeri
sendi, perdarahan gusi, serta muntah disangkal. Batuk-pilek (-), nyeri menelan (-
). Makan dan minum mulai berkurang sejak kemarin. BAB dan BAK dbn.
4. Riwayat Keluarga:
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal
5. Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan:
Pasien tinggal di perumahan. Tidak ada keluarga, tetangga atau teman kerja yang
dilaporkan menderita DBD.

1. Subjektif
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 29 April 2019
pada pukul 20.00 di Bangsal Mina Rumah Sakit Siti Hajar Mataram.

Autoanamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan demam sejak 4
hari yang lalu. Demam mendadak tinggi dan dirasakan terus-
menerus. Selain itu pasien juga mual (+), pusing (+), dan lemas (+).
Keluhan lain seperti mengigil, nyeri retroorbita, nyeri sendi,
perdarahan gusi, serta muntah disangkal. Batuk-pilek (-), nyeri
menelan (-). Makan dan minum mulai berkurang sejak kemarin. BAB
dan BAK dbn.
b. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga:
Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan demam terus
menerus seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal memiliki riwayat
alergi, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit jantung.
c. Lifestyle
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta. Aktivitas sehari-hari
dirasakan tidak terlalu berat. Olahraga jarang dan tidak tentu. Kondisi
ekonomi cukup.
2. Objektif

 Pada survei primer, didapatkan


o Airway: tidak ditemukan hambatan jalan nafas
o Breathing: laju pernafasan 20x/menit
o Circulation: tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit
o Disability: GCS E4M6V5, pupil isokor 3mm/3mm, rc +/+
o Exposure / Environment : tidak ada keluhan, T= 38.3 °C

 Pada survei sekunder, didapatkan

Kepala : normocephali
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cowong
Hidung : simetris,
Telinga : sekret (-)
Mulut : lesi (-), membran mukosa kemerahan, lidah kotor (-)
Tenggorok: dinding faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Leher : tidak ada kelainan

Thorax:
Pulmo
 Inspeksi : dinding dada simetris , retraksi (-)
 Palpasi : pergerakan nafas simetris D=S
 Perkusi : sonor +/+
 Auskultasi : suara dasar nafas vesikuler, rhonki -/-,
wheezing -/-
Cor
 Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
 Palpasi : iktus cordis tidak teraba
 Perkusi : tidak dilakukan
 Auskultasi : S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : bentuk normal, datar
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba
 Perkusi : timpani

Ekstremitas: akral hangat (+),nadi kuat, edema (-) pada seluruh


ekstremitas, CRT <2 detik

Rumple leede (+)

Fungsi Motorik: tidak diperiksa


Fungsi Sensorik: tidak diperiksa
Fungsi Nervi Kraniales: tidak diperiksa

Pemeriksaan Penunjang:
Darah lengkap (29/04/19)
Parameter Hasil Satuan Nilai normal
WBC 10,27 103/uL 4.50-11.00
LYMPH% 42,9 % 20.0-50.0
MONO% 5,2 % 2.0-9.0
EO% 2,0 % 1.0-5.0
BASO% 0,1 % 0.0-2.0
NEUT% 51,5 % 50.0-75.0
HGB 11,1 g/dL 13.5-18.0
HCT 42,9 % 40.0-54.0
MCV 88,5 fL 80.0-100.0
MCH 28,5 Pg 27.0-31.0
MCHC 35,5 g/dL 32.0-36.0
PLT 91 103/uL 150-440
Urine Lengkap (29/04/19)
Parameter Hasil Satuan Nilai normal
pH 8,0 4,5 -8,0
Berat Jenis 1,010 1,003 – 1,035
Protein Negatif mg/dl Negatif
Glukosa Negatif mg/dl Negatif
Darah Negatif mg/dl Negatif
Lain-lain Negatif mg/dl Negatif

Tes Widal (29/04/19)


Tes Widal Hasil Nilai Rujukan
Titer O 1/80 Negatif

Titer H 1/80 Negatif

Titer AH 1/160 Negatif

Titer BH 1/80 Negatif

3. Resume
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan demam sejak 4 hari
yang lalu. Demam mendadak tinggi dan dirasakan terus-menerus. Selain itu
pasien juga mual (+), pusing(+), dan lemas (+). Keluhan lain seperti mengigil,
nyeri retroorbita, nyeri sendi, perdarahan gusi, serta muntah disangkal.
Batuk-pilek (-), nyeri menelan (-). Makan dan minum mulai berkurang sejak
kemarin. BAB dan BAK dbn.
Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan demam terus menerus
seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal memiliki riwayat alergi, diabetes
mellitus, hipertensi, dan penyakit jantung
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu aksila 38,3. Rumple leede (+).
Perdarahan spontan (-)
4. Assesment
Diagnosis: DBD Grade 1 atau Dengue Without Warning Signs
Diagnosis Banding:
1. Demam karena infeksi virus
2. Idiopathic thrombocytopenic purpura

5. Plan

Tatalaksana
 Non Medikamentosa
 Mencukupi kebutuhan cairan dengan pola yang sama melalui konsumsi
air putih dan cairan secara oral
 Medikamentosa
 IVFD RL 20 tpm
 Sanmol infus 500mg 3x1 (k/p) jika temperatur diatas 38°celcius. Jika
dibawah itu diganti per oral.
 Injeksi Ranitidin 50mg 2x1 (k/p)
 Pasien dikonsulkan ke dr. Made Sujaya, Sp. PD kemudian di rawat
inap di Bangsal Mina, advice
o Masukkan ruangan

6. Prognosis
Dubia et bonam dengan pengobatan yang cepat dan tepat.
BAB I
PENDAHULAN

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut akibat


infeksi virus dengue dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan
syok yang dapat menyebabkan kematian.

Infeksi virus dengue endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis, dan lebih
dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania, Asia Selatan, dan Fasifik Barat.
Sekitar 2,5 juta penduduk di daerah tersebut pernah terinfeksi virus dengue. Menurut
WHO terdapat kira-kira 50 – 100 juta kasus infeksi virus dengue setiap tahunnya,
dengan 250.000–500.000 demam berdarah dengue (DBD) dan 24.000 di antaranya
meninggal dunia. Di Indonesia DBD merupakan masalah kesehatan, karena hampir
seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit infeksi dengue. Dua
belas di antara 30 provinsi di Indonesia merupakan daerah endemis DBD, dengan case
fatality rate 1,2%.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


b. Nama : Tn. PB
c. Jenis Kelamin : Laki - laki
d. Umur : 38 tahun
e. No. Reg : 190424XXX
f. Alamat : Sekarbela
g. Pekerjaan : Swasta
h. Agama : Hindu
i. Masuk RS Tanggal : 29 April 2019

2.2 Keluhan Utama


Demam terus menerus 4 hari SMRS
2.3 Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan demam sejak 4 hari yang
lalu. Demam mendadak tinggi dan dirasakan terus-menerus. Selain itu pasien
juga mual (+), pusing (+), dan lemas (+). Keluhan lain seperti mengigil, nyeri
retroorbita, nyeri sendi, perdarahan gusi, serta muntah disangkal. Batuk-pilek
(-), nyeri menelan (-). Makan dan minum mulai berkurang sejak kemarin. BAB
dan BAK dbn.
b. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga:
Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan demam terus menerus
seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal memiliki riwayat alergi, diabetes
mellitus, hipertensi, dan penyakit jantung.
c. Lifestyle
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta. Aktivitas sehari-hari dirasakan tidak
terlalu berat. Olahraga jarang dan tidak tentu. Kondisi ekonomi cukup.
2.4 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Tampakan umum : sedang
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 170 cm
BMI : 24,22 kg/m2
b. Kesadaran/GCS : Compos Mentis / E4V5M6
c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 80 x/menit, simetris, teraba kuat
Frekuensi Napas : 20 x/menit, teratur
Suhu tubuh : 38,3C
d. Kepala – Leher
Bentuk kepala normocephal, pursed lip breathing (-), conjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), mata cowong (-), hidung tidak tampak kelainan.
e. Thorax
Pulmo
 Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi (-)
 Palpasi : pergerakan nafas simetris D=S
 Perkusi : sonor +/+
 Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor
 Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
 Palpasi : iktus cordis tidak teraba
 Perkusi : tidak dilakukan
 Auskultasi : S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
f. Abdomen

 Inspeksi : bentuk normal, datar


 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : timpani
g. Ekstremitas
Akral hangat, nadi kuat, edema (-) pada seluruh ekstremitas, CRT < 2 detik
Rumple leede (+)
2.5 Pemeriksaan penunjang
Darah Lengkap (29/04/19)
Parameter Hasil Satuan Nilai normal
WBC 10,27 103/uL 4.50-11.00
LYMPH% 42,9 % 20.0-50.0
MONO% 5,2 % 2.0-9.0
EO% 2,0 % 1.0-5.0
BASO% 0,1 % 0.0-2.0
NEUT% 51,5 % 50.0-75.0
HGB 11,1 g/dL 13.5-18.0
HCT 42,9 % 40.0-54.0
MCV 88,5 fL 80.0-100.0
MCH 28,5 Pg 27.0-31.0
MCHC 35,5 g/dL 32.0-36.0
PLT 91 103/uL 150-440

Urine Lengkap (29/04/19)


Parameter Hasil Satuan Nilai normal
pH 8,0 4,5 -8,0
Berat Jenis 1,010 1,003 – 1,035
Protein Negatif mg/dl Negatif
Glukosa Negatif mg/dl Negatif
Darah Negatif mg/dl Negatif
Lain-lain Negatif mg/dl Negatif
Tes Widal (29/04/19)
Tes Widal Hasil Nilai Rujukan
Titer O 1/80 Negatif

Titer H 1/80 Negatif

Titer AH 1/160 Negatif

Titer BH 1/80 Negatif

2.6 Diagnosis
DBD Grade 1 atau Dengue Without Warning Signs

Diagnosis Banding:
1. Demam karena infeksi virus
2. Idiopathic thrombocytopenic purpura

2.7 Manajemen
a. Promotif:
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini dapat terjadi karena faktor
lingkungan
 Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak dilakukan
pengobatan

b. Preventif :
 Istirahat yang cukup dan menghindari aktivitas yang berlebihan

c. Kuratif :
 Non Medikamentosa
 Mencukupi kebutuhan cairan dengan pola yang sama melalui konsumsi air
putih dan cairan secara oral
 Medikamentosa
 IVFD RL 20 tpm
 Sanmol infus 500mg 3x1 (k/p) jika temperatur diatas 38°celcius. Jika
dibawah itu diganti per oral.
 Injeksi Ranitidin 50mg 2x1 (k/p)
 Pasien dikonsulkan ke dr. Made Sujaya, Sp. PD kemudian dirawat inap di
Bangsal Mina

d. Rehabilitatif
 Pasien disarankan untuk rutin kontrol ke tenaga kesehatan atau bila
terdapat keluhan yang tidak dapat ditangani dengan obat obatan agar segera
di bawa ke RS
 Menyarankan kepada pasien untuk menghindari faktor-faktor penyebab
bertambah parahnya penyakit ini.
Hari/tanggal Anamnesis dan pemeriksaan Rencana tatalaksana

Senin / S/ demam (+), pusing (+), mual (+), - IVFD RL 20 tpm


29/04/19 tanda perdarahan (-), makan – minum - Paracetamol 3x500mg jika
(demam hari sedikit, BAB (-), BAK (+) demam
ke 4) - Injeksi Ranitidin 50mg 2x1
O/ TTV: (k/p)
TD: 110/70 T: 38.3 RR: 20x/m, HR: 80
k/l : an -/-, ikt -/-, edema palb -/-
perdarahan gusi -/-, mimisan -/-
thoraks : ves +/+, rh -/-, wh -/-
s1s2 tunggal reguler
abd : bising usus (+), NT (-),
organomegali (-)
eks : hangat
Rumple leede (+)
A/ DBD Grade 1 atau Dengue Without
Warning Signs
selasa / S/ demam (-), pusing (-), mual (-), tanda - IVFD RL 20 tpm
30/04/19 perdarahan (-), makan – minum sedikit, - Paracetamol 3x500mg jika
(hari ke 5) BAB (-), BAK (+) demam
O/ TTV:
TD: 110/70 T: 37.7 RR: 20x/m, HR: 84
k/l : an -/-, ikt -/-, edema palb -/-
perdarahan gusi -/-, mimisan -/-
thoraks : ves +/+, rh -/-, wh -/-
s1s2 tunggal reguler
abd : bising usus (+), NT (-),
organomegali (-)
eks : hangat
A/ DBD Grade 1 atau Dengue Without
Warning Signs
Rabu / S/ demam (-), pusing (-), mual (-), tanda Pasien direncanakan pulang
01/05/19 perdarahan (-), makan – minum sedikit,
(hari ke 6) BAB (+), BAK (+)

O/ TTV:
TD: 110/70 T: 37.3 RR: 20x/m, HR: 76
k/l : an -/-, ikt -/-, edema palb -/-
perdarahan gusi -/-, mimisan -/-
thoraks : ves +/+, rh -/-, wh -/-
s1s2 tunggal reguler
abd : bising usus (+), NT (-),
organomegali (-)
eks : hangat
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (29/04/19)
Parameter Hasil Satuan Nilai normal
WBC 10,27 103/uL 4.50-11.00
LYMPH% 42,9 % 20.0-50.0
MONO% 5,2 % 2.0-9.0
EO% 2,0 % 1.0-5.0
BASO% 0,1 % 0.0-2.0
NEUT% 51,5 % 50.0-75.0
HGB 11,1 g/dL 13.5-18.0
HCT 42,9 % 40.0-54.0
MCV 88,5 fL 80.0-100.0
MCH 28,5 Pg 27.0-31.0
MCHC 35,5 g/dL 32.0-36.0
PLT 91 103/uL 150-440

(30/04/19)
Parameter Hasil Satuan Nilai normal
WBC 10,47 103/uL 4.50-11.00
LYMPH% 40,9 % 20.0-50.0
MONO% 4,8 % 2.0-9.0
EO% 2,4 % 1.0-5.0
BASO% 0,4 % 0.0-2.0
NEUT% 53,5 % 50.0-75.0
HGB 11,4 g/dL 13.5-18.0
HCT 44,9 % 40.0-54.0
MCV 83,3 fL 80.0-100.0
MCH 27,4 Pg 27.0-31.0
MCHC 34,3 g/dL 32.0-36.0
PLT 82 103/uL 150-440

(01/05/19)

Parameter Hasil Satuan Nilai normal


WBC 10,39 103/uL 4.50-11.00
LYMPH% 40,7 % 20.0-50.0
MONO% 4,6 % 2.0-9.0
EO% 2,8 % 1.0-5.0
BASO% 0,6 % 0.0-2.0
NEUT% 57,5 % 50.0-75.0
HGB 11,8 g/dL 13.5-18.0
HCT 41,7 % 40.0-54.0
MCV 83,9 fL 80.0-100.0
MCH 27,5 Pg 27.0-31.0
MCHC 34,6 g/dL 32.0-36.0
PLT 112 103/uL 150-440
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Dengue Infection


Demam dengue merupakan suatu penyakit infeksi yang sering terjadi pada
daerah tropis yang disebabkan oleh virus dengue. Virus tersebut memerlukan suatu
vektor dalam transmisinya yaitu nyamuk Aedes aegypti. Dalam perjalanannya,
penyakit ini dapat mengancam jiwa apabila diikuti dengan kebocoran plasma,
perdarahan hebat, dan tanda-tanda syok pada pasien.

3.1.1 Etiologi dan Epidemiologi


Demam dengue dan demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan
yang sedang berkembang di daerah subtropis. Di Asia Tenggara, dengan total populasi
1,5 miliar, 1,3 miliar dari jumlah tersebut berisiko terinfeksi virus dengue. Banyak
faktor yang mempengaruhi epidemiologi demam dengue, dari segi lingkungan,
biologis, dan faktor demogafi. Insiden dengue terkait dengan iklim yang hangat dan
lembab. Suhu yang meningkat serta curah hujan yang tinggi telah terbukti
meningkatkan efisiensi vektor dan pola gigitan nyamuk terutama pada awal-awal
tahun. Epidemiologi infeksi dengue memuncak pada bulan Oktober-April di masa-
masa musim hujan (Ona, 2011).
Virus Dengue merupakan suatu virus berukuran kecil (50nm) terbungkus
kapsul lipoprotein yang mengandung single-strand RNA. Virus ini termasuk ke dalam
genus Flavivirus dan keluarga (family) Flaviviridae. Dengue terdiri dari tiga protein
struktural yaitu nucleoaprid atau core protein (C), protein membrane (M), envelope
protein (E), dan tujuh protein non-struktural (NS). Dari keseluruhan protein non-
sruktural, hanya glikoprotein selaput (NS1) yang memiliki kepentingan diagnosis dan
patologis karena berkaitan dengan hemaglutinasi dan aktovitas netralisasi (WHO,
2011).
Terdapat 4 serotip virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3,DENV-4.
Pada anak-anak, virus yang biasa menyerang adalah DEN 1 dan DEN3 yang
menyebabkan infeksi ringan serta DEN 2 dan 4 yang tidak memberikan gejala.
Sedangkan pada dewasa, DEN 1 dan 3 merupakan infeksi berat sedangkan DEN 2 dan
4 memberika gejala ringan sampai sedang. Imfeksi sekunder dengan serotip berbeda
atau adanya infeksi ganda dapat menyebabkan klinis dengue yang berat seperti DBD
atau syok dengue (Scott, 2010).

3.1.2 Patogenesis dan Patofisiologi Infeksi Dengue


Patogenesis dengue masih belum dimengerti sepenuhnya. Namun penelitian
epidemiologis menunjukkan bahwa demam dengue diasosiasikan dengan infeksi
sekunder oleh dengue serotipe 1-4 (Kliegman et al, 2007). Walaupun pada beberapa
pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dapat terjadi pada infeksi primer.
Peningkatan aktivasi imun, khususnya selama infeksi sekunder, menyebabkan respon
sitokin yang menghasilkan perubahan permeabilitas vaskuler. Sebagai tambahan,
produk virus seperti NS1 mungkin memainkan peran dalam meregulasi aktivasi
komplemen dan permeabilitas vaskuler (WHO,2011).
Pada fase akut infeksi sekunder dengue terjadi peningkatan cepat aktivasi dari
sistem komplemen. Sesaat sebelum atau selama shock receptor Tumor Necrosis Factor
(TNF), Interferon-Ɣ (IFN-Ɣ), dan Interleukin-2 (IL-2) meningkat. C1q, C3, C4, C5-
C8, dan proaktivator C3 terdepresi dan kecepatan katabolisme C3 meningkat. Faktor-
faktor tersebut berinteraksi dengan sel endotel menyebabkan peningkatan
permeabilitas vaskular melalui jalur akhir Nitric Oxide. Sistem pembekuan darah,
fibrinolisis teraktivasi, dan kadar faktor XII (Hageman Factor) terdepresi (Kliegman et
al, 2007).
Mekanisme Dengue Hemorrhagic fever tidak diketahui. Diduga berhubungan
dengan mild degree DIC, liver damage, thrombocytopenia. Capillary damage
menyebabkan bocornya cairan, elektrolit, protein kecil, sel darah merah ke ruang
ekstravaskular. Internal redistribution of fluid serta defisit cairan (e.c. puasa, haus,
muntah) menyebabkan hemokonsentrasi, hipovolemi, meningkatnya beban kerja
jantung, hipoksia jaringan, asidosis metabolik, hiponatremia (Kliegman et al, 2007).
Ciri khas dari DHF adalah peningkatan permeabilitas vaskuler yang menyebabkan
kebocoran plasma, berkurangnya volume plasma, dan shock pada kasus yang berat.
Kebocorannya unik sehingga ada kebocoran selektif plasma pada rongga pleura dan
peritoneum dan periode kebocorannya singkat 24-48 jam. Pemulihan yang cepat dari
shock dan tidak adanya inflamasi pada pleura dan peritoneum mengindikasi perubahan
fungsional pada integritas vascular daripada kerusakan struktur endothelium sebagai
mekanisme yang mendasari (WHO, 2011).

3.2 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik maupun
simtomatik. Infeksi simtomatik berupa demam yang tidak dapat dibedakan (sindroma
viral), demam dengue (DF), atau demam berdarah dengue (DHF) termasuk dengue
shock syndrome (DSS). Manifestasi klinis tersebut tergantung dari strain virus dan
faktor inang seperti usia dan status imun (WHO, 2011).
1. Undifferentiated Fever
Merupakan gejala demam yang dapat dialami bayi, anak, maupun
dewasa yang terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya. Demam yang
terjadi biasanya ringan dan tidak dapat dibedakan dengan infeksi virus lainnya.
2. Dengue fever
Demam dengue lebih sering dialami anak-anak, remaja, dan dewasa.
Demam berlangsung akut dan terkadang bersifat bifasik disertai nyeri kepala,
myalgia, athralgia, rash, leukopenia, dan trombositopenia. Gejala demam
dengue yang paling berat biasanya hanya sebatas “break-bone fever” yaitu
nyeri otot, tulang, dan sendi khususnya pada dewasa.
Clinical features
3. Dengue Haemorrhagic fever
Demam berdarah dengue (DBD) lebih sering menyerang anak-anak usia
kurang dari 15 tahun di area hiperendemik akibat infeksi berulang. DBD
ditandai dengan demam mendadak tinggi disertai gejala-gejala lain seperti
demam dengue di awal fase. Manifestasi perdarahan yang muncul adalah
rumpleed test atau tes tourniquet yang positif, petekie, memar, dan perdarahan
saluran cerna. Di akhir fase demam, penderita rentan mengalami syok
hipovolemik (Dengue shock syndome) akibat adanya kebocoran plasma.
Tanda bahaya yang perlu diwaspadai ialah muntah terus-menerus, nyeri
abdomen, gelisah, iritatif, dan oliguria. Patofisiologi DBD adalah gangguan
hemostasis dan kebocoran plasma. Temuan laboratorium seperti
trombositopenia dan peningkatan hematokrit biasa ditemukan sebelum onset
syok muncul. DBD umumnya terjadi pada anak-anak dengan infeksi dengue
sekunder dengan infeksi primer oleh DENV-1 dan DENV-3 seperti pada bayi.
4. Expanded dengue syndrome
Manifestasi yang jarang yang berkaitan dengan gangguan liver, ginjal,
otak, maupun jantung. Komplikasi ini terjadi akibat dari syok dan komobid
koinfeksi.
3.3 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

DF/DHF Grade Tanda dan Gejala Laboratori


DF Demam dengan dua dari  Leucopenia (wbc ≤
kriteria berikut: 5000 sel/mm3 )
 Sakit kepala  Trombositopenia
 Nyeri retro-orbital (hitung platetelet ≤
 Myalgia 150.000 sel/mm3)
 Nyeri tulang/arthalgia  Peningkatan hematokrit
 Manifestasi (5%-10%)
perdarahan  Tidak ada kehilangan
 Tidak ada kebocoran plasma
plasma
DHF I Demam dan manifestasi Trombositopenia ≤ 100.000
perdarahan (uji tourniquet sel/mm3; HCT meningkat ≥
positif) dan bukti dari 20%
kebocoran plasma
DHF II Seperti grade I ditambah Trombositopenia ≤ 100.000
dengan perdarahan spontan sel/mm3; HCT meningkat ≥
20%
DHF* III Seperti grade I dan II Trombositopenia ≤ 100.000
ditambah dengan kegagalan sel/mm3; HCT meningkat ≥
sirkulasi (pulsasi lemah, 20%
tekanan pulsasi sempit (≤ 20
mmHg), hipotensi, gelisah
DHF* IV Seperti grade III ditambah Trombositopenia ≤ 100.000
syok dengan tidak terabanya sel/mm3; HCT meningkat ≥
tekanan darah dan pulsasi 20%
*: DHF III dan IV adalah DSS

Diagnosis DHF ditegakkan bila semua dari kriteria ini terpenuhi:


- Demam akut 2-7 hari, biasanya bifasik.
- Terdapat minimal 1 dari Manifestasi perdarahan berikut:
o Rumpleed test atau tourniquet test (+)
o Petekie
o Ekimosis atau purpura
o Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi)
o hematemesis melena
- Trombositopenia (platelet count <100.000 cell/mm3)
- Adanya minimal 1 tanda kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas
vaskular :
o Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan
jenis kelamin
o Penurunan hematokrit >20% setelah pemberian terapi cairan
dibandingkan dengan hematokrit sebelumnya
o tanda kebocoran plasma: efusi pleura, ascites, hipoalbumin (PAPDI,
2010; WHO, 2011).

Warning signs (tanda Bahaya):


- Tidak ada perbaikan klinis atau justru terjadi perburukan kondisi selama
perjalanan penyakit
- Muntah terus menerus tanpa intake yang baik
- Nyeri hebat abdomen
- Gelisah dan iritatif
- Perdarahan: epistaksis, melena, hematemesis, hematuria, dll.
- Hepatomegali
- Pucat, akral basah dan dingin
- Oliguria atau anuria dalam 4-6 jam (SEARO-WHO, 2011)

Kriteria MRS
 Semua pasien dengan trombosit ≤100.000/mm3
 Semua pasien dengan adanya tanda bahaya atau “warning signs”
 Pasien yang termasuk dalam kategori:
o Bayi (usia < 1thn)
o Pasien obesitas
o Pasien dengan penyakit lain sebagai komorbid (diabetes,
sindroma nefrotik, gagal ginjal kronis, penyakit hemolitik,
asma yang tidak terkontrol)
o Pasien dengan kondisi sosial buruk (hidup dirumah
sendirian, tempat tinggal jauh dari layahan kesehatan,
transportasi sulit)
3.4 Penatalaksanaan Demam Dengue dan Demam berdarah Dengue
A. Manajemen Pasien DF/DHF Rawat Jalan
1. Pastikan asupan cairan peroral adekuat
Cairan yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan sesuai umur.

2. Istirahat cukup (Adequate Bed rest)


3. Terpai supportif
4. Monitoring Hb, Hematokrit, dan trombosit per 24 jam.
5. Komunikasikan pada pasien untuk segera kontrol apabila terdapat tanda-
tanda “warning sign”. (WHO, 2011;DOH, 2012)

B. Manajemen Pasien Rawat Inap tanpa syok (DHF grade I-II) atau Pasien Dengue
tanpa Warning Sign
1. Monitoring darah lengkap setiap 24 jam
2. Pemberian cairan isotonik seperti Ringer laktat atau NaCl 0,9%. Jumlah cairan
disesuaikan dengan jumlah cairan rumatan menggunakan rumus Holliday Segar.

3. Jika pasien tidak mengalami syok namun terdapat tanda dehidrasi ringan, maka
ditambahkan 5% defisit cairan yaitu
4. Cairan diberikn dalam waktu 24 jam, cairan rumatan tidak boleh dari 3000ml per
hari.

C. Manajemen Pasien Rawat Inap dengan Warning Sign Tanpa Syok


1. Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sebelum terapi cairan dan sesudah
terapi cairan adekuat selesai diberikan. Sedangkan monitoring selanjtunya
dilakukan setiap 24 jam.
2. Berikan hanya larutan isotonis seperti Ringer Laktat atau NaCl 0,9% dengan
laju infus:

3. Jika setelah terapi cairan diatas hematokrit meningkat tajam, tingkatkan laju
sebesar 5-10ml/kg/BB/jam selama 2 jam. Jika nilai hematokrit tetap atau sedikit
meningkat, lanjutkan dengan laju yang sama 2-3ml/kgBB/ jam selama 2-4 jam.
4. lanjutkan dengan terapi cairan rumatan bila hematokrit menurun, output urin
baik, intak oral baik. Terapi cairan pada pasien dengue hanya dibuthkan dalam
waktu 24-48 jam.
5. Monitoring pemeriksaan laboratorium lanjutan (DOH, 2012:WHO, 2011,
PAPDI, 2009).
D. Manajemen Pasien Rawat Inap dengan Syok Terkompensasi (DHF Grade III)
E. Manajemen Pasien Rawat Inap dengan Syok Berkepanjangan (DHF Grade IV)
3.5 Tanda perbaikan klinis
- Nadi, tekanan darah, dan laju respirasi stabil
- Temperatur normal
- Tidak terdapat tanda perdarahan baik internal maupun eksternal
- Kembalinya nafsu makan
- Tidak ada muntah dan nyeri abdomen
- Produksi urin baik
- Hematokrit dalam batas normal
- Mulai menghilangnya peteki terutama pada ekstrimitas (WHO, 2011)
Kriteria KRS:
- Tidak terdapat demam setidaknya 24 jam tanpa pemberian antipiretik
- Kembalinya nafsu makan
- Perbaikan klinis yang dapat terlihat
- Produksi urin baik
- Minimal 2-3 hari setelah perbaikan dari syok
- Tidak terdapat ascites ataupun tanda distres akibat efusi pleura
- Trombosit lebih dari 100.000/mm3. Jika belum tercapai, pasien diharap
menghindari aktivitas traumatik selama 1-2 minggu hingga jumlah platelet
normal. Pada kasus normal, platelet meningkat dalam 3-5 hari (WHO,
2011)

3.6 Komplikasi
Syok yang berkepanjangan dapat mengakibatkan asidosis metabolik dan
perdarahan masif akibat terjadinya DIC (WHO, 2011). Syok yang tidak diatasi lebih
dari 4 jam akan menyebabkan kegagalan fungsi pada multiorgan seperti kegagalan
fungsi hepar (pognosis 50%) atau kegagalan fungsi hepar dan ginjal (prognosis 10%).
Apabila terdapat kegagalan fungsi dari minimal tiga organ dan salah satunya adalah
fungsi respirasi, maka prognosis sangat buruk.
Perdarahan saluran cerna merupakan salah satu komplikasi yang ditakutkan.
Angka kejadian perdarahan saluran cerna lebih banyak ditemukan pada DSS. Kondisi
ini dapat dijelaskan karena perdarahan yang timbul akan memperberat kehilangan
volume plasma akibat kebocoran sehingga mempercepat terjadinya syok (Raihan,
2010). Selain komplikasi tersebut, pasien juga dapat mengalami kelebihan cairan
karena pemberian yang terlalu banyak pada saat-saat terjadi kebocoran plasma (WHO,
2011).
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan demam sejak 4 hari yang
lalu. Demam mendadak tinggi dan dirasakan terus-menerus. Selain itu pasien juga
mual (+), pusing (+), dan lemas (+). Keluhan lain seperti mengigil, nyeri retroorbita,
nyeri sendi, perdarahan gusi, serta muntah disangkal. Batuk-pilek (-), nyeri menelan
(-). Makan dan minum mulai berkurang sejak kemarin. BAB dan BAK dalam batas
normal.
Dari autoanamnesa tersebut, didapatkan beberapa gejala demam dengue yang
dialami oleh pasien yaitu demam, mual dan pusing kepala. Pada pasien didapatkan
kriteria dari penegakan diagnosis kerja Dengue Haemorrhage Fever (DHF) yaitu
demam mendadak tinggi 2-7 hari disertai manifestasi perdarahan, pada pasien ini
berupa tes Rumple Leede positif. Pada pasien ini tidak terdapat “warning sign”.
Sedangkan dari hasil laboratorium didapatkan trombositopenia dengan nilai 91.000
cell/mm3 dengan hematokrit senilai 42,9%. Adanya kebocoran plasma belum dapat
ditentukan karena hematokrit normal pasien tidak diketahui dan belum ada tanda
kebocoran lain seperti ascites dan efusi pleura. Untuk itu pasien ini didiagnosis kerja
sebagai Dengue without Warning Sign
Pasien dengan demam dengue tanpa syok namun terdapat warning sign
seharusnya diberikan terapi cairan sesuai protokol B pada tinjauan pustaka. Terapi di
IGD sudah sesuai dengan protokol B.
Setelah dilakukan terapi cairan dari UGD pasien dimonitoring nilai Hb,
hematokrit, dan trombositnya. Untuk itu penegakan diagnosis meenggunakan
perbandingan nilai hematokrit sebelum dan sesudah resusitasi. Setelah pemberian
cairan, hematokrit pasien naik menjadi 44,9%. Peningkatan ini sebesar 4,5%, tidak
mencapai 20%, dan tidak terdapat tanda kebocoran plasma. namun pasien tetap
disuspek diagnosis DHF. Berdasarkan SEARO-WHO 2011, peningkatan hematokrit
10-20% harus tetap dicurigai sebagai DHF karena bisa jadi saat itu pasien masih dalam
tahap DHF fase febris yang hanya dalam hitungan jam dapat menjadi DHF fase kritis
dengan peningkatan hematokrit > 20%. Tidak adanya perdarahan spontan sebagai
komplikasi dengan trombosit <100.000 cell/mm3 (91.000 cell/mm3)) , maka pasien
disuspek diagnosis DHF grade I.
Sesuai protokol B pasien mengalami penurunan hematokrit yang cukup
signifkan setelah terapi cairan, untuk itu diruangan pasien diberikan lanjutan terapi
rumatan sesuai rumus holliday segar yaitu kristaloid 2500ml/hari selama 24-48 jam.
jika pasien mengalami tanda perbaikan, maka dilanjutkan terapi cairan melalui oral.
Selain terapi cairan, terapi simtomatis juga diperlukan. Pasien diberikan injeksi
ranitidin 2x50mg IV untuk mengurangi nyeri lambung yang menyebabkan mual
sebagai gejala demam dengue. Selain itu diberikan terapi paracetamol 3x500mg untuk
menurunkan panas.
pada tanggal 6 Desember 2018 pasien dapat keluar rumah sakit (rawat inap
hari ke 3) dengan pertimbangan nilai trombosit semakin meningkat (terakhir 112.000
cell/mm3), manifestasi perdarahan telah berhenti, dan fase kritis demam dengue telah
terlewati.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Telah dilaporkan kasus pasien laki-laki, 38 tahun, dengan keluhan utama
demam 4 hari terus menerus SMRS dan gejala lain sesuai kriteria dari penegakan
diagnosis kerja Demam Berdarah Dengue Grade 1 atau Dengue Fever Without
Warning Sign. Pasien mendapatkan terapi cairan sesuai dengan pedoman
tatalaksana terbaru dari WHO. Pasien telah menerima penanganan yang tepat dan
adekuat dari rumah sakit. Pasien mengalami kemajuan yang baik dan dapat KRS
pada hari ke 3 rawat inap.

5.2 Saran
Diharapkan tenaga medis selalu memperbaharui pemahaman mengenai
diagnosis, dan penatalaksanaan demam berdarah dengue secara tepat dan adekuat
untuk pengobatan yang optimal karena pedoman penatalaksaan dengue selalu
berkembang dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Health Departement of Philippines, 2012. Revised Dengue Clinical Case Guidelines


2011. Philippines: Department of Health.
Suhendro et al, 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Tropic Infection. PAPDI
Raihan et al, 2010. Faktor Prognosis Terjadinya Syok pada Demam Berdarah Dengue.
Sari Pediatri, Vol. 12, No.1, Juni 2010.
Setiati et al, 2006. Changing Epidemiology of Dengue Haemorrhagic fever in
Indonesia. Dengue Buletin. Volume 30-2006.
The Institute of Child health, 2011. Guidelines on Management of Dengue Fever and
Dengue Haemorrhagic Fever in Children and Adolescent. Pakistan: p2-20.
WHO, 2011. Comprehensive and Guidelines for Prevention and Control of Dengue
and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO Regional Office of South-East Asia.
WHO, 2011. Guidelines for Treatment of Dengue Fever or Debgue Haemorrhagic
Fever in Small Hospitals. Regional Office for South-East Asia: New Delhi.

Anda mungkin juga menyukai