Anda di halaman 1dari 25

BAB I

TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN

A. Keimanan dan Ketakwaan


1. Pengertian Iman
Iman berasal dari bahasa arab, yang berakar dari kata: amana yu’minu imanan
atau amana ya’manu amnan yang artinya: percaya atau yakin, yang dalam bahasa
inggris disebut believe. Dengan demikian beriman kepada tuhan yang maha esa
itu berarti mempercayai tuhan yang maha esa itu dinamakan: mu’min (orang yang
mempercayai atau menyakini) atau disebut orang beriman.
Bahwasanya yang dimaksud dengan keimanan kepada tuhan yang maha esa
adalah keimanan kepada Allah Swt, yang harus dijaga dan dipeelihara oleh diri
kita sebagai seorang mu’min.
2. Sifat-sifat orang beriman
Didalam alqur’an banyak sekali disebut tentang sifat-sifat orang yang beriman
kepada Allah Swt, antara lain: Dia suka menolong, senang berbuat kebaikan, tidak
suka melakukan perbuatan yang jahat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, taat
kepada Allah dan rasul-Nya.
Selain daripada itu orang beriman mempunyai sifat kepekaan hati, mereka
juga selalu menepati janji dan memelihara amanah-amanah yang diberikan,
dipercayakan dan dibebankan oleh mereka. Orang yang beriman juga akan selalu
terpanggil jiwanya untuk melaksanakan jihat di jalan Allah.
3. Tugas-tugas orang yang beriman
Orang yang beriman adalah orang yang memiliki pemikiran, orang beriman
hidupnya akan selalu optimis dengan tugas-tugas yang mereka lakukan didalam
hidup ini.
B. KETAQWAAN
1. Pengertian Taqwaa
Menurut harfiah, taqwa beraarti: hati-hati, ingat, mawas diri dan waspada.
Kata taqwa tidak dapat diartikan sama dengan ‘takut’, karna sifat takut itu lebih
banyak bercampur dengan rasa benci.
Sedangkan dalam pengertian umum, taqwa ialah sifat mental orang-orang
mu’min dan kepatuhannya dalam melaksanakan perintah-perintah Allah swt, serta
menjauhi larangan-larangan-Nya atas dasar kecintaannya semata.
2. Perintah bertaqwa
Perintah bertaqwa merupakan refleksi kewajiban kita sebagai manusia yang
telah menyakini (beriman) akan keberadaan Allah swt.
Manusia yang mampu menjalankan semua apa yang menjadi perintah-Nya dan
mampu meninggalkan apa yang menjadi larangan-Nya, dia akan menjadi manusia
yang mulia.
3. Kriteria orang yang bertaqwa
Untuk memahami taqwa dengan sebaik-baiknya, sudah barang tentu al-qur’an
lah sebagai penuntut bagi kita dalam memberikan penjelasan dan keterangan
kepada kita.
Berdasarkan Q.S. Al-baqoroh 1-5 dapat dipahami bahwa taqwa itu terdapat
pada :
A. Mereka yang beriman kepada yang ghaib seperti adanya Allah, malaikat
dan hari akhir.
B. Mereka yang melaksanakan pokok-pokok ibadah (terutama shalat, zakat,
dan berinfaq, membelanjakan hartanya dijalan Allah).
C. Iman kepada kitab-kitab Allah.
D. Iman kepada hari akhir/kiamat.
4. Balasan bagi orang yang bertaqwa
Allah akan memberi balasan kepadanya dengan :
a. Dimudahkan jalan keluar dari berbagai macam kesulitan.
b. Diberikan rizki yang tidak disangka-sangka datangnya.
c. Diberikan keberkahan dari langit dan bumi.
d. Mereka tidak pernah merasa takut khawatir dan sedih.
e. Mereka akan dihapuskaan segala dosa dan kesalahannya dengan
memperoleh pahala.
f. Kelak mereka diakhirat akan memperoleh kenikmatan surga disisi tuhan-
Nya.
BAB II

KEDUDUKAN MANUSIA

Manusia adalah mahluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna, manusia
juga makhluk sosial, karena perlu bantuan oran lain. Mrujuk pada asal kata al-insan
dapat kita pahami bahwa manusia pada dasarnya memilliki potensu yang positif untuk
tubuh serta berkembang secara fisik maupun mental spiritual.

Kata al-Nas dalam Al-Qur’an umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia


sebagai makhluk sosial. Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang
berawal dari pasangan laki-laki dang wanita kemudian berkembang menjadi suku dan
bangsa untuk saling kenal mengenal “berinterksi”. Manusia juga merupakan agen
social yang bisa mempengaruhi atau bahkan dibenntuk oleh masyarakat dan
kebudayaan di mana ia berada dalam konteks sosial, dengan demikian kata al-Nas
merujuk bahwa manusia adalah sebagai makhluk sosial.

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna sehingga diberikan


kepercayaan oleh Allah swt untuk menjadi wakil Allah Swt di bumi. Dalam surat al-
Baqarah, ayat 30 menjelaskan bahwa Allah swt menciptakan manusia adalah untuk
dijadikan khalifah di muka bumi. Di samping manusia sebagai khalifah di muka bumi,
tentunya manusia adalah makhluk Allah yang tugas utamanya adalah selalu beribadah
kepada Allah.

Dengan demikian kedudukan manusia dihadapan Allah swt jelas adanya, yaitu
manusia sebagai abdullah (hambah Allah) yang tugas utamanya adalah hanya
beribadah kepada allah swt, dan manusian sebagai khalifatullah (wakil allah di bumi,
atau pemimpin di bumi) yang tugasnya adalah untuk memakmurkan bumi.
A. Hakikat manusia
Dalam pembahasan tentang hakikat manusia, diperoleh beberapa konsep.
konsep yang pertama, konsep materiallistis lebih cenderung pada pendapat bahwa
manusia hanya memiliki satu unsur, yakni jasad. Konsep yang kedua intelektualistik
yang menngakui bahwa manusia memiliki dua unsur, yakni jasad dan ruh. Ruh yang
dimaksud adalah daya berfikir, sedangkan daya rasa adalah hati nurani.

Dalam islam terciptanya manusia disebabkan karena adanya sari pati yang
berasal dari tanah, berupa air mani, kemudian terjadinya pertemuan antar sel telur
dengan air mani, dan padda usia kandungan empat bulan Allah meniup ruh kedalam
diri manusia.

B. Martabat Manusia
Martabat adalah harga diri manusia. Harga diri mansia akan didapatkan oleh
dirinya, kalau dirinya mampu menghargai dirinya sendiri dengan selalu \menampilkan
dirinya sebagai seorang yang bertanggung jawab baik itu sebagai abdullah dan
khalifatullah.
Manusia adalah makhluk allah yang terhormat dan fungsional. Pda diri mausia
dapat dilihat adanya lima dimensi kemanusiaan, yaitu :
1. Demensi kefitrahan
2. Demensi keindividualan
3. Dimensi kesosialan
4. Dimesi kesusilaan
5. Dimensi keberagaman.

Jadi martabat manusia akan didapatkan oleh dirinya kalau manusia mampu
menjadikan dirinya sebagai makhluk yang paripurna atau insan kamil.
C. Tanggung jawab manusia
Konsistensi yang di lakukan oleh manusia pastinya akan di pertanggung
jawabkan baik itu di hadapan manusia ketika di dunia, terlebih lagi pertanggung
jawaban yang tidak akan pernah luput adalah ketika di akhirat nanti manusia akan
mempertanggung jawabkan segala apa yang di lakukannya dihadapan allah swt. Oleh
karena itu agar manusia bisa mempertanggung jawabkan segala yang dilakukannya,
maka dalam kehidupannya manusia harus mampu menjadikan dirinya itu sebagai
abdullah ataupun khalifatullah. Yaitu dengan cara menjalankan segala kewajibannya
baik itu terhadap sesama manusia, terhadap makhluk allah yang lainnya, dan terhadap
allah swt.
Adapun tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan manusia adalah
sebagai berikut :
a. Tanggung jawab dalam hidup didunia.
b. Tanggung jawab terhadap harta.
c. Tanggung jawab terhadap keluarga
d. Tanggung jawab untuk setiap amal
BAB III

HUKUM

A. Sejarah perkembangan hukkum islam


Hukum islam menurut asjmuni abdurahman, adalah merupakan seperangkat
peraturan yang ditetapkan berdasarkan wahyu allah dan sunah rasul sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Islam sejak di madinah selain merupakan agama adalah juga
merupakan sebuah negara, dan sebagai negara tentunya harus mempunyai lembaga
hukum untuk mengatur kemasyarakatan warganya. Hukum yang dipakai dalam islam
berdasar pada wahyu, dan memang jika kita perhatikan, ayat-ayat al-qur’an yang
mengatur tentang persoalan hidup bermasyarakat memang mulai diturunkan di
madinah. Dengan ayat yang berjumlah kecil dan hanya membawah pedoman dasar
tanpa perincian maka ayat ahkam dapat diinterpretasikan perincian dan
pelaksanaannya sesuai dengan perkembangan zaman. Dari sinilah kemudian hukum
dalam islam dapat berkembang.
Adapun mengenai perkembangan hukum itu sendiri Harun Nasution
mengungkapkan, pada prosesnya dapat terbagi kedalam 4 periode, yakni :
1. Periode Nabi
Di periode nabi, karena segala persoalan dikembalikan kepada nabi
untuk menyeleseikannya, maka nabilah yang menjadi satu-satunya sumber
hukum.
2. Periode Sahabat
Periode sahabat, daerah yang dikuasai islam bertambah luas dan
termasuk didalamnya daerah-daerah di luar jazirah arab yang telah
mempunyai kebudayaan tinggi dan susunan masyarakat yang lebih maju
jika dibandingkan dengan masyarakat arab padda waktu itu.
3. Periode Ijtihad
Periode ijtihad bersama dengan masa kemajuan islam (700-1000 M),
periode ini disebut juga dengan periode pengumpulan hadits.
4. Periode Taqlid
Setelah periode ijtihad, datanglah periode taqlid dan penutupan pintu
ijtihad, datangnya periode ini berssamaan dengan masa kemunduran dalam
sejarah kebudayaan islam.

B. Hukum islam dalam perspektif muhammadiyah


Bagi muhammadiyah, sumber hukum islam adalah Al-qur’an dan Al-Haddits,
sedangkan ijma’, qiyas, istihsan,mashlahah mursalah, dan lain-lain adalah berbagai
bentuk metode ijtihad, begitu juga dengan upaya tarjih. Sebagai organisasi
keagamaan, muhammadiyah melalui lembaga tarjih muhammadiyah menetapkan
hukum di bidang ibadah dan mu’amalah menggunakan cara-cara istinbath hukum
tersendiri yang khas yang di sebut manhaj tarjih muhammadiyah. Tarjih adalah suatu
metode atau cara untuk menyelesaikan dua atau lebih dalil yang saling berbeda atau
bertentangan. Muhammadiyah sebagai persyarikatan memiliki tujuan menegakkan
dan menjunjung tinggi agama islam, sehingga terwujud masyarakat utama tersebut,
adil dan makmur diridhai Allah SWT.. untuk mencapai tujuan tersebut,
muhammadiyah melaksanakan dakwah dan tajdid, dengan usaha-usaha antara lain
mempergiat dan memperdalam penyelidikan agama islam yang benar dan murni.
Muhammadiyah ( melalui lembaga majelis atau lajnah tarjihnya) dalam soal-soal yang
menyangkut ibadah dan mu’amalah bersumber kepada Al-Qur’an dan AS-Sunnah.

Mengenai masalah-masalah yang tidak ada nashnya,

Sedangkan terhadapnya diperlukan ketentuan hukumnya dalam masyarakat.


dalam hal semacam ini lembaga tarjih muhammadiyah berusaha mengeluarkan
hukum atau menetapkan dengan jalan ijtihad dengan berpedoman kepada prinsip-
prinsip ajaran islam, seperti prinsip kemaslahatan dan menolak kemafsadatan.
Memperhatikan uraian di atas, yaitu pandangan muhammadiyah dalam bidang hukum
islam, baik dalam bidang ibadah mu’amalah, ada segi-segi prinsip yang berbeda di
antara keduannya, di mana dalam hal ibadah pandangan muhammadiyah terlihat kaku
dan tegas, dengan tidak berpegang kepada Al-Qur’an dan petunjuk Rasul-nya. Jalan
satu-satunya berpeganglah kepada madzhab yang satu, yaitu madzhab rasulullah
muhammadiyah saw. Kelenturan muhammadiyah dalam memahami persoalan
mu’amalah, dikarenakan masalah mu’amalah terus berkembang sepanjang
perkembangan waktu, tempat atau zaman itu sendiri.
BAB IV
AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL

A. AGAMA
M. Natsir (1969) menyatakan : “....telah diakui para sarjana, bahwa agama
adalah hal yang disebut sebagai “problem of ultimate conern’’, suatu problema
yang mengenai kepentingan mutlak, yang berarti jika seseorang membicarakan
soal agamanya, maka ia tidak dapat tawar menawar......
Pertama : karena perjalanan pengalaman agama itu adalah soal batini dan
subyektif, yang juga individualistis.
Kedua : barangkali tak ada orang yang berbicara begitu bersemangat dan
emosional daripada membicarakan agama.
Ketiga : konsep tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang
memberikan pengertian agama itu.
Majelis tarjih muhammdiyah (2010), agama adalah apa yang disyariatkan allah
dengan peranteraan Nabi-nabinnya, jadi agama adalah perturan allah yang
disampaikan kepada manusia lewat rasul-rasulNya, untuk mengatur hidup
manusia, agar mencapai kesejahteraan serta kebahagian dan di akhirat kelak.
B. Agama sebagai sumber moral
Agamalah yang memberi isi moral suatu masyarakat, menilai ses
uatu itu buruk atau baik, etis atau tidak etis, salah atau benar. Dengan demikian,
moral adalah agama.
Dalam kaitannya dengan moral, maka agama berfungsi :
1. Mendidik manusia
2. Membentuk manusia menjadi berani berjuang
3. Mencetak manusia menjadi sadar
4. Memberi sugesti manusia
Buaya Hamka dalam Filsafat Hidup (CET.VII) menegaskan bahwa fungsi dan
peran agama itu ibarat “tali kekang” , yaitu :

 tali kekang dari pengumbaraan akal pikiran (yang liar/binal)


 tali kekang dari gejolak hawa nafsu (yang angkara murka)
 tali kekang dari ucap peran agama perilaku (yang keji dan biadab)

C. Akhlak mulia dalam kehidupan


Secara etimologis akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jemak dari khuluq yang
berarti budi pekerti, perangi tingkah laku atau tabiat. Berakhir dari kata khalaqa
(menciptakan) , seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan)
dan khalq (penciptaan). Dari pengertian etimologis di atas, akhlak bukan saja
merupakan tata aturan atau normal perilaku yang mengatur hubungan antar
sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia
dengan tuhan.

1. Imam ghojali : “ akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah,tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
2. Ibrahim anis : “ akhlah adalah sifat yang tertanam dengan jiwa yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan , baik atau buruk, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”
3. Abdul karim zaidan : “ akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam
pada dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbagannya seseorang dapat
menilai paerbuatannya baik atau buruk, untuk kemuudian memilih melakukan
atau meninggalkan”.

Ketiga definisi yang dikutip di atas sepakat menyatakan bahwa ahklak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, serta persamaan antara akhlak, etika dan
norma adalah sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan
manusia. Akhlak standarnya adalah al-Qur’an dan sunnah, sedang etika
standarnya adalah pertimbangan akal pikiran dan moral standarnya adat keiasaan
yang umum berlaku di masyaraka.
D. Sumber akhlak
yang dimaksud dengan sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan
buruk atau mulia dan tercela. Karena fitrah itula manusia mencintai kesucian dan
selalu cenderung kepada kebenaran. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin
dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, fitrah hanyalah merupakan
potensi dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Betapa banyak manusia
yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat
kebeneran.
Demikian juga halnya dengan akal pikiran, iya hanya salah satu kekuatan yang
dimiliki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Keputusannya bermula
dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengatahuan, oleh
karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat spekulatif dan subyetif .
Pertimbanggan masyarakat juga tidak bisa dijadikan sumber untuk
menentukan baik atau buruk, karena pandangan masyarakat sangat realif
tergantung sejauh mana hatu nurani masyarakat dan kebrsihan pikiran mereka
dapat terjaga. Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertutup dan akal pikiran
mereka sudah terkotori oleh sikap dan prilaku yang tidak terpuji. Tentu tidak bisa
dijadikan ukuran.
Bab V

IMAN DAN IPTEK

A. Iman
pengertian iman dari bahasa arab dalam bentuk masdar atau kata kerja : amana
– yu’minu – imanan, yang artinya percaya, percaya, setia, aman. Sedangkan menurut
istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati (tasdiq), mengucapkan
dengan lisan (taqrir) dan mengamalkan dengan tindakan (af’al). Dengan demikian,
pengertian iman kepada allah adalah membenarkan dan menyakini dengan hati bahwa
allah itu benar-benar ada (maujud) dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-
nya dan bersih dari sifat kekurangan (maushufun bijami’is shifatil kamal wa
munahjatun an jami’sifatin nuqshan), jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin
(orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi unsur keimanan. Beriman kepada
allah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Iman merupakan
sumber motivasi dan energi dalam gerak dan langkah manusia yang berupa amal
shalih akhlak mulia. Dalam agama islam di tegaskan bahwa perbuatan tanpa dilandasi
dengan iman, laksana fatamurgana di gurun pasir pada siang hari dan panas terik, hal
ini, karena iman kepada allah swt tidak cukup hanya dengan pengakuan dengan lisan,
tetapi harus dengan ucapan dan perbuatan :
keimanan seseorang kadang-kadang bertambah dan kadang-kadang berkurang
(yazidu wa yanqus), jika volume ibadah meningkatkan akan sering dengan
peningkatan keimanan. Tetapi sebaliknya, jika volume ibadah menurun dan sering
dengan banyak berbuat maksiat, maka keimanan akan berkurang. Iman yang disertai
denga amal shalih adalah merupakan bukti autentik keimanan seseorang. Iman
merupakan kunci pokok dalam membentuk keislaman seseorang, iman tidak ada
artinya tanpa amal shaleh tidak akan sia-sia jika tidak dilandasi iman.
B. IPTEK
sejarah telah mencatat tentang prestasi umat islam dalam berbagai kemampuan
yang sangat tinggi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Di dalam al-
qur’an terdapat sejumlah ayat-ayat yang memberikan inspirasi untuk melakukan
penelitian dan pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)’ antar lain :
 Berkaitan dengan falak.
 Berkaitan dengan bintang-bintang.

Kalau kita memperhatikan asal penciptaan umat manusia, yaitu dari air yang
sangat hina (sperma ayah dan ibu).

C. Kewajiban mencari ilmu dan beramal

ilmu berasal dari kata ilm yang berarti pengetahuan, merupakan lawan kata
dari jahlu yang berarti ketidak tahuan atau bodoh. Kata ilmu biasa disepadankan
dengan arab lainnya.
dari sisi eksitensinya pengetahuan ada dua jenis :
1. Pengetahuan biasa.
2. Pengetahuan ilmiah.

Dari sisi menuntut ilmu ada yang berpendapat bahwa ilmu terdiri dari dua
yaitu :

1. Ilmu hal.
2. Ilmul goir hal.

Dari beberapa ayat dan hadits di atas dapat di pahami bahwa yang berwajib
adalah al-qur’an, al-hadits dan juga (diantaranya) ilmu faraid yaitu ilmu tentang
tata cara membagi harta warisan. Al-qur’an dan al-hadits, merupakan sumber
hukum agama islam dan bahkan merupakan sumber ilmu ilmu yang lainnya.
Berkaitan dengan ilmu faraid hukumnya fardhu kifayah. Barang siapa yang
menghendaki dunia harus berilmu, barang siapa yang harus menghendaki akhirat
juga denggan ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki keduannya harus
berilmu,demikian sabda rasul. Ayat tersebut di atas bahwa orang yang berilmu
harus beramal, yang penting diperhatikan dalam mencari ilmu adalah isti’anah,
memohon pertolongan kepada allah. Orang yang berilmu harus bermanfaat bagi
dirinnya maupun bagi orang lain.menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim,
dengan demikian, maka dapat kita simpulkan bahwa mencari ilmu terutama ilmu
agama adalah wajib bagi seorang untuk di pelajari. Ilmu harus menjadi jembatan
untuk lebih mengenal allah dan beribadah kepada allah.

D. Tanggung jawab ilmuwan


Dunia ilmu pengetahuan ialah dunia fakta, dunia ilmu pengetahuan adalah
dunia obyektif, universal, rasional sedangkan life world adalah dunia sehari-hari yang
subjektif, praktis dan situasional. Ilmu pengetahuan menawarkan cara kerja rasional.
Dampak ilmu pengetahuan terhadap life world masyarakat dapat diklasifikasikan
kedalam dua kategori. Yang dampak pertama intelektual langsung, dan yang kedua
dampak tidak langsung melalui mediasi teknik-teknik ilmiah, oleh karena itu
tanggung jawab utama ilmuan terhadap dirinnya sendiri, sesama ilmuwan dan
masyarakat ialah menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataan-pernyataan ilmiah
yang dibuat dan dapat dianut oleh sesama ilmuwan lainnya. Tanggung jawab ilmiah
seperti ini adalah tanggung jawab masyarakat ilmiyah yang lazim dan sudah berlaku
turun-temurun. Dan tidak boleh mengambil keputusan berdasarkan perasaan karena
pengembangan ilmu mustahil banyak bakat-bakat terpendam telah salah di arahkan
ketika lulus dari sekolah dasar dan tidak muncul di permukaan sebagai kaum yang
cerdik pandai. Kita dapat menegaskan kembali bahwa tujuan sains adalah menemukan
pengetahuan yang benar mengenai berbagai keadaan alam semesta. Maka kewajiban
batiniah seorang ilmuwan .
BAB VI

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAM

A. Pluralitas beragam
Tradisi agama menurut M.Amin Abdullah (2005), telah mendarah daging
dalam sejarah manusia. Menafikan keberadaan dan keberagaman tradisi-tradisi agama
dimuka bumi, merupakan pekerjaan sia-sia. Eropa dan amerika dengan tradisi kristen,
timur tengah dengan tradisi islam, cina dengan tradisi konfusianisme, thailand dengan
budhisme, india dengan tradisi hinduisme dan masih banyak lagi tradisi keagamaan
lain. Dalam seiap wilayah tradisi besar (high tradition) , harus dilihat pula tradisi kecil
(low tradition) yang menyertainnya. Di lingkungan sunni indonesia, masih terdapat
pula bermacam-macam organisasi yang di jadikan wadah untuk mengekspresikan diri
dan menyampaikan aspirasi kelompok mereka. Ada yang bertarap nasional seperti :
Muhammdiyah, NU, dan Persis. Dengan demikian maka pluralisme beragam bukan
hanya terjadi antara para pemeluk agama yang berbeda, melainkan terjadi juga antara
pemeluk satu agama.

B. Agama merupakan rahmat tuhan bagi semua


Pluralitas atau kemajemukan umat manusia dalam berpikir, berpendapat dan
memilih keyakinan dalam beragam, adalah realitas yang harus kita terima bersama,
al-qur’an sangat menghormati kebebasan seseorang untuk menggunakan nalar dan
hatinnya untuk menentukan pilihan dalam beragama, betapapun al-qur’an
menegaskan beragama itu tidak boleh dipaksa, setiap orang dipersilahkan secara
bebas menentukan agama apa yang mau di peluknya (pluralis) namun berarti semua
agama itu sama (pluralisme), setiap umat dipersilahkan untuk menyakini bahwa
agamanya itu demi memberikan sebesar-besarnya kemanfaatan bagi semua manusia.
Seluruh ajaran islam, baik aspek akidah, syariah maupun ahklak bersifat universal.
Bahkan ajaran islam menaungi dan menjamin kesejahteraan manusia yang non
muslim, bla ajaran islam dilaksanakan dengan sebenar-benarnya.sinkronitas dan
integritas dari ketiga aspek tersebut, terlihat dalam universalisme dan universalitas
islam dengan missinya sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia.
C. Agama merupakan rahmat tuhan bagi semua
Pluralisme menurutnya adalah sebyuah aturan tuhan (sunnahtullah), yang
tidak akan berubah. Islam adalah agama yanga kitab sucinnya dengan tegas mengakui
keberadaan agama lain –kecuali yang berdasarkan paganisme dan syirik –untuk
hidup dan menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan. Ada dua
komitmen penting yang harus dipegang oleh para pelaku dialog yang digarisbawahi
oleh para ahli, yaitu toleransi dan pluralisme.

D. Dimensi baru kedatangan islam


Islam merupakan agama yang di turunkan allah untuk seluruh umat manusia
yang dibawa oleh para nabi sejak sejak nabi Adam a.s sampai nabi M uhammad saw.
Kehadirannya telah memberikan dimensi baru terhadap agama-agama lain. Pertama,
agama itu tidak lagi harus diterima sebagai dogma, yang harus diterima apabila orang
ingin selamat dari siksa yang selama-lamannya. Kedua, ajaran islam tidak hanya
terbatas pada kehidupan setelah mati atau hanya mengatur kehidupan duniawi,
melainkan keduannya secara integral dan seimbang harus menjadi fokus dan perhatian
hidup manusia di dunia. Dalam lintasan sejarah manusia, islam telah berhasil
menegakkan persaudaraan antar umat manusia. Tranformasi yang dibawa agama
islam didunia ini merupakan tugas lain yang tidak kalah pentingnnya dibandingkan
dengan tugas menegakkan usaha-usaha persaudaraan. Islam bukan hanya hadir
sebagai kekuatan besar yang membawa peradaban baru, melainkan juga sanggup
memberikan penyelesaian terhadap masalah-masalah yang menimpa dunia. Agama lin
telah gagal untuk menghilangkan prasangka ras dan warn kulit. Isalm adalah satu-
satunnya kekuatan yang telah berhasil menghilangkan bencana yang ditimbulkan oleh
hal itu. Dengan zakat, infaq dan shodaqoh, islam islam telah memecahkan masalah
pengakuan atas hak milik seseorang dan sekaligus mendekatkan jurang perbedaan
dalam penguasaan harta kekayaan.
E. Agama dan peradaban umat manusia
Degan sejarah peradaban umat manusia, orang akan tahu bahwa agama
merupakan kekuatan yang pokok dalam perkembangan umat manusia dewasa ini.
Dengan perantaraan ajaran para nabi, manusia sanggup melawan wataknya yang
rendah dan memancangkan di hadapannya cita-cita yang mulia, yakni sifat yang tidak
mementingkan diri sendiri dan kemauan berbakti kepada manusiaan. Perkembangan
moral dan etika manusia hingga sekarang, bila dicari sumbernya, adalah agama. Dapat
dibayangkan andai kehidupan manusia berkembang tanpa tuntunan moral yang
bersumber dari agama dan tanpa kepercayaan kepada tuhan, niscaya yang akan
muncul manusia-manusia dengan moral dan etika yang mementingkan diri sendiri,
karena pembagian kekayaan yang meruakan ajaran agama, seperti zakat, infaq,
shodaqoh, tidak akan memberikan inspirasi dan getaran kepada umat manusia yang
hidup tanpa kepercayaan kepada tuhan (kafir). Selain itu persatuan dan keutuan
manusia sebagai unsur penting dalam membangun kebudayaan adalah berkat
dorongan agama pula. Sebab cinta, simpati,empati, berlaku baik terhadap sesama
manusia adalah ajaran setiap agama.

F. Islam menyatukan bangsa-bangsa


Tiga belas abad yang lalu, islamlah yang membantu suatu peradaban yang
dasar-dasarnya telah rapuh dan islam pula yang meletakkan dasar baru dan
menegakkan kultur dan etika baru. Ide tentang persatuan kemanusiaan yang
diprkenalkan oleh islam, bukan hanya ide tentang kesatuan bangsa didunia ini, suatu
ide yang begitu kuat yang menjadikan bangsa-bangsa dapat menjadi saatu, yang
semula semula bertengkar dan saling membenci antara satu bangsa dengan bangsa
yang lain, yang bukan hanya terjadi di arab, tetapi diantara suku-suku bangsa yang
satu sama lain saling berperang. Memang, islam ternyata bukan hanya merupakan
kekuatan pemersatu yang paling besar, tetapi satu-satunnya kekuatan yang
menyatukan. Islam telah berhasil menyatukan banyak tugas ras dan menghorniskan
berbagai element yang berbeda dari umat manusia. kehidupan beragama salah satu
diantara sekian banyak sektor yang harus mendapatkan perhatian besar bagi bangsa
dibandingkan dengan sektor kehidupan yang lain.
BAB VII

MASYARAKAT

A. Masyarakat beradab dan sejahtera

Langkah terpenting dalam mewujudakn masyarakat beradab dan sejahtera atau


masyarakat islam yang sebenar-benarnya dr. H. Agus sukaca, M.Kes (ketua majelis
tablig pp muhammadiyah) menjelaskan bahwa untuk terwujudnya masyarakat islam
yang sebenar benarnya atau masyarakat tauhid adalah visi jangka panjang
muhammadiyah yang tidak terbatas waktu. Visi adalah gambaran masa depan yang
akan diwujudkan yang sekarang blum ada. Masyarakat islam yang sebenar-benarnya
adalah merupakan rahmat allah bagi seluruh alam, yang akan menjamin sepenuhnya
keadilan,persamaan,keamanan,keselamatan, dan kebebesan bagi anggotannya.
Masyarakat islam yang sebenar-benarnya secara sederhana, dengan ciri :

Bertauhid murni, berahklak mulia, taat berada sesuai tuntunan rasullah, dan
bermu’amalat menurut ajaran islam.

Mewujudkan pribadi muslim yang sebenar-benarnya memerlukan pembina yang


tersistem, intensif dan jangka panjang. Dengan demikian, pola pembinaaan menjadi
sederhana : ajak ikut pengajian atau khursus agama, hidup berjama’ah, membaca
bacaan positif dan dengarkan kaset/rekaman, ikut perkaderan dan pelatihan
muballigh, maka mereka akan berlari menuju pribadi muslim yang sebenar-benar’a.
Adapun pemikiran djarnawi hadikusuma tentang masyarakat utama mulanya, adalah
dengan maksud menghidupkan kembali ajaran islam sesuai dengan apa yang di
ajarkan dan dicontohkan oleh rasullah sa, serta mengikuti jejaknya di dalam beramal
dan berjuang dalam menegakkan kalimat allah swt.
Pembentukan masyarakat utama

Kalimat “masyarakat utama” pertama kali muncul dalam perubahan rumusan maksud
dan tujuan dalam anggaran dasar persyarikatan pada muktamar muhammadiyah ke-41 di
solo, sejak lahir hingga muktamar yang terakhr memiliki bebersps rumusan tujuan yang
dicita-citakannya. Namun satu hal yang tetap harus digarisbawahi yaitu kendati redaksi dari
maksud dan tujuan itu berubah-ubah, tetapi intinya tetap sama yakni “baldatun thoyibattun
wa rabbun ghafur” . semenjak muktamar ke-41 tersebut, apa yang dimaksud dengan
“masyarakat utama” belum pernah dijabarkan secara inci.

Pandangan djarnawi hadikusuma

Menurut djarnawi, yang dimaksud dengan “masyarakat utama” adalah masyarakat


islam yang sebenar-benarnya sama dengan rumusan sebelmnya.

Sendi masyarakat utama

Dalam membentuk masyarakat utama, manusia harus memperhatikan masalah


keimanan. Karena iman yang mantap senantiasa mendorong orang untuk hidup menurut
ajaran islam dalam segala sendi kehidupannya di dunia ini.

Kewajiban terhadap masyarakat

Yang dimaksud masyarakat disini adalah kesatuan dalam likungan desa atau
kampung, besar atau kecil dimana seseorang bertempat tinggal. Adapun kewajiban yang
harus dilakukan dalam masyarakat adalah;

A. Merasa bertanggung jawab atas baik buruknya masyarakat.


B. Menjaga dan berusaha agar tiap anggotannya masyarakat memiliki nilai guna dan
harus berintregasi dalm masyarakatnya.
C. Menyediakan diri sewaktu-waktu diperlukan dalam kegitan-kegiatan
kemasyarakatanya.
D. Memakmurkan mesjid, mushallah dan pengajian.
E. Menaruh perhatian pada adanya alat-alat kesejahteraan dan pertolongan.
Masyarakat sendiri menurut djarnawi berrtingkat-tingkat, diantaraanya :

1. Masyarakat keluarga
Dalam masyarakat keluarga harus harus lahir jalinan hubungan antar
sesama anggota keluarga yang dinamakan hubungan kerumahtanggaan.
2. Masyarakat lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan in adalah tetangga sekurang-
kurangnya 40 rumah.

Hubungan manusia dengan sesamanya dalam masyarakat

Karena masyarakat dilahirkan oleh individu-individu yang berlainan ahklaq dan


pandangannya, sehingga sifat masyarakat ditentukan oleh hubungan sesama individu iyu.
Dan hubungan antar individu itu ditentukan oleh pandangan hidup masing-masing. Oleh
karena itu adat istiadat, undang-undang dan beragama bermaksud mengatur hubungan itu.
Dalam ajaran islam dinamakan istilah, artinnya saling memperbaiki atas dasar
persaudaraan, bila semua ini terwujud dengan baik dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab, maka demikianlah gambaran baldatun thayibattun wa rabbun ghafur atau
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai oleh allah swt mennurut djarnawi
hadikusuma.

B. Peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat


Peran beragama dalam mewujudkan masyarakat yang beradab dan sejahtera
indonesia adalah negara yang didasarkan pada ketuhanan yang maha esa. Agama yang
diakui oleh negara islam, kristen, (khatolik dan protestan), hindu, budha, dan kong hu
cu. Dengan demikian, maka warga begara indonesia harus memeluk satu agama
diantara agama-agama tersebut. Umat beragama adalah kumpulan atau kelompok
warga negara indonesia dari pemeluk masing-masing agama. Tentu perannya itu
tidaklah sama kontribusi pada seiap umat beragama, namun dengan
mengesampingkan tingkat kontribusi tersebut kita harus dapat menerima bahwa
masing-masing umat beragama telah memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan bangsa ini.

C. Hak asasi manusia dan demokrasi


Hak asasi manusia (HAM) adalah wewenang manusia yang bersifat dasar
sebagai manusia untuk mengerjakan, meninggalkan, memiliki, mempergunakan atau
menuntut sesuatu baik yang bersifat materi maupun immateri. Beberapa ayat suci al-
qur’an banyak mengonfirmasi mengenai hak-hak tersebut ; hak kebebasan, hak
mendapatkan keadilan, hak mendapatkan keamanan, dll. Sama halnya dengan hak

asasi manusia, demokrasi yang berarti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakya, secara historis telah ada sejak zaman yunani kuno sebagai partisipasi
rakyat dalam setiap keputusan-keputusan publik. Melalui sejarah yang panjang,
sekarang demokrasi dipandang sebagai sistem pemerintahan terbaik yang harus dianut
oleh semua negara untuk kebaikan negara untuk kebaikan yang direalisasikan melalui
hak asasi manusia. Hak asasi manusia hanya bisa diwujudkan dalam suatu sistem
yang demokrasi dimana semua warga memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi
dalam penyelanggaran berbangsa dan bernegaraan.
BAB VIII

BUDAYA

A. Membangun budaya akademik


Dua tahun yang lalu, masalah budaya akademik yang cenderung sulit
berkembang di perguruan tinggi indonesia, karena pengaruh birokrasi pendidikan
tetapi juga akibat keadaan interial perguruan tinggi itu sendiri. Diantarannya yang
menjadi bahan polemik adalah masalah matarisme yang mendarah daging dalam
interaksi sosiologis di setiap perguruan tinggi. Pengamat pendidikan, prof Drsoejono
dardjowidjojo, berpendapat bahwa kultur akademik akan berkembang apabila
perguruan tinggi benar-benar memiliki kebebasan akademik secara komplet. Dalam
kriteria penilaian badan akreditasi nasional misalnya, unsur-unsur non akademik lebih
dominan sebagai instrumen menentukan peringkat. Dimensi-dimensi yang menjadi
indikator penilain BAN ini mau tidak mau menjadi guidance bagi pengembangan
institusional di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Untuk menghadapi
persoalan tersebut, yang diperlukan dari kita semua adalah :
1) Tumbuh keingina semuapihak untuk maju,
2) Tumbuh keyakinan atau pemahaman bahwa setiap orang yang
tergabung dalam kampus ini menjadi bagian penting (strategis) dari
wajah (kemajuan) kampus ini kedepan
3) Memahami ukuran-ukuran kemajuan dari setiap peran yang disandang
oleh masing-masing warga kampus. Terakhir, yang perlu diingatkan
bahwa tugas dosen sesung-guhnya bukan sekedar mengajar, apabila
mengajar sebagaimana yang berlangsung disekolah atau madrasah.
Oleh karena itu menumbuhkan budaya akademik dapat dimulai dan
dilakukan dari kita semua, baik sendiri atau bersama teman yang mau.
B. Etos kerja
Bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa. Etos kerja adalah
Etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau suatu umat
terhadap kerja. Kalau pandangan dan sikap itu, melihat kerja sebagai sutu hal yang
luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja itu akan tinggi. Sebaliknya kalau etos
kerja melihat kerja sebagai suatu hal tak brarti untuk kehidupan manusia.
BAB IX

Kontribusi agama dalam politik

A. Agama dan gerakan politik


Diadakannya lembaga kepala negara dan pemerintahan adalah sebagai
pengganti dari fungsi kenabian yakni untuk menjaga agama dan mengatur urusan
dunia.
Namun dasar kewajiban itu yang diperselisihkan apakah berdasarkan rasio
atau berdasarkan syariat.
Kalangan yang mewajibkan berdasarkan syariat berpedoman kepada norma-
norma sebagai berikut :
1. Firman allah di dalam surat An Nissa ayat 59 “ hai orang-orang beriman,
taatilah allah dan taatilah rasul (Nya) dan uli amri diantara kamu...(Q.S. An
Nissa : 59)
2. Hadist rasullah saw. “ setelah masaku, kalian akan dipimpin oleh berbagai
macam pemimpin, pemimpin yang baik dan cakap akan memimpin sengan
baik dan cakap pula, sedangkan pemimpin yang buruk dan jahat akan
memimpin dengan buruk dan jahat pula. Dengarkanlah dia dan taatilah
mereka selama kebijakan mereka sejalan dengan kebenaran.
Jika mereka memimpin dengan baik, maka mereka akan mendapatkan
ketentraman hidup dan mereka mendapatan pahala, dan jika ia memimpin
dengan buruk, maka kalian mendapatkan pahala (dengan kesabaran kalian).
Sementara mereka mendapat dosa”.

Keyakinan bahwa islam bersifat holistis dituurunkan oleh banyak ahli baik
dari kalangan islam maupun dari kalangan orientalis.
Diantara pendapat mereka sebagai berikut :

1. Fathi osman (2) berkata “ bahwa islam (hanya) berurusan dengan kehidupan
spiritual”.
2. DR. V. Fitzgerald (3) berkata “ islam bukanlah semata-mata agama namun
juga merupakan sebuah sistem politik “.
3. Prof. C.K. Nalino (4) berkata “ muhammadiyah telah membangun dalam
waktu bersama agama dan negara.
4. DR. Schacht berkata (5) “ islam lebih dari sekedar agama, ia juga
mencerminkan teori-teori perundangan-undangan dan politik”.
5. Prof. R. Strothman (6) berkata islam adalah suatu fenomena agama dan
politik”.
6. Prof. B.D Macdonald (7) berkata “ disini (dimadinah) dibangun negara islam
yang pertama dan diletakkan prinsip-prinsip utama undang-undang islam. “
7. Sir T. Arnold (8) berkata “ adalah nabi pada waktu yang sama seorang kepada
agama dan kepala negara”.
8. Prof. Gibb (9) berkata “ dengan demikian jelas bahwa islam bukan sekedar
kepercayaan agama individu, namun ia meniscayakan berdirinya suatu
banngunan masyarakat yang independen”.

Keyakinan bahwa islam meliputi semua aspek kehidupan yang bersifat multi
dimensi sudah menjadi sesuatu yang lazim dikalangan umat islam. Namun karena
islam tidak menyediakan kerangka yang pragmais, maka pada tingkat
implementasinnya, terutama di bidang politik, ada banyak penafsiran kaitannya dalam
menjalin pertautan antara agama (islam) dan negara. Bahkan islam politik pernah
dianggap sebagai pesaing kekuasaan yang dapat mengusik basis kebangsaan negara.
Karena adanya persepsi yang demikian itu pihak negara berusaha untuk mengahalangi
dan melakukan domestikasi terhadap gerak ideologis politik islam. Pengamatan yang
lebih empirik, politik islam di indonesia baik secara konstitusi, fisika, elektoral,
disokratik dan simbolik tidak terlalu domina, bahkan sampai batas tertentu islam
serimg dicurigakan sebagai anti ideologi negara pancasila.
B. Aspirasi politik islam
Hasil perjuangan mereka dalam sidang-sidang BPUPKI patut diberikan
apresiasi dengan disepakatinnya legalisasi agama (islam) pada rancangan pembukaan
UUD 1945 dan rancangan UUD 1945. Tanggal 17 agustus 1945 Bung Hatta di
datangi seorang perwira Angkatan Laut Jepang untuk menyampaikan aspirasi dari
masyarakat indonesia yang ada di daerah Kaigun (indonesia bagian timur) terutama
beragama kristen (kristen dan protestan yang merasa keberatan dengan pencantuman
tujuh kata “dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya” .
dengan pencantiuman tujuh kata tersebut dalam undang-undang dasar mereka merasa
ada diskriminasi dan karenanya mreka akan memilih berada diluar republik indonesia.
Kepada wakil umat islam, hatta menyampaikan inisiatifnya untuk meninjau kembali
rumusan tentang syariat islam sehubungan dengan adanya informasi demi perwira
angkatan laut jepang bahwa rakyat yang ada di indonesia bagian timur menolak untuk
bergabung dengan repulik indonesia jika rumusan tentang syariat islam tercantum
dalam pembukaan dan UUD 1945. Hatta menyarankan agar perumusan tentang
syariat islam diapus saja dari konstitusi demi persatuan usaha mempertahankan
republik yang baru saja di proklamirkan. Menurut hatta ke4 wakil islam itu menerima
saran hatta apalagi setelah kata ketuhanan diganti menjadi KETUHANAN YANG
MAHA ESA. Kata wahit hasyim ketuhanan yang maha esa sesuai dengan tauhid
dalam islam. Dan hanya isklam yang mengakui ketuhanan yang maha esa. Pada saat
sidang panitia kesiapan kemerdekaan indonesia tnaggal 18 agustus 1945, disepakati
perubahan pada rancangan pembukaan dan UUD 1945. Dengan perubahan itu
dapatlah disimpulkan bahwa pancasila adalah sumbernya terbsar dari umat islam bagi
persatuan dan kesatuan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai