Anda di halaman 1dari 21

TEKNOLOGI PRODUKSI PULP DARI SERAT DAUN NENAS

(KAJIAN VARIASI PELARUT CAO, SUHU DAN WAKTU PEMASAKAN)

M. Zulfikar T.1, Sri Kumalaningsih2, Susinggih Wijana3


1) Mahasiswa Program Studi Teknologi Industri Pertanian, PPSUB
2) Staf Pengajar Program Studi Teknologi Industri Pertanian, PPSUB
3) Staf Pengajar Program Studi Teknologi Industri Pertanian, PPSUB

ABSTRAK

Kertas merupakan benda yang sering kita temukan sehari-hari dalam berbagai kegiatan dalam kehidupan umat
manusia. Bahan utama dalam proses pembuatan kertas adalah bubur kertas atau yang dikenal dengan istilah pulp. Pulp
umumnya terbuat dari serat kayu, namun dapat juga dibuat dari serat non kayu seperti serat dari daun nenas. Proses pulping
untuk tanaman serat non kayu adalah proses alkali menggunakan NaOH, namun untuk mengurangi dampak negatif bagi
lingkungan dapat menggunakan CaO.
Metode penelitian untuk uji fisik dan kimia menggunakan Metode Respon Permukaan dengan program Design Expert
8 Trial Version, sedangkan untuk uji sensorik menggunakan Uji Friedman dan penentuan perlakuan terbaik parameter
menggunakan indek efektifitas. Analisis kelayakan finansial menggunakan perhitungan Break Event Point (BEP), Payback
Period (PP), Net Present Value (NPV) dan Profitability Index (PI).
Hasil penelitian menunjukkan kondisi proses pulping daun serat nenas yang optimal sesuai dengan metode
permukaan respon adalah menggunakan CaO 14,3%, lama pemasakan 120 menit dan suhu pemasakan 120 °C. Solusi ini akan
menghasilkan rendemen 62,41%, Lignin 7,9%, gramatur 172,1 g/m2, ketahanan sobek 41,67 kgf/cm2, dan ketahanan tarik 0,42
kgf/cm2. Dari hasil uji sensoris kombinasi perlakuan terbaik berdasarkan indeks efektifitas diperoleh dari kombinasi perlakuan
A1B1C1 (CaO 5%, suhu 800C, 60 menit) dengan nilai produk 0,680 yang memiliki kandungan rendemen 89,65%, lignin 17,98%,
gramatur 182,07 g/m2, ketahanan sobek 30,17 kgf/cm2, ketahanan tarik 0,38 kgf/cm, .warna 5, tekstur permukaan 5, dan
kenampakan serat 4,8.
Total biaya produksi selama 1 tahun kertas seni dari serat daun nenas adalah sebesar Rp. 94.857.333,- dengan perincian
biaya tetap (fixed cost) sebesar Rp. 54.171.333,- dan biaya tidak tetap (variable cost) sebesar Rp. 40.686.000,-. Harga
Pokok Produksi (HPP) sebesar Rp. 131,75. Harga jual yang dihitung di tingkat produsen ke pengecer sebesar Rp. 329.37
sampai dengan Rp. 400,00. Perhitungan BEP dicapai pada volume penjualan 931.968,05 lembar atau senilai Rp. 306.958.347,59,-..
Nilai payback period dicapai pada 1 tahun 6 bulan 3 hari .Nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 343,053,425. Nilai IRR pada
suku bunga 10%-20% adalah 0,496, sedangkan pada suku bunga 15%-30% sebesar 0,61. Nilai Profitability Index (PI) sebesar 3,89
dengan demikian unit usaha industri kertas seni dari proporsi daun nenas layak dilaksanakan.

Kata kunci : Kertas, Daun Nenas, Skala Industri Kecil

BAB I dilakukan proses pembuahan secara serentak dalam satu


PENDAHULUAN areal tanaman Nenas sehingga panennya pun diharapkan
secara serentak (Onggo dan Triastuti, 2005).
Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu
1.1. Latar Belakang propinsi di Indonesia yang memproduksi buah nenas yang
Kertas merupakan benda yang sering kita cukup tinggi dan memiliki rumpun tanaman nenas yang
temukan sehari-hari dalam berbagai kegiatan dalam cukup banyak. Pada tahun 2007 untuk wilayah Blitar dan
kehidupan umat manusia. Bahan utama dalam proses Kediri tercatat di Departemen Pertanian ada sekitar
pembuatan kertas adalah bubur kertas atau yang dikenal 211.318.229 rumpun tanaman nenas didaerah tersebut.
dengan istilah pulp. Pada umumnya pulp terbuat dari Jika dari setiap tanaman nenas rata-rata menghasilkan
bahan baku kayu yang mengalami beberapa tahapan limbah daun pangkasan rata-rata 1,4 kg, maka daerah
proses, sehingga pada akhirnya berubah menjadi bubur tersebut akan menghasilkan sekitar 295.845.521 ton
kertas dimana proses tersebut disebut pulping. Di limbah daun nenas yang perlu dipertimbangkan
Indonesia, kebutuhan akan pulp setiap tahunnya semakin pemanfaatannya. Salah satu pemanfaatan daun nenas
tinggi. Biro Pusat Statistik mencatat impor pulp di yang mungkin untuk dikembangkan untuk memberikan
Indonesia pada tahun 2004 sejumlah 543.345 ton dan nilai tambah bagi petani nenas pada umumnya adalah
mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun bahan baku pembuatan pulp (Anonymous, 2008).
2005 (8.479.910 ton) dan pada tahun 2006 (22.069.216 Kandungan serat selulosa dari limbah pertanian dapat
ton) (Anonymous, 2006). dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kertas seni
Indonesia kaya akan sumber keanekaragaman (Sukundayanto 2004).
hayati termasuk serat alam dan salah satu yang Pada umumnya pulp yang dihasilkan pada
berpotensi untuk dikembangkan adalah serat daun nenas. dewasa ini adalah pulp kimia. Pulp kimia adalah pulp yang
Kemajuan teknik budidaya tanaman nenas disatu sisi diperoleh dengan proses kimia, sehingga sebagian besar
dapat meningkatkan produksi buah, tetapi disisi lain komponen kimia nonserat dihilangkan dan serat-serat
berdampak pada semakin banyaknya limbah daun nenas. terpisah tanpa suatu pengerjaan mekanis. Pembagian
Dengan teknologi penggunaan hormon/ethrel dapat pulp kimia berdasarkan bahan kimia yang digunakan

1
dalam proses pemasakan terdiri atas pulp soda, sulfat dan 1.3. Tujuan Penelitian
sulfit. (Joedodibroto, 1983). Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Proses pulping yang optimal untuk serat tanaman 1. Mengetahui kombinasi konsentrasi yang
non kayu adalah proses alkali menggunakan NaOH. tepat antara CaO, suhu dan waktu
Namun, untuk mengurangi dampak negatif dari limbah pemasakan yang layak secara teknis untuk
NaOH yang terbuang diperlukan bahan pelarut yang lebih membuat pulp dari daun nenas yang
ramah lingkungan (Malo, 2004). Selain NaOH, bahan optimum.
alkali yang dapat digunakan pada pembuatan pulp dengan 2. Untuk mendapatkan rancangan unit
proses soda yaitu kapur (CaO) dimana bahan ini pembuatan pulp dari serat daun nenas
digunakan saat pemasakan bahan-bahan berserat pendek (Cayenne) yang layak secara teknis dan
dan dapat meningkatkan titik didih air yang digunakan finansial dalam skala industri kecil.
pada proses hidrolisis (Pratiwi, 2000). Serat adalah
kumpulan selulosa dan hemiselulosa yang merupakan 1.4. Manfaat Penelitian
polisakarida sebagai komponen dasar kertas maupun Manfaat dari penelitian ini adalah :
kain. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan 1. Diperolehnya informasi proses pengolahan
baku berserat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai daun tanaman nenas untuk membuat pulp
proses pembuatannya. Pulp terdiri dari serat-serat dengan CaO
(selulosa dan hemiselulosa) yang digunakan sebagai 2. Memberikan informasi khususnya kepada
bahan baku kertas (Sjostrom, 1995). petani tanaman nenas proses pemanfaatan
Faktor yang mempengaruhi kondisi optimum limbah daun tanaman nenas
pada proses pemasakan pulp (pulping) selain konsentrasi 3. Memberikan informasi tentang kajian aspek
pelarut adalah waktu dan suhu pemasakan. Waktu dan teknis dan finansial serta kelayakan
suhu pemanasan pada proses pulping sangat erat pendirian unit pembuatan pulp dari serat
hubungannya. Pada dasarnya waktu pemasakan dapat daun nenas (cayenne).
dikurangi beberapa saat dengan menaikkan suhu
pemasakan, namun diatas suhu 180oC tidak ada pengaruh 1.5. Hipotesis
yang jelas pada laju pembuatan pulp, bahkan pada suhu 1. Diduga kombinasi konsentrasi CaO, suhu
tinggi rendemen dan kualitas pulp akan turun (Fengel dan dan waktu pemasakan yang tepat akan
Wegener, 1995). menghasilkan pulp dari daun nenas yang
Studi kelayakan merupakan suatu perencanaan layak secara teknis dan finansial
sistematis dan terpadu pada pendirian suatu proyek bisnis 2. Diduga optimasi pengolahan pulp dari serat
sehingga resiko kegagalannya dapat dikurangi. Menurut nenas skala industri kecil layak secara
Umar (2000), studi kelayakan bisnis adalah finansial..
penelitian tentang layak tidaknya suatau proyek bisnis
dilaksanakan. Maksud dari layak atau tidak di sini
adalah perkiraan bahwa proyek akan dapat atau tidak BAB II
dapat menghasilkan keuntungan yang layak bila telah TINJAUAN PUSTAKA
dioperasikan. Sutojo (1999) mengemukakan hal-hal yang
perlu dikaji dalam studi kelayakan meliputi: aspek pasar 2.1. Nenas
dan pemasaran, aspek teknis teknologis, aspek Tanaman nenas bukan tanaman asli dari
manajemen operasi, serta aspek ekonomi dan Indonesia, tetapi berasal dari Amerika. Pada waktu benua
finansial. Amerika belum diketemukan, tanaman nenas belum
Berdasarkan uraian di atas perlu diadakan dikenal. Kata nenas berasal dari bahasa Indian “NANA”.
kajian yang mendalam tentang pembuatan pulp dari daun Dalam bahasa latin sering disebut Ananas comosus (L)
nenas dengan mengkombinasikan konsentrasi CaO, suhu Merr; Syn. A. Sativus Schult. f atau Bromelia comosa L.
dan waktu pemasakan agar dapat diperoleh kondisi yang (Rukmana, 1996)
optimum yang layak secara teknis dan finansial. Nenas adalah suatu tanaman monocotyl yang
dapat hidup dalam beberapa musim (perennial).
1.2. Rumusan Masalah Mempunyai rangkaian bunga dan buah pada ujung
Rumusan masalah dari penelitian yang akan batang. Tanaman ini masih dapat melanjutkan
dilakukan adalah : pertumbuhannya melalui beberapa cabang vegetative
1. Berapakah konsentrasi yang tepat antara CaO, baru yang muncul dari batang. Cabang baru tersebut kelak
suhu dan waktu pemasakan yang layak dapat juga menghasilkan buah yang masih terikat pada
secara teknis untuk membuat pulp dari serat tanaman induk (tanaman pertama). Yang dimaksud
daun nenas ? dengan tanaman induk yaitu tanaman pertama atau
2. Bagaimanakah perancangan unit pembuatan tanaman asli hasil pemisahan vegetative yang ditanam
pulp dari serat daun nenas (Cayenne) yang pertama kali (Rukmana, 1996).
layak secara teknis dan finansial dalam skala Tinggi tanaman nenas dapat mencapai 90 –
industri kecil ? 100 cm atau lebih. Daun membentang sampai 130 – 150
cm. Jumlah daun yang berfungsi dan aktif jumlahnya rata-
rata 70 – 80, dan berbentuk roset. Daun yang rimbun ini
melekat pada batang pendek sehingga batang tak terlihat

2
dari luar karena tertutup daun. Pada batang bawah, daun motif kertas yang unik, karakter bahan yang khas,
lebih tua dan pendek. Makin keatas daun makin lebih mempunyai daya serap terhadap air yang besar dan
panjang dan mencapai panjang maksimum. Di bagian atas biasanya ukurannya tidak bisa sebesar ukuran kertas
daun makin pendek dan lebih muda. Dan daun yang biasa karena semakin besar kertas maka semakin sulit
terakhir terletak ditengah pada ujung tanaman, Daun tak tingkat pembuatannya (Mahyar, 2001).
bertangkai, bagian bawah cekung memeluk batang Selembar kertas buatan tangan atau kertas
(Pracaya, 1990). seni mempunyai karakteristik berbeda dengan kertas
Panen buah nanas dilakukan setelah nanas buatan pabrik. Kertas buatan tangan dengan ciri-ciri
berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis bibit yang khusus mempunyai serat-serat murni yang panjang dan
digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga menghasilkan kertas yang kuat dan awet, serta dalam
berbuah pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah proses pembuatannya cenderung bebas dari bahan-bahan
berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas kimia yang berbahaya. Kertas seni dapat dimanfaatkan
batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas sebagai media untuk menampilkan nilai-nilai seni rupa,
akar setelah berumur 12 bulan (Rukmana, 1996). karena wujudnya masih menampakkan serat-serat alami
Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12- dan kertas tersebut dapat dihadirkan secara utuh sebagai
24 bulan. Pemanenan buah nanas dilakukan bertahap bahan yang mengandung unsur-unsur estetis (Bahari,
sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, 1995).
dan ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang Dalam pembuatan kertas seni perlu
sudah berumur 4-5 tahun perlu diremajakan karena dipertimbangkan nilai tambah atau nilai ekonominya dalam
pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara bentuk produk industri seni yang bersifat praktis dan
peremajaan adalah membongkar seluruh tanaman nanas memiliki nilai keindahan (estetika). Mendirikan industri seni
untuk diganti dengan bibit yang baru. Penyiapan lahan merupakan salah satu alternatif mengolah bahan yang ada
sampai penanaman dilakukan seperti cara bercocok di sekitar pedesaan yang selama ini belum digarap secara
tanam pada lahan yang baru. (Rukmana, 1996). lebih serius seperti pelepah pisang, batang padi, batang
Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu jagung, batang alang-alang, dan tanaman tidak produktif
propinsi di Indonesia yang memproduksi buah nenas yang lainnya. Penerapan dari kertas seni ini dapat diwujudkan
cukup tinggi dan memiliki rumpun tanaman nenas yang menjadi elemen karya seni terap (applied art) seperti
cukup banyak. Pada tahun 2007 untuk wilayah Blitar pigura, kap lampu, penyekat ruang, kartu undangan, kipas,
dan Kediri tercatat di Departemen Pertanian ada sekitar tas, dompet, dan benda kerajinan tangan lainnya.
211.318.229 tanaman di daerah tersebut. Jika dari setiap
tanaman Nenas rata-rata menghasilkan limbah daun
pangkasan sekitar 1.4 kg, maka daerah tersebut akan 2.2.1. Pembuatan Kertas Seni
menghasilkan sekitar 295.845.521 ton limbah daun Secara garis besar proses pembuatan kertas
Nenas yang perlu dipertimbangkan pemanfaatannya. meliputi tahap-tahap persiapan bahan baku, pulping,
Salah satu pemanfaatan daun nenas yang defiberasi, pencucian, penyaringan, pemutihan, dan
mungkin untuk dikembangkan adalah sebagai bahan baku pencetakan (Smook, 1994). Proses pembuatan kertas
pembuatan pulp (Onggo dan Triastusi, 2005). Untuk di dapat dilihat pada Gambar 1.
Blitar sendiri yang banyak ditanam adalah golongan Pembuatan kertas seni dapat dibagi menjadi
Queen, daunnya halus, bentuk buah silendris, berat buah dua tahap, yaitu proses pembuatan pulp dan proses
mencapai 2,3 kg, kulit buah warna orange dengan mata pembuatan kertas. Kedua hal tersebut dapat diuraikan lagi
yang datar, rasanya manis, rendah serat, serta banyak lebih lanjut sebagai berikut :
mengandung air (Anonymous, 2008).
2.2 Kertas Seni 2.2.2. Proses Pembuatan Pulp pada Kertas Seni
Kertas didefinisikan sebagai lembaran yang Pulping adalah suatu proses dimana
relatif tipis dan terdiri dari serat yang terletak pada kayu/bahan baku berserat lainnya diperkecil ukurannya
berbagai bagian datar dan lembaran secara merata sehingga menjadi suatu massa serat (Smook, 1994).
(Anonymousa, 2005). Menurut Sukundayanto (2004), serat Tujuan utama pembuatan pulp adalah untuk melepaskan
yang digunakan biasanya adalah alami dan mengandung serat-serat yang dapat dikerjakan secara kimia, mekanik
selulosa. Kandungan serat selulosa dari limbah pertanian atau semikimia yaitu kombinasi dua tipe perlakuan.
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan Metode pembuatan pulp dengan proses kimia dapat
kertas seni. dibedakan menjadi dua yaitu metoda proses basa (proses
Kertas daur ulang dikenal juga dengan sebutan soda dan proses sulfat) dan proses asam (proses sulfit)
’art paper’ atau ’kertas seni’ karena selain berbahan (Fengel dan Wegener, 1995).
limbah kertas, juga sering ditambahkan serat tanaman,
daun-daunan, kelopak bunga, dan bahan-bahan lain yang
terdapat di alam. Inilah yang menjadi salah satu ciri
khusus kertas daur ulang buatan tangan. Kertas seni tidak
selalu merupakan hasil pengolahan limbah kertas,
melainkan dapat juga merupakan kertas yang dibuat dari
serat-serat tanaman selain kayu, seperti jerami, enceng
gondok, dan sebagainya (Bainbridge, 1996). Karakter
kertas daur ulang buatan tangan memiliki ciri-ciri, yaitu

3
Penambahan bahan perekat pada penggunaan
Bahan Baku kertas seni dilakukan pada saat bubur kertas (pulp) belum
dibentuk menjadi lembaran kertas dengan cara
mencampurkan perekat tapioka. Tanpa penggunaan
bahan perekat, serat-serat yang digunakan untuk kertas
Persiapan sebenarnya sudah saling mengkait. Penggunaan bahan
perekat disini adalah untuk menguatkan atau
(pemotongan, pengecilan ukuran, penimbangan) mengawetkan kertas sehingga didapatkan kertas yang
berkualitas dengan ketahanan tarik dan ketahanan sobek
yang tinggi (Bahari, 1995).
Pulping Tahap terakhir adalah pembentukan kertas
(forming), yaitu dengan mencetak bubur kertas sesuai
dengan bentuk pada desain yang telah dibuat. Menurut
Malo (2004), pencetakan dimulai setelah pulp siap dengan
menyatukan kedua cetakan/bingkai secara bersamaan
Defiberasi (bingkai dengan screen berada di bawah, sedangkan
(Penguraian serat) bingkai kosong berada di atas), kemudian dimasukkan
dalam bak berisi bubur kertas sampai tenggelam. Cetakan
kosong diangkat dan cetakan berscreen dengan pulp
diatasnya dijemur di bawah terik matahari dengan posisi
Pencucian mendatar.

2.3. Pulping
2.3.1. Pengertian Pulping
Penyaringan Pulping adalah usaha untuk mendapatkan
serat-serat dengan cara melarutkan lignin semaksimal
mungkin. Tujuan utama dari proses Pulping adalah
mendapatkan serat sebanyak mungkin yang diindikasikan
dengan nilai rendemen yang tinggi dengan kandungan
Pemutihan lignin seminimal mungkin, yang diuraikan oleh nilai
bilangan kappa. Pada saat proses Pulping, lignin akan
terdegradasi oleh larutan pemasak menjadi molekul yang
lebih kecil yang dapat larut dalam lindi hitam. Peristiwa ini
Pencetakan disebut delignifikasi (Rahmawati, 1999).
Pembuatan Pulp secara kimia bertujuan untuk
(Pembuatan lembaran) memisahkan lignin yang terikat pada serat secara selektif
(Sjostrom, 1995). Dewasa ini proses Pulping kimiawi
diarahkan pada proses Pulping bebas belerang untuk
mengurangi masalah lingkungan hidup (pencemaran air
Kertas dan udara), jadi diantaranya dilakukan dengan
mengembangkan proses soda, yaitu proses pemasakan
secara alkali dengan NaOH sebagai larutannya (Tapanes
et al., 1992).
Gambar 1. Proses Pembuatan Kertas (Smook, 1994)
2.3.2. Sifat fisik pulp
Pulp yang berbahan baku pelepah pisang Sifat fisik pulp merupakan salah satu parameter
dibuat dengan menggunakan proses semikimia dengan yang digunakan untuk menentukan kualitas pulp (Sixta,
metode proses soda. Menurut Onggo (2004), proses 2006). Kriterianya tergantung pada jenis produk yang
pulping yang optimal untuk serat tanaman non kayu diinginkan. Secara sederhana sifat-sifat tersebut menurut
adalah proses alkali menggunakan NaOH. Selulosa Casey (1991), meliputi:
bersifat tidak larut dalam alkali NaOH, sedangkan lignin,
hemiselulosa, pektin dan komponen serat lainnya bersifat
larut. Pembuatan pulp secara semikimia meliputi 1. Ketahanan sobek
perlakuan serpih dengan larutan natrium hidroksida Didefinisikan sebagai gaya dalam satuan gram
(NaOH) dan defibrasi penggiling akhir (Fengel dan gaya atau gram force (gf) atau miliNewton (mN), yang
Wegener, 1995). Kertas yang dihasilkan dari proses ini diperlukan untuk menyobek lembaran pulp pada kondisi
adalah kertas dengan derajat putih yang rendah standar (SII-0435-81). Dalam hal ini nilai kekuatannya
(kecoklatan), memiliki serat yang bersifat kuat, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (Browyer dan
memiliki kualitas cetak yang kurang bagus (Smook, 1994). Haygreen, 1999)
:
2.2.3. Proses Pembentukan Kertas (Forming) a. Panjang serat

4
Secara umum ketahanan sobek Lembaran pulp yang tersusun oleh serat-serat
lembaran pulp meningkat seiring dengan panjang akan memiliki kekuatan retak yang
peningkatan panjang serat. Hal ini terjadi karena lebih tinggi
serat-serat panjang dapat menyebarkan daerah b. Ikatan antarserat
perusakan ikatan yang lebih besar daripada serat Makin besar kekuatan ikatan antarserat maka
pendek saat dilakukan penyobekan. ketahanan retak lembaran pulp makin besar.
Kekuatan ikatan antarserat sangat dipengaruhi
oleh proses fibrilasi.
b. Jumlah serat yang berperan saat penyobekan
Masing-masing serat yang menyusun
suatu lembaran pulp pada gramatur tertentu (massa 2.3.3. Kapur (CaO)
lembaran pulp dalam gram per satuan luasnya Lime atau kapur merupakan salah satu bahan
dalam meter persegi yang diukur pada kondisi tambahan yang biasanya digunakan dalam pembuatan
standar (SII-0439-81) turut menyumbangkan energy kertas skala kecil. Larutan kapur dengan rumus kimia
terhadap keseluruhan energy yang dibutuhkan (CaOH)2 digunakan untuk proses pemasakan bahan
untuk penyobekan. Sehingga lembaran pulp dengan dengan kualitas rendah seperti jerami atau serat kain
jumlah serat lebih banyak akan memiliki ketahanan (Williams, 1993).
sobek lebih tinggi. Degradasi lignin dapat dilakukan melalui proses
c. Ikatan antarserat oksidasi dengan oksida-oksida logam atau tekanan
Ikatan antarserat turut berpengaruh oksigen dalam larutan yang ditambah dengan kapur.
terhadap ketahanan sobek lembaran pulp. Dalam Ca(OH)2 adalah senyawa yang bersifat basa kuat dan
hal ini kekuatan ikatannya sangat tergantung pada mempunyai fungsi yang hamper sama dengan larutan
proses fibrilasi (penguraian mikrofibril serat) yang CaCl2, tetapi kelarutan kapur dalam air lebih kecil
terjadi pada saat pulping yang kemudian dibandingkan dengan CaCl2. Kelarutan kapur dalam air
disempurnakan melalui proses refining. Didalam pada suhu 25oC adalah 0,12%, semakin tinggi suhunya
refiner sebagian mikrofibril serat akan mengalami maka kelarutannya semakin turun (Fengel and Wegener,
pemipihan dan penguraian sehingga luas 1995).
permukaan yang berpotensi membentuk ikatan Menurut Haroen (2006), jenis kapur dapat
hydrogen bertambah, akibatnya ikatan antarserat dibedakan sesuai dengan proses pembentukannya,
makin kuat. Ketahanan sobek lembaran pulp diantaranya yaitu :
meningkat seiring dengan peningkatan ikatan 1. Kalsium oksida dengan rumus kimia CaO
antarserat sampai pada batas tertentu saat masing- mempunyai nama komersil seperti lime, burnt lime,
masing serat mengalami tarikan yang sangat kuat quicklime dan stonelime. CaO terbentuk dengan
sehingga ikatan antarkeduanya mudah putus. pengeluaran CO2 dari pembakaran kapur yang
singkat.
2. Ketahanan tarik 2. Kalsium hidroksida dengan rumus kimia Ca(OH)2
Didefinisikan sebagai daya tahan lembaran pulp merupakan alkaline dan menyerap CO2 dari udara.
terhadap gaya tarik yang bekerja pada kedua ujungnya, Saat air ditambahkan pada kalsium oksida, maka
diukur pada kondisi standar (SII-0436-81). Sifat fisik ini akan menjadi kalsium hidroksida atau hydrated lime
dianggap penting untuk jenis kertas tertentu seperti tas atau slaked lime. (Ca(OH)2 digunakan dalam
belanja . Dalam hal ini nilai kekuatannya dipengaruhi oleh pengobatan, pembuatan gips, semen dan industry
beberapa faktor antara lain (Saranah, 2002): kulit.
a. Arah serat dalam lembaran pulp 3. Kalsium karbonat dengan rumus kimia CaCO3
Nilai ketahanan tarik lembaran pulp akan dikenal dengan nama limestone. CaCO3 bersifat
lebih tinggi jika arah seratnya sejajar dengan arah tidak larut dalam air tetapi larut dalam air yang
tarikannya mengandung CO2 dan bertransformasi menjadi
b. Ikatan antarserat kalsium bikarbonat atau Ca(HCO)3
Makin besar kekuatan ikatan antarserat Selain NaOH, bahan alkali yang dapat
maka ketahanan tarik lembaran pulp makin besar. digunakan pada pembuatan pulp dengan proses soda
yaitu kapur (CaO) dimana bahan ini digunakan saat
3. Ketahanan retak pemasakan bahan-bahan berserat pendek dan dapat
Didefinisikan sebagai tekanan hidrostatik meningkatkan titik didih air yang digunakan pada proses
dalam kilopascal atau psi yang dibutuhkan untuk hidrolisis. Kapur yang termasuk basa kuat yang dapat
meretakkan suatu bahan saat tekanan ditingkatkan membengkakan kulit binatang dan menghilangkan bulu
pada kecepatan konstan oleh karet diafragma dalam industry kulit binatang atau melarutkan zat kulit
bundar dengan diameter 30,5 mm (T-404-cm-92). mentah atau protein (Rahmawati, 1999).
Sifat fisik ini dianggap penting untuk jenis tas
khusus yang biasa digunakan untuk menahan 2.4. Hidrolisis Lignin
beban sangar berat. Dalam hal ini nilai kekuatannya Lignin merupakan senyawa aromatic berbentuk
tergantung pada (Nursyamsu, 1993): amorf, tersusun oleh unit fenol propane (Singh, 1991).
a. Panjang serat Lignin dapat dihidarolisis oleh sama dengan memutus
ikatan α-benzil eter namun metode ini tidak cocok untuk
pelarut lignin. Dalam hal ini reaksi kondensasi muncul

5
sebagai kompetitornya. Sementara itu banyaknya larutan kalium permanganate (KMnO4) 0,1 N yang
kandungan lignin dalam bahan berpengaruh terhadap digunakan untuk mengoksidasi 1 gr pulp selama 10 menit
konsumsi bahan kimia dalam pulping dan bleaching pada 25°C dikali dengan faktor koreksi (Tabel Bilangan
(pemucatan) (Browyer dan Haygreen, 1999). Pulp dan Kappa). Freudenberg membuktikan bahwa terdapat
kertas dengan kandungan lignin lebih kecil akan hubungan linier antara bilangan kappa dengan kadar lignin
mempunyai sifat fisik yang lebih baik. Meskipun secara sisa dalam pulp kraft dengan factor 0,147 (Casey, 1991),
structural lignin mengandung gugus hidroksil, namun sehingga :
sifatnya yang menolak air (hidrofob) dan kaku dapat kadar lignin sisa pulp = Bilangan Kappa x
menyulitkan dalam proses penggilingan sehingga 0,147.
penguraian serat tidak berlangsung sempurna (Sixta,
2006). 2.6. Sifat fisik dan kimia daun nenas ditinjau dari
Hidrolisis merupakan proses penguraian segi pembuatan pulp
senyawa-senyawa yang ada dalam suatu bahan menjadi 2.6.1. Serat pada nenas
senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan Serat pada nenas dapat digunakan untuk tekstil
air (Winarno, 1993). Pulp dibuat dengan menggunakan air dan kertas.Cara memisahkan serat secara tradisional yaitu
sebagai pelarut karena air merupakan pelarut yang cukup daun dibuat memar dengan melepaskan kutikula sehingga
baik untuk pembuatan pulp kertas. Serat selulosa serat mudah dipisahkan dengan tangan. Sesudah dicuci
berikatan satu sama lain dengan kuat karena adanya dengan air, dijemur di sinar matahari yang kemudian diikat
ikatan hydrogen antar serat yang jumlahnya sangat bersama serat-serat yang panjangnya 1 – 1,2 meter. Hasil
banyak jika serat-serat ini dalam keadaan kering. Lignin serat dari daun yang telah tua yaitu 1.0 – 1.2%. Varietas
yang terdapat pada sumber serat akan mengalami Aechmea magdalenae Andre ini tahan air garam. Varietas
pelunakan menjadi fragmen-fragmen kecil oleh ion lainnya, Bromelia sylvestris Vell, kekuatan rentangnya
hidroksil (OH) larutan pemasak (Haroen, 2006). tinggi. Serat dari Smooth Cayenne lunak,seperti sutera
Air mempunyai kemampuan untuk membuat dan halus, hanya saja kekuatan rentangnya rendah,
ikatan hidrogen antar serat-serat selulosa menjadi sangat sehingga kalau dipakai tali, kurang kuat bila dibandingkan
renggang dan lemah karena masuknya air diantara serat- dengan (Aechmea magdalenae) (Anonymous, 2008).
serat selulosa membuat ikatan hidrogen antar serat akan Serat dari Smooth Cayenne telah dicoba
digantikan oleh molekul air. Air mampu mendesak dipakai untuk bahan pakaian dan hasilnya sangat menarik,
kedudukan serat selulosa yang sedang berikatan dengan hanya disini masih kalah dengan tekstil sintetis yang
serat selulosa lainnya karena kemampuan air juga mampu harganya lebih murah. Serat dari tanaman nenas dapat
untuk membentuk ikatan hidrogen dengan serat selulosa. juga dipergunakan untuk bahan kertas. Kertas yang
Secara umum proses prehidrolisa merupakan suatu cara dihasilkan dapat tipis, permukaannya halus, lemas dan
untuk menghilangkan hemiselulosa dan pentosan serta liat, dapat dilipat dan dapat dikisutkan tetapi dapat
struktur kimia bahan baku (Pratiwi, 2000). dihaluskan lagi tanpa kerusakan (Asbani, 1994).
Tahap pertama dari proses pulping yaitu
hidrolisis lignin dimana lignin dan komponen lainnya 2.6.2. Komposisi kimia serat nanas
dihilangkan dari serat selulosa yang akan digunakan untuk Komposisi kimia serat nanas disajikan pada
membuat kertas. Lignin merupakan perekat antar serat Tabel 1 dan sebagai pembanding disajikan juga komposisi
dan akan memberi warna pada kertas apabila lignin kimia serat kapas dan rami.
tertinggal pada pulp (Williams, 1993). Tabel 1. Komposisi Kimia Serat Nanas
Waktu dan suhu pemanasan pada proses
pulping sangat erat hubungannya. Pada dasarnya waktu Serat Serat
pemasakan dapat dikurangi beberapa saat dengan Serat Rami
Komposisi kimia Nanas Kapas
menaikkan suhu pemasakan, namun diatas suhu 180oC (%)
(%) (%)
tidak ada pengaruh yang jelas pada laju pembuatan pulp, 1. Alpha Selulosa 69,5 – 94 72 – 92
bahkan pada suhu tinggi rendemen dan kualitas pulp akan 71,5
turun (Fengel and Wegener, 1995). 2. Pentosan 17,0 – - -
17,8
2.5. Penentuan kadar lignin sisa pulp
Kadar lignin dalam pulp menentukan tingkat 3. Lignin 4,4 – 4,7 - 0-1
kematangan pulp yang dihasilkan dan biasa digunakan 4. Pektin 1,0 – 1,2 0,9 3 – 27
sebagai control dalam pulping dan bleaching (Casey, 5. Lemak dan Wax 3,0 – 3,3 0,6 0,2
1991). Penentuan lignin dalam pulp secara tidak langsung 6. Abu 0,71 – 1,2 2,87
sangat efektif untuk pemeriksaan rutin, mengingat waktu 0,87
tang dibutuhkan relatif singkat. Sampai saat ini penentuan 7. Zat-zat lain (protein, 4,5 – 5,3 1,3 6,2
bilangan kappa merupakan metode yang paling banyak asam organik, dll.)
digunakan diindustri pulp dan kertas didasarkan pada Sumber : Anonymous (2008)
kemampuan permanganate untuk mengoksidasi lignin. 2.6.3. Sifat-Sifat Fisik Serat Nanas
Metode ini paling cepat dan logis karena permanganate Serat nanas mempunyai kekuatan yang relatif
bereaksi lebih cepat dengan lignin daripada karbohidrat tinggi. kekakuan lentur atau Flexural rigidity dan torsional
dalam larutan asam (Singh, 1991). Hal hal ini dikenal rigidity serat relatif lebih tinggi dibanding kapas. Hal ini
istilah bilangan kappa, didefinisikan sebagai volume menyebabkan serat mempunyai ketahanan yang besar

6
untuk digintir (twist), sehingga serat cenderung tidak -Ao = Pengeluaran investasi pada tahun ke-0
segera tergintir pada saat proses penggintiran selesai. At = Aliran kas masuk bersih pada tahun ke-t
Oleh karena itu serat cenderung kaku dan agak sulit untuk R = Tingkat suku bunga pada periode ke-i
mendapatkan serat yang kompak seperti yang t = Periode investasi (t = 0,1,2,...n)
dikehendaki. Sifat porous dan menggelembung (swelling) n = Jumlah tahun (usia) proyek
pada serat nanas menunjukkan adanya sifat daya
absorbsi lembab dan kemampuan untuk dicelup. Serat Berdasarkan kriteria finansial bila NPV > 0 maka
nanas tidak menunjukkan pengurangan kekuatan dalam proyek dinyatakan layak, jika NPV = 0 maka proyek
penyimpanan hingga 6 bulan, sedangkan penyimpanan mengembalikan sebesar social opportunity cost of capital,
lebih dari 6 bulan terjadi penurunan kekuatan. Termal dan jika NPV < 0 maka proyek dinyatakan tidak layak.
konduktivitas serat nanas relatif rendah yaitu sebesar Menurut Sutojo (1999), untuk menghitung nilai
0,0273 watt/m2/oK, oleh karena itu serat nanas merupakan sekarang perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga
termal isolator yang baik (Anonymous, 2008). yang dianggap relevan. Tingkat bunga tersebut dapat
Menurut Onggo dan Triastuti (2005), serat daun diperoleh dengan memelihara tingkat bunga pinjaman
nenas bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp dan jangka panjang yang berlaku di pasar modal atau
kertas dengan kelas mutu II (nilai 275). Selain itu kadar dengan mempergunakan tingkat bunga pinjaman yang
selulosanya juga tinggi (57,81%) sehingga dapat diperoleh harus dibayar oleh pemilik proyek.
rendemen tinggi. Produksi kertas seni dari daun nenas
juga dapat dilakukan dan bisa diterapkan pada industri 2.7.2. Jangka Waktu Pengembalian Modal (Payback
rumah tangga (skala 5.000 lembar kertas seni per bulan). Period)
Payback Period (PP) adalah suatu periode
2.7. Analisis Finansial pada Studi Kelayakan yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran
Studi kelayakan merupakan suatu investasi dengan menggunakan aliran kas (Umar,
perencanaan sistematis dan terpadu pada pendirian suatu 2000). Rumus untuk menghitung PP adalah:
proyek bisnis sehingga resiko kegagalannya dapat PP = n + m
dikurangi. Menurut Umar (2000), studi kelayakan ( Bn +1 − Cn +1 )
bisnis adalah penelitian tentang layak tidaknya
suatau proyek bisnis dilaksanakan. Maksud dari layak Keterangan:
atau tidak disini adalah perkiraan bahwa proyek akan n = Periode investasi pada saat nilai
dapat atau tidak dapat menghasilkan keuntungan yang komulatif B1- C1 negatif terakhir
layak bila telah dioperasikan. Sutojo (1999) m = Nilai Kumulatif B 1- C 1 negatif
mengemukakan hal-hal yang perlu dikaji dalam studi terakhir
kelayakan meliputi: aspek pasar dan pemasaran, aspek Bn+i = Nilai sekarang penerimaan social bruto
teknis teknologis, aspek manajemen operasi, serta pada tahun n+l
aspek ekonomi dan finansial. Cn+i = Nilai
Dalam melakukan studi kelayakan aspek sekarang biaya
keuangan merupakan faktor yang menentukan, artinya sosial bruto pada
betapapun aspek-aspek yang lain mendukung namun tahun n+l
kalau tidak tersedia dana maka hanya sia-sia belaka.
Aspek keuangan berkaitan dengan bagaimana 2.7.3 Break Event
menentukan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus Point (BEP)
pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang Break Event Point (BEP) adalah suatu cara
bersangkutan secara efisien, sehingga memberikan untuk dapat menetapkan tingkat produksi dimana tingkat
keuntungan yang menjanjikan (Suratman, 2002). penjualan sama dengan biaya-biaya. Dengan kata lain,
Faktor penentu apakah suatu proyek tingkat produksi dimana tidak ada kerugian dan
investasi dapat dikatakan layak diperlukan teknik-teknik keuntungan (Nitisemito, 1998). Rumus untuk mengitung
kriteria penilaian investasi yang didasarkan pada estimasi BEP adalah:
aliran kas yang bersangkutan. Selain itu juga dapat Q (BEP) =
menggunakan analisis Break Even Point (BEP) serta analisis BiayaTetap
sensitivitas untuk melengkapi analisis kriteria investasi ( H arg aPenjualan / Unit ) − ( BiayaVaria bel / Unit )
tersebut.
Penjualan (BEP) = BiayaTetap
2.7.1. Net Present Value (NPV) − BiayaVariabel
Net Present Value adalah selisih antara nilai 1−
TotalPenerimaan
sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang (Umar, 2000). 2.7.4. Internal Rate of Return (IRR)
Rumus untuk menghitung NPV (Husnan Metode ini digunakan untuk mencari tingkat
dan Suwarsono, 2002) adalah sebagai berikut: bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus
n
NPV = -Ao + At kas yang diharapkan dimasa yang akan datang
∑ (1 + r )
t =1
t
atau penerimaan kas, dengan pengeluaran investasi awal
Keterangan: (Umar, 2000). Dengan kata lain IRR adalah tingkat bunga

7
dimana nilai NPV = 0. Rumus untuk menghitung IRR penjualan. Dengan ukurannya yang kecil, pengusaha
(Rangkuti, 2001) adalah sebagai berikut : kecil seringkali mengabaikan hal-hal prinsip dalam
IRR = il + NPV (i 2 − i1) pengoperasian usaha. Banyak kebijaksanaan
NPVpositif − NPVnegatif perusahaan yang dibuat berdasarkan kira-kira,
NPV positif adalah net present value positif dengan kebiasaan, dan naluri (Wibowo dkk., 2002).
discound rate tertentu yang lebih rendah (i1). Sedangkan
NPV negatif adalah net present value negatif dengan 2.9. Perancangan Unit Pengolahan
discound rate tertentu yang lebih tinggi (i2). Pabrik yang dalam istilah asingnya dikenal
sebagai factory atau plant adalah setiap tempat dimana
faktor-faktor seperti manusia, mesin dan peralatan (fasilitas
2.8. Industri Kecil dan Menengah produksi lainnya, material atau bahan, energi, uang
Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang (modal/kapital), informasi dan sumber daya alam dikelola
Usaha Kecil menggolongkan industri kecil dalam batasan bersama-sama dalam suatu produksi guna menghasilkan
usaha kecil. Berdasarkan UU ini, maka industri kecil suatu produk atau jasa secara efektif, efisien, dan aman.
didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan Istilah pabrik ini sering diartikan sama dengan industri,
perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan meskipun industri sebenarnya merupakan salah satu jenis
bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa industri yang terutama akan menghasilkan produk jadi (finish
untuk diperniagakan secara komersial (Subanar, 2001). goods product) (Wignjosoebroto, 2000).
Batasan mengenai skala usaha menurut BPS, Pendirian suatu perusahaan atau pabrik
yang berdasar pada jumlah tenaga kerja dapat dilihat membutuhkan sebuah perencanaan (planning).
pada Tabel 2. Perencanaan ini penting, karena tujuan dari suatu
perusahaan, baik perusahaan yang mengejar keuntungan
Tabel 2. Batasan Skala Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga (profit seeking) maupun tidak adalah untuk
Kerja kelangsungan hidup dan perkembangan.
Kelangsungan hidup dan perkembangan ini hanya
No Skala Usaha Jumlah Tenaga kerja diperoleh bila perusahaan atau pabrik beroperasi secara
1. Industri dan Dagang Mikro (ID-Mikro) 1- 4 orang efisian dan efektif. Untuk itu dibutuhkan adanya suatu
2. Industri dan Dagang Kecil (ID-Kecil) 5- 19 orang rencana yang tepat dan baik (Assauri, 1990).
3. Industri dan Dagang Menengah (ID-Menengah) 20 - 99 orang
Perancangan sistem operasi meliputi
4. Industri dan Dagang Besar (ID-Besar) 100 orang atau lebih
penyeleksian produk dengan rancangan produk,
Sumber: Subanar (2001)
penyeleksian peralatan dan proses, perancangan kegiatan
operasi, perancangan tugas, penentuan lokasi dan
Menurut Subanar (2001), industri skala kecil
penyusunan tata letak peralatan. Perancangan dan
memiliki keunggulan dan daya tarik seperti:
pengendalian operasi meliputi pengendalian terhadap
a. Fleksibel terhadap bentuk fluktuasi Jangka persediaan dan proses operasi, pemeliharaan dan
pendek, namun tidak memiliki rencana jangka perawatan mesin, pengendalian bahan baku, pengendalian
panjang (corporate plan). tenaga kerja, dan pengendali biaya dan perbaikan.
b. Independen dalam penentuan harga produksi atas Perancangan kegiatan operasi memerlukan kerangka
barang atau jasanya. keputusan yang mencakup proses kapasitas, persediaan,
c. Mudah dalam proses pendirian. tenaga kerja dan kualitas (Sudarsono, 2002).
d. Merupakan tipe usaha yang paling cocok untuk Konsep yang paling sederhana dalam
mengelola produk, jasa atau proyek perintisan, menentukan skala operasi (kapasitas produksi) adalah
yang sama sekali baru atau belum pernah ada
bergantung pada kemungkinan perkembangan pangsa
yang mencobanya, sehingga memiliki sedikit pesaing.
pasar (market share) yang dapat diraih dan kapasitas
e. Diversifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu
mesin serta peralatan yang dimiliki perusahaan. Hal ini
dan pasar konsumen senantiasa tergali melalui
dilakukan dalam proses produksi, kemampuan keuangan
kreativitas pengelola. perusahaan dan kemungkinan adanya perubahan teknologi
f. Relatif tidak membutuhkan investasi yang terlalu produksi di masa yang akan datang (Suratman, 2002 ).
besar, tenaga kerja yang tidak berpendidikan
Penelitian studi kelayakan pada umumnya
tinggi, serta produksi lainnya yang tidak terlalu
dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis, keuangan,
mahal.
hukum, ekonomi Negara dan dampak sosial. Jenis aspek yang
dikaji tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam
dalam investasi tersebut, semakin besar dana yang
Industri kecil juga memiliki banyak kelemahan, ditanam, semakin banyak aspek yang dikaji (Husnan dan
pada umumnya dalam masalah keorganisasian, Suwarsono, 1999).
keuangan, administrasi, pembukuan, dan pemasaran. Aspek keuangan menyangkut bahasan tentang
Kelemahan keorganisasian umumnya berupa tidak jelasnya dana yang diperlukan untuk investasi, baik untuk aktiva tetap
struktur organisasi, pembagian tugas dan wewenang maupun modal kerja, sumber-sumber pembelanjaan yang
yang jelas. Dibidang keuangan biasanya lemah dalam
digunakan, taksiran penghasilan, biaya dan rugi atau laba pada
membuat anggaran, tidak adanya pencatatan dan berbagai tingkat operasi, manfaat dan biaya dalam artian
pembukuan yang memadai. Kelemahan dibidang pemasaran
finansial, seperti net present value, profitability
lazimya berupa ketidakserasian antara program produksi dan

8
indeks, payback period, dan keuangan (Husnan dan model dapat diduga. Rancangan percobaan itu dipilih
Suwarsono, 1999). berdasarkan pertimbangan :
1. Ketelitian relatif dalam menduga koefisien
parameter model
2,10. Optimasi dengan metode permukaan respon 2. Banyaknya pengamatan yang dibutuhkan
2.10.1 Metode permukaan respon
Metode permukaan respon atau respon surface Rancangan percobaan yang dpat dipergunakan
methodology (RSM) adalah suatu kumpulan dari teknik- untuk membangun model ordo kedua adalah rancangan
teknik statistika yang berguna untuk menganalisis faktorial 3k.Salah satu bentuk rancangan permukaan
permasalahan tentang beberapa variabel bebas yang respon ordo kedua yang diterapkan secara luas adalah
mempengaruhi variabel tak bebas atau respon, serta rancangan komposit terpusat (central composite design).
bertujuan untuk mengoptimalkan respon tersebut. Dengan Pada dasarnya rancangan komposit terpusat adalah
demikian metode permukaan respon dapat digunakan rancangan faktorial ordo pertama (2k) yang diperluas
peneliti untuk : melalui penambahan titik-titik pengamatan pada pusat
1. Mencari suatu fungsi pendeketan yang cocok agar memungkinkan pendugaan koefisien parameter
untuk meramalkan respon yang akan datang permukaan respon ordo kedua. Rancangan komposit
2. Menentukan nilai-nilai dari variabel bebas yang pusat didefinisikan sebagai rancangan percobaan faktorial
mengoptimalkan respon yang dipelajari 2k atau faktorial sebagian (biasanya diberik kode +1 dan -
(Gasperz, 1992) 1) ditambah dengan titik sumbu (±1,, 0, 0, ....0), (0, ±1,
0,...,0), (0, 0, ±1, ...,0), (0,0,0,..., ±1) (Gasperz, 1992)
Pada dasarnya analisis metode permukaan Penentuan kondisi operasi optimum
respon serupa dengan analisis regresi, yaitu Kriteria utama ketepatan model adalah
menggunakan prosedur pendugaan parameter fungsi berdasarkan uji simpangan dari model, dimana suatu
respon berdasarkan metode kuadrat terkceil (least square model dianggap tepat atau cocok dengan permasalahan
method), namun dalam MPR diperluas dengan apabila uji simpangan dari model bersifat tidak nyata
menerapkan teknik-teknik matematika untuk menentukan secara statistik,meskipun mungkin kriteria yang lain cukup
titik-titik optimal agar dapat ditemukan respon yang optimal memuaskan (gasperz, 1992).
(maksimal/minimal). Menurut Gasperz (1992), kelemahan Kondisi optimum akan diperoleh apabila memenuhi syarat-
dari penggunaan MPR yaitu timbulnya kesulitan bagi syarat berikut :
peneliti untuk menetapkan daerah percobaannya karena 1. Syarat perlu
dapat saja terjadi bahwa percobaan yang dilakukan tidak Ŷ Ŷ
berhasil menemukan titik optimum karena memang titik = 0 dan =0
 
optimum berada jauh diluar daerah percobaannya. 2. Syarat cukup
Pembahasan dalam MPR, variabel bebas Determinan minor utama D matrik Hessan (H)
didefinisikan sebagai x, dimana cariabel bebas itu bersifat definit negatif dimana matrik H
diasumsikan merupakan variabel kontinyu dan dapat didefinisikan sebagai berikut :
dikendalikan oleh peneliti tanpa kesalahan, diasumsikan
Ŷ
Ŷ
merupakan variabel acak (random variable). Variabel
bebas bisa terdiri dari x1, x2, ..., xk, dengan Y sebagai

variabel tak bebas (respon) yang diduga sebagian atau 

Ŷ
Ŷ
seluruhnya merupakan respon dari y1, y2, ..., yk (gasperz,
1992)
1

Pada kebanyakan MPR, hubungan matematika


menggambarkan respon percobaan yang dianggap tidak
diketahui sehingga langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menentukan perkiraan yang sesuai untuk
hubungan matematika tersebut. Jika suatu hubungan
matematika diketahui maka hubungan tersebut dapat
digunakan untuk menentukan kondisi operasi paling
efisien dari sistem yang dipelajari (Garcia dan Philipd,
1995). Penggunaan rancangan komposit terpusat akan
menghemat bahan percobaan karaena banyaknya data
yang diperlukan dalam membangun ordo kedua lebih
sedikit, selain itu fungsi persamaan matematika dari ordo
kedua dapat dijadikan sebagai salah satu kelebihan dalam
penggunaan MPR karena dapat mempermudah peneliti
dalam meramalkan respon yang akan datang.

2.10.2 Rancangan komposit terpusat


Suatu rancangan percobaan untuk membangun
model polinomial ordo kedua harus memliki paling sedikit
3 taraf dari setiap faktor yang dicobakan agar parameter

9
BAB III dengan rancangan factorial 2k, maka ditetapkan level-level
METODE PENELITIAN factor yang bersesuaian dengan titik pusat a = 0, b = 0 dan
c = 0, dengan jalan mengambil titik tengah diantara kedua
3.1. Tempat dan Waktu level Faktor yang telah dispesifikasikan dalam langkah
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia, pertama. Dari faktor dan level diatas, maka diketahui titik-
Universitas Muhammadiyah Malang pada bulan titik pusat adalah :
Nopember 2009 – Pebruari 2010. Dan analisis Fisik a. Faktor Konsentrasi CaO dengan titik pusat :
kertas dilakukan di BALITTAS Karang Ploso Malang pada 5 % + 15 % = 10 %
Bulan Januari 2010. 2
b. Faktor Suhu Pemasakan dengan titik pusat :
3.2. Alat dan Bahan 80 °C + 120 °C = 100 °C
3.2.1. Alat 2
Alat yang digunakan dalam pembuatan pulp c. Faktor Lama Pemasakan dengan titik pusat :
dari daun nenas adalah pisau, timbangan digital, panci, 60 menit + 120 menit = 90 menit
kompor, saringan, pengaduk, gelas ukur, bak/ember, 2
plastik, oven, autoklaf. Sedangkan alat yang digunakan
untuk pengujian fisik kertas di BALITTAS Karang Ploso Diketahui bahwa level-level konsentrasi CaO
Malang adalah Elmendorf Tearing Tester (uji ketahanan (A) berturut-turut adalah : 5% (kode a = -1), 15 % (kode a
sobek) dan Paper Tensile Strength Tester (uji ketahanan = 1), dan 10 % (kode a=0), maka titik tengah dari factor A
tarik). adalah 10 % serta jarak diantara level factor adalah 5 %,
dengan demikian hubungan antara variable kode a dan
variable asli A dapat dinyatakan sebagai berikut :
3.2.2. Bahan  
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pulp
 
,   5  10
dari tanaman nenas adalah daun tanaman nenas varietas (8)
Chayenne yang berasal dari Blitar, bahan-bahan dengan cara yang sama, maka dapat ditentukan bentuk
pembantu yang digunakan yaitu Kalsium oksida (CaO) hubungan antara b dan B serta c dan C, sebagai berikut :
teknis.  


,   20  100
3.3. Metodologi Penelitian (9)

3.3.1 Uji Fisik dan Kimia  ,  30  90
Tahap pengumpulan data dan analisis hasil 
penelitian uji fisik dan kimia menggunakan Metode
(10)
Permukaan Respon (RSM) dengan program Design-
Penentuan level-level faktor yang bersesuaian dengan
Expert DX8 yang diperoleh dari download dengan alamat
www.statease.com dengan Trial version. Faktor-faktor nilai -α = -1,68 dan α = 1,68 dengan jalan memanfaatkan
yang berpengaruh adalah konsentrasi CaO, Suhu dan hubungan yang ada antara variable kode dan variable asli
Waktu Pemasakan. Percobaan ini menggunakan dalam persamaan (8), (9), dan (10).
rancangan komposit terpusat (Central Composite Design)
dengan menggunakan 3 faktor, masing-masing faktor Menggunakan persamaan (8), maka diketahui bahwa :
memiliki dua level, terendah (-1) dan tertinggi (+1). Sesuai Untuk a = -1,68, maka A = 5 (-1,68) + 10 = 1,6
dengan rancangan komposit terpusat 3 faktor maka Untuk a = 1,68, maka A = 5 (1,68) + 10 = 18,4
pengulangan dilakukan pada titik tengah sebanyak 6 Menggunakan persamaan (9), maka diketahui bahwa :
(enam) kali. Faktor beserta batas atas dan bawahnya Untuk a = -1,68, maka B = 20 (-1,68) + 100 =
adalah sebagai berikut : 66,4
a. Faktor Konsentrasi CaO (A) Untuk a = 1,68, maka B = 20 (1,68) + 100 =
1. Konsentrasi CaO = 133,6
5% (a1 = -1) Menggunakan persamaan (10), maka diketahui bahwa :
2. Konsentrasi CaO = Untuk a = -1,68, maka C = 30 (-1,68) + 90 =
15% (a2 = +1) 39,6
b. Faktor Suhu Pemasakan (B) Untuk a = 1,68, maka C = 30 (1,68) + 90 =
1. Suhu Pemasakan = 140,4
80 °C (b1 = -1 )
2. Suhu Pemasakan =
120 °C (b2 = +1)
c. Faktor Lama Pemasakan (C)
1. Lama Pemasakan =
60 menit (c1 = -1 )
2. Lama Pemasakan =
120 menit (c2 = +1)
Nilai α dipilih k = 3 adalah 2 k/4 = 23/4 = 1,68.
Setelah menetapkan level-level faktor yang bersesuain

10
Pengkodean dan level asli proses atau variable bebas
ditunjukan oleh Tabel 3.
Nilai Faktor Terkodekan Nilai Faktor Aktual
Per Peng B:
lakua acaka A:CaO Waktu C:Suhu A:CaO B:Waktu C:Suhu
n n
% menit oCelcius % menit oCelcius

1 16 -1 -1 -1 5 60 80
2 5 1 -1 -1 15 60 80
3 10 -1 1 -1 5 120 80
4 1 1 1 -1 15 120 80
5 2 -1 -1 1 5 60 120
6 15 1 -1 1 15 60 120
7 19 -1 1 1 5 120 120
8 11 1 1 1 15 120 120
9 13 -1.68 0 0 1.6 90 100
10 9 1.68 0 0 18.4 90 100
11 18 0 -1.68 0 10 66.4 100
12 17 0 1.68 0 10 133.6 100
13 8 0 0 -1.68 10 90 39.6 Gambar 1. Alur Kerja Pelaksanaan Penelitian
14 6 0 0 1.68 10 90 140.4
15 12 0 0 0 10 90 100
3.4.2. Proses Pulping
16 3 0 0 0 10 90 100
Proses pulping dapat dilihat pada
17 14 0 0 0 10 90 100 diagram alir seperti pada gambar 2:
18 20 0 0 0 10 90 100
19 4 0 0 0 10 90 100
20 7 0 0 0 10 90 100

Tabel 3. Pengkodean dan Level Proses Asli Proses


atau Variabel Bebas

3.3.2. Analisis Data uji sensoris


Data uji sensoris dianalisis dengan metode
statistik non parametrik menggunakan Uji Friedman.
Penentuan hasil terbaik delakukan dengan menggunakan
metode indeks efektifitas (Susrini, 2005).
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Alur Kerja Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian secara garis
besar dapat dilihat pada Gambar 1 seperti berikut
ini :

11
3.5. Penetapan Variabel dan Parameter
Perancangan c. Kelayakan Finansial
3.5.1. Aspek Teknis Parameternya adalah :
Variabel yang diteliti adalah : - Harga bahan baku, harga mesin dan peralatan
a. Aspek Teknis proses : - Biaya penggunaan air, listrik, telepon dan
1) Karakteristik kertas seni bahan bakar
Karakteristik kertas seni parameternya adalah : - Sewa bangunan dan gaji pekerja
rendemen, kekuatan tarik, sobek dan gramatur
2) Uji sensoris produk 3.6. Teknik Pengumpulan Data
Parameternya adalah : warna, tekstur Untuk menganalisis dan
permukaan, kenampakan serat menginterpretasikan data dengan baik, maka
b. Perancangan kebutuhan mesin dan peralatan diperlukan data yang akurat dan sistematis agar hasil yang
Parameternya adalah : didapat mampu menggambarkan situasi obyek yang
- Spesifikasi mesin dan peralatan untuk diteliti dengan benar. Data tersebut bersumber dari dua
pengolahan produk kertas seni data :
- Waktu proses yang dibutuhkan dalam proses 1. Data primer
pengolahan produk kertas seni. Data primer adalah data yang diperoleh atau
c. Lokasi pendirian unit pengolah dikumpulkan langsung di lapangan oleh
Parameternya adalah : orang yang melakukan penelitian atau yang
- Jumlah bahan baku bersangkutan yang memerlukannya. Disebut juga
- Lokasi beberapa sumber (air, suhu udara, data asli atau data baru. Pada penelitian ini data
tenaga listrik dan telepon) primer diantaranya data organoleptik dan karakteristik
- Sarana transportasi kimia produk.
- Lokasi pasar 2. Data sekunder
- Lokasi tenaga kerja Data sekunder adalah data yang diperoleh
d. Perancangan Proses Pengolahan atau dikumpulkan orang yang melakukan
Parameternya adalah : penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.
- Kualitas dan kuantitas produk kertas seni. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau
- Spesifikasi dan jumlah mesin dan peralatan dari laporan-laporan peneliti terdahulu, disebut juga
yang digunakan untuk pengolahan data tersedia (Hasan, 2002). Pada penelitian ini data
- Waktu yang dibutuhkan untuk tiap tahapan sekunder yang digunakan adalah data kualitas fisik dan
proses pengolahan kimia bahan substitusi .
e. Perancangan Penjadwalan dan Pengendalian
Produksi
Parameternya adalah : Metode pengumpulan data yang dipergunakan
- Kapasitas produksi per hari unit pengolahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
produk kertas seni. a. Wawancara
- Kebutuhan bahan baku unit pengolahan Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan
produk kertas seni. mengajukan pertanyaan langsung oleh
pewawancara kepada responden.
3.5.2. Aspek Manajemen b. Dokumentasi
Variabel yang diteliti adalah : Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang
a. Penentuan struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian,
Parameternya adalah : namun melalui dokumen (Hasan, 2002).
- Kompleksitas Pekerjaan dan besar kecilnya
perusahaan 3.7. Batasan Masalah
b. Penentuan jumlah dan kualifikasi tenaga kerja Penelitian yang dilakukan dibatasi pada :
Parameternya adalah : a. Masalah yang dikaji difokuskan pada konsentrasi
- Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan CaO, waktu dan suhu dalam pengolahan produk
- Kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan pulp dari serat daun nenas yang meliputi aspek
teknis, aspek manajemen, dan aspek finansial.
3.5.3. Aspek Finansial b. Kelayakan unit pengolahan yang dirancang
Variabel yang diteliti adalah : ditentukan berdasarkan analisis finansial yaitu
a. Biaya investasi perhitungan NPV (Net Present Value), PP (Payback
Parameternya adalah : Period) BEP (Break Even Point), IRR (Internal Rate
- Harga mesin, peralatan, dan sewa Return) dan Profitability Index (PI).
bangunan
b. Biaya Operasional
Parameternya adalah :
- Harga bahan baku dan gaji pekerja
- Biaya penggunaan air, listrik, telepon dan
bahan bakar

12
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Rendemen

BAB IV Design points above predicted value


89.648

61.5799

PEMBAHASAN X1 = A: Katalis (CaO)


X2 = B: Waktu
90
Actual Factor
C: Suhu = 0.00 85

4.1. Analisis Parameter Kimia dan Fisik dengan 80

Rendemen
75

Metode Permukaan Respon (RSM) 70

65

Penelitian tahap ini, menggunakan metode 1.00


1.00

permukaan respon dengan desain komposit terpusat. Data 0.50 0.50

hasil penelitian diolah dengan program Design Expert 8. 0.00 0.00

Respon yang digunakan meliputi rendemen, ketahanan B: Waktu


-0.50 -0.50
A: Katalis (CaO)
-1.00 -1.00

tarik, ketahanan sobek, gramatur dan lignin.


Gambar 4. Profil katalis CaO, suhu dan waktu pemasakan
4.1.1. Rendemen terhadap rendemen
a. Analisis ragam
Analisis ragam disajikan pada lampiran 11, Gambar 4 memperlihatkan rendemen pulp
menunjukkan model kuadratik yang dipilih mempunyai nilai terkecil diperoleh dari kombinasi CaO 15%, suhu 1200C
F Hitung 33.15 dan nilai p = <0.0001; konsentrasi CaO dan waktu pemanasan selama 120 menit sebesar
memiliki F Hitung 172.51 dan p = <0.0001; waktu memiliki F 61,580%. Hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi
hitung 43.84 dan p = <0.0001; suhu memiliki F hitung 72.05 CaO dan suhu serta semakin lama waktu pemasakan
dan p = <0.0001. Nilai p < 0.0500 menunjukan pengaruh maka akan semakin banyak lignin yang terbuang sehingga
signifikan pada respon. Hal ini menunjukan bahwa model, rendemen yang dihasilkan akan semakin rendah pula.
konsentrasi CaO, suhu dan waktu menunjukkan pengaruh Onggo dan Astuti (2005) menjelaskan bahwa
signifikan pada respon. Standar deviasi 1,88 dan R2 = penambahan CaO 15% dengan waktu pemanasan selama
0,9676. Model persamaan kuadratik yang dihasilkan adalah 120menit menghasilkan rendemen pulp yang kecil sebesar
sebagai berikut : 68,1% dengan bobot berat yang hilang sebesar 31,9%.
y = 78,44- 6.69 x1 – 3,37 x2 -4,33 x3 + 0,25 x1 x2 - Nilai rendemen pulp berbanding terbalik
1,84 x1 x3 -0,024 x2 x3 – 0,4 x12 – 0,31 x22 dengan konsentrasi CaO, suhu dan waktu pemanasan.
– 0,61 x32 Penggunaan CaO yang semakin tinggi berakibat pada
dimana y = rendemen; x1= konsentrasi CaO; x2 = suhu; x3 = penurunan nilai rendemen, demikian pula dengan
waktu. perlakuan suhu dan waktu pemanasan. Sedangkan
rendemen berfungsi untuk mengetahui kapasitas produksi
Persamaan kuadratik diatas, berdasarkan hasil kertas dari bahan baku nenas.
analisis ragam, menjelaskan bahwa 96,76% total ragam
masuk dalam nilai rendemen sehingga model dapat 4.1.2. Ketahanan Tarik
menerangkan kondisi sebenarnya dalam arti semakin a. Analisis ragam
rendah konsentrasi CaO, suhu dan waktu pemasakan Analisis ragam disajikan pada lampiran 16,
maka nilai rendemen semakin tinggi, begitu juga sebaliknya menunjukkan model kuadratik yang dipilih mempunyai nilai
apabila semakin tinggi konsenstrasi CaO, suhu dan waktu F Hitung 67,25 dan nilai p = <0.0001; konsentrasi CaO
pemasakan maka nilai rendemen semakin rendah. Hal ini memiliki F Hitung 109,88 dan p = <0,0001; waktu memiliki F
sejalan dengan Onggo dan Astuti (2005), penurunan hitung 64,37 dan p = <0.0001; suhu memiliki F hitung 27,48
rendemen pada proses pulping disebabkan adanya dan p = <0,0001. Nilai p < 0,0500 menunjukan pengaruh
pemasakan yang mengakibatkan sebagian komponen- signifikan pada respon. Hal ini menunjukkan bahwa model,
komponen dalam serat nenas seperti garam-garam konsentrasi CaO, suhu dan waktu memberikan pengaruh
organik, garam anorganik, lemak, pigmen dan sebagian signifikan pada Ketahanan Tarik. Standar deviasi 0.004 dan
lignin terdegradasi sehingga mengakibatkan rendemen R2 = 0,9265. Model persamaan kuadratik yang dihasilkan
pulp menjadi menurun. adalah sebagai berikut :
y = 0,40 + 0,001 x1 + 0,008 x2 + 0,005 x3 + 0,0001
b. Profil interaksi faktor x1 x2+ 0,0015 x1 x3 + 0,0003 x2x3 + 0,00312
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa x12 – 0,0014 x22 – 0,000035 x32
konsentrasi CaO, suhu dan waktu pemasakan berpengaruh dimana y = ketahanan tarik; x1= konsentrasi CaO; x2 = suhu;
signifikan pada model. Profil interaksi konsentrasi CaO, x3 = waktu
suhu dan waktu pemasakan terhadap rendemen disajikan
pada gambar 4. Persamaan kuadratik diatas, berdasarkan hasil
analisis ragam, menjelaskan bahwa 92,65% total ragam
masuk dalam nilai ketahanan tarik sehingga model dapat
menerangkan nilai ketahanan tarik yaitu ketahanan tarik
akan semakin tinggi apabila konsentrasi CaO, suhu dan
waktu pemasakan semakin tinggi. Sebaliknya nilai
ketahanan tarik akan menurun apabila konsentrasi CaO,
suhu dan waktu pemasakan semakin rendah. Menurut
Onggo dan Astuti (2005), pada konsentrasi larutan alkali
yang rendah hanya sedikit melunakkan serat sehingga
serat masih tampak kaku. Hal ini diduga karena jumlah

13
lignin yang dapat dilarutkan dalam alkali pada konsentrasi sobek akan semakin tinggi apabila konsentrasi CaO, suhu
tersebut sangat sedikit sehingga ikatan antar serat dan waktu pemasakan semakin tinggi. Sebaliknya nilai
elementernya masih kuat dan menghasilkan ketahanan ketahanan sobek akan menurun apabila konsentrasi CaO,
tarik yang rendah. suhu dan waktu pemasakan semakin rendah.

b. Profil interaksi faktor b. Profil interaksi faktor


Hasil analisis ragam menunjukan bahwa Hasil analisis ragam menunjukan bahwa
konsentrasi CaO, suhu dan waktu pemasakan berpengaruh konsentrasi CaO, suhu dan waktu pemasakan berpengaruh
signifikan pada model. Profil interaksi konsentrasi CaO, signifikan pada model. Profil interaksi konsentrasi CaO,
suhu dan waktu pemasakan terhadap ketahanan tarik suhu dan waktu pemasakan terhadap ketahanan sobek
disajikan pada gambar 5. disajikan pada gambar 6.
Design-Expert® Software Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Factor Coding: Actual
Ketahanan Sobek
Ketahanan Tarik Design points above predicted value
Design points below predicted value 42.1398
0.428924
30.1733
0.378 42
X1 = A: Katalis (CaO)
0.42
X1 = A: Katalis (CaO) X2 = B: Waktu
40
X2 = B: Waktu Actual Factor
0.415
C: Suhu = 0.00 38
Actual Factor

Ketahanan Sobek
C: Suhu = 0.00 0.41
36
Ketahanan Tarik

0.405 34

0.4 32

30
0.395

0.39

1.00 1.00
0.50 0.50
0.00 0.00
-0.50 -0.50
1.00 1.00 B: Waktu A: Katalis (CaO)
0.50 0.50 -1.00 -1.00
0.00 0.00
-0.50 -0.50
B: Waktu -1.00 -1.00 A: Katalis (CaO)

Gambar 6. Profil katalis CaO, suhu dan waktu pemasakan


terhadap Ketahanan sobek
Gambar 5. Profil katalis CaO, suhu dan waktu pemasakan
terhadap Ketahanan Tarik
Gambar 6 memperlihatkan nilai ketahanan
sobek kertas terkecil diperoleh dari konsentrasi CaO 5%
Gambar 5 memperlihatkan nilai ketahanan tarik
dengan suhu 800C yang dipanaskan selama 60 menit.
kertas terkecil diperoleh dari konsentrasi CaO 5% dengan
Semakin tinggi nilai konsentrasi CaO, suhu dan lama
suhu 800C yang dipanaskan selama 60 menit. Hal ini
pemasakan maka ketahanan sobek akan semakin
dikarenakan rendahnya konsentrasi CaO (konsentrasi 5%)
meningkat. Hal ini terjadi karena semakin tinggi nilai
sehingga menghasilkan ketahanan tarik yang rendah pula.
konsenstrasi CaO, suhu dan lama pemasakan maka kadar
Nilai ketahanan tarik kertas semakin tinggi seiring dengan
lignin dalam serat nenas semakin banyak yang
meningkatnya konsentrasi CaO, suhu dan waktu
terdegradasi, sehingga serat yang dihasilkan akan lebih
pemanasan. Chatrine dan Witono (2006) menyatakan
bersih dari cemaran yang akan memperkuat ikatan antar
ketahanan tarik kertas yang tinggi dikarenakan
serat. Hal ini didukung Browyer dan haygreen (1999) yang
peningkatan jumlah serat pada bahan baku kertas, hal ini
menyatakan bahwa masing-masing serat yang menyusun
menyebabkan ikatan yang dibentuk dari serat non-kayu
suatu lembaran pulp pada gramatur tertentu turut
akan membuat kertas menjadi lebih baik.
menyumbangkan energy terhadap keseluruhan energy
yang dibutuhkan untuk penyobekan. Sehingga lembaran
4.1.3. Ketahanan Sobek
pulp dengan jumlah serat lebih banyak akan memiliki
a. Analisis Ragam
ketahanan sobek lebih tinggi.
Analisis ragam disajikan pada lampiran 15,
menunjukkan model kuadratik yang dipilih mempunyai nilai
4.1.4. Uji Gramatur
F Hitung 59,38 dan nilai p = <0.0001; konsentrasi CaO
Gramatur adalah massa lembaran kertas dibagi
memiliki F Hitung 278,35 dan p = <0.0001; waktu memiliki F
luasnya dalam satuan g/m2. Uji gramatur dilakukan untuk
hitung 168,71 dan p = <0.0001; suhu memiliki F hitung
mengetahui keseragaman sampel kertas yang telah dibuat
80,77 dan p = <0,0001. Nilai p < 0.05 menunjukan pengaruh
(Chatrine dan Witono, 2006).
signifikan pada respon. Hal ini menunjukan bahwa model,
a. Analisis Ragam
konsentrasi CaO, suhu dan waktu memberikan pengaruh
Analisis ragam disajikan pada lampiran 14,
signifikan pada ketahanan sobek. Standar deviasi 0,55 dan
menunjukkan model kuadratik yang dipilih mempunyai nilai
R2 = 0,9816. Model persamaan kuadratik yang dihasilkan
F Hitung 18.43 dan nilai p = <0.0001; konsentrasi CaO
adalah sebagai berikut :
memiliki F Hitung 114.17 dan p = <0.0001; waktu memiliki F
y = 36,04 + 2,5 x1 +1,95 x2 + 1,35 x3 +0,41 x1 x2 –
hitung 23.89 dan p = 0.0006; suhu memiliki F hitung 10.15
0,15 x1 x3 + 0,064 x2 x3 + 0,024 x12 – 0,15 x22 +
dan p = 0.0097. Nilai p < 0.05 menunjukan pengaruh
0,081 x32
signifikan pada respon. Hal ini menunjukan bahwa model,
dimana y = ketahanan sobek; x1= konsentrasi CaO; x2 =
konsentrasi CaO, suhu dan waktu memberikan pengaruh
suhu; x3 = waktu
signifikan pada gramatur. Standar deviasi 1,03 dan R2 =
0,9431. Model persamaan kuadratik yang dihasilkan adalah
Persamaan kuadratik diatas, berdasarkan hasil
sebagai berikut :
analisis ragam, menjelaskan bahwa 98,16% total ragam
y = 175,46 – 2,99 x1 – 1,37B + 0,89 x3 + 0,067 x1x2
masuk dalam nilai ketahanan sobek sehingga model dapat
– 0,48 x1 x3 – 0,025 x2 x3 + 0,79 x12 + 0,69 x22
menerangkan kondisi sebenarnya dalam arti ketahanan
+0,53 x32

14
dimana y = gramatur; x1= konsentrasi CaO; x2 = suhu; x3 = dimana y = lignin; x1= konsentrasi CaO; x2 = suhu; x3 =
waktu waktu

Persamaan kuadratik diatas, berdasarkan hasil Persamaan kuadratik diatas, berdasarkan hasil
analisis ragam, menjelaskan bahwa 94,31% total ragam analisis ragam, menjelaskan bahwa 97,68% total ragam
masuk dalam nilai gramatur sehingga model dapat masuk dalam nilai lignin sehingga model dapat
menerangkan kondisi sebenarnya yakni nilai gramatur menerangkan kondisi sebenarnya dalam arti kadar lignin
kertas akan semakin rendah apabila nilai konsentrasi CaO, akan semakin rendah apabila konsentrasi CaO, suhu dan
suhu dan waktu semakin tinggi, begitu juga sebaliknya nilai waktu pemasakan semakin tinggi, dan begitu pula
gramatur kertas akan semakin tinggi apabila nilai sebaliknya kadar lignin akan semakin tinggi apabila
konsentrasi CaO, suhu dan waktu pemasakan semakin konsentrasi CaO, suhu dan waktu pemasakan semakin
rendah. rendah. Hal ini sejalan dengan Sixta (2006) pulp dan
kertas dengan kandungan lignin lebih kecil akan
b. Profil interaksi faktor mempunyai sifat fisik yang lebih baik. Meskipun secara
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa structural lignin mengandung gugus hidroksil, namun
konsentrasi CaO, suhu dan waktu pemasakan berpengaruh sifatnya yang menolak air (hidrofob) dan kaku dapat
signifikan pada model. Profil interaksi konsentrasi CaO, menyulitkan dalam proses penggilingan sehingga
suhu dan waktu pemasakan terhadap gramatur disajikan penguraian serat tidak berlangsung sempurna. Onggo dan
pada gambar 7. Astuti (2005), penurunan rendemen pada proses pulping
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Gramatur
disebabkan adanya pemasakan yang mengakibatkan
sebagian komponen-komponen dalam serat nenas seperti
Design points above predicted value
182.067

172.067

X1 = A: Katalis (CaO)
X2 = B: Waktu garam-garam organik, garam anorganik, lemak, pigmen
Actual Factor
C: Suhu = 0.00
182
dan sebagian lignin terdegradasi sehingga mengakibatkan
180

178 rendemen pulp menjadi menurun.


Gramatur

176

174 1.00

b. Profil interaksi faktor


172
0.50

1.00

0.50
0.00

A: Katalis (CaO)
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa
0.00

-0.50
-0.50
konsentrasi CaO, suhu dan waktu pemasakan berpengaruh
-1.00 -1.00
B: Waktu
signifikan pada model. Profil interaksi konsentrasi CaO,
Gambar 7. Profil katalis CaO, suhu dan waktu pemasakan suhu dan waktu pemasakan terhadap gramatur disajikan
terhadap gramatur pada gambar 8
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual

Gambar 7 memperlihatkan nilai gramatur kertas Lignin


Design points above predicted value
17.9823

tertinggi diperoleh dari konsentrasi CaO 5% dengan suhu 6.6897

X1 = A: Katalis (CaO)

800C yang dipanaskan selama 60 menit. Yang X2 = B: Waktu

Actual Factor
C: Suhu = 0.00
20
18

mempengaruhi nilai gramatur adalah pada perlakuan 16


14

penambahan konsentrasi CaO, suhu dan waktu


Lignin

12
10

pemasakan. Konsentrasi CaO yang semakin tinggi akan 8

menyebabkan serat terputus secara lebih sempurna dan 1.00 1.00

membentuk massa serat yang kecil, sehingga jumlah serat 0.50

0.00 0.00
0.50

berkurang yang menyebabkan turunnya gramatur. -0.50 -0.50


B: Waktu A: Katalis (CaO)
-1.00 -1.00

Gambar 8. Profil katalis CaO, suhu dan waktu pemasakan


4.1.5. Lignin terhadap Kadar lignin
Lignin merupakan senyawa aromatic berbentuk
amorf, tersusun oleh unit fenol propane (Sugesty, 1990). Gambar 8 memperlihatkan nilai kadar lignin
tertinggi diperoleh dari konsentrasi CaO 5% dengan suhu
a. Analisis Ragam 800C yang dipanaskan selama 60 menit. Lignin dapat
Analisis ragam disajikan pada lampiran 13, dihidarolisis oleh sama dengan memutus ikatan α-benzil
menunjukkan model kuadratik yang dipilih mempunyai nilai eter namun metode ini tidak cocok untuk pelarut lignin.
F Hitung 46,71 dan nilai p = <0.0001; konsentrasi CaO Dalam hal ini reaksi kondensasi muncul sebagai
memiliki F Hitung 327,54 dan p = <0.0001; waktu memiliki F kompetitornya (Sugesty, 1990). Sementara itu banyaknya
hitung 44,12 dan p = <0.0001; suhu memiliki F hitung 36,83 kandungan lignin dalam bahan berpengaruh terhadap
dan p = 0.0001. Nilai p < 0.05 menunjukan pengaruh konsumsi bahan kimia dalam pulping dan bleaching
signifikan pada respon. Hal ini menunjukan bahwa model, (pemucatan).
konsentrasi CaO, suhu dan waktu memberikan pengaruh Hidrolisis merupakan proses penguraian
signifikan pada kadar lignin. Standar deviasi = 0,67 dan R2 = senyawa-senyawa yang ada dalam suatu bahan menjadi
0,9768. Persamaan kuadratik yang dihasilkan adalah senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan
sebagai berikut : air (Winarno, 1993). Pulp dibuat dengan menggunakan air
y = 14,02 – 3,29 x1 – 1,21 x2 – 1,1 x3 – 0,5 x1 x2 – sebagai pelarut karena air merupakan pelarut yang cukup
0,42 x1 x3 + 0,04 x2 x3 -0,32 x12 – 0,2 x22 – baik untuk pembuatan pulp kertas. Serat selulosa
0,1 x32 berikatan satu sama lain dengan kuat karena adanya

15
ikatan hydrogen antar serat yang jumlahnya sangat
banyak jika serat-serat ini dalam keadaan kering. Lignin
yang terdapat pada sumber serat akan mengalami
pelunakan menjadi fragmen-fragmen kecil oleh ion
hidroksil (OH) larutan pemasak (Haroen, 2006).

4.1.6 Prediksi Nilai Faktor Untuk mendapatkan Hasil


Respon Optimal
Prediksi optimasi dari faktor konsentrasi CaO,
suhu dan waktu pemasakan menggunakan criteria seperti
pada Tabel 4.
Gambar 9. Permukaan Respon dan Plot Kontur Respon
Optimum
Batas Batas
Nama Tujuan
Atas Bawah
Prediksi optimum yang dihasilkan sesuai
A:Katalis (CaO) Dalam Batas -1 1 dengan solusi 1 (Desirebility=0.9227901) adalah
B:Waktu Dalam Batas -1 1 menggunakan CaO 14,3%, lama pemasakan 120 menit
dan suhu pemasakan 120 °C. Prediksi dari solusi ini akan
C:Suhu Dalam Batas -1 1 menghasilkan rendemen 62,41%, Lignin 7,9%, gramatur
Rendemen Maksimum 61.58 89.65 172,1 g/m2, ketahanan sobek 41,67 kgf/cm2, dan
ketahanan tarik 0,42 kgf/cm2.
Kappa Minimum 45.51 122.31
Lignin Minimum 6.69 17.98 4.2. Uji Sensoris
4.2.1. Warna
Gramatur Maksimum 172.07 182.07 Hasil uji sensoris menunjukkan bahwa rerata
Ketahanan Sobek Maksimum 30.17 42.14 ranking kesukaan panelis terhadap warna kertas berkisar
antara 1 – 5 (Lampiran 17). Semakin tinggi rerata ranking
Ketahanan Tarik Maksimum 0.38 0.43 kesukaan panelis, maka tingkat kesukaan panelis
terhadap warna kertas semakin besar. Rerata ranking
Tabel 4. Batasan Optimalisasi Respon tingkat kesukaan panelis terhadap warna kertas
Menggunakan Program Design Expert 8 ditunjukkan pada Gambar 10.

Hasil komputasi menunjukan terdapat 25 solusi


untuk mengoptimalkan faktor yang diurutkan berdasarkan
tingkat desirability. Lima nilai dengan desirability teratas 10.00
adalah:
5.00
Warna

Wak Ren- Lig Grama Ket. 0.00


A1B1…
A1B1…
A1B2…
A1B3…
A1B3…
A2B1…
A2B2…
A2B2…
A2B3…
A3B1…
A3B1…
A3B2…
A3B3…
A3B3…
No CaO Suhu Desirability
tu demen nin tur Sobek

1 0.86 1.00 1.00 62.4178 7.59992 172.067 41.6701 0.9227901 Kombinasi Perlakuan
Gambar 10. Rerata Kesukaan Panelis terhadap Warna
2 0.86 1.00 0.98 62.547 7.62078 172.067 41.6469 0.9214134
Kertas pada Berbagai Kombinasi
3 0.85 1.00 1.00 62.5078 7.64768 172.087 41.6429 0.9205141 Perlakuan
4 0.86 1.00 0.96 62.6747 7.64111 172.067 41.6238 0.9200562
Rerata nilai kesukaan panelis terhadap
5 0.87 1.00 0.89 63.0276 7.68973 172.067 41.5639 0.9166749 warna kertas mempunyai nilai terendah 1 didapatkan dari
A3B1C1 (CaO 15%, suhu 800C, 60 menit), sedangkan nilai
Tabel 5. Solusi hasil Komputasi Prediksi Nilai Optimal tertinggi 5 didapatkan dari A1B1C1 (CaO 5%, suhu 800C,
Respon Menggunakan Program Design Expert 8 60 menit).
Hasil analisis Uji Friedman menunjukkan
Gazperz (1992), mendeskripsikan bahwa suatu bahwa pembuatan kertas memberikan pengaruh
metode multirespon dinamakan desirability (atau nyata (α = 0,05) terhadap rerata kesukaan warna
disarankan pada Tabel 5), dinamakan fungsi desirability. kertas. Kombinasi perlakuan terbaik tingkat kesukaan
Fungsi tersebut mencerminkan bentangan yang diinginkan warna diperoleh dari A1B1C1 (CaO 5%, suhu 800C, 60
masing-masing respon. menit).
Respon permukaan dan plot kontur respon
yang diperoleh dari konsentrasi CaO, suhu dan waktu 4.2.2. Tekstur Permukaan
pemasakan setelah proses optimalisasi dengan nilai Hasil uji sensoris menunjukkan bahwa rerata
desirability tertinggi (solusi 1) dapat dillihat pada gambar 9. ranking kesukaan panelis terhadap tekstur permukaan
kertas berkisar antara 1 – 5 (Lampiran 18). Semakin tinggi
rerata ranking kesukaan panelis, maka tingkat kesukaan

16
panelis terhadap tekstur permukaan kertas semakin besar. 4.3. Pemilihan Alternatif Terbaik Parameter Uji Sensoris
Rerata ranking tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur Penentuan perlakuan terbaik antara kombinasi
permukaan kertas ditunjukkan pada Gambar 9. konsentrasi CaO, suhu dan waktu pemasakan pada
penelitian tahap I dilakukan dengan menggunakan metode
6.00 indeks efektivitas (Susrini, 2005). Metode ini dilakukan
4.00 pada parameter uji sensoris (warna, tekstur permukaan,
Permukaan

2.00 dan kenampakan serat). Penilaian perlakuan terbaik


Tekstur

0.00
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 menunjukkan kombinasi perlakuan
terbaik pada uji sensoris diperoleh dari kombinasi
Kombinasi Perlakuan perlakuan A1B1C1 (CaO 5%, suhu 800C, 60 menit)
dengan nilai produk 0,978 yang memiliki karakteristik
Gambar 11. Rerata Kesukaan Panelis terhadap Tekstur sebagai berikut: rerata kesukaan panelis terhadap warna
permukaan Kertas pada Berbagai 5, tekstur permukaan 5, dan kenampakan serat 4,8
Kombinasi Perlakuan
Tabel 6. Penilaian Perlakuan Terbaik terhadap
Parameter Uji Sensoris pada Berbagai
Rerata nilai kesukaan panelis terhadap Kombinasi Perlakuan
tekstur permukaan kertas mempunyai nilai terendah 1
didapatkan dari A3B1C1 (CaO 15%, suhu 800C, 60 menit), Uji Sensoris
sedangkan nilai tertinggi 5 didapatkan dari A1B1C1 (CaO Kombinasi Nilai
5%, suhu 800C, 60 menit). Perlakuan Tekstur Kenampakan Produk
Hasil analisis Uji Friedman menunjukkan Warna
Permukaan Serat
bahwa pembuatan kertas memberikan pengaruh
nyata (α = 0,05) terhadap rerata kesukaan tekstur A1B1C1 5.00 5.00 4.80 0.978
permukaan kertas. Kombinasi perlakuan terbaik
tingkat kesukaan tekstur permukaan diperoleh dari A1B1C2 4.80 4.80 5.00 0.972
A1B1C1 (CaO 5%, suhu 800C, 60 menit). A1B1C3 4.80 4.80 4.60 0.928

4.2.3. Kenampakan serat A1B2C1 4.60 4.60 4.60 0.900


Hasil uji sensoris menunjukkan bahwa rerata A1B2C2 4.20 4.20 4.00 0.778
ranking kesukaan panelis terhadap kenampakan serat
kertas berkisar antara 1 – 5 (Lampiran 19). Semakin tinggi A1B2C3 4.20 4.20 4.20 0.760
rerata ranking kesukaan panelis, maka tingkat kesukaan A1B3C1 3.40 3.40 4.20 0.687
panelis terhadap kenampakan serat kertas semakin besar.
Rerata ranking tingkat kesukaan panelis terhadap A1B3C2 3.80 3.80 3.60 0.678
Kenampakan serat kertas ditunjukkan Gambar 10. A1B3C3 4.00 4.00 3.80 0.728
Rerata nilai kesukaan panelis terhadap
kenampakan serat kertas mempunyai nilai terendah 1 A2B1C1 2.20 2.20 3.40 0.430
didapatkan dari A3B3C3 (CaO 15%, suhu 1200C, 120 A2B1C2 2.60 2.60 3.40 0.487
menit), sedangkan nilai tertinggi 5 didapatkan dari A1B1C3
(CaO 5%, suhu 800C, 120 menit). A2B1C3 4.20 4.20 2.80 0.648
A2B2C1 2.80 2.80 2.80 0.450
6.00 A2B2C2 2.80 2.80 2.80 0.450
Kenampakan Serat

4.00 A2B2C3 3.20 3.20 3.00 0.528


2.00 A2B3C1 3.40 3.20 3.20 0.560
0.00 A2B3C2 3.40 3.40 2.20 0.360
A2B3C3 1.00 3.40 2.20 0.350
A3B1C1 1.20 1.00 2.60 0.173
Kombinasi Perlakuan
A3B1C2 1.60 1.20 2.00 0.157
Gambar 12. Rerata Kesukaan Panelis terhadap A3B1C3 1.80 1.60 2.00 0.203
kenampakan serat Kertas pada Berbagai kombinasi
Perlakuan A3B2C1 2.00 1.80 2.00 0.232
Hasil analisis Uji Friedman menunjukkan A3B2C2 2.00 2.00 2.00 0.250
bahwa pembuatan kertas memberikan pengaruh
nyata (α = 0,05) terhadap rerata kesukaan A3B2C3 2.00 2.00 1.40 0.185
kenampakan serat kertas. Kombinasi perlakuan A3B3C1 2.00 2.00 1.80 0.228
terbaik tingkat kesukaan kenampakan serat diperoleh
dari A1B1C3 (CaO 5%, suhu 800C, 120 menit). A3B3C2 2.00 2.00 1.00 0.142

17
A3B3C3 2.00 2.20 1.00 0.160 Jadi produk kertas seni dari daun nenas masih sangat
layak untuk bersaing dengan kertas seni yang di pasarkan
*= Perlakuan Terbaik
di Malang Raya.
4.4. Analisis Finansial
4.4.3 Break Event Point (BEP)
Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui Break Event Point (BEP) merupakan titik
tingkat kelayakan unit pengolahan pembuatan kertas impas, dimana nilai penjualan atau pendapatan sama
seni. Analisis finansial meliputi analisis kebutuhan
dengan total biaya. Analisis BEP tersebut merupakan cara
modal, biaya operasional, analisis Break Event Point (BEP),
untuk mengetahui volume penjualan minimal agar suatu
dan analisis kelayakan investasi yang meliputi perhitungan
usaha tidak mengalami kerugian tetapi juga belum
Payback Periode, Net Present Value, dan Profitability
memperoleh laba (laba sama atau dengan 0). BEP sangat
Index. Ringkasan hasil analisis finansial solusi optimal dapat
sensitif terhadap perubahan fixed operating cost, variable
dilihat pada Tabel 7.
operating cost per unit dan harga jual per unit hasil produksi
perusahaan. Hasil perhitungan BEP (Lampiran 24)
Tabel 7. Ringkasan Hasil analisis Finansial Kertas
menunjukkan bahwa titik balik pokok akan dicapai pada
Seni dari Daun nenas dengan
volume penjualan 931.968,05 lembar atau senilai Rp.
Kapasitas 2500 lembar/hari
306.958.347,59,-. Apabila perusahaan telah mencapai
No Komponen Jumlah angka penjualan tersebut di atas, maka dapat diartikan
1 Biaya tetap selama 1 Rp 54.171.333,- bahwa perusahaan telah mencapai titik dimana
tahun Rp. 40.686.000,- perusahaan tidak mengalami kerugian maupun
Biaya tidak tetap selama 1 Rp. 94.857.333,- memperoleh keuntungan.
tahun
Total biaya produksi 4.4.4 Payback Period (PP)
selama 1 tahun Payback Period merupakan metode yang
2 Jumlah Produksi selama 1 150.000 unit digunakan untuk mengukur kecepatan pengembalian
tahun modal investasi yang dinytakan dalam tahun. Hasil
3 HPP per unit Rp. 131,75 perhitungan pada Lampiran 27 menunjukkan bahwa nilai
Harga jual (per lembar) Rp. 329.37 payback period dicapai pada 1 tahun 6 bulan 3 hari. Hal ini
(mark up 50%) menunjukkan bahwa dalam jangka waktu tersebut nilai
4 BEP (unit) 931.968,05 investasi usaha sebesar Rp. 118,839,600 telah kembali.
BEP (Rp) Rp. 306.958.347,59 Lama payback period lebih pendek daripada umur proyek
yang direncanakan yaitu selama 5 tahun, sehingga dapat
4.4.1 Biaya Produksi dikatakan proyek ini layak untuk dilaksanakan.
Total biaya produksi selama 1 tahun kertas seni
dari daun nenas adalah sebesar Rp. 94.857.333,- dengan 4.4.5. Net Present Value (NPV)
perincian biaya tetap (fixed cost) sebesar Rp. Nilai Net Present Value (NPV) bernilai
54.171.333,- dan biaya tidak tetap (variable cost) sebesar positif atau lebih besar dari nol, yaitu sebesar Rp.
Rp. 40.686.000,-Perhitungan biaya produksi dilakukan 343,053,425 (Lampiran 27), dengan demikian unit usaha
dalam periode 1 tahun yang merupakan jumlah industri kertas seni dari daun nenas layak dilaksanakan.
keseluruhan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap dalam 1 Menurut Husnan dan Suwarso (2002), kriteria finansial
tahun yang melibatkan biaya bahan baku, biaya tenaga bila NPV > 0 maka proyek dinyatakan layak, jika NPV = 0
kerja dan biaya overhead pabrik (Husnan dan Sudarsono, maka proyek mengembalikan sebesar social opportunity
1999). cost of capital, dan jika NPV < 0 maka proyek dinyatakan
tidak layak.
4.4.2 Harga Pokok Produksi (HPP)
Harga Pokok Produksi (HPP) sebesar Rp. 4.4.6. Internal Rate of Return (IRR)
131,75. Harga jual yang dihitung di tingkat produsen ke Metode ini digunakan untuk mencari tingkat
pengecer sebesar Rp. 329.37 ≈ Rp. 400,00 dengan bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus
asumsi pengambilan mark up sebesar 50% dari setiap kas yang diharapkan dimasa yang akan datang
produk unit yang terjual. Menurut Husnan dan Sudarsono atau penerimaan kas, dengan pengeluaran investasi awal
(2002), besarnya mark up di tingkat produsen langsung ke (Umar, 2000). Dengan kata lain IRR adalah tingkat bunga
konsumen sebesar 20%, jika melalui agen sampai ke dimana nilai NPV = 0. Nilai IRR pada suku bunga 10%-20%
pengecer besarnya mark up 50%, dan bila pengecer adalah 49,6%, sedangkan pada suku bunga 15%-30% sebesar
menjual produk ke konsumen akhir mark up yang 61% (Lampiran 35).
ditentukan sebesar 70%. Sehingga diperkirakan pengecer
menjual produk ke konsumen akhir dengan mark up 70%, 4.4.7 Profitability Index (PI)
maka diperkirakan harga produk sampai ke konsumen Nilai Profitability Index (PI) bernilai positif atau
sebesar Rp 500,00 dengan ukuran 15 x 20 cm. lebih besar dari nol, yaitu sebesar 3,89 (Lampiran 27),
Harga kertas seni untuk kualitas yang bagus dengan demikian unit usaha industri kertas seni dari daun
ukuran 15 x 20 cm di wilayah Malang Raya (Kota Batu, nenas layak dilaksanakan. Menurut Husnan dan
Kabupaten dan Kota Malang) rata-rata berkisar antara Suwarso (2002), proyek dinyatakan layak, apabila PI >
Rp. 800,00 – Rp. 900,00, sedangkan untuk kualitas yang 0.
kurang bagus berkisar antara Rp. 300,00 – Rp. 400,00.

18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN a
. 2005. Pulp. (online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pulp, diakses
5.1. Kesimpulan
19 November 2009)
Kombinasi perlakuan terbaik berdasrkan indeks
efektifitas diperoleh darii kombinasi perlakuan A3B2C3 (3
b
cm, pemasakan 2 jam, 75% pulp serat nanas dan 25% . 2005. Kertas Daur Ulang. (online),
bubur kertas koran) dengan nilai produk 0,757 yang (http://hijaubumiku.blog.com, diakses 20
memiliki kandungan rendemen 64,185%, gramatur Desember 2009)
206,767 g/m2, ketahanan sobek 80,913 kgf/cm2,ketahanan
tarik 0,839 kgf/cm, warna 5, tekstur permukaan 5, dan c
. 2005. Kualitas Kertas Bekas. (online),
kenampakan serat 4,8.
(http://www.unmul.ac.id/dat/pub/lemlit/kualit
Lokasi unit pengolahan kertas seni dari daun
as_kertas.pdf#search=%22kertas%20daur
nenas skala industri direncanakan di Blitar. Total biaya
%ulang%22, diakses 20 Desember 2009)
produksi selama 1 tahun kertas seni dari proporsi serat daun
nenas dan daur ulang kertas koran kompas adalah sebesar
Anonymous, 2002. Kemiskinan dan ketenagakerjaan.
Rp. 38,012,800,- dengan perincian biaya tetap (fixed cost)
(online), (http://www.bappeprop-
sebesar Rp. 29,146,000,- dan biaya tidak tetap (variable
jatim.go.id/index.php, diakses 11 April
cost) sebesar Rp. 8,866,800,-. Harga Pokok Produksi
2009)
sebesar Rp. 243,67. Harga jual yang dihitung di tingkat
produsen ke pengecer sebesar Rp. . 365, 51 ≈ Rp.
Assauri, S. 1990. Management Produksi. Lembaga
400,00.
Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas
Perhitungan BEP dicapai pada volume penjualan
Indonesia. Jakarta.
314.469,49 lembar atau senilai Rp. 114,941,018,-. Nilai
payback period dicapai pada 2 tahun 4 bulan 10
Browyer, J. L., Haygreen, J. E. 1999. Hasil Hutan dan
hari .Nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp.
Ilmu Kayu. Gajah Mada University Press.
32,107,512. Nilai Profitability Index (PI) sebesar 1,43
Alih Bahasa: Hadikusumo S. A. Hal 595-
dengan demikian unit usaha industri kertas seni dari daun
599
nenas layak dilaksanakan.
Bainbridge, D. 1996. Recycling Paper and Recycled
Paper. (online),
5.2. Saran
http://sdearthtimes.com/et1096/et1096s.11.
Perlu dikaji tentang penelitian lebih lanjut
html, diakses 24 April 2009).
tentang pembuatan kertas seni dari daun nenas dengan
berbagai jenis koran maupun majalah, sehingga dapat
Bahari, N. 1995. Kertas Seni Sebagai Media Ekspresi
diperoleh jenis kertas seni yang berkualitas baik teknis
Murni., (online),
maupun finansial.
(http://www.geocities.com/kertasseni/index.
htm, diakses 28 Maret 2009).
DAFTAR PUSTAKA
. 2008. Jenis Tanaman Nenas (online),
Asbani, N. 1994. Laporan kerja lapangan di
(http://Blitarian.com, diakses 24 April 2009).
perkebunan nanas PT GGPC. Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Balai Besar Penelitan Tanaman Serat Bandung, 2009,
Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
(online). (http://BBPT Bandung.com,
diakses 20 Desember 2009)
Andi Santoso, 2008, Membuat Kertas Daur Ulang.
Kanisius. Yogyakarta
Casey. J.P, 1991, Pulp and Paper Chemistry and
Chemical Technology, Jhon Wiley and
APKI Direktori, 1997 (onlione), (http://APKI
Son Inc, New York, pp 87-92
direktori.com, diakses 25 November
2009)
Degarmo, E.P., Sillivan, W.G and Canada, J.R, 1984,
Engineering Economy, Seventh Edition,
Anonymous. 2005. Barang yang Dihasilkan Industri Besar dan
Macmillan Publishing Company, New York
Sedang di Jawa Timur 2002. BPS Prop. Jawa
Timur
Ervasti, I. 1996. Global Supply/Demand Balance For
Recovered Paper and Future Outlook.
Anonymous, 2005. Jawa Timur Dalam Angka. Badan
Paper Recycling’ 96 Conf. (London) Proc.,
Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.
1-9
Anonymous, 1996. The New York of Knowledge. Fengel, D dan Wegener, G, 1985, Kayu, Kimia,
Volume 15, Grolier Incorporated, New
Ultrastruktur, Reaksi-reaksi, Gajah
York, pp. 52-58
Mada University Press, Yogyakarta

19
Nurminah, 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan
Fengel, D dan G.Wegener. 1995. Kayu, Kimia Kemasan Plastik dan Kertas Serta
Ultrastruktur dan Reaksi-Reaksi. Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang
Penerjemah H.Sastrohamidjojo. Gadjah Dikemas. Fakultas Pertanian. Jurusan
Mada University Press. Yogyakarta. Teknologi Pertanian. Universitas
Sumatra Utara. (online),
Houen. 1992. Basic of Papermaking. Mc.Graw Hill. New (http://library.usu.ac.id/modules.php?,
York, pp: 135-140 akses April 2009).

Haygreen, J.G., Bowyer, J.L., 1998, Hasil Hutan Mahyar. 2001. Membuat Kertas Daur Ulang
dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar, Berwawasan Lingkungan. Puspaswara.
Penerjemah; Hadikusumo, S.A., Jakarta.
Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, pp 581-600. Muljaningsih, S. 1999. Membuat Kertas Daur Ulang
Berwawasan Lingkungan. Puspa Swara.
Himmelblau, D. M., 1996. Basic Principles and Jakarta.
Calculations in Chemical Engineering
Sixth Edition. Prentice-Hall International Nitisemito, A.S. 1998. Pengantar Praktis Ekonomi
Ediyions. Printed in the United Stated of Perusahaan : Pedoman Mendirikan dan
America Membina Usaha. Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Hasan, I.M. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi
Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Onggo, H dan J. Triastuti. 2004. Pengaruh Sodium
Indonesia. Jakarta Hidroksida dan Hidrogen Peroksida
terhadap Rendeman dan Warna Pulp
Husnan, S. Dan Suwarsono. 1999, Studi Kelayakan dari Serat Daun Nenas. Jurnal Tolak Ukur
Proyek. Edisi Kedua. Penerbit UPP AMP Pemanfaatan Serat Alam Bagian Proyek
YKPN. Yogyakarta. Penelitian dan Pengembangan Otomotif,
Transportasi, dan Energi LIPI.
Husnan, S. Dan Suwarsono. 2002, Studi Kelayakan Jakarta.(online),(http://biomaterial-
Proyek. Edisi Ketiga. Penerbit UPP AMP lipi.org/mapeki/wp-content, akses April
YKPN. Yogyakarta 2009

Joedodibroto, R. 1997. Prospek Pemanfaatan Enceng Perry, R.H., Green D. W., 1994. Perry's Chemical
Gondok Dalam Industri Pulp dan Kertas. Engineers' Handbook. Sixth Edition.
Berita Selulosa. Edisi Maret 1983. Volume McGraw Hill International Edition.
XIX No. 1. Balai Penelitian Pulp Balai Singapore.
Besar Selulosa. Bandung.
Pracaya, 1990, Bertanam Nenas, PT. Penebar Swadaya,
Kirk and Othmer, 1979, Encyclopedia of Chemical Anggota IKAPI, Jakarta
Technology, 2 rd edition8, John Wiley
and ons, Inc, New York. Piggot, 1994, Handbook for Pulp and Paper
Technologists. 3nd edition. Angus Wilde
Kirk and Othmer, 1999, Encyclopedia of Chemical publications Inc. Vancouver
Technology, 3 rd edition8, John Wiley
and ons, Inc, New York Rukmana, R. 1996. Usaha Tani Nenas. Kanisius. Yogyakarta

Kemas Ali Hanafiah, 1991, Rancangan Percobaan Rakhmindah, D. 2007. Studi Pembuatan Kertas Seni
Teori dan Aplikasi, Edisi Ketiga, PT Raja dari Batang Jagung (Zea mays L)
Grafindo Persada, Jakarta (Kajian Konsentrasi Larutan NaOH dan
Muljohardjo, 1994, Bertanam Nenas, PT. Penebar Larutan CaO serta Lama Hidrolisis).
Swadaya Anggota IKAPI, Jakarta 1982. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang

Malo, B. A. 2004. Membuat Kertas Dari Pelepah Retno, R.K. 2005. Pengawasan Kualitas Produk
Pisang. Kanisius. Yogyakarta. Akhir Kertas Pada Papernoard
Manufacture PT Surya Pamenang
Morton, J. 1997. Pineapple. In: fruits of warm climates. Kediri. Laporan Praktek Kerja Lapang.
Julia F. Morton, Miami, FL p. 18 28. Universitas Brawijaya. Malang
http://www.
hort.purdue.edu/newcrop/morton/pineappl Smook, G.,A. 1994. Handbook for Pulp and Paper
e.html. Technologists. 2nd edition. Angus Wilde
publications Inc. Vancouver

20
Sukmani, N.A. 2000. Perancangan Produk Kertas Seni
dari Ampas Umbi Garut (Maranta
arundinaceae): Kajian Lama Pemanasan
dan Konsentrasi Larutan NaOH serta
Analisis Finansialnya. Skripsi. Universitas
Brawijaya. Malang

Subanar, H. 2001. Manajemen Ulsaha Kecil. Edisi ke-1.


PT. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Suryanto, 2000. Perhitungan Neraca Massa, Rendemen


dan Aplikasi dalam Usaha. PT.
Prenhallindo. Jakarta.

Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Direktorat


Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Sutojo, S. 1996. Studi Kelayakan Proyek ; Teori dan


Praktek. PT Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta.

Sutoyo, S. 1999. Studi Kelayakan Proyek. Konsep dan


Teknik. Lembaga Pendidikan dan
Pembinaan Manajeinen. Jakarta.

Sukundayanto, dkk. 2004. Pengembangan Kertas Seni


Untuk produk Komersial.(online),
(http://72.14.203.104/search?q=chace:Aus
nTaarT18J, diakses 24 April 2009).

Samson, 1990, Bertanam Nenas, PT. Penebar


Swadaya Anggota IKAPI, Jakarta 1982.

Umar, H. 2000. Studi Kelayakan Bisnis: Manajemen,


Metode, dan Kasus. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sixta, H. 2006. Handbook of Pulp. Wiley-Vch & Co. New
Orleans

Tim Suhuf Kertaseni Nusantara. 2004. Berkreasi dengan


Kertas Daur Ulang. Puspa Swara, Jakarta

Wibowo, S., Murdinah, dan Y. N. Fawzya. 2002. Pedoman


Mengelola Perusahaan Kecil. Penebar
Swadava. Jakarta.

Wignjosoebroto, S. 2000. Tata Letak Pabrik dan


Pemindahan Bahan. Edisi 3. Penerbit Guna
Widya. Surabaya
Wahyuningtias, E. 2007. Optimasi Konsentrasi
NaOH dan Tapioka Pada
ProsesProduksi Kertas Seni dari
Pelepah Pisang. Skripsi. Universitas
Brawijaya. Malang

21

Anda mungkin juga menyukai