Anda di halaman 1dari 3

Kebebasan berpendapat

Semenjak demokrasi bergulir pada sekitar 12 tahun yang lalu, satu hal fundamental yang
paling banyak mendapat apresiasi adalah perihal kebebasan berpendapat. Zaman orde bari
dinilai tidak lagi layak untuk memimpin Indonesia. Masyarakat membutuhkan sebuah
kebebasan dalam berpendapat, yang diikuti juga dengan kebebasan pers sehingga pers tidak
lagi menjadi kaki tangan pemerintah.

Kebebasan berpendapat sebagai hasil dari demokrasi ini membawa suatu dampak positif,
yakni apresiasi masyarakat yang lebih tertampung dan keterjaminan mereka dalam
mengungkapan pendapat. Namun di sisi lain, ada juga sisi negatif yang dimunculkan dari
kebebasan berpendapat ini, yakni munculnya wacana-wacana yang sebelumnya tidak pernah
dikenal karena hal tersebut dinilai sebagai perwujudan dari suatu kebebasan berpendapat.
Oleh karena itu, mereka yang menganut paham sekularisme ataupun berideologi dengan
agama tertentu merupakan perwujudan nyata bagaimana suatu kebebasan berpendapat dan
berpikir itu telah dijamin.

Bertentangan dengan Pancasila

Namun sayangnya, yang seringkali terjadi adalah ketidakadilan kita terhadap pemikiran-
pemikiran yang mereka anut. Di satu sisi kita mengecam sekularisme, namun di sisi lain kita
mendukung partai berideologi agama atau sebaliknya. Kita menganggap bahwa sebenarnya
dibalik semua itu ada yang lebih benar, entah itu menjadikan Indonesia sebagai negara
sekuler atau menjadikan Indonesia sebagai negara agama.

Sebenarnya, yang perlu digarisbawahi dalam permasalahan ini adalah bagaimana kita
menyikapi hal tersebut dari sudut pandang dasar negara yang sudah kita miliki, yakni
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hanya dengan melihat dari kedua dasar itu saja maka
kita akan berpijak pada sesuatu yang objektif.

Pertama, penting bagi kita untuk melihat sila pertama dalam Pancasila, yakni Ketuhanan
Yang Maha Esa. Paccasila sama sekali tidak menerapkan prnsip sekularisme, akibatnya
permasalahan mengenai agama dapat dengan mudah diperbincangkan di ruang publik. Hal
inilah yang kemudian sering menimbulkan gesekan-gesekan jika masing-masing umat tidak
bisa mengembangkan sikap toleransi.
Oleh karena itulah maka ada orang yang menganggap bahwa sekularisme itu lebih baik untuk
Indonesia. Mereka menilai bahwa perbincangan agama dalam ranah publik akan sangat
rentan menimbulkan perpecahan dan karena itu agama harus ditempatkan pada ruang privat
terutama untuk di Indonesia, dimana gesekan-gesekan antarumat beragama masih sering
terjadi.

Dalam hal ini, sebenarnya sekularisme bertentangan dengan Pancasila. Bukan masalah
mereka mengakui adanya Tuhan atau tidak, namun masalah pada penempatan agama. Jika
dalam Pancasila agama bisa berada pada ranah publik, maka pada sekularisme agama harus
berada pada ruang privat, bebas dari intervensi siapapun termasuk pemerintah sendiri.

Kedua, penting juga bagi kita untuk melihat Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar negara
Indonesia yang plural. Makna yang sangat mendalam pada dasar ini sudah sangat jelas, yakni
meskipun kita berbeda-beda, namun kita tetap satu. Artinya adalah Indonesia sangat
menghargai keragaman, menjunjung tinggi keberagaman dan tidak menjadikan satu hal lebih
tinggi dari yang lainnya.

Selanjutnya, jika kita melihat partai berideologi agama, sebenarnya mereka juga memiliki
kesalahan. Pertama, karena ideologi mereka didasarkan pada agama dan bukan Pancasila. Hal
ini menyebabkan adanya penyimpangan dari dasar-dasar negara yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Ditengah Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sudah menjadi prinsip dasar yang
dijunjung tinggi, harus muncul wacana baru pembentukkan negara dengan sebuah ideologi
agama.

Kesalahan kedua yakni tidak menyamaratakan kedudukan keberagaman. Jika salah satu
agama dijadikan ideologi di Indonesia, maka agama itu pastinya memiliki kedudukan yang
lebih daripada agama-agama lainnya. Meskipun bisa dikatakan bahwa setiap agama
menjunjung pluralitas, namun dengan ditempatkannya satu agama dalam sistem
pemerintahan, hal itu berarti pendikriminasian terhadap agama-agama lainnya dan
mengancan keberagaman, yakni dalam hal ini kesetaraan dalam hal-hal yang membuat
Indonesia beragam tersebut.

Dari pemaparan di atas, nampak jelas bahwa sebenarnya sekularisme dan partai berideologi
agama itu memiliki pijakan yang berbeda dari dasar negara yang sudah ditetapkan. Lalu,
mengapa banyak dari kita yang mengecam sekularisme saja, apalagi sampai ada yang
mengaitkannya dengan atheis?

Menurut hemat penulis, jika kita ingin mengecam yang satu, kecamlah juga yang lain. Hal ini
disebabkan karena kedua pemikiran mereka bertentangan dengan dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini. Namun, di sisi lain, jika kita ingin menghargai yang satu, maka
hargailah juga yang lain sebagai bentuk penghargaan atas adanya kebebasan berpendapat.
Sebenarnya, akan menjadi tidak imbang jika kita hanya mengecam yang satu dan membela
yang lain, karena hal itu sama saja yakni menyangkal dasar negara kita sendiri, Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika

Anda mungkin juga menyukai