Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latarbelakang
Transportasi darat merupakan moda transportasi yang paling dominan di
Indonesia dibandingkan moda tranportasi lainnya seperti transportasi udara dan
transportasi laut. Hal ini ditunjukkan dari data OD Nasional 2001 yang
menggambarkan bahwa ± 95% perjalanan penumpang dan barang menggunakan
moda transportasi darat. Besarnya persentase tersebut merefleksikan tingginya
ketergantungan penduduk Indonesia terhadap moda transportasi ini.
Oleh sebab itu, perencanaan pengembangan transportasi darat menjadi
prioritas utama dalam rangka pembangunan Indonesia secara keseluruhan.
Pengembangan transportasi darat dibutuhkan tidak hanya untuk mengatasi
permasalahan transportasi yang terjadi saat ini, tetapi juga untuk menjawab
permasalahan transportasi yang diperkirakan muncul di masa yang akan datang.1
Provinsi Bali memiliki wilayah seluas 5.632,86 km2 (0,29% dari luas
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia). Secara administrasi Provinsi Bali
terdiri dari 8 Kabupaten, yaitu Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung, Karangasem,
Tabanan, Buleleng, Jembrana dan satu Kotamadya Denpasar sebagai pusat ibu kota
Provinsi, 55 Kecamatan, 701 Desa/Kelurahan, 1432 Desa Adat/Desa Pekraman dan
3045 Banjar Adat. Daerah Bali terletak di antara 7,54 º dan 8,13 º Lintang Selatan
dan 114,25 º dan 115,43 º Bujur Timur. Pulau Bali memiliki letak yang strategis
karena menghubungkan lalu-lintas darat dan laut antara pulau Jawa dengan
kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Bali secara regional juga memiliki letak strategis
karena menghubungkan Benua Asia dan Benua Australia.2
Singaraja adalah ibu kota kabupaten Buleleng, Bali, Indonesia. Luasnya
adalah 27,98 km² dan penduduknya berjumlah 80.500 jiwa. Kepadatan
penduduknya adalah 2877 jiwa/km². Letaknya berada pada 08° 03’40” - 08° 23’00”
LS 114° dan 25’ 55” - 115° 27’ 28” BT. Letaknya memanjang di ujung utara Pulau

1
https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/seputar-pengertian-transportasi-darat-44, Diakses tanggal
16 Maret 2019
2
https://icsgteis.unud.ac.id/csgteis2013/?page_id=304 diakses tanggal 16 Maret 2019
Bali, dengan posisi geografis kota Singaraja memerlukan waktu tempuh sekitar 2-
3 jam dari Pusat Kota Denpasar. Lamanya waktu tempuh inilah yang menjadi dasar
pertimbangan untuk dibangunnya Jalan Shortcut Mengwitani Singaraja.
Jalan Shortcut adalah suatu jenis jalan yang merupakan pemotongan jalur
dari yang biasanya, agar lebih efisien jarak dan waktu tempuh. Seperti contoh yang
ada di Bali ini pada Jalur Denpasar-Gilimanuk3
Keberadaan Shortcut Mengwitani-Singaraja ini sangat penting untuk
menciptakan pemerataan pembangunan antara Bali Utara dan Selatan. Buleleng
khususnya yang terletak di ujung utara Pulau Bali. Terlebih, Bumi Denbukit
sejatinya sudah memiliki potensi pariwisata yang luar biasa. Diperkirakan kalau ada
shortcut, jarak tempuh bisa dipangkas menjadi 1,5 jam, karena Singaraja punya
banyak potensi baik itu hasil alam dan sumber daya manusianya, sehingga lebih
mempermudah distribusi barang atau hasil alam sehingga ini juga akan
meningkatkan perekonomian warga sekitar.
Untuk itulah saya tertarik sekali untuk membahas lebih lanjut mengenai
“Desain Pondasi I Jalan Shortcut Mengwitani Singaraja”

3
https://curcoleksentrik96.wordpress.com/2015/12/02/bedanya-jalan-tol-flyover-terowongan-
jembatan-tol-underpass-by-pass-ring-road-jembatan-biasa-jlnt/ , diakses 16 Maret 2019
BAB II
Perencanaan Proyek
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK
BAB IV
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai