Anda di halaman 1dari 25

KARAKTERISTIK KESEHATAN JIWA PADA MASYARAKAT

AGRARIA DAN MARITIM DI WAKATOBI

I. SEJARAH WAKATOBI
Sebelum menjadi daerah otonom wilayah
Kabupaten Wakatobi lebih dikenal sebagai
Kepulauan Tukang Besi. Pada masa sebelum
kemerdekaan Wakatobi berada di bawah
kekuasaan Kesultanan Buton. Setelah
Indonesia Merdeka dan Sulawesi Tenggara
berdiri sendiri sebagai satu provinsi, wilayah
Wakatobi hanya berstatus beberapa
kecamatan dalam wilayah pemerintahan
Kabupaten Buton. Selanjutnya sejak tanggal 18 Desember 2003 Wakatobi resmi
ditetapkan sebagai salah satu kabupaten pemekaran di Sulawesi Tenggara yang
terbentuk berdasarkan Undang – Undang Nomor 29 tahun 2003 tentang
pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka
Utara.
Saat pertama kali terbentuk Wakatobi hanya terdiri dari lima kecamatan yaitu
Kecamatan Wangi-Wangi, Kecamatan Wangi Selatan, Kecamatan Kaledupa,
Kecamatan Tomia dan Kecamatan Binongko. Pada tahun 2005 melalui Peraturan
Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 19 Tahun 2005 dibentuk Kecamatan
Kaledupa Selatan dan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 20
Tahun 2005 dibentuk Kecamatan Tomia Timur. Selanjutnya pada tahun 2007
melalui Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 41 Tahun 2007 dibentuk
Kecamatan Togo Binongko sehingga jumlah kecamatan di Kabupaten Wakatobi
menjadi 8 kecamatan yang terbagi menjadi 100 desa dan kelurahan (25 kelurahan
dan 75 desa).
Penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Wakatobi sebagai daerah otonom
secara resmi ditandai dengan pelantikan Syarifudin Safaa, SH, MM sebagai
pejabat Bupati Wakatobi pada tanggal 19 Januari 2004 sampai dengan tanggal 19
Januari 2006. Kemudian dilanjutkan oleh H. LM. Mahufi Madra, SH, MH
sebagai pejabat bupati selanjutnya sejak tanggal 19 Januari 2006 sampai dengan
tanggal 28 Juni 2006.
Kemudian berdasarkan hasil pemilihan kepala daerah secara langsung maka
pada tanggal 28 Juni 2006 Bupati dan Wakil Bupati Wakatobi yang terpilih yaitu
Ir. Hugua dan Ediarto Rusmin, BAE dilantik oleh Gubernur Sulawesi Tenggara Ali
Mazi, SH atas nama Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 132.74-314 tanggal 13 Juni 2006 tentang pengesahan
pengangkatan Bupati Wakatobi Ir. Hugua dan Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor : 132.74-315 tanggal 13 Juni 2006 tentang pengesahan
pengangkatan Wakil Bupati Wakatobi Ediarto Rusmin, BAE untuk masa bhakti
2006-2011.
Saat ini kepemimpinan daerah di Kabupaten Wakatobi dijabat oleh pasangan
bupati dan wakil bupati Ir. Hugua dan H. Arhawi, SE sejak dilantik oleh Gubernur
Sulawesi Tenggara H. Nur Alam, SE pada tanggal 28 Juni 2011 atas nama Menteri
Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor :
132.74-403, tanggal 30 Mei 2011 tentang pengesahan pengangkatan Bupati
Wakatobi Ir. Hugua dan Wakil Bupati Wakatobi H. Arhawi, SE untuk masa bhakti
2011-2016.

II. KONDISI GEOGRAFIS DAERAH


LETAK DAN LUAS WILAYAH
a. Kabupaten Wakatobi terletak dibagian Tenggara Pulau Sulawesi atau di bagian
Selatan garis Khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan di antara 5.00° -
6.25° Lintang Selatan ( sepanjang ± 160 Km) dan membentang dari Barat ke
Timur diantara 123.34° - 124.64° (sepanjang ± 120 Km).
b. Batas Wilayah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan perairan laut Kabupaten Buton dan Buton
Utara
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores
- Sebelah Barat berbatasan dengan perairan laut Kabupaten Buton.

c. Luas wilayah Kabupaten Wakatobi adalah sekitar 19.200 km², terdiri dari
daratan seluas ± 823 km² atau hanya sebesar 3%, dan luas perairan ±
18.377 km2 atau sebesar 97 % dari luas Kabupaten Wakatobi adalah
perairan laut. Secara administrative Kabupaten Wakatobi terdiri dari 8
wilayah Kecamatan, 75 Desa dan 25 Kelurahan. Wilayah Kecamatan
terluas adalah Kecamatan Wangi-Wangi dengan luas 241 km² (29,40%)
yang sekaligus merupakan wilayah ibukota Kabupaten, sedangkan
kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Kaledupa,
yaitu seluas 45,50 km² (5,53%), (Sumber :LPPD Kabupaten Wakatobi
2013)
d. Kabupaten Wakatobi terdiri dari 8 Kecamatan yaitu Wangi-wangi, wangi-
Wangi Selatan , Kaledupa, Kaledupa Selatan , Tomia, Tomia timur ,
Binongko, dan Togo Binongko.
e. Wakatobi terletak pada Pusat Segi Tiga Karang Dunia (Coral Triangle
Center), memiliki jumlah keanekaragaman hayati kelautan tertinggi di
dunia yakni 750 jenis karang dari 850 spesies Karang dunia, 900 jenis ikan
dunia dengan 46 divecites teridentifikasi (salah satunya Marimabuk), 94
spesies ikan, 90.000 Ha terumbu karang, karang Atol Kaledupa dengan
panjang 48 km dan merupakan karang Atol terpanjang di Dunia (Operation
Wallasea, 2006), (Sumber :LPPD Kabupaten Wakatobi 2013)

III. KEADAAN DEMOGRAFI DAN TINGKAT PENDIDIKAN

Kabupaten Wakatobi mempunyai penduduk sebanyak95.157 jiwa yang terdiri


dari laki-laki sebanyak 45.677 jiwa dan perempuan sebanyak 49.480 jiwa. Pada tahun
2014 rata-rata jumlah jiwa/rumah tangga di Kabupaten Wakatobi adalah 4,2 jiwa/RT
dengan kepadatan penduduk sebesar 115,6 jiwa/km2.
Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikannya, penduduk di Kabupaten Wakatobi yang


tamat SD/MI sebanyak 2.263 orang, tamat SMP/MTs sebanyak 2.065 orang, tamat
SMA/MA sebanyak 1.553 orang. Salah satu masyarakat etnis Bajo yang merupakan
masyarakat minoritas memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Adapun
jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Wakatobi tahun 2014 adalah TK sebanyak 56
buah, SD sebanyak 115 buah, SLTP sebanyak 39 buah, SLTA sebanyak 15 buah dan
Perguruan Tinggi sebanyak 5 buah.

IV. POTENSI PEREKONOMIAN KABUPATEN WAKATOBI


A. PERTANIAN DAN PETERNAKAN
Setelah Kabupaten wakatobi terbentuk hasil pembangunan di sektor pertanian
tanaman pangan manfaatnya sudah dirasakan oleh sebahagian besar penduduk di
Kabupaten Wakatobi khususnya Pulau Wangi-wangi terutama ubi kayu yang dari
dulu hingga sekarang ini cukup bermanfaat sebagai makanan pengganti beras.
Seiring dengan pertambahan penduduk yang diakibatkan oleh banyaknya pegawai
yang setiap tahun makin bertambah dan para pencari kerja dalam bidang lain
menuntun para petani untuk lebih meningkatkan lagi produksi pertaniannya.

Ubi kayu sebagai tanaman bahan makanan yang memiliki luas areal produksi
paling luas yaitu Tahun 2013 sebesar 1. 094 Ha sedangkan data bulan desember
luas areal tanaman Ubi Kayu sebesar 1.369 Ha atau bertambah sebesar 25%, setelah
ubi kayu tanaman bahan makanan lain adalah jagung yaitu 378 Ha pada tahun
2013,Sedangkan tanaman lainya setelah Ubi Kayu dan Jagung adalah Ubi jalar dan
Kacang Tanah.
Pada sektor Peternakan secara keseluruhan populasi ternak di Kabupaten
Wakatobi mengalami peningkatan, Pada tahun 2011 populasi ternak Ayam
Kampung meningkat yaitu dari 22.948 ekor menjadi 24.971 ekor pada Tahun 2013
atau naik 4,40% pertahun,Populasi ternak kambing meningkat dari 6.712 ekor pada
Tahun 2011 menjadi 7.681 ekor pada Tahun 2013 atau naik 7,22% pertahun.

B. KELAUTAN DAN PERIKANAN

Produksi perikanan di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2011 mengalami


peningkatan dari 6.036,6 ton menjadi 6.859,4 ton pada tahun 2013 (naik 6,81%) ,
sementara produksi perikanan laut menurut jenisnya bervariasi yaitu untuk produksi
Perikanan Tangkap tahun 2010 meningkat dari 6.645,6 ton menjadi 7.298,2 ton pada
tahun 2013 (naik 3,27% pertahun) dan sementara produksi budidaya mengalami
penurunan yaitu dari 1.400 ton tahun 2010 menjadi 354 ton pada tahun 2013 atau
turun 98.49% pertahun .

Produksi Perikanan laut menurut Jenis; Ikan Tuna dan Ikan Laut lainnya pada
tahun 2010 sebesar 5.952,5 ton dan meningkat pada Tahun 2013 sebesar 6.859,4 ton
atau 5,8% pertahun sedangkan untuk Produksi Ikan Mas dan Jenis Ikan Darat
Lainnya serta Ikan Bandeng dan Jenis Ikan Payau Lainnya belum ada mengenai
jumlah produksinya. Luas areal untuk Budi daya Rumput laut dan Tumbuhan Laut
Lainnya pada tahun 2010 sebesar 927,2 ha. ( Sumber : Wakatobi dalam Angka 2014).
C. KELEMBAGAAN PETANI
Jumlah Gapoktan selama 2 tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun
2011 ke tahun 2013 dengan rincian, untuk kecamatan Wangi-Wangi sebanyak 15
Gapoktan meningkat menjadi 19 Gapoktan pada tahun 2013 , untuk kecamatan
Wangi- Wangi Selatan dari 12 Gapoktan meningkat menjadi 15 Gapoktan pada tahun
2013 ,untuk kecamatan Kaledupa dari 14 Gapoktan meningkat menjadi 15 Gapoktan
pada tahun 2013 , untukkecamatan Kaledupa Selatan masih sama dengan tahun 2013,
untuk kecamatan Tomia sama dengan tahun 2013, untuk kecamatan Tomia Timur
dari 8 Gapoktan meningkat menjadi 9 Gapoktan pada tahun 2013, untuk kecamatan
Binongko dari 6 Gapoktan meningkat menjadi 7 Gapoktan pada tahun 2013, untuk
kecamatan Togo Binongko dari 4 Gapoktan meningkat menjadi 5 Gapoktan pada
tahun 2013.

Kelompok Tani sampai dengan tahun 2013 untuk setiap Kecamatan terdiri dari ;
Kecamatan Wangi-Wangi sebanyak 47 Kelompok, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
sebanyak 4 Kelompok, Kecamatan Kaledupa sebanyak 31 Kelompok , Kecamatan
Kaledupa Selatn sebanyak 28 Kelompok , Kecamatan Tomia sebanyak 26 Kelompok,
Kecamatan Tomia Timur sebanyak 29 Kelompok , Kecamatan Binongko sebanyak 31
Kelompok , Kecamatan Togo Binongko sebanyak 15 Kelompok, , sedangkan jumlah
balai penyuluh kecamatan dari tahun 2012 sampai 2014 tidak ada perubahan yaitu
sebesar 8 Balai Penyuluhan, jumlah penyuluh pertanian PNS dari tahun 2012 sampai
2014 tidak ada perubahan sebanyak 5 orang, jumlah penyuluh perikanan PNS dari
tahun 2012 sampai 2014 tidak ada perubahan sebanyak 2 orang .

D. INDUSTRI, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UMKM

Perkembangan perekonomian Kabupaten Wakatobi tidak terlepas dari peran


kegiatan industri, perdagangan, UMKM dan koperasi, serta lembaga keuangan.
Dalam hal nilai tambah yang dihasilkan, kegiatan industri pengolahan di daerah ini
yang direalisasikan dalam berbagai usaha industri skala besar, kecil dan menengah
maupun industri rumah tangga tentunya memiliki nilai strategis. Aktivitas usaha
tersebut dapat mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku lokal, meningkatkan
kapasitas produksi daerah, dan menyerap tenaga kerja. Sektor industri pengolahan
dikelompokkan ke dalam 4 golongan berdasarkan jumlah Jenis usaha dan tenaga
kerja, yaitu :
- Usaha Mikro pada tahun 2011 sebanyak 4.595 jenis usaha meningkat menjadi 5.406
jenis usaha pada tahun 2013 atau naik sebesar 8,82% pertahun
- Usaha Kecil pada tahun 2011 sebanyak 395 jenis usaha menurun menjadi 374 jenis
usaha pada tahun 2013 atau turun sebesar 2,81% pertahun
- Usaha Menengah pada tahun 2011 sebanyak 71 jenis usaha meningkat menjadi 128
jenis usaha pada tahun 2013 atau naik sebesar 40,14% pertahun
- Tenaga Kerja Usaha Mikro pada tahun 2011 sebanyak 7.209 jenis usaha meningkat
menjadi 7.925 jenis usaha pada tahun 2013 atau naik sebesar 4,96% pertahun
- Tenaga Kerja Usaha Kecil pada tahun 2011 sebanyak 1.308 jenis usaha menurun
menjadi 1.200 jenis usaha pada tahun 2013 atau turun sebesar 4,5% pertahun
- Tenaga Kerja Usaha Menengah pada tahun 2011 sebanyak 329 jenis usaha
meningkat menjadi 494 jenis usaha pada tahun 2013 atau naik sebesar 25,07%
pertahun.
1. Industri Kecil Bahan Baku

Pada tahun 2011, jumlah perusahaan industri kecil Bahan Baku yang ada di
Kabupaten Wakatobi mencapai 6.726 unit usaha yang terdiri dari industry kayu 234
unit, logam /logam mulia 10 unit, anyaman 280 unit, gerabah /keramik 51 unit, kain
tenun 599 unit, makanan dan minuman 4.375
unit, lainnya 1.178 unit . (Sumber : Dinas
PerinDagKop dan UMKM Kabupaten
Wakatobi tahun 2014,Desember 2014).

2. Pasar
Kegiatan perdagangan tidak terlepas dari
pertemuan antara penjual dan pembeli yang
melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhannya,
pasar adalah salah satunya termasuk para pengusaha yang bergerak dalam usaha
Barang dan Jasa lainnya. Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2008, tentang
Usaha Mikro,Kecil dan Menengah, dijelaskan bahwa Minimarket dikatagorikan
sebagai Pasar Modern yang tidak termasuk kriteria Usaha Kecil dan Menengah,
karena manajemen pengelolaannya diselenggarakan oleh perusahaan besar dan
barang yang dijual beragam serta dalam kuantitas yang relatif banyak, bisa mencapai
puluhan ribu item barang. Dari segi tempat lebih tertata dan dikelola dengan
manajemen modern. Kesempatan tawar menawar harga dengan konsumen atau
pelanggan menjadi tertutup dengan sistem harga pas. Sedangkan Pasar atau Pedagang
Tradisional sangat sederhana baik dari segi metode maupun teknologi.
Jumlah Pasar Tradisional dalam Kabupaten Wakatobi ada 7 pasar yaitu Pasar
Sentral (Wangi-Wangi Selatan), Pasar Pagi dan Pasar Malam (Wangi-Wangi), Pasar
Induk Kaledupa (Kaledupa), Pasar Waitii dan Pasar Usuku (Tomia), Pasar Waha
(Tomia Timur). Sementara Pasar Modern dalam hal ini Mini Market sudah mulai
menjamur di Kabupaten Wakatobi meskipun manajemen pengelolaannya belum
sepenuhnya memenuhi kategori sebagaimana undang-undang di atas terutama harga
yang masih bisa tawar-menawar diantaranya Mini Market Tweety, Salsabila Kuroda,
Osaka, Toko Okyndo, Gandhimart, Aisymart (Wangi- Wangi Selatan), Toko Alfa,
Toko NurRisky, Toko Atlantik, Milnimart (Wangi-Wangi) dan beberapa yang
tersebar di pulau Kaledupa, Tomia dan Binongko.
3. Koperasi

Koperasi menurut Jenisnya dapat di bagi menjadi : KUD, KSU, KOP BUN,
KOPTAN, KOPWAN, KOPNEL. Pada tahun 2014 Koperasi dalam Kabupaten
Wakatobi terdapat 29 KUD, 90 KSU , 44 KOPWAN, 3 KOPNEL dan 18 Koperasi
lain yang tersebar dalam 8 Kecamatan.
Jumlah koperasi aktif sebesar 50,84 % yang diperoleh dari hasil perbandingan
antara jumlah koperasi aktif di Kabupaten Wakatobi tahun 2013 sebanyak 90 unit,
dibagi jumlah seluruh koperasi di Kabupaten Wakatobi tahun 2014 sebanyak 177 unit
usaha koperasi .
Sedangkan jumlah Usaha Mikro dan Kecil aktif sebesar 97,63% yang diperoleh
dari hasil perbandingan antara jumlah usaha mikro dan kecil aktif sebanyak 5.278
buah, dibagi jumlah seluruh UMKM di Kabupaten Wakatobi sebanyak 5.406 buah.
Berkembangnya kegiatan industri, perdagangan, koperasi dan UMKM serta berbagai
usaha masyarakat lainnya tentunya tidak terlepas dari dukungan perbankan sebagai
lembaga intermediasi di bidang keuangan dan pembiayaan. Termasuk pula peran dari
lembaga keuangan mikro (micro finance) yang sudah beroperasi di daerah ini (LPPD
Kabupaten Wakatobi Tahun 2013 ).
E. PARIWISATA
Objek wisata di Kabupaten Wakatobi terdiri Wisata Alam, wisata Bahari, dan
Wisata Budaya yang tersebar di 8 Kecamatan .

Jumlah kunjungan wisatawan menurut jenisnya dari tahun 2011 untuk wisatawan
Nusantara sebesar 5.424 mengalami peningkatan sebesar 9.055 pada tahun 2013 atau
naik sebesar 33,47% pertahun sementara wisatawan mancanegara tahun 2011 sebesar
2.274 menjadi 3.315 pada tahun 2013 atau naik 22,89% pertahun .

WISATA BUDAYA DI PULAU WANGI-WANGI

Benteng Tindoi

Benteng Tindoi merupakan salah satu objek wisata budayaberada di Kecamatan


Wangi-Wangi, berjarak ± 5 Km, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan
roda empat selama ±15 menit dari pusat kota.

Letak benteng di atas Gunung Tindoi. Bahan pembuatan benteng Tindoi terbuat
dari batu-batu karang. Kontruksi benteng membentuk lingkaran dengan dua lapis
pertahanan yang memiliki dua pintu rahasia di sebelah utara, dan bentuk pintu
terbuka, yaitu belahan batu yang membentuk tanjakan.

Benteng Liya dan Mesjid Keraton Liya


Benteng Liya terletak di Desa Liya Togo Kec. Wangi-Wangi Selatan. Benteng
Liya terdiri dari empat lapis dengan 12 Lawa (Pintu), 12 lawa tersebut merupakan
pintu keluar yang digunakan masyarakat kerajaan untuk berinteraksi dengan
masyarakat sekitarnya.

Benteng Liya dibangun 1538 M atau Abad ke 15 pada masa Syekh Abdul Wahid
di atas bukit, jarak benteng dari pinggir laut adalah sekitar 1,5 km. Dengan bentuk
jalan yang menyerupai angka 9. Dari benteng terlihat jelas wilayah laut utara, timur
dan selatan. Di dalam benteng terdapat Masjid Keraton Liya yang berjarak 8 Km atau
15 menit dari Ibukota Kabupaten, dapat ditempuh menggunakan alat transportasi roda
dua dan empat.

Benteng Mandati Tonga

Benteng Mandati Tonga terletak di Desa Mandati Kecamatan Wangi-Wangi


Selatan. Benteng tersebut berbentuk persegi panjang dengan luas ± 1 hektar. Pagar
tertinggi benteng sekitar 7 meter terletak di bagian barat dan selatan. Pada pagar
benteng terdapat lubang bekas penyimpan meriam. Di bagian timur benteng terdapat
makam La Melangka Tu’u dan di sebelah utara terdapat makam orang Belanda. Jarak
benteng dari ibukota kabupaten ± 7 km, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua
dan roda empat melalui jalan setapak, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki
sejauh ± 1 km.

Benteng Togo Molengo

Benteng Togo Molengo terletak di Puncak Gunung Pulau Kapota, dapat


ditempuh ± 20 menit menggunakan perahu tradisional dari Wangi-Wangi, lalu
dengan kendaraan roda dua ±10 menit. Di sekitar benteng terdapat Hutan Bambu dan
Perkebunan Penduduk seperti Kakao, Mete, Ubi Kayu, dan lainnya. Dari puncak
Benteng, para wisatwan dapat melihat pemandangan Pantai seputar pulau Kapota.
Mercusuar

Mercusuar ini dibangun 1901 pada masa penjajahan Belanda. Lokasi objek wisata
ini ada di Desa Waha Kecamatan Wangi-Wangi, dengan jarak ± 8 Km atau dari
Ibukota Kabupaten dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua ± 15 menit.

Tinggi Mercusuar ini ± 30 meter dari atas tanah dan 150 meter dari permukaan
laut. Dari atas puncak Mercusuar kita dapat melihat Pemandangan Alam Matahari
Terbit (Sunrise), pesona pantai Waha, perkampungan penduduka Waha, perkebunan
dan beberapa resort seperti Patuno Beach Resort.

WISATA BUDAYA DI PULAU KALEDUPA

Pulau Kaledupa memiliki pesona budaya yang tetap terjaga dan diletarikan oleh
masyarakat setempat. Pesona budaya ini merupakan objek wisata yang menarik,
karena masih terdapat nilai-nilai historis dan keunikkanya. Berikut objek wisata
budaya yang ada di Pulau Kaledupa.

a. Tari Tradisional Kaledupa

Tari Lariangi
Tari Lariangi merupakan tari tradisional Kecamatan Kaledupa yang lahir pada
tahun 1634 dikala Raja Buton yang pertama berkuasa yaitu WA KAKA. Tarian ini
merupakan tari persembahan dari Kaledupa untuk dimainkan di Istana Raja dalam
wujud gerakan dan nyanyian dengan fungsi utamanya adalah se bagai penerangan.
Pakaian nya terdiri dari kain, manik -manik sebagai bahan aksesoris, serta hiasan
sanggul, logam berukir untuk gelang, kalung, dan hiasan sarung.

Tari Hebalia

Tari Hebalia merupakan tari tradisional Kecamatan Kaledu pa, diciptakan oleh
para dukun pada zaman dahulu, tujuannya adalah untuk mengusir roh-roh jahat yang
membawa sial pada satu keluaga atau kampung.

Tari Sombo Bungkale

Tari Sombo Bungkale merupakan tari tradisional Kecamatan Kaledupa Selatan.


Tarian ini dilakoni oleh penari gadis cantik sebanyak 12 orang. ditampilkan sesudah
selesai melakukan hajatan. Tari Sombo Bungkale ini menggambarkan proses sombo
atau pingit, tersebut dianggap telah suci dan di beri gelar ”kalambe” atau wanita
dewasa.

Tari Honari

Tari Honari merupakan tari tradisional kecamatan Kaledupa Selatan. Tari Honari
merupakan jenis tarian pergaulan yang ditarikan oleh empat orang gadis dan empat
orang pemuda yang membawa selendang sambil menyanyikan lagu boorina (alaaku).
Tari ini ditarikan sebagai ungkapan kegembiraan gadis-gadis setelah selesai di sombo
(dipingit).
b. Pesta Adat dan tradisi

Pesta Adat Karia’a

Pesta adat Karia’a merupakan tradisi khas masyarakat Kaledupa. Usungan 15


sampai 20 dalam sekali upacara. Kansodaa ini dipikul secara bersama 10 sampai
dengan 12 orang dari kerabat masing - masing peserta. Mereka secara bersamaan
dipikul dan diarak keliling kampung.

Tradisi Pencak Silat

Tradisi pencak silat adalah tradisi adat masyarakat Kaledupa. Pesta adat ini
merupakan tradisi dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Event ini dilakukan setelah
sholat bersama dilapangan.

c. Situs sejarah (Makam Tua dan Benteng)

Makam Tua dan Kamali

Makam Tua dan Kamali berada di Desa Pale’a Kecamatan Kaledupa Selatan.
Makam tua ini merupakan makam yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat,
karena makam ini adalah makam Bontona Kaledupa dan Haji Padha. Bontona
Kaledupa merupakan orang yang memimpin pemerintahan Barata Kahedupa, yang
dilantik oleh Sultan Buton untuk menjaga wilayah Kesultanan Buton dari
serangan dari arah bagian timur Pulau Buton. Sedangkan Haji Padha adalah orang
yang pertama menyiarkan agama Islam di Pulau Kaledupa.

Di Makam Tua ini terdapat Rumah Adat Kamali. Rumah Adat tersebut memiliki
luas ± 3 x 4 meter, terbuat dari kayu dengan dinding dari bambu. Rumah Adat
berbentuk panggung, menggunakan atap daun rumbia. Di bagian atas atap terdapat
kayu yang menggambarkan kepala naga. Menurut cerita masyarakat, dahulu Kamali
di huni oleh lafero (ular besar).
Benteng Ollo Dan Mesjid Tua

Benteng Ollo dan Mesjid Tua merupakan situs sejarah peninggalan kebudayaan
masyarakat di Pulau Kaledupa yang hingga kini tetap terjaga dan dilestarikan oleh
masyarakat setempat. Benteng Ollo dan Mesjid Tua terdapat di Desa Buranga,
Kecamatan Kaledupa. Benteng ini mempunyai sembilan lawa, konon, setiap lawa
dijaga oleh prajurit dan orang yang bertugas mendoakan masyarakat di lawa.

Di dalam Benteng Ollo terdapat Mesjid Tua yang berukuran 6,5 x 7 meter.
Menurut sejarah bangu nan mesjid merupakan pengejawantahan dari badan seorang
ibu, oleh karena itu, mesjid ini sebenarnya bukan untuk tempat shalat bagi kaum
perempuan.

Di tangga Mesjid Tua terdapat batu yang disimpan, batu tersebut diangga sebagai
sebagai bagian dari badan seorang perempuan. Penempatan tempat air wudhu, bentuk
daun pintu, lubang di dalam dan mimbar khatib serta jendela semua menggambarkan
keadaan badan perempuan.

Jarak Benteng Ollo dari ibukota Kecamatan Kaledupa ± 4 km, dapat ditempuh
dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat selama ±15 menit.

Benteng La Donda

Benteng La Donda merupakan salah satu situs sejarah peninggalan kebudayan


masyarakat Kaldupa. Benteng tersebut berada di Desa Tampara, Kecamatan
Kaledupa Selatan. Dahulu Benteng Ladonda tidak digunakan sebagai benteng
pertahanan, namun sebagai tempat pemukiman masyarakat.

Letak benteng ini berada di atas bukit, dan jaraknya dari pinggir laut ± 1,5 km.
Dari atas Benteng La Donda para Wisatawan dapat menyaksikan pemandangan alam
Pulau Kaledupa di bagian selatan.
WISATA BUDAYA DI PULAU TOMIA

Selain memiliki objek wisata alam, Pulau Tomia juga mempunyai wisata budaya,
yang tetap terjaga dan dilestarikan oleh masyarakat Tomia. Wisata budaya yang ada
di sana merupakan peninggalan sejarah kebudayaan masyarakat Tomia yang memiliki
nilai historis dan keunikan. Berikut objek wisata budaya yang ada di Pulau Tomia.

Benteng Patua

Benteng Patua adalah salah satu situs sejarah kebudayaan masyarakat Tomia.
Benteng tersebut berada di Desa Patua II Kecamatan Tomia, dapat ditempuh dengan
kendaraan roda dua dan roda empat ± 15 Menit dari ibukota kecamatan. Benteng
Patua berada di atas perbukitan.

Benteng Patua menghadap ke arah Pulau Lente’a di Sebelah Timur Pulau


Kaledupa. Benteng Patua mempunyai lima Lawa (Pintu), ada Hanta Baruga(tempat
pertemuan), Makam Tua berbentuk segi empat, Badili (meriam) dan beberapa makam
lainnya. Di dalam benteng juga ditumbuhi beberapa pohon seperti beringin,
kaktus, dan tumbuhan lainnya.

Dahulu benteng ini digunakan sebagai tempat pertahanan dan pemukiman


penduduk. Dari atas benteng para wisatawan dapat menyaksikan pemandangan alam
dan tampak jelas Pulau Kaledupa dari atas benteng.

Benteng Suo-Suo

Benteng Suo-Suo berada di Desa Kahianga Kec. Tomia timur, berjarak ± 3 km


dari ibukota kecamatan, dapat ditempuh dengan dari ibukota kecamatan. Di bagian
luar benteng terdapat makam Ince Sulaiman, salah seorang penyiar agama islam di
Pulau Tomia. Sedangkan di bagian dalam terdapat bekas masjid. Benteng terletak di
atas gunung Pulau Tomia. Menurut sejarah benteng di bangun untuk tempat
pertahanan dari serangan musuh yang datang dari Tobelo dan Ternate.
Mesjid Tua Onemay

Mesjid Tua Onemay merupakan berada di Kelurahan Onemay Kecamatan Tomia.


Bentuk konstruksi mesjid ini menyerupai Mesjid Keraton Buton. Keberadaan Mesjid
Tua ini menunjukkan bukti kebesaran penyiaran agama Islam di daerah tersebut.

Pesta Adat Safara

Pesta Adat Safara adalah Pesta adat masyarakat Tomia yang dilakukan pada
setiap Bulan Safar. Penyelenggaran ritual adat tersebut bertujuan untuk mengeratkan
tali silaturahmi dan gotong royong serta ungkapan syukur terhadap Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan rahmat dan rejekiNya. Ritual ini ditandai dengan acara
mandi bersama seluruh warga dengan saling menyiram satu sama lain dengan diawali
dengan doa oleh sesepuh adat.

Tradisi Bose – Bose

Tradisi Bose – Bose adalah tradisi yang dilakukan dengan menghiasi perahu
dengan hiasan berwarna-warni, dan dimuati sajian masakan tradisional, seperti Liwo,
lalu diarak mengelilingi pantai dari Dermaga Patipelong menuju Dermaga Usuku
sampai ke Selat One Mobaa, sambil menabuh gendang. Pesta adat ini dilaksanakan
bertujuan agar semua dosa dapat hanyut bersama riaknya air laut.

Tari Tradisional Tomia

Tari Mborira

Tari Mborira adalah tarian yang berasal dari Tomia. Tari ini diadakan, jika ada
perantau yang baru saja tiba di kampung halaman. Diperankan oleh 6 orang penari
yang akan dipilih salah satunya sebagai pendamping dari perantau tersebut.
Tari Sajo Wowine

Tari Sajo Wowine adalah tarian yang berasal dari Tomia. Dahulu kala tari ini
diperagakan para gadis yang tinggal di Benteng Patua pada upacara adat. Diperankan
oleh 10 orang gadis dan 2 orang pemuda yang akan ngiri sebagai ungkapan
kegembiraan dengan penampilan para penari.

Tari Sajo Moane

Tari Sajo Moane adalah Tarian Sakral yang dimaikan oleh kaum laki – laki.
Melambangkan kesiapan prajurit perang untuk mengahadapi peperangan. Tarian ini
dimainkan oleh 20 orang prajurit.

Tari Saride

Tari Saride merupakan tarian tradisional yang berarti persatuan dan kebersamaan
dalam menyelesaikan suatu kegiatan yang menyangkut kepentingan umum. Tari
Saride sebagai lambang poasa-asa atau pohamba-hamba, sebagai semboyan dari
masyarakat suku Tomia. Tari saride mengungkapkan rasa syukur masyarakat setelah
menyelesaikan pekerjaan dengan sukses. Pada masa sekarang tarian Saride
dipersembahkan untuk menghibur tamu-tamu terhormat
WISATA BUDAYA DAN TARI TRADISIONAL PULAU BINONGKO

Benteng Palahidu

Benteng Palahidu merupakan salah satu peninggalan sejarah masyarakat


Binongko yang berada di Desa Palahidu Kecamatan Binongko. Benteng Palahidu
terletak di atas tebing bagian utara pinggir pantai Pulau Binongko. Konstruksi
benteng terbuat dari batu dan bentuknya segiempat, di dalamnya terdapat bekas
mesjid yang tinggal tiang-tiang dan makam tua yang dianggap keramat oleh
masyarakat setempat dan masih di ziarahi. Tidak jauh dari benteng terdapat Pantai
Palahidu yang memiliki panorama yang indah. Dari atas benteng para wisatawan
dapat menyaksikan pemandangan alam dan panoram laut yang terbentang luas.
Lokasi benteng berjarak ± 2,5 km dari ibu kota kecamatan Rukuwa, dapat ditempuh
dengan kendaran roda dua maupun roda empat.

Benteng Wali

Benteng Wali adalah salah situs sejarah peninggalan masyarakat Togo Binongko.
Letak benteng berada di Desa Wali Kecamatan Togo Binongko, dengan jarak ± 9
Km, dapat ditempuh dengan kenderaan roda dua dan roda empat,karena berada di
pemukiman penduduk.
Benteng Wali memiliki panjang 70 depa, dengan bentuk segiempat dan di
dalamnya terdapat Kamali yang masih ditinggali oleh keturanan kerajaan. Di dalam
benteng tersebut juga terdapat makam tua, tak jauh dari benteng ada kuburan tua yang
disebut kuburan kota.

Masyarakat Wali masih tetap menjaga dan melestarikan benteng tersebut,


sehingga bagi para wisatawan dapat menyaksikan situs sejarah kebudayaan
masyarakat Wali.

Tari Balumpa

Tari Balumpa adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari Pulau Binongko.
Tari ini dimainkan oleh 8 orang gadis cantik jelita dengan diiringi dengan nyanyin
khas daerah yang dikenal dengan Kabanti dan alunan musik gambus khas Binongko.

Tari ini melambangkan kelembutan dan keramahtamahan masyarakat Binongko.


Tari ini biasa dimainkan untuk menghibur para wisatawan, pada acara besar di
Kabupaten Wakatobi.

V. KESEHATAN JIWA
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang
tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat
menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi perkembangan yang
tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (UU No.18 tahun 2014).
Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (APA) adalah sindrom
atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada
individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri,
menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa
fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko secara bermagna untuk mati, sakit,
ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan (APA, 1994 dalam Prabowo, 2014).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan bahw sekitar 450
juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa. Sepertiga diantaranya
terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh peneliti di Harvard University
dan University College London, mengatakan penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi
32% dari semua jenis kecacatan di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun
sebelumnya (VOA Indonesia, 2016).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan
kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa
berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia
15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat
merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan
prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan
gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013).
Gangguan jiwa yang menjadi salah satu masalah utama di negara-negara berkembang
adalah Skizofrenia. Skizofrenia termasuk jenis psikosis yang menempati urutan atas dari
seluruh gangguan jiwa yang ada (Nuraenah, 2012). Skizofrenia adalah Suatu penyakit
yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan
dan perilaku yang aneh dan terganggu. Gejala skizofrenia dibagi dalam 2 kategori utama:
gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi dan disorganisasi
pikiran, bicara dan perilaku yang tidak teratur serta gejala negative atau gejala samar,
seperti afek datar, tidak memiliki kemauan dan menarik diri dari masyarakat atau rasa
tidak nyaman (Videbeck, 2008).
Skizofrenia dapat menyerang siapa saja. Data APA (2014) menyebutkan 1%
populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai
mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda paling beresiko
karena pada tahap ini, kehidupan manusia penuh dengan berbagai tekanan (Stresor)
(Ababar, 2011).
Manusia adalah makhluk sosial, yang secara harafiah berarti kebutuhan rasa
memiliki akan sesuatu. Rasa memiliki merupakan ekspresi jiwa yang penting dalam
kehidupan seseorang. Sayangnya, rasa memiliki ini cenderung tidak terlihat pada
klien dengan skizofrenia. Kegagalan akan kebutuhan rasa memiliki menyebabkan
rasa isolasi sosial, keterasingan dan kesepian. (Mellor, dkk, 2008).
Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan
ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan social yang
kita inginkan, hidup tanpa melakukan hubungan, tidak punya keinginan untuk melakukan
hubungan interpersonal yang akrab. Isolasi sosial akan timbul sebagai akibat pengalaman
kesepian yang dialami dengan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam
dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Dalam
suatu penelitian menemukan bahwa kesepian diasosiasikan dengan perasaan depresi,
kecemasan, ketidakpuasan, tidak bahagia dan kesedihan. Keadaan seperti ini berpotensi
berbahaya bagi kesehatan mental individu tersebut dengan tingginya gejala-gejala negatif
seperti persepsi (Sari, 2011).

VI. KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN


Berdasarkan profil dinas kesehatan sulawesi tenggara tahun 2015 jumlah
kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan kab. Wakatobi adalah , L : 0,
P: 0, dengan tabel sebagai berikut :
Berdasarkan beberapa wawancara yang dilakukan pada masyarakat wakatobi dan
data pada RS jiwa kendari di dapatkan bahwa kunjungan gangguan jiwa yang berasal
dari kab. Wakatobi di pelayanan kesehatan adalah L: 3, P:1.
Berdasarkan kunjungan tersebut beberapa pasien di diagnosis dengan depresi
berat dan somatik, di antara lainnya di diagnosis skizofrenia residual. Telah di
lakukan penanganan berdasarkan terapi dari diagnosis dan peran keluarga yang sangat
penting terhadap pasien sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai