I. SEJARAH WAKATOBI
Sebelum menjadi daerah otonom wilayah
Kabupaten Wakatobi lebih dikenal sebagai
Kepulauan Tukang Besi. Pada masa sebelum
kemerdekaan Wakatobi berada di bawah
kekuasaan Kesultanan Buton. Setelah
Indonesia Merdeka dan Sulawesi Tenggara
berdiri sendiri sebagai satu provinsi, wilayah
Wakatobi hanya berstatus beberapa
kecamatan dalam wilayah pemerintahan
Kabupaten Buton. Selanjutnya sejak tanggal 18 Desember 2003 Wakatobi resmi
ditetapkan sebagai salah satu kabupaten pemekaran di Sulawesi Tenggara yang
terbentuk berdasarkan Undang – Undang Nomor 29 tahun 2003 tentang
pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka
Utara.
Saat pertama kali terbentuk Wakatobi hanya terdiri dari lima kecamatan yaitu
Kecamatan Wangi-Wangi, Kecamatan Wangi Selatan, Kecamatan Kaledupa,
Kecamatan Tomia dan Kecamatan Binongko. Pada tahun 2005 melalui Peraturan
Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 19 Tahun 2005 dibentuk Kecamatan
Kaledupa Selatan dan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 20
Tahun 2005 dibentuk Kecamatan Tomia Timur. Selanjutnya pada tahun 2007
melalui Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 41 Tahun 2007 dibentuk
Kecamatan Togo Binongko sehingga jumlah kecamatan di Kabupaten Wakatobi
menjadi 8 kecamatan yang terbagi menjadi 100 desa dan kelurahan (25 kelurahan
dan 75 desa).
Penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Wakatobi sebagai daerah otonom
secara resmi ditandai dengan pelantikan Syarifudin Safaa, SH, MM sebagai
pejabat Bupati Wakatobi pada tanggal 19 Januari 2004 sampai dengan tanggal 19
Januari 2006. Kemudian dilanjutkan oleh H. LM. Mahufi Madra, SH, MH
sebagai pejabat bupati selanjutnya sejak tanggal 19 Januari 2006 sampai dengan
tanggal 28 Juni 2006.
Kemudian berdasarkan hasil pemilihan kepala daerah secara langsung maka
pada tanggal 28 Juni 2006 Bupati dan Wakil Bupati Wakatobi yang terpilih yaitu
Ir. Hugua dan Ediarto Rusmin, BAE dilantik oleh Gubernur Sulawesi Tenggara Ali
Mazi, SH atas nama Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 132.74-314 tanggal 13 Juni 2006 tentang pengesahan
pengangkatan Bupati Wakatobi Ir. Hugua dan Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor : 132.74-315 tanggal 13 Juni 2006 tentang pengesahan
pengangkatan Wakil Bupati Wakatobi Ediarto Rusmin, BAE untuk masa bhakti
2006-2011.
Saat ini kepemimpinan daerah di Kabupaten Wakatobi dijabat oleh pasangan
bupati dan wakil bupati Ir. Hugua dan H. Arhawi, SE sejak dilantik oleh Gubernur
Sulawesi Tenggara H. Nur Alam, SE pada tanggal 28 Juni 2011 atas nama Menteri
Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor :
132.74-403, tanggal 30 Mei 2011 tentang pengesahan pengangkatan Bupati
Wakatobi Ir. Hugua dan Wakil Bupati Wakatobi H. Arhawi, SE untuk masa bhakti
2011-2016.
c. Luas wilayah Kabupaten Wakatobi adalah sekitar 19.200 km², terdiri dari
daratan seluas ± 823 km² atau hanya sebesar 3%, dan luas perairan ±
18.377 km2 atau sebesar 97 % dari luas Kabupaten Wakatobi adalah
perairan laut. Secara administrative Kabupaten Wakatobi terdiri dari 8
wilayah Kecamatan, 75 Desa dan 25 Kelurahan. Wilayah Kecamatan
terluas adalah Kecamatan Wangi-Wangi dengan luas 241 km² (29,40%)
yang sekaligus merupakan wilayah ibukota Kabupaten, sedangkan
kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Kaledupa,
yaitu seluas 45,50 km² (5,53%), (Sumber :LPPD Kabupaten Wakatobi
2013)
d. Kabupaten Wakatobi terdiri dari 8 Kecamatan yaitu Wangi-wangi, wangi-
Wangi Selatan , Kaledupa, Kaledupa Selatan , Tomia, Tomia timur ,
Binongko, dan Togo Binongko.
e. Wakatobi terletak pada Pusat Segi Tiga Karang Dunia (Coral Triangle
Center), memiliki jumlah keanekaragaman hayati kelautan tertinggi di
dunia yakni 750 jenis karang dari 850 spesies Karang dunia, 900 jenis ikan
dunia dengan 46 divecites teridentifikasi (salah satunya Marimabuk), 94
spesies ikan, 90.000 Ha terumbu karang, karang Atol Kaledupa dengan
panjang 48 km dan merupakan karang Atol terpanjang di Dunia (Operation
Wallasea, 2006), (Sumber :LPPD Kabupaten Wakatobi 2013)
Ubi kayu sebagai tanaman bahan makanan yang memiliki luas areal produksi
paling luas yaitu Tahun 2013 sebesar 1. 094 Ha sedangkan data bulan desember
luas areal tanaman Ubi Kayu sebesar 1.369 Ha atau bertambah sebesar 25%, setelah
ubi kayu tanaman bahan makanan lain adalah jagung yaitu 378 Ha pada tahun
2013,Sedangkan tanaman lainya setelah Ubi Kayu dan Jagung adalah Ubi jalar dan
Kacang Tanah.
Pada sektor Peternakan secara keseluruhan populasi ternak di Kabupaten
Wakatobi mengalami peningkatan, Pada tahun 2011 populasi ternak Ayam
Kampung meningkat yaitu dari 22.948 ekor menjadi 24.971 ekor pada Tahun 2013
atau naik 4,40% pertahun,Populasi ternak kambing meningkat dari 6.712 ekor pada
Tahun 2011 menjadi 7.681 ekor pada Tahun 2013 atau naik 7,22% pertahun.
Produksi Perikanan laut menurut Jenis; Ikan Tuna dan Ikan Laut lainnya pada
tahun 2010 sebesar 5.952,5 ton dan meningkat pada Tahun 2013 sebesar 6.859,4 ton
atau 5,8% pertahun sedangkan untuk Produksi Ikan Mas dan Jenis Ikan Darat
Lainnya serta Ikan Bandeng dan Jenis Ikan Payau Lainnya belum ada mengenai
jumlah produksinya. Luas areal untuk Budi daya Rumput laut dan Tumbuhan Laut
Lainnya pada tahun 2010 sebesar 927,2 ha. ( Sumber : Wakatobi dalam Angka 2014).
C. KELEMBAGAAN PETANI
Jumlah Gapoktan selama 2 tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun
2011 ke tahun 2013 dengan rincian, untuk kecamatan Wangi-Wangi sebanyak 15
Gapoktan meningkat menjadi 19 Gapoktan pada tahun 2013 , untuk kecamatan
Wangi- Wangi Selatan dari 12 Gapoktan meningkat menjadi 15 Gapoktan pada tahun
2013 ,untuk kecamatan Kaledupa dari 14 Gapoktan meningkat menjadi 15 Gapoktan
pada tahun 2013 , untukkecamatan Kaledupa Selatan masih sama dengan tahun 2013,
untuk kecamatan Tomia sama dengan tahun 2013, untuk kecamatan Tomia Timur
dari 8 Gapoktan meningkat menjadi 9 Gapoktan pada tahun 2013, untuk kecamatan
Binongko dari 6 Gapoktan meningkat menjadi 7 Gapoktan pada tahun 2013, untuk
kecamatan Togo Binongko dari 4 Gapoktan meningkat menjadi 5 Gapoktan pada
tahun 2013.
Kelompok Tani sampai dengan tahun 2013 untuk setiap Kecamatan terdiri dari ;
Kecamatan Wangi-Wangi sebanyak 47 Kelompok, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
sebanyak 4 Kelompok, Kecamatan Kaledupa sebanyak 31 Kelompok , Kecamatan
Kaledupa Selatn sebanyak 28 Kelompok , Kecamatan Tomia sebanyak 26 Kelompok,
Kecamatan Tomia Timur sebanyak 29 Kelompok , Kecamatan Binongko sebanyak 31
Kelompok , Kecamatan Togo Binongko sebanyak 15 Kelompok, , sedangkan jumlah
balai penyuluh kecamatan dari tahun 2012 sampai 2014 tidak ada perubahan yaitu
sebesar 8 Balai Penyuluhan, jumlah penyuluh pertanian PNS dari tahun 2012 sampai
2014 tidak ada perubahan sebanyak 5 orang, jumlah penyuluh perikanan PNS dari
tahun 2012 sampai 2014 tidak ada perubahan sebanyak 2 orang .
Pada tahun 2011, jumlah perusahaan industri kecil Bahan Baku yang ada di
Kabupaten Wakatobi mencapai 6.726 unit usaha yang terdiri dari industry kayu 234
unit, logam /logam mulia 10 unit, anyaman 280 unit, gerabah /keramik 51 unit, kain
tenun 599 unit, makanan dan minuman 4.375
unit, lainnya 1.178 unit . (Sumber : Dinas
PerinDagKop dan UMKM Kabupaten
Wakatobi tahun 2014,Desember 2014).
2. Pasar
Kegiatan perdagangan tidak terlepas dari
pertemuan antara penjual dan pembeli yang
melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhannya,
pasar adalah salah satunya termasuk para pengusaha yang bergerak dalam usaha
Barang dan Jasa lainnya. Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2008, tentang
Usaha Mikro,Kecil dan Menengah, dijelaskan bahwa Minimarket dikatagorikan
sebagai Pasar Modern yang tidak termasuk kriteria Usaha Kecil dan Menengah,
karena manajemen pengelolaannya diselenggarakan oleh perusahaan besar dan
barang yang dijual beragam serta dalam kuantitas yang relatif banyak, bisa mencapai
puluhan ribu item barang. Dari segi tempat lebih tertata dan dikelola dengan
manajemen modern. Kesempatan tawar menawar harga dengan konsumen atau
pelanggan menjadi tertutup dengan sistem harga pas. Sedangkan Pasar atau Pedagang
Tradisional sangat sederhana baik dari segi metode maupun teknologi.
Jumlah Pasar Tradisional dalam Kabupaten Wakatobi ada 7 pasar yaitu Pasar
Sentral (Wangi-Wangi Selatan), Pasar Pagi dan Pasar Malam (Wangi-Wangi), Pasar
Induk Kaledupa (Kaledupa), Pasar Waitii dan Pasar Usuku (Tomia), Pasar Waha
(Tomia Timur). Sementara Pasar Modern dalam hal ini Mini Market sudah mulai
menjamur di Kabupaten Wakatobi meskipun manajemen pengelolaannya belum
sepenuhnya memenuhi kategori sebagaimana undang-undang di atas terutama harga
yang masih bisa tawar-menawar diantaranya Mini Market Tweety, Salsabila Kuroda,
Osaka, Toko Okyndo, Gandhimart, Aisymart (Wangi- Wangi Selatan), Toko Alfa,
Toko NurRisky, Toko Atlantik, Milnimart (Wangi-Wangi) dan beberapa yang
tersebar di pulau Kaledupa, Tomia dan Binongko.
3. Koperasi
Koperasi menurut Jenisnya dapat di bagi menjadi : KUD, KSU, KOP BUN,
KOPTAN, KOPWAN, KOPNEL. Pada tahun 2014 Koperasi dalam Kabupaten
Wakatobi terdapat 29 KUD, 90 KSU , 44 KOPWAN, 3 KOPNEL dan 18 Koperasi
lain yang tersebar dalam 8 Kecamatan.
Jumlah koperasi aktif sebesar 50,84 % yang diperoleh dari hasil perbandingan
antara jumlah koperasi aktif di Kabupaten Wakatobi tahun 2013 sebanyak 90 unit,
dibagi jumlah seluruh koperasi di Kabupaten Wakatobi tahun 2014 sebanyak 177 unit
usaha koperasi .
Sedangkan jumlah Usaha Mikro dan Kecil aktif sebesar 97,63% yang diperoleh
dari hasil perbandingan antara jumlah usaha mikro dan kecil aktif sebanyak 5.278
buah, dibagi jumlah seluruh UMKM di Kabupaten Wakatobi sebanyak 5.406 buah.
Berkembangnya kegiatan industri, perdagangan, koperasi dan UMKM serta berbagai
usaha masyarakat lainnya tentunya tidak terlepas dari dukungan perbankan sebagai
lembaga intermediasi di bidang keuangan dan pembiayaan. Termasuk pula peran dari
lembaga keuangan mikro (micro finance) yang sudah beroperasi di daerah ini (LPPD
Kabupaten Wakatobi Tahun 2013 ).
E. PARIWISATA
Objek wisata di Kabupaten Wakatobi terdiri Wisata Alam, wisata Bahari, dan
Wisata Budaya yang tersebar di 8 Kecamatan .
Jumlah kunjungan wisatawan menurut jenisnya dari tahun 2011 untuk wisatawan
Nusantara sebesar 5.424 mengalami peningkatan sebesar 9.055 pada tahun 2013 atau
naik sebesar 33,47% pertahun sementara wisatawan mancanegara tahun 2011 sebesar
2.274 menjadi 3.315 pada tahun 2013 atau naik 22,89% pertahun .
Benteng Tindoi
Letak benteng di atas Gunung Tindoi. Bahan pembuatan benteng Tindoi terbuat
dari batu-batu karang. Kontruksi benteng membentuk lingkaran dengan dua lapis
pertahanan yang memiliki dua pintu rahasia di sebelah utara, dan bentuk pintu
terbuka, yaitu belahan batu yang membentuk tanjakan.
Benteng Liya dibangun 1538 M atau Abad ke 15 pada masa Syekh Abdul Wahid
di atas bukit, jarak benteng dari pinggir laut adalah sekitar 1,5 km. Dengan bentuk
jalan yang menyerupai angka 9. Dari benteng terlihat jelas wilayah laut utara, timur
dan selatan. Di dalam benteng terdapat Masjid Keraton Liya yang berjarak 8 Km atau
15 menit dari Ibukota Kabupaten, dapat ditempuh menggunakan alat transportasi roda
dua dan empat.
Mercusuar ini dibangun 1901 pada masa penjajahan Belanda. Lokasi objek wisata
ini ada di Desa Waha Kecamatan Wangi-Wangi, dengan jarak ± 8 Km atau dari
Ibukota Kabupaten dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua ± 15 menit.
Tinggi Mercusuar ini ± 30 meter dari atas tanah dan 150 meter dari permukaan
laut. Dari atas puncak Mercusuar kita dapat melihat Pemandangan Alam Matahari
Terbit (Sunrise), pesona pantai Waha, perkampungan penduduka Waha, perkebunan
dan beberapa resort seperti Patuno Beach Resort.
Pulau Kaledupa memiliki pesona budaya yang tetap terjaga dan diletarikan oleh
masyarakat setempat. Pesona budaya ini merupakan objek wisata yang menarik,
karena masih terdapat nilai-nilai historis dan keunikkanya. Berikut objek wisata
budaya yang ada di Pulau Kaledupa.
Tari Lariangi
Tari Lariangi merupakan tari tradisional Kecamatan Kaledupa yang lahir pada
tahun 1634 dikala Raja Buton yang pertama berkuasa yaitu WA KAKA. Tarian ini
merupakan tari persembahan dari Kaledupa untuk dimainkan di Istana Raja dalam
wujud gerakan dan nyanyian dengan fungsi utamanya adalah se bagai penerangan.
Pakaian nya terdiri dari kain, manik -manik sebagai bahan aksesoris, serta hiasan
sanggul, logam berukir untuk gelang, kalung, dan hiasan sarung.
Tari Hebalia
Tari Hebalia merupakan tari tradisional Kecamatan Kaledu pa, diciptakan oleh
para dukun pada zaman dahulu, tujuannya adalah untuk mengusir roh-roh jahat yang
membawa sial pada satu keluaga atau kampung.
Tari Honari
Tari Honari merupakan tari tradisional kecamatan Kaledupa Selatan. Tari Honari
merupakan jenis tarian pergaulan yang ditarikan oleh empat orang gadis dan empat
orang pemuda yang membawa selendang sambil menyanyikan lagu boorina (alaaku).
Tari ini ditarikan sebagai ungkapan kegembiraan gadis-gadis setelah selesai di sombo
(dipingit).
b. Pesta Adat dan tradisi
Tradisi pencak silat adalah tradisi adat masyarakat Kaledupa. Pesta adat ini
merupakan tradisi dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Event ini dilakukan setelah
sholat bersama dilapangan.
Makam Tua dan Kamali berada di Desa Pale’a Kecamatan Kaledupa Selatan.
Makam tua ini merupakan makam yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat,
karena makam ini adalah makam Bontona Kaledupa dan Haji Padha. Bontona
Kaledupa merupakan orang yang memimpin pemerintahan Barata Kahedupa, yang
dilantik oleh Sultan Buton untuk menjaga wilayah Kesultanan Buton dari
serangan dari arah bagian timur Pulau Buton. Sedangkan Haji Padha adalah orang
yang pertama menyiarkan agama Islam di Pulau Kaledupa.
Di Makam Tua ini terdapat Rumah Adat Kamali. Rumah Adat tersebut memiliki
luas ± 3 x 4 meter, terbuat dari kayu dengan dinding dari bambu. Rumah Adat
berbentuk panggung, menggunakan atap daun rumbia. Di bagian atas atap terdapat
kayu yang menggambarkan kepala naga. Menurut cerita masyarakat, dahulu Kamali
di huni oleh lafero (ular besar).
Benteng Ollo Dan Mesjid Tua
Benteng Ollo dan Mesjid Tua merupakan situs sejarah peninggalan kebudayaan
masyarakat di Pulau Kaledupa yang hingga kini tetap terjaga dan dilestarikan oleh
masyarakat setempat. Benteng Ollo dan Mesjid Tua terdapat di Desa Buranga,
Kecamatan Kaledupa. Benteng ini mempunyai sembilan lawa, konon, setiap lawa
dijaga oleh prajurit dan orang yang bertugas mendoakan masyarakat di lawa.
Di dalam Benteng Ollo terdapat Mesjid Tua yang berukuran 6,5 x 7 meter.
Menurut sejarah bangu nan mesjid merupakan pengejawantahan dari badan seorang
ibu, oleh karena itu, mesjid ini sebenarnya bukan untuk tempat shalat bagi kaum
perempuan.
Di tangga Mesjid Tua terdapat batu yang disimpan, batu tersebut diangga sebagai
sebagai bagian dari badan seorang perempuan. Penempatan tempat air wudhu, bentuk
daun pintu, lubang di dalam dan mimbar khatib serta jendela semua menggambarkan
keadaan badan perempuan.
Jarak Benteng Ollo dari ibukota Kecamatan Kaledupa ± 4 km, dapat ditempuh
dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat selama ±15 menit.
Benteng La Donda
Letak benteng ini berada di atas bukit, dan jaraknya dari pinggir laut ± 1,5 km.
Dari atas Benteng La Donda para Wisatawan dapat menyaksikan pemandangan alam
Pulau Kaledupa di bagian selatan.
WISATA BUDAYA DI PULAU TOMIA
Selain memiliki objek wisata alam, Pulau Tomia juga mempunyai wisata budaya,
yang tetap terjaga dan dilestarikan oleh masyarakat Tomia. Wisata budaya yang ada
di sana merupakan peninggalan sejarah kebudayaan masyarakat Tomia yang memiliki
nilai historis dan keunikan. Berikut objek wisata budaya yang ada di Pulau Tomia.
Benteng Patua
Benteng Patua adalah salah satu situs sejarah kebudayaan masyarakat Tomia.
Benteng tersebut berada di Desa Patua II Kecamatan Tomia, dapat ditempuh dengan
kendaraan roda dua dan roda empat ± 15 Menit dari ibukota kecamatan. Benteng
Patua berada di atas perbukitan.
Benteng Suo-Suo
Pesta Adat Safara adalah Pesta adat masyarakat Tomia yang dilakukan pada
setiap Bulan Safar. Penyelenggaran ritual adat tersebut bertujuan untuk mengeratkan
tali silaturahmi dan gotong royong serta ungkapan syukur terhadap Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan rahmat dan rejekiNya. Ritual ini ditandai dengan acara
mandi bersama seluruh warga dengan saling menyiram satu sama lain dengan diawali
dengan doa oleh sesepuh adat.
Tradisi Bose – Bose adalah tradisi yang dilakukan dengan menghiasi perahu
dengan hiasan berwarna-warni, dan dimuati sajian masakan tradisional, seperti Liwo,
lalu diarak mengelilingi pantai dari Dermaga Patipelong menuju Dermaga Usuku
sampai ke Selat One Mobaa, sambil menabuh gendang. Pesta adat ini dilaksanakan
bertujuan agar semua dosa dapat hanyut bersama riaknya air laut.
Tari Mborira
Tari Mborira adalah tarian yang berasal dari Tomia. Tari ini diadakan, jika ada
perantau yang baru saja tiba di kampung halaman. Diperankan oleh 6 orang penari
yang akan dipilih salah satunya sebagai pendamping dari perantau tersebut.
Tari Sajo Wowine
Tari Sajo Wowine adalah tarian yang berasal dari Tomia. Dahulu kala tari ini
diperagakan para gadis yang tinggal di Benteng Patua pada upacara adat. Diperankan
oleh 10 orang gadis dan 2 orang pemuda yang akan ngiri sebagai ungkapan
kegembiraan dengan penampilan para penari.
Tari Sajo Moane adalah Tarian Sakral yang dimaikan oleh kaum laki – laki.
Melambangkan kesiapan prajurit perang untuk mengahadapi peperangan. Tarian ini
dimainkan oleh 20 orang prajurit.
Tari Saride
Tari Saride merupakan tarian tradisional yang berarti persatuan dan kebersamaan
dalam menyelesaikan suatu kegiatan yang menyangkut kepentingan umum. Tari
Saride sebagai lambang poasa-asa atau pohamba-hamba, sebagai semboyan dari
masyarakat suku Tomia. Tari saride mengungkapkan rasa syukur masyarakat setelah
menyelesaikan pekerjaan dengan sukses. Pada masa sekarang tarian Saride
dipersembahkan untuk menghibur tamu-tamu terhormat
WISATA BUDAYA DAN TARI TRADISIONAL PULAU BINONGKO
Benteng Palahidu
Benteng Wali
Benteng Wali adalah salah situs sejarah peninggalan masyarakat Togo Binongko.
Letak benteng berada di Desa Wali Kecamatan Togo Binongko, dengan jarak ± 9
Km, dapat ditempuh dengan kenderaan roda dua dan roda empat,karena berada di
pemukiman penduduk.
Benteng Wali memiliki panjang 70 depa, dengan bentuk segiempat dan di
dalamnya terdapat Kamali yang masih ditinggali oleh keturanan kerajaan. Di dalam
benteng tersebut juga terdapat makam tua, tak jauh dari benteng ada kuburan tua yang
disebut kuburan kota.
Tari Balumpa
Tari Balumpa adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari Pulau Binongko.
Tari ini dimainkan oleh 8 orang gadis cantik jelita dengan diiringi dengan nyanyin
khas daerah yang dikenal dengan Kabanti dan alunan musik gambus khas Binongko.
V. KESEHATAN JIWA
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang
tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat
menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi perkembangan yang
tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (UU No.18 tahun 2014).
Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (APA) adalah sindrom
atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada
individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri,
menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa
fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko secara bermagna untuk mati, sakit,
ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan (APA, 1994 dalam Prabowo, 2014).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan bahw sekitar 450
juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa. Sepertiga diantaranya
terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh peneliti di Harvard University
dan University College London, mengatakan penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi
32% dari semua jenis kecacatan di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun
sebelumnya (VOA Indonesia, 2016).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan
kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa
berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia
15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat
merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan
prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan
gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013).
Gangguan jiwa yang menjadi salah satu masalah utama di negara-negara berkembang
adalah Skizofrenia. Skizofrenia termasuk jenis psikosis yang menempati urutan atas dari
seluruh gangguan jiwa yang ada (Nuraenah, 2012). Skizofrenia adalah Suatu penyakit
yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan
dan perilaku yang aneh dan terganggu. Gejala skizofrenia dibagi dalam 2 kategori utama:
gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi dan disorganisasi
pikiran, bicara dan perilaku yang tidak teratur serta gejala negative atau gejala samar,
seperti afek datar, tidak memiliki kemauan dan menarik diri dari masyarakat atau rasa
tidak nyaman (Videbeck, 2008).
Skizofrenia dapat menyerang siapa saja. Data APA (2014) menyebutkan 1%
populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai
mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda paling beresiko
karena pada tahap ini, kehidupan manusia penuh dengan berbagai tekanan (Stresor)
(Ababar, 2011).
Manusia adalah makhluk sosial, yang secara harafiah berarti kebutuhan rasa
memiliki akan sesuatu. Rasa memiliki merupakan ekspresi jiwa yang penting dalam
kehidupan seseorang. Sayangnya, rasa memiliki ini cenderung tidak terlihat pada
klien dengan skizofrenia. Kegagalan akan kebutuhan rasa memiliki menyebabkan
rasa isolasi sosial, keterasingan dan kesepian. (Mellor, dkk, 2008).
Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan
ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan social yang
kita inginkan, hidup tanpa melakukan hubungan, tidak punya keinginan untuk melakukan
hubungan interpersonal yang akrab. Isolasi sosial akan timbul sebagai akibat pengalaman
kesepian yang dialami dengan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam
dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Dalam
suatu penelitian menemukan bahwa kesepian diasosiasikan dengan perasaan depresi,
kecemasan, ketidakpuasan, tidak bahagia dan kesedihan. Keadaan seperti ini berpotensi
berbahaya bagi kesehatan mental individu tersebut dengan tingginya gejala-gejala negatif
seperti persepsi (Sari, 2011).