Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

WHO (World Health Organization) melaporkan bahwa penyakit

periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang menjadi beban

global di berbagai negara. Penyakit periodontal memiliki prevalensi cukup tinggi

yang banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai

50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal

menduduki urutan kedua utama yang masih merupakan masalah di

masyarakat dengan prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok umur

di Indonesia adalah 96,58% (Sahrini ,2015).

Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih kurang mendapat

perhatian baik dari pemerintah maupun kalangan masyarakat. Berdasarkan

data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Riset Kesehatan Dasar

tahun 2007, prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 43,3%.

Masalah kesehatan gigi dan mulut terdapat pada daerah penyangga gigi,

dan salah satu penyebab dari penyakit daerah penyangga gigi adalah

akumulasi kalkulus (Wungkana, 2014).

Kebersihan gigi dan mulut yang baik berdampak pada kesehatan gigi dan

mulut, sebaliknya kebersihan mulut yang kurang terjaga dapat menyebabkan

berbagai macam penyakit pada rongga mulut sebagai akibat timbulnya debris dan

karang gigi atau kalkulus. Kalkulus timbul pada daerahdaerah gigi yang sulit

dibersihkan, di mana kalkulus ini menjadi tempat melekatnya kuman-kuman di

dalam mulut. Akumulasi debris yang banyak mengandung berbagai macam

1
bakteri serta kuman pada kalkulus dapat menyebabkan berbagai penyakit

periodontal, seperti radang gusi (gingivitis), radang jaringan penyangga gigi

(periodontitis) dan gigi goyang (D.R.Tuhuteru, B.S.Lampus,V.N.S Wowor, 2104)

Masalah yang sering di dapati di dalam mulut adalah karies gigi, radang

gusi dan jaringan periodontal. Menurut para ahli penyakit tersebut disebabkan

oleh penyebab yang sama yaitu plak gigi. Apabila proses peradangan berlanjut,

maka jaringan periodontal ini akan rusak sehingga akan kehilangan fungsinya

sebagai penopang gigi. Gigi akan menjadi goyang dan lama-kelamaan akan lepas

dari tempatnya. Plak adalah lapisan lengket yang merupakan kumpulan dari

bakteri (Wulandari, 2016).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses terbentuk plak dan kalkulus?

2. Apa saja penyakit yang ditimbulkan plak dan kalkulus?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana proses terbentuk plak dan kalkulus.

2. Untuk mengetahui apa saja penyakit yang ditimbulkan plak dan kalkulus.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi Kalkulus

Kalkulus merupakan kumpulan plak yang mengalami kalsifikasi dan

melekat erat pada permukaan gigi serta objek solid lainnya di dalam mulut,

sehingga gigi menjadi kasar dan terasa tebal. Kalkulus terbentuk oleh adanya

pengendapan sisa makanan dengan air ludah serta kuman-kuman maka terjadilah

proses pengapuran yang lama kelamaan menjadi keras (Sahrini ,2015).

Komposisi plak dan kalkulus Berdasarkan hasil penelitian,20% dari plak

gigi terdiri dari bahan padat dan 80% adalah air. Tujuh puluh persen dari bahan

padat ini adalah mikroorganisme dan sisanya 30% terdiri dari bahan organik yaitu

karbohidrat, protein dan lemak dimana bahan organik yaitu kalsium, fosfor,

magnesium, potasium dan sodium.

2.2 Klassifikasi Kalkulus

2.2.1 Kalkulus Supragingiva

Kalkulus supragingiva terletak di koronal margin gingiva. Kalkulus

biasanya berwarna putih kuningan dan keras dengan konsistensi liat dan mudah

terlepas dari permukaan gigi. Dua lokasi yang paling umum untuk perkembangan

kalkulus supra gingiva adalah permukaan bukal molar rahang atas dan permukaan

lingual dari gigi anterior mandibula karena permukaan gigi ini mempunyai self

cleansing yang rendah.

3
Gambar 1, kalkulus suprangiva

Kalkulus supra gingiva paling sering terbentuk dibagian permukaan lingual

dari gigi anterior mandibular dan di permukaan bukal dari molar pertama maksila.

Kalkulus supra gingiva juga dikenal sebagai kalkulus supra gingiva mengandung

bahan organik dan anorganik.

Proporsi anorganik yang mayor pada kalkulus sekitar 76% kalsium fosfat,

Ca3(PO4), 23% kalsium karbonat, CaCO3 dan sisanya magnesium fosfat,

Mg3(PO4)2 serta bahan lain. Persentase komponen anorganik pada kalkulus

adalah sama dengan jaringan terkalsifikasi yang lain di dalam tubuh. Komponen

anorganik mengandungi 39% kalsium, 19% fosforus, 2% karbon dioksida dan 1%

magnesium serta sisanya adalah natrium, seng, strontium, bromin, tembaga,

magnesium, tungsten, emas, aluminium, silikon, besi dan fluor.

4
Komponen organik pada kalkulus terdiri dari campuran kompleks

polisakarida protein, deskuamasi sel epitel, lekosit dan berbagai jenis

mikroorganisme saliva karena pembentukannya dibantu oleh saliva (Repository

USU).

2.2.2 Kalkulus Subgingiva

Kalkulus terletak di bawah margina gingiva dan oleh karena itu

kalkulus ini tidak terlihat terutama pada pemeriksaan klinis rutin. Lokasi dan

luasnya kalkulus sub gingiva dapat dievaluasi atau dideteksi dengan

menggunakan alat dental halus seperti sonde. Kalkulus ini biasanya berwarna

coklat tua atau hitam kehijau-hijauan dan konsistensinya keras seperti batu api,

dan melekat erat ke permukaan gigi.

Kalkulus sub gingiva juga terbentuk dari cairan sulkular sehingga

kalkulus ini disebut dengan kalkulus serumal (Repository USU). Komposisi

kalkulus subgingiva hampir sama dengan kalkulus supragingiva. Rasio kalsium

biladibandingkan dengan fosfat adalah lebih tinggi pada kalkulus subgingiva,

kandungan natrium meningkat sejalan dengan bertambahnya kedalaman poket

periodontal.

5
Gambar 2, kalkulus subgingival

2.3 Proses Terbentuknya Kalkulus

Karang gigi merupakan kumpulan plak yang mengalami kalsifikasi dan

melekat erat pada permukaann gigi serta obyek solid lainnya di dalam mulut,

sehingga gigi menjadi kasar dan terasa tebal. Karang gigi terbentuk oleh adanya

sisa makanan dengan air ludah serta kuman – kuman maka terjadilah pengapuran

yang lama kelamaan menjadi keras. Karang gigi yang terus menerus dibiarkan di

dalam mulut dapat menyebabkan iritasi, radang pada gusi dan kerusakan pada

jaringan penyangga gigi, serta dapat mengakibatkan gigi menjadi goyangdan lepas

dengan sendirinya (Ma’rifatul, 2016).

6
Bagan Alur Terjadinya penyakit periodontal

saliva

Saliva yang
Penyakit
kalkulus distimulasi
periodontal

Kadar kalsium
saliva
yangtinggi

Mineralisasi
plak

2.4 Definisi Plak

Plak gigi adalah suatu lapisan tipis terdiri dari berbagai jasad renik yang

terbentuk pada permukaan gigi beberapa saat setelah gigi berkontak dengan

saliva. Umumnya palak tidak bewarna atau transparan. Plak bukanlah suatu

penyakit gigi tapi bisa menjadi penyabab terjadinya penyakit gigi seperti karies

atau lubang gigi dan penyakit jaringan periodontal serta penyakit gigi dan mulut

lainnya ( Rezki , 2013).

7
2.4.1 Klassifikasi Plak

Plak terdiri dari (Soeprapto, 2016) :

1. Suprangingival merupakan bakteri gram positif, di atas margin gingiva

2. Subngival merupakan bakteri gram negatif, suasana anaerob, dibawah

margin gingiva

Berdasarkan warnanya, plak dibagi menjadi :

1) Red complex : porphyromonas gingivalis, treponema denticola, tannerella

forsythensis

 plak subngingiva, memproduksi enzim proteolitik.

2) Orange complex : Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia,

Prevotella nigrisens, Campylobacter rectus

 Berasosiasi dengan red complex.

3) Yellow complex dan Green complex: Actinobacillus

actinomycetemcomitans, Streptococcus sanguis

 Spesies bermanfaat.

2.4.2 Proses pemebentukan plak

1. Pembentukan pelikel gigi : pelikel menempel pada permukaan gigi

kerena interaksi antara hidroksiapatit yang berisi banyak gugus fosfat

muatan negatif dengan makromelokul saliva dan CGF bermuatan positif.

2. Kolonisasi awal bakteri tidak patogen : bakteri fakultatif gram positif :

Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis melekat ke pelikel

melalui adesin (molekul spesifik pada permukaan sel bakteri) dan

8
calcium bridging (menyambung permukaan sel bakteri (-) dengan

muatan (+) calcuim pada pelikel).

3. Kolonisasi sekunder bakteri dan maturasi plak :

 Bakteri : Prevotella intermedia, Fusobacterium nuleatum,

Porphyromonas gingivitis, Provetella loescheii, sp

Capnocythopaga melekat bakteri yang sudah ada dengan

agregasi terjadi maturasi plak bakteri.

 Kolonisasi awal (Steptococcus) mensistesiskan ekstraseluler

polisakarida (sticky glucans) untuk adesi bakteri-bakteri lain

(kolonisasi sekunder).

2.5 Penyakit Periodontal

2.5.1 Gingivitis

Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang disebabkan

mikroorganisme yang membentuk suatu koloni pada permukaan gigi. Tanda-tanda

klinis dari gingivitis yaitu perubahan warna lebih merah dari normal, gingiva

bengkak dan berdarah pada tekanan ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit

pada gingiva (Cobb 2008 sit Prestiyanti, 2014)

Pengertian Gingivitis adalah inflamasi atau peradangan yang mengenai

jaringan lunak di sekitar gigi atau jaringan gingiva disebut gingivitis (Nevil,

2002). Gingivitis adalah akibat proses peradangan gingiva yang disebabkan oleh

faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer gingivitis adalah plak,

sedangkan faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor

sistemik. Faktor lokal diantaranya: kebersihan mulut yang buruk, sisa-sisa

9
makanan, akumulasi plak dan mikroorganisme, sedangkan faktor sistemik,

seperti: faktor genetik, nutrisional, hormonal dan hematologi (Manson & Eley,

1993).

Karakteristik gingivitis menurut Manson & Eley (1993) adalah sebagai

berikut:

1. Perubahan Warna Gingiva

 Tanda klinis dari peradangan gingiva adalah perubahan warna.

Warna gingiva ditentukan oleh beberapa faktor termasuk jumlah

dan ukuran pembuluh darah, ketebalan epitel, keratinisasi dan

pigmen di dalam epitel. Gingiva menjadi memerah ketika

vaskularisasi meningkat atau derajat keratinisasi epitel mengalami

reduksi atau menghilang. Warna merah atau merah kebiruan akibat

proliferasi dan keratinisasi disebabkan adanya peradangan gingiva

kronis. Pembuluh darah vena 10 akan memberikan kontribusi

menjadi warna kebiruan. Perubahan warna gingiva akan

memberikan kontribusi pada proses peradangan. Perubahan warna

terjadi pada papila interdental dan margin gingiva yang menyebar

pada attached gingiva.

2. Perubahan Konsistensi

 Kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada

konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada kondisi

gingivitis kronis terjadi perubahan destruktif atau edema dan

reparatif atau fibrous secara bersamaan serta konsistensi gingiva

ditentukan berdasarkan kondisi yang dominan.

10
3. Perubahan Klinis dan Histopatologis

 Gingivitis terjadi perubahan histopatologis yang menyebabkan

perdarahan gingiva akibat vasodilatasi, pelebaran kapiler dan

penipisan atau ulserasi epitel. Kondisi tersebut disebabkan karena

kapiler melebar yang menjadi lebih dekat ke permukaan, menipis

dan epitelium kurang protektif sehingga dapat menyebabkan ruptur

pada kapiler dan perdarahan gingiva.

4. Perubahan Tekstur

 Jaringan Gingiva Tekstur permukaan gingiva normal seperti kulit

jeruk yang biasa disebut sebagai stippling. Stippling terdapat pada

daerah subpapila dan terbatas pada attached gingiva secara

dominan, tetapi meluas sampai ke papila interdental. Tekstur

permukaan gingiva ketika terjadi peradangan kronis adalah halus,

mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh atropi epitel tergantung

pada perubahan eksudatif atau fibrotik. Pertumbuhan gingiva

secara berlebih akibat obat dan hiperkeratosis dengan tekstur kasar

akan menghasilkan permukaan yang berbentuk nodular pada

gingiva.

5. Perubahan Posisi Gingiva

 Adanya lesi pada gingiva merupakan salah satu gambaran pada

gingivitis. Lesi yang paling umum pada mulut merupakan lesi

traumatik seperti lesi akibat kimia, fisik dan termal. Lesi akibat

kimia termasuk 11 karena aspirin, hidrogen peroksida, perak nitrat,

fenol dan bahan endodontik. Lesi karena fisik termasuk tergigit,

11
tindik pada lidah dan cara menggosok gigi yang salah yang dapat

menyebabkan resesi gingiva. Lesi karena termal dapat berasal dari

makanan dan minuman yang panas. Gambaran umum pada kasus

gingivitis akut adalah epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi

dan eritema, sedangkan pada kasus gingivitis kronis terjadi dalam

bentuk resesi gingiva.

6. Perubahan Kontur gingiva

 Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan peradangan

gingiva atau gingivitis tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi

pada kondisi yang lain. Peradangan gingiva terjadi resesi ke apikal

menyebabkan celah menjadi lebih lebar dan meluas ke permukaan

akar. Penebalan pada gingiva yang diamati pada gigi kaninus

ketika resesi telah mencapai mucogingival junction disebut sebagai

istilah McCall festoon. Gambar 3. Gingivitis (Susetyo, Budi.,

1998)

7. Klasifikasi Gingivitis Menurut Rosad (2008)

Klasifikasi gingivitis berdasarkan keparahannya dibedakan menjadi 2:

1) Gingivitis Akut Gambaran klinis pada gingivitis akut adalah

pembengkakan yang berasal dari peradangan akut dan gingiva yang

lunak. Debris yang 12 berwarna keabu-abuan dengan pembentukan

membran yang terdiri dari bakteri, leukosit polimorfonuklear dan

degenarasi epitel fibrous. Pada gingivitis akut terjadi pembentukan

vesikel dengan edema interseluler dan intraseluler dengan degenarasi

nukleus dan sitoplasma serta rupture dinding sel.

12
2) Gingivitis Kronis Gambaran gingivitis kronis adalah pembengkakan

lunak yang dapat membentuk cekungan sewaktu ditekan yang terlihat

infiltrasi cairan dan eksudat pada peradangan. Pada saat dilakukan

probing terjadi perdarahan dan permukaan gingiva tampak kemerahan.

Degenerasi jaringan konektif dan epitel dapat memicu peradangan dan

perubahan pada jaringan tersebut. Jaringan konektif yang mengalami

pembengkakan dan peradangan sehingga meluas sampai ke

permukaan jaringan epitel. Penebalan epitel, edema dan invasi leukosit

dipisahkan oleh daerah yang mengalami elongasi terhadap jaringan

konektif. Konsistensi kaku dan kasar dalam mikroskopis nampak

fibrosis dan proliferasi epitel adalah akibat dari peradangan kronis

yang berkepanjangan.

8. Faktor Etiologi Gingivitis Menurut Manson & Eley (1993) gingivitis

disebabkan oleh faktor

 adanya perubahan warna.

 perubahanbentuk.

 perubahan konsistensi (kekenyalan).

 perubahan tekstur, dan

 perdarahan pada gusi

13
2.5.2 Periodontitis

Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan

penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang

menghasilkan kerusakan lanjut ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan

terbentuknya poket, resesi gingiva, maupun keduanya.

Ada tiga bakteri utama penyebab penyakit periodontal yang banyak

ditemukan pada plak subgingiva pasien dengan periodontitis kronis. Ketiga

bakteri tersebut adalah:

a. Porphyromonas gingivalis

b. Treponema denticola dan

c. Bacteroides forsythus

1. Faktor risiko

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko periodontitis meliputi ( Mayo

Clinic) :

a. Radang gusi

b. Kesehatan mulut yang buruk

c. Merokok atau mengunyah tembakau

d. Usia yang lebih tua

e. Perubahan hormonal, seperti yang berkaitan dengan kehamilan atau

menopause

f. Penyalahgunaan zat

g. Kegemukan

h. Nutrisi yang tidak memadai, termasuk kekurangan vitamin C.

14
i. Genetika

j. Obat-obatan tertentu yang menyebabkan mulut kering atau gusi

berubah. Kondisi itu menyebabkan kekebalan tubuh menurun, seperti

leukemia, HIV / AIDS dan pengobatan kanker

k. Penyakit tertentu, seperti diabetes, rheumatoid arthritis dan penyakit

Crohn

2. Gambaran Klinis Periodontitis

Gambaran klinis penyakit periodontitis kronis adalah inflamasi gingiva

dan perdarahan, pembentukan poket, mobiliti gigi, migrasi gigi,

kehilangan tulang alveolar dan halitosis (Repository USU).

1. Inflamasi gingiva dan perdarahan

Biasanya gingiva berwarna pink, konturnya selalu normal, tidak akan

ada perdarahan saat probing dilakukan dan pasien tidak ada keluhan

perdarahan sewaktu menyikat gigi. Kehadiran dan keparahan inflamasi

gingiva bergantung pada status oral hygiene pasien, sewaktu oral

hygiene buruk, inflamasi gingiva terlihat nyata dan terjadinya

perdarahan saat menyikat gigi, atau perdarahan secara spontan.

2. Pembentukan Poket

Pengukuran poket merupakan pemeriksaan yang penting sewaktu

diagnosis periodontal tetapi harus diintepretasi bersama dengan

inflamasi gingivadan pembengkakan, dan bukti radiografi kehilangan

tulang alveolar.

15
3. Mobiliti Gigi

Sebagian mobiliti gigi dalam dataran labiolingual boleh terjadi pada gigi

sehat yang berakar satu, terutama insisivus bawah yang lebih mobil

dibandingkan dengan gigi yang berakar banyak. Peningkatan mobiliti

gigi disebabkan oleh:

a. Pelebaran ligamen periodontal dengan tidak adanya kehilangan

tulang alveoalar atau jaringan pendukung lain

b. Pelebaran ligamen periodontal disertai dengan kehilangan tulang

alveolar atau jaringan pendukung lain

c. Kehilangan tulang alveolar atau jaringan pendukung lain tanpa

adanya pelebaran ligament periodontal

4. Migrasi Gigi

Pergerakan gigi dari posisi asli dalam lengkung rahang merupakan

gambaran dari penyakit periodontal.

5. Kehilangan Tulang Alveolar

Resorpsi tulang alveolar dan destruksi ligamen periodontal

merupakan gambaran yang paling penting pada periodontitis kronis.

Pemeriksaan radiografi adalah bagian yang penting sewaktu diagnosis

periodontal, karena dapat diperoleh ketinggian tulang alveolar, bentuk

destruksi tulang, lebar ruang ligamen periodontal dan densitas

cancellous trabeculation. Tanda pertama radiografik dari destruksi

periodontal adalah kehilangan densitas margin alveolar.

16
6. Halitosis

Metabolisme dari berbagai bakteri oral, terutama bakteri Gram-

negatif anaerob dalam saliva, sewaktu bereaksi dengan substrat di

dalam mulut, contohnya debris makanan dan plak, dapat menghasilkan

campuran yang mengandung sulfur seperti hidrogen sulfida dan

methylmercaptan yang mengeluarkan bau yang tidak menyenangkan

dalam mulut dan ketika bernafas. Inflamasi akut, dengan pus yang

keluar dari poket ketika diberi tekanan juga menyebabkan halitosis.

Gambar 3. Periodontitis Kronis

3. Jenis Periodontitis

Ada beberapa jenis periodontitis. Jenis yang lebih umum termasuk yang di bawah

ini (Mayo Clinic) :

1. Periodontitis kronis adalah tipe yang paling umum, yang mempengaruhi

sebagian besar orang dewasa, meskipun anak-anak juga dapat terpengaruh.

Jenis ini disebabkan oleh penumpukan plak dan melibatkan kerusakan

lambat yang dapat membaik dan memburuk dari waktu ke waktu tetapi

17
menyebabkan kerusakan pada gusi dan tulang dan kehilangan gigi jika

tidak diobati.

2. Periodontitis agresif biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau awal

masa dewasa dan hanya mempengaruhi sejumlah kecil orang. Penyakit ini

cenderung mempengaruhi keluarga dan menyebabkan perkembangan

tulang dan gigi yang cepat jika tidak ditangani.

3. Penyakit periodontal nekrosis ditandai oleh kematian jaringan gusi,

ligamen gigi dan tulang pendukung yang disebabkan oleh kurangnya

suplai darah (nekrosis), yang mengakibatkan infeksi berat. Tipe ini

umumnya terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang ditekan -

seperti dari infeksi HIV, pengobatan kanker atau penyebab lainnya - dan

kekurangan gizi.

4. Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah periodontitis adalah mengikuti program kebersihan

kesehatan gigi dan mulut yang baik yaitu ( Mayo Clinic) :

1. Kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut yang baik. Itu berarti

menggosok gigi selama dua menit setidaknya dua kali sehari di pagi

hari dan sebelum tidur dan flossing setidaknya sekali sehari. Flossing

sebelum anda sikat memungkinkan anda untuk membersihkan partikel

makanan dan bakteri.

2. Kunjungan gigi rutin. Temui dokter gigi atau dokter gigi anda secara

rutin untuk membersihkan, biasanya setiap enam sampai 12 bulan. Jika

Anda memiliki faktor risiko yang meningkatkan penyakit periodontitis

18
seperti mulut kering, minum obat tertentu atau merokok anda mungkin

perlu membersihkan secara lebih sering.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses pembentukan plak terdiri dari Pembentukan pelikel gigi : pelikel

menempel pada permukaan gigi kerena interaksi antara hidroksiapatit yang berisi

banyak gugus fosfat muatan negatif dengan makromelokul saliva dan CGF

bermuatan positif. Kolonisasi awal bakteri yang tidak patogen. Kolonisasi

sekunder bakteri dan maturasi plak. Karang gigi terbentuk oleh adanya sisa

makanan dengan air ludah serta kuman - kuman maka terjadilah pengapuran yang

lama kelamaan menjadi keras.

Plak dan kalkulus yang tidak segera dibersihkan akan menimbulkan

penyakit periodontal. Penyakit periodontal yaitu Gingivitis adalah peradangan

pada gingiva yang disebabkan mikroorganisme yang membentuk suatu koloni

pada permukaan gigi dan Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi

destruktif pada jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme

spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut ligamen periodontal dan tulang

alveolar dengan terbentuknya poket, resesi gingiva, maupun keduanya.

3.2 Saran

Setelah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab

penyakit pada gusi, maka diharapkan kepada masyarakat agar memahami

mengenai faktor faktor yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis dan

bagaimana efeknya meningkatkan resiko individu untuk mengalami penyakit pada

jaringan pendukung gigi sehingga nantinya masyarakat memiliki perhatian

terhadap kesehatan rongga mulutnya.

20
Daftar Pustaka

Kodir Abdul Ismail Ade., Herawati Dahlia., Murdiastuti Kwartarini., 2014.


Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian Secara Sistemik Ciprofloksasin Dan
Amoksisilin Setelah Scaling & Root Planing Pada Periodontitis Kronis
Penderita HipertensiTinjauan Pada Probing Depth, Bleeding On Probing, Dan
Clinical Attachment Level. Ked Gi. Vol. 5, No. 4, Oktober 2014: 323 – 328

Ma’rifatul Rizka., Ta’adi., Widayati Aryani ., 2016. Gambaran Ph Saliva Dan


Karang Gigi Pada Karang Taruna Di Desa Ngargogondo Borobudur
Magelang. Jurnal Gigi Dan Mulut Issn 2338-963x, Volume 3 Nomor 2 Hal
12-17.

Prestiyanti Ista Ni Made., 2014. Efektifitas Berkumur Dengan Larutan Teh


Rosella (Hibiscus Sabdariffal.) Mempercepat Penyembuhan Gingivitis
Pascaskeling. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati
Denpasar.

http://repository.usu.ac.id/

http://repository.usu.ac.id/

Rezki Sri., Pawarti., 2013. Pengaruh Ph Plak Terhadap Angka Kebersihan Gigi
Dan Angka Karies Gigi Anak Di Klinik Pelayanan Asuhan Poltekkes
Pontianak Tahun 2013. Odonto Dental Journal.Volume 1.Nomor 2.

Sahrini,. 2015. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Gingivitis Akibat


Pemakaian Gigi Tiruan Cekat (Gtc) Pada Pengunjung Di Rsgm Universitas
Hasanuddin. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Soeprapto, A. 2016. Pedoman Dan Penatalaksanaan Praktik Kedokteran Gigi.


Jakarta: STPI Bina insan Mulia.

Wulandari Dwi, Suharjono, Hidayati Siti., 2016. The Conception Of Plaque Score
On 7th Grade Students Of Smp Muhammadiyah 1 Godean Sleman. Jurnal
Gigi Dan Mulut. Vol.3, No. 2,

Wungkana S Wanda., Kepel Billy J., Wicaksono A Dinar., 2014. Gambaran


Kalkulus Pada Masyarakat Pesisir Yang Mengonsumsi Air Sumur Gali Di
Desa Gangga Ii. Jurnal E-Gigi (Eg), Volume 2, Nomor 2.

21
22

Anda mungkin juga menyukai