Anda di halaman 1dari 2

Nama : Elfiana Hal: 15

Nim : 21803009

Jika seseorang individu menerima suatu nilai tertentu, dia dapat menjadikannya sebagai
tujuan hidupnya (krech et al, 1962 ). Guna mengatur perilaku individu dalam kelompok agar
sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, dibuatlah norma-norma tertentu, yang berupa
peraturan yang disetujui oleh anggota masyarakat, yang menguraikan secara rinci tentang
perilaku yang harus atau justru tidak boleh dilakukan dalam suatu keadaan atau kedudukan
tertentu. Norma sosial kadang-kadang juga mencangkup jenis sangsi atau imbalan yang akan
diberikan kepada mereka yang melanggar atau mematuhi peraturan tersebut (krech et al,
1962). Jadi norna sosial ini digunakan sebagai mekanisasi kontrol perilaku individu dalam
masyarakat. Berdasarkan norma itu dibuatlah hokum adat yang merealisasikan penerapan
norma dan pelestarianya. ‘’ meskipun terjadi modernisasi, norma lama akan tetap dapat
diterima sepanjang norma itu dimiliki keluesan dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi
dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang’’ (widjaja, 1986;18).

Suatu contoh perubahan nilai ialah upaya untuk membuat ‘’dua anak cukup’’ sebagai
nilai yang mengantikan nilai ‘’banyak anak anak banyak rejeki’’. Guna mendukung
internalisasi/penghayatan nilai ini maka pemerintah Indonesia melalui BKKBN (Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) membuat peraturan tertentu, seperti misalnya
memberi hadiah dan hak istimewa bagi pasangan yang membatasi jumlah anaknya tidak lebih
dari dua, tidak memberikan tunjangan kepada anak ke 3, 4 dan seterusnya dari pegawai negri,
memberi imbalan kepada para wanita peserta program KB. Di singapura perumahan bagi
pasangan muda dibatasi luasnya, hanya cukup mampu menampung dua anak saja. Di cina
yang membatasi kelahiran pada satu anak saja, diberikan sangsi kepada pasangan yang
melahirkan anak kedua.

Dalam menyesuaikan tingkahlakunya dengan norma masyarakat biasanya individu


melihat kepada kelompok acuanya (reference group), yaitu kelompok yang dijadikan acuan
atau panutan individu. Kelompok acuan ini tidaklah perlu merupakan kelompok yang
terorganisasi, melainkan
Hal: 16

Kelompok yang mempunyai tujuan dan ciri-ciri serupa. Misalnya kelompok remaja,
kelompok akseptor ataupun kelompok wanita. Biasanya individu menggunakan kelompok
acuan itu sebagai patokan/paduan dalam mengevaluasi perilakunya sendiri dan merupakan
sumber dari tujuan dan nilai-nilai pribadinya. Misalnya seorang wanita berusia 30 tahun akan
mengacu pada dua kelompok, yaitu kelompok wanita sebaya serta kelompok akseptor, guna
memutuskan apakah dia akan mengandung lagi setelah mempunyai dua anak. Nilai-nilai yang
digunakan oleh kedua kelompok acuan itu (misalnya fungsi wanita, peran ibu, tanggung
jawab mendidik anak, pemeliharaaan kesehatan dan kecantikan wanita, dll) oleh sang wanita
tadi akan dijadikan tolok ukur dan juga tujuan bagi penentuan keputusanya tersebut.
Mengingat bahwa jaringan interaksi individu dalam masyarakat itu luas, maka pada umunya
seorang individu memiliki bermacam-macam kelompok acuan. Dan makin luas kegiatanya,
makin banyak pula kelompok acuannya.

Peran kelompok acuan ini amatlah penting dalam mengatur dan mengarahkan
perilaku individu. Sebaliknya, dari pihak individu diharapkan adanya kesediaan untuk
mematuhi peraturan dan norma-norma yang berlaku, seperti yang dianjurkan oleh pemimpin
masyarakat serta kelompok acuan. Kepatuhan ini disebut juga konformitas/conformity.
Konformitas adalah membeloknya/berubahnya pandangan atau tindakan seorang individu
sebagai akibat dari tekanan kelompok yang muncul karena adanya pertentangan pendapat si
individu dengan pendapat kelompok (krech, 1962). Pendapat si individu dengan pendapat
kelompok. Dengan kata lain, individu harus mengalah untuk menerima pendapatnya sendiri.
Tekanan kelompok itu tidaklah perlu selalu bersifat eksplisit, artinya pemimpin atau anggota
kelompok tidak perlu hadir untuk membujuk atau memaksa individu mematuhi pendapat
kelompok. Pengetahuan tentang norma atau pendapat kelompok saja sudah cukup membuat
individu merasa khawatir untuk mempunyai pendapat atau melakukan tindakan yang
berlainan/menyimpang dari kelompoknya, takut disebut aneh, apalagi jika kelak dia

Anda mungkin juga menyukai