A mosque is a place of worship for Muslims—a place to kneel, stoop one's head and prostrate and

pray with serious and calm state of mind. Oftentimes, it is also used to carry out various other
religious activities.

The first thing that might catch one's attention about this mosque in Kota Baru Parahyangan (KBP) is
the absence of a dome, which is almost always a most important characteristic of mosques.
However, the architects have informed that the dome is not a cultural/religious identity, that is the
reason not a necessity when it comes to designing an Islamic place of worship.

Al-Irsyad Mosque was designed by a consultant firm named Urbane, with Muhammad Ridwan Kamil
as the main commisioner. He is the architect in charge of this mosque.

The architecture of the al-Irsyad mosque is unique in that it uses stacked stones as the main façade
to create tectonic effect, while embedding Islamic text/calligraphy on the façade which says “laa ilaa
ha illallah” as a graphic element and reminder prayer. It means “There’s no God worth worship
except Allah”

The primary shape of the mosque takes the form of a square, which seems the most efficient since
Muslims pray in straight rows facing a specific direction or the Qiblah. The structural columns are
arranged in such way that the façade seems like it is not supported by any frame. This shape also
similar to Ka'bah, the most important structure in the Islamic world, to which all Muslims' prayers
are directed.

The tall pole-like structure next to

the square building form is called
the minaret, an important element
for mosque. Most of the mosque
all over the world has a minaret. It
was used in the past for someone
to call out to all Muslims to prayer
on top of the minaret whenever
prayer time has come. Today, the
minaret still serves the same
function, except loudspeakers are
used instead. In a way, the minaret has become an icon of mosques; anyone searching for a mosque
can one from afar.

With a capacity to accommodate approximately 1,000 people, the mosque is also designed to 'blend
in' with nature. The stacked stones allow for natural ventilation without the need for air-
conditioning. Surrounded by water, the ambient temperature around the mosque will be lower
during the hot season. Once inside, the people are able to look out and appreciate the external
scenery.

I really like this building. Because even this is a mosque, but this doesn’t look like a mosque. The only
thing that made this building recognizable as a mosque is because it has a caligraphy embedded in
its facade. But if we take a look to the shape, doesn’t represent a mosque at all. Also, this mosque
was designed to be very efficient in energy using. In the daytime, this mosque use no lighting to
lighten it. The only thing I don’t like from this mosque is the idea of placing a stone ball in a mihrab
spot. It looks like they are worshipping a ball instead of Allah.

Mochamad Ridwan Kamil (born 4 October 1971) is an Indonesian architect and politician
who is the 15th governor of West Java, the most populous province of Indonesia. He was also
the Mayor of Bandung. He was elected as mayor of Bandung on 23 June 2013. He is also an architect
and lecturer in the Department of Architecture, Bandung Institute of Technology. Kamil founded
architect firm Urbane Indonesia in 2004 with three partners. In 2018 he successfully ran for
governor, instead of seeking a second mayoral term.

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ridwan_Kamil
TERJEMAHAN

Masjid adalah tempat peribadatan bagi umat Islam - tempat untuk berlutut, membungkukkan kepala
dan bersujud dan berdoa dengan pikiran yang serius dan tenang. Seringkali, ini juga digunakan untuk
melakukan berbagai kegiatan keagamaan lainnya.

Hal pertama yang mungkin menarik perhatian seseorang tentang masjid ini di Kota Baru
Parahyangan (KBP) adalah tidak adanya kubah, yang hampir selalu merupakan karakteristik
terpenting dari masjid. Namun, para arsitek telah memberi tahu bahwa kubah bukanlah identitas
budaya / agama, itulah alasannya bukan keharusan ketika harus merancang tempat ibadah Islam.

Masjid Al-Irsyad dirancang oleh perusahaan konsultan bernama Urbane, dengan Muhammad
Ridwan Kamil sebagai komisaris utama. Dia adalah arsitek yang bertanggung jawab atas masjid ini.

Arsitektur masjid al-Irsyad unik karena menggunakan batu bertumpuk sebagai façade utama untuk
menciptakan efek tektonik, sementara meletakkan teks Islam / kaligrafi pada façade yang
mengatakan "laa ilaa ha illallah" sebagai elemen grafis dan pengingat doa. Itu berarti "Tidak ada
Tuhan yang layak disembah kecuali Allah"

Bentuk utama masjid mengambil bentuk persegi, yang sepertinya paling efisien karena umat Muslim
berdoa dalam barisan lurus menghadap arah tertentu atau Kiblat. Kolom struktural disusun
sedemikian rupa sehingga façade sepertinya tidak didukung oleh frame apa pun. Bentuk ini juga
mirip dengan Ka'bah, bangunan paling penting di dunia Islam, di mana semua peribadatan umat
Islam diarahkan.

Bangunan seperti tiang tinggi di sebelah bentuk bangunan persegi disebut minaret, elemen penting
untuk masjid. Sebagian besar masjid di seluruh dunia memiliki minaret. Itu digunakan di masa lalu
bagi seseorang untuk memanggil semua Muslim untuk beribadah di atas minaret saat waktu sholat
telah tiba. Saat ini, minaret masih berfungsi sama, bedanya sekarang pengeras suara digunakan
sebagai gantinya. Di satu sisi, minaret telah menjadi ikon masjid; siapa pun yang mencari masjid
dapat terlihat dari jauh.

Dengan kapasitas untuk menampung sekitar 1.000 orang, masjid ini juga dirancang untuk 'berbaur'
dengan alam. Batu bertumpuk memungkinkan ventilasi alami tanpa perlu AC. Dikelilingi oleh air,
suhu sekitar masjid akan menjadi lebih rendah selama musim panas. Begitu berada di dalam, orang-
orang dapat melihat keluar dan menikmati pemandangan luar.

Saya sangat suka gedung ini. Karena ini adalah masjid, tetapi ini tidak terlihat seperti masjid. Satu-
satunya hal yang membuat bangunan ini dikenali sebagai masjid adalah karena ia memiliki kaligrafi
yang tertanam di fasadnya. Tetapi jika kita melihat bentuknya, tidak mewakili sebuah masjid sama
sekali. Juga, masjid ini dirancang untuk sangat efisien dalam penggunaan energi. Di siang hari, masjid
ini tidak menggunakan penerangan untuk meneranginya. Satu-satunya hal yang tidak saya sukai dari
masjid ini adalah ide menempatkan bola batu di tempat mihrab. Sepertinya mereka menyembah
bola bukannya Allah.