Anda di halaman 1dari 7

Hasil laporan pengukuran tingkat stress terhadap mahasiswa

angkatan 2018 Universitas Airlangga PSDKU Banyuwangi.


A. Tahapan stress

Dr. Robert Amberg (1979) dalam penelitiannya terdapat, dalam Hawari (2001) membagi
tahapan-tahapan stres sebagai berikut :

1. Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan sebagai berikut.

 Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).


 Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
 Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari
cadangan energi semakin menipis.

2. Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada
tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena
cadangan energi yang fidak lagi cukup sepanjang hari, karena, tidak cukup waktu untuk
beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara, lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk
mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II
adalah sebagai berikut:

 Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar.


 Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
 Lekas merasa capai menjelang sore hari.
 Sering mengeluh lainbung/penit tidak nyaman (bowel discomfort).
 Detakan jantung lebih kerns dari biasanya (berdebar-debar).
 Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang;
 Tidak bisa santai.

3. Stres tahap III

Apabila seseorang tetap mernaksakan diri dalam peker aannya tanpa menghiraukan keluhan-
keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata
dan mengganggu, yaitu:

 Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag (gastritis), buang
air besar tidak teratur (diare).
 Ketegangan otot-otot semakin terasa.
 Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
 Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early
insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia),
atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia).
 Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).

Pada tahapan ini seseorang sudah harus, atau bisa jugs beban stres hendaknya dikurangi dan
tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guns menambah suplai energi yang
mengalami defisit.

4. Stres, tahap IV

Gejala stres tahap IV, akan muncul:

 Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.


 Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi
membosankan dan terasa lebih sulit.
 Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk
merespons secara memadai (adekuat)
 Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
 Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.
 Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tadak ada semangat dan kegairahan.
 Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
 Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya.

5. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai
dengan hal-hal sebagai berikut:

 Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam. (physical dan psychological
exhaustion).
 Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari¬-hari yang ringan dan
sederhana.
 Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder).
 Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan
panik.

6. Stres tahap VI

Tahapan ini merupakan, tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack)
dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini dibawa ke
Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak
ditemukan kelainan fisik organ tubuh.

Gambaran stress; tahap VI ini adalah sebagai berikut:

 Debaran jantung teramat keras,


 Susah bernapas (sesak dan megap-megap)
 Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
 Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
 Pingsan atau kolaps (collapse).

Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh
keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai
akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

B. Hasil dari kuisioner

Penilaian DIKUTIP DARI : Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, dr. Suparyanto, M.Kes,.

Pada pertanyaan nomor 1 , point 36,7% reponden dominan sulit berkonsentrasi masuk pada tingkatan
setress tahap 5.

Pada pertanyaan nomor 2 , point 40% reponden seimmbang antara perasaan berubah-ubah setiap hari
dan kehilangan minat atau kemauan masuk pada tingkatan setress tahap 1 dan 4.
Pada pertanyaan nomor 3 , point 45% reponden dominan gelisah masuk pada tingkatan setress tahap 5.

Pada pertanyaan nomor 4 , point 33,3% reponden dominan takut kepada diri sendiri masuk pada
tingkatan setress tahap 5.
Pada pertanyaan nomor 5 , point 40% reponden dominan takut pad fikiran sendiri masuk pada
tingkatan setress tahap 5

Penilaian DIKUTIP DARI : psikolog dari RSUP Fatmawati, Widya S Sari.

jika skor totalnya

A : maka kemungkinan seseorang hanya mengalami kelelahan dan belum tergolong stres.

B: seseorang mulai menunjukkan gejala stres.

C :seseorang sudah perlu segera mengatasi stresnya.


Pada pertanyaan tersebut , point 40% reponden dominan memilih jawaban menyendiri.

Pada pertanyaan tersebut , point 40% reponden dominan memilih jawaban diam.
Pada pertanyaan tersebut , point 41% reponden dominan memilih jawaban lainnya akan tetapi 30%
masuk pada masalah akademik.

Kesimpulan:

Hasil penelitian menyimpulkan bahwasannya terdapat tiga point masuk gejala stress tahap lima, dua
point termasuk gejala stress tahap empat, satu point masuk gejala stress tahap tiga,dan satu ponit lagi
masuk gejala stress tahap satu yang memiliki arti kemungkinan seseorang hanya mengalami kelelahan
dan belum tergolong stress. Dari hasil kuisioner kelompok kami menyimpulkan Penyebab terjadinya
gejala kelelahan tersebut dikarenakan management waktu yang salah yang menimbulkan masalah
akademik. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya Klasifikasi Stres Menurut Rice (1999),
berdasarkan etiologinya stres, college student stress (Stres mahasiswa) itu dipicu oleh dunia
perkuliahan Sewaktu perkuliahan terdapat tiga kelompok stresor yaitu stresor dari segi
personal dan sosial, gaya hidup dan budaya serta stresor yang dicetuskan oleh faktor akademis
kuliah itu sendiri (Pin, 2011).

http://pontianak.tribunnews.com/2014/03/03/ini-cara-sederhana-mengukur-tingkat-stres.
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/06/konsep-dasar-stres.html

http://digilib.unila.ac.id/7018/15/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai