TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
Yohanes Acep Nanang Kardana
NIM : 055214024
i
THE ANALYSIS OF HYDRANT CONSTRUCTION IN THE
ADMINISTRATION CENTRE BUILDING OF THE 3rd CAMPUS OF
SANATA DHARMA UNIVERSITY USING CAE
FINAL PROJECT
by :
Yohanes Acep Nanang Kardana
Student Number : 055214024
ii
SKRIPSI
y ffi^"t
f.ol*
?' bpd:
\ {" 1&.6.-*\\
^fr
\ il
-n-",
Tanggal,lI Descmber20@
Budi Sugiharto,S.T.,M.T.
PER}TYATAAIYKEASLIAN KARYA
Yogyakarta,24 November2009
,n
4t L-
I
----J
-{71// /_
YohanesAcep NanangK.
INTISARI
Hidran merupakan sarana pemadam kebakaran gedung yang harus selalu
siap digunakan sehingga diperlukan jaminan keamanan untuk konstruksinya.
Analisis kekuatan konstruksi hidran dilakukan dengan metode element hingga
pada sebuah model tiga dimensi dengan bantuan komputer sehingga dapat
diketahui penyebaran besarnya tegangan dan angka keamanan pada setiap titik
dari model.
Pada analisis ini akan dibuat model tiga dimensi dari sistem perpipaan
hidran dengan perbandingan dimensi 1 : 1 dengan menggunakan software
SOLIDWork. Pada model tersebut kemudian dilakukan analisis aliran fluida
menggunakan COSMOSFloWork untuk mengetahui besarnya tekanan fluida pada
dinding bagian dalam pipa. Tekanan pada dinding dalam pipa merupakan beban
kerja konstruksi sistem perpipaan yang mengakibatkan terjadinya tegangan pada
konstruksi, untuk mengetahui besarnya tegangan yang tersebar pada elemen
konstruksi perpipaan dilakukan analisis kekuatan konstruksi dengan metode
elemen hingga (Finite Element Methode) menggunakan COSMOSWork.
Analisis konstruksi sistem perpipaan hidran dilakukan saat hidran
beroperasi, yang menghasilkan tekanan fluida terbesar 719 kPa dan tegangan
terbesarnya adalah 24 Mpa. Tekanan fluida dan tekanan terbesar terjadi pada
konstruksi hidran di lantai basement ketika air mengalir keluar dari hidran di
lantai empat. Pada posisi yang sama, angka keamanan yang terjadi adalah terkecil
sebesar 14.
vi
PUBLIKASI KARYA ILMIAH T]NTUK KEPENTINGAI{ AKADEMIS
NomorMahasiswa :055214024
Dibuat di Yogyakarta.
PadaTanggal:24November2009
Yang menyatakan.
,4, /l
,/l / ,/ ,
"#l t /*a
' ,' L' I
-__ -/
(Yohanes Acep Nanang K.)
vll
viii
KATA PENGANTAR
Yogyakart4 24 November2009
4t n
_.ftr6t'(
YohanesAcepNanang K
1X
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iv
INTISARI........................................................................................................ vi
2.3 Sifat Material.................................................................................. 18
4.2.3 Faktor Keamanan (FOS) ........................................................ 43
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.2 Tekanan pada lid bawah (dilambangkan panah warna biru) ....... 30
xiii
Gambar 4.2 Grafik perbandingan FOS ........................................................... 39
basement .................................................................................... 41
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
konstruksi mesin dan bangunan yang digunakan oleh masyarakat memiliki sistem
perpipaan, atau dengan kata lain sistem perpipaan sangat dekat dengan
teliti terhadap sistem perpipaan yang telah dibangun sehingga benar-benar aman
ketika digunakan. Analisis tersebut perlu dilakukan di sistem hidran karena hidran
merupakan sarana yang harus selalu siap digunakan setiap waktu dan tidak
pada semua bagian sistem adalah sama untuk mendapatkan angka keamanannya.
Namun metode ini memerlukan biaya besar dan hanya dapat dilakukan sebelum
sistem perpipaan tersebut dibangun karena tidak mungkin untuk merusak sistem
perpipaan yang sudah jadi. Selain itu metode ini tidak benar-benar teliti karena
pada kenyataannya beban yang diterima pipa tidaklah seragam, misalnya pada
belokan atau lengkungan pipa yang menerima beban lebih oleh karena tumbukan
air. Selain itu metode ini juga sulit dilakukan pada komponen perpipaan yang
1
2
memiliki dimensi sangat besar karena sulit untuk diuji. Metode lain yang bisa
Engineering)
digunakan untuk analisis hidran ini adalah ”Cosmos Work”, dengan menggunakan
Pada penelitian ini akan dibuat model 3 dimensi dari kostruksi hidran di
Gedung Administrasi Pusat Kampus III Sanata Dharma dengan skala 1 : 1 dari
pipa hidran paling atas (di lantai 4) hingga pipa paling bawah dengan batas
sambungan lasnya. Untuk mendapatkan titik-titik kritis dan juga FOS (Factor Of
Safety) dari konstruksi, pada model tersebut akan dilakukan analisis aliran fluida
dengan tekanan maksimum dari hydrophore sebagai tekanan sisi masuk untuk
boundary conditionnya dan tekanan 1 ATM sebagai tekanan sisi keluarnya untuk
penyebaran tekanan dari analisis aliran, berat konstruksi dan fluida kerja karena
3
gravitasi pada suhu kamar. Sifat-sifat material yang dimasukkan untuk analisis
hidran.
BAB II
DASAR TEORI
air untuk mematikan api. Air dari bak penampungan di alirkan melalui pipa-pipa
1. Sistem perpipaan.
dari lokasi sumber air (sumur) menuju reservoir dan juga dari reservoir
Tanpa pipa maka tidak dapat disebut sebagai sistem hidran, tetapi hanya
4
5
a. Pipa
terminal movement).
istilah untuk pembagian kelas dalam pipa. Schedule ditulis dalam bentuk
nominal sebesar 1/8 NPS (Nominal Pipe Size), memilki ketebalan pipa
berbeda pada ukuran nominal pipa yang sama. Perbedaan antara schedule
yang satu dengan schedule yang lain, terletak pada ketebalan pipa,
dihitung dari diameter luar (outside diameter). Semakin tebal sebuah pipa,
untuk tekanan paling rendah. Kemudian Extra Strong (XS) untuk tekanan
yang lebih tinggi. Dan selanjutnya pipa untuk keperluan tekanan yang
b. Sambungan
tiga, yaitu :
pipa serta besarnya tekanan. Untuk pipa dengan tekanan rendah dan
dan reducer.
sambungan Tee.
2. Elbow (belokan)
dengan pipa yang lain, untuk mengubah arah pipa dalam sudut
3. Cross
4. Reducer
Reducer.
(kanan)
P× D
t= ......................................... (2.1)
2( SE + PY )
Keterangan :
E = faktor kualitas
memilih ukuran tube adalah tekanan pecah (burst pressure), hal ini
S × (D 2 − d 2 )
P= ........................................(2.2)
(D2 + d 2 )
Keterangan :
11
D = Diameter luar ( in )
a. Pompa
digunakan dua buah pompa centrifugal untuk mengalirkan air dari bak
air yang besar. Pada saat beroperasi, pompa secara otomatis mati
2. Pompa Jockey
diatur oleh panel kontrol otomatis. Jika debit air yang keluar kecil
maka yang bekerja hanya pompa jockey, dan pada limit tertentu
ketika ketika debit air yang keluar dibutuhkan besar maka pompa
b. Hydrophore
jaringan perpipaan.
konstan, maka volume (V) gas akan berubah berbanding terbalik dengan
tekanan (P) absolut gas. Hukum Boyle dijelaskan dalam Persamaan 2.3
V1 P2
= ..............................................(2.3)
V2 P1
Udara termampatkan
T1 dengan temperatur V2 Udara T1
konstan
V1 Udara AIR
P1 P1 < P2 P1
T1 = T2
AIR V1 > V2
saringan pasir dan yang ketiga adalah penyaringan air dengan saringan
digunakan untuk menampung air guna keperluan hidran dan juga air
bersih. Reservoir ini berupa bak yang berdimensi 3,6 x 1 x 1 meter dan
ruang yang dipisahkan oleh gerbang air dimana salah satu ruang digunakan
tidak dapat digunakan untuk keperluan air bersih karena pada saat
15
Dalam sistem perpipaan, gesekan yang diakibatkan oleh fluida dan pipa
penurunan tekanan terjadi sangat besar maka kecepatan pada ujung nozle
menjadi kecil. Untuk mencari penurunan tekanan pada pipa lurus terlebih dahulu
harus diketahi kecepatan fluida (v), angka reynold (Re), faktor gesekan (ƒ) dan
penurunan head karena gesekan ( h f ) yang dijabarkan pada Persamaan 2.4 – 2.10
........................................... (2.4)
Q = Debit (L/sec)
........................................... (2.5)
Re = Bilangan Reynold
64
( FaktorGese kan) f = ………………….............…….. (2.6)
Re
L V2
hf = f . . ……………………..….… (2.8)
d i 2.g
g = Percepatan gravitasi
5. Persamaan Kontinuitas
ρ1 . g1 . V1 = ρ2 . g2 . V2 ……………………….………… (2.9)
2 2
P1 V1 P V
+ + Z1 = 2 + 2 + Z 2 + ∑ he + ∑ h f ………… (2.10)
ρ .g 2.g ρ .g 2.g
P
= energi tekanan (m)
ρ .g
2
V
= energi kinetik (m)
2.g
lurus dengan tegangan. Hubungan lurus ini disebut modulus elastik, dan
τ
E= ............................................ ( 2.11 )
ε
Keterangan :
τ = Tegangan ( Mpa )
ε = regangan
gaya yang bekerja) terjadi juga deformasi melintang (tegak lurus arah
εr
v= ............................................ (2.12)
εl
19
....................................... (2.13)
Keterangan :
υ = Poisson ratio
2.14.
m
ρ= .................................................(2.14)
V
Keterangan :
m = Massa ( kg )
V = Volume ( m3 )
20
dari data – data yang telah ada. Besaran tergantung pada pemilihan bahan
plastik , nilai besaran ini adalah besar gaya pada saat luluh dibagi luas
penampang.
bahan material sudah tersedia pada library program tersebut, selain itu
21
Dalam analisis konstruksi hidran digunakan dua jenis analisis CAE yaitu analisis
tegangan dengan menggunakan Finite Element Methode (FEM) dan analisis aliran
model solid adalah bentuk tetrahedral. Element terdiri dari beberapa titik
22
dasarya (default) tiap node memiliki enam (6) derajat kebebasan yaitu tiga
arah translasi dan tiga arah rotasi. Gambar 2.8 merupakan gambaran
sebuah element dengan sejumlah node yang berwarna merah dan gambar
kuantitas besarnya tegangan setiap arah dari satu titik node (tegangan von
mises tidak memiliki arah). Perhitungan tegangan von mises ada pada
persamaan 2.13
23
P = Principal stress
berikut :
lebih besar dari bahan pipa yaitu 50,991 ksi sehingga pada model
a. Modeling
25
26
berguna untuk membuat model berupa part dan juga assembly dari
b. COSMOSWork.
Method).
c. COSMOSFloWork.
sebagai berikut:
27
perawatan gedung. Tebal pipa didapat dari pipa hidran yang tidak
dipakai
a. Membuat part.
gedung, pada model dibuat dengan diameter 0.1mm lebih besar dari
28
Nama Dimensi
Keterangan
Komponen Ø Luar Tebal Tinggi
Big Elbow 4,5" 0,207" r 6" Elbow sudut 900
Small elbow 2,875" 0,203" r 3,25" Elbow sudut 900
Duct - - H 3,5" Reducer 2,5" ke 1,5"
1 3
Tee - C 4 /8” m 3 /4” Tee 4" ke 2,5"
Part 2 8,08 cm - 1 cm Lid aliran keluar
Part 3 1,082 cm - 1 cm Lid aliran masuk
Pipa 50cm 4,5" 0,207" 50 cm Pipa STD
Pipa 75m 4,5" 0,207" 75 cm Pipa STD
Pipa 990cm 4,5" 0,207" 990 cm Pipa STD
Pipa 4285cm 4,5" 0,207" 4285 cm Pipa STD
Pipa 4785cm 4,5" 0,207" 4785 cm Pipa STD
Pipa Kecil 4,5cm 2,875" 0,203" 4,5 cm Pipa STD
Pipa Kecil 8cm 2,875" 0,203" 8 cm Pipa STD
Pipa Kecil 15cm 2,875" 0,203" 15 cm Pipa STD
Pipa Kecil 33,5cm 2,875" 0,203" 33,5cm Pipa STD
Pipa Kecil 33cm 2,875" 0,203" 33 cm Pipa STD
Pipa Kecil75cm 2,875" 0,203" 75 cm Pipa STD
Pipa Kecil188cm 2,875" 0,203" 188 cm Pipa STD
29
b. Membuat assembly.
model dengan derajat kebebasan nol (0) untuk tiap mate komponen
antara setiap plane part dengan plane assembly, ini berguna agar
model dengan plane pada assembly menjadi satu region untuk analisis
adalah :
0.014m
30
panahwarna biru)
Pascal.
31
c. Menentukan Goals.
- SG Av Static Pressure
- SG Av Total Pressure
- SG Av Dynsmic Pressure
- SG Av Velocity
yang terjadi tiap iterasi pada bagian yang dipilih. Semua Goals
d. Melakukan meshing
Besar cell yang dibuat harus dapat dicakup oleh bagian yang
32
kumpulan cell dasar yang akan terpecah lagi pada saat dilakukan
meshing menjadi cell yang lebih kecil mengacu pada dimensi model
selengkapnya terlampir)
g. Menganalisa hasil.
dilakukan secara langsung atau sekali jalan. Oleh karena itu maka model
33
dibagi menjadi enam (6) bagian sesuai dengan lantai gedung tempat pipa
a. Membuat konfigurasi
satu dokumen
kedua (2) adalah analisis FEA pada bagian perpipaan yang ada pada
melakukan cut extrude pada part yang bagiannya berada pada dua
lantai (dalam hal ini adalah pipa 990cm) sehingga yang menjadi
bagian dari analisis ini hanya seluruh bagian pipa yang berada pada
lantai basement dan juga pipa yang tertanam pada tembok lantai.
34
b. Membuat study
analisis ini.
tertanam di dinding dan juga pada ujung reducer dengan asumsi fix
35
f. Menjalankan analisis.
- Restrain 1(regangan)
pada konstruksi, maka analisis dilakukan dengan enam (6) kondisi aliran
yaitu :
a. Kondisi pertama (1) air keluar dari pipa di lantai empat (4)
b. Kondisi kedua (2) air keluar dari pipa di lantai tiga (3)
c. Kondisi ketiga (3) air keluar dari pipa di lantai dua (2)
d. Kondisi keempat (4) air keluar dari pipa di lantai satu (1)
36
membuat lima (5) salinan file model dari kondisi pertama yaitu air
mengalir dari penghubung pipa utama menuju lantai empat (4). Salinan file
model disimpan pada enam (5) folder dengan nama berbeda sehingga
pada hasil akhir nanti terdapat enam (6) buah folder dengan tiap folder
berisi satu file assembly dan beberapa file analisis dari COSMOSFloWork
dan COSMOSWork.
BAB IV
ANALISIS DATA
faktor keamanan (FOS) pada model yang diwakili oleh warna-warna yang secara
rinci ditunjukkan pada lampiran. Nilai terbesar dan terkecil dari tiap analisis
dimasukkan kedalam tabel kemudian dibuat kurva sehingga dapat diketahui lokasi
dimana tekanan terbesar, tegangan terbesar dan faktor keamanan terkecil terjadi.
37
38
Lantai 2 8779 1,474 x107 8495 1,464 x107 7024 1,560 x107
Lantai 1 8629 2,156 x107 7392 2,392 x107 8895 1,972 x107
Ground 7242 2,059 x107 23,91 2,138 x107 4521 2,087 x107
Basement 7415 2,408 x107 91,87 2,324 x107 13160 2,335 x107
Lantai 4 23,25 100 23,26 100 22,46 100
Faktor Keamanan
Lantai 2 6973 1,562 x107 6681 1,589 x107 6723 1,599 x107
Lantai 1 7901 1,730 x107 9385 1,815 x107 9249 1,826 x107
Ground 4455 2,117 x107 4641 2,079 x107 4408 2,084 x107
Basement 13410 2,331 x107 12430 2,335 x107 12120 2,309 x107
Lantai 4 22,36 100 21,89 100 21,72 100
Faktor Keamanan
dan FOS terkecil pada rangkaian perpipaan terjadi di unit pipa hirdan lantai
basement ketika air keluar dari hidran lantai empat (4) atau terjadi pada kondisi
pertama. Tegangan terbesar adalah 24 MPa dan faktor keamanan (FOS) terkecil
adalah 14. Posisi tegangan terbesar ditampilkan pada Gambar 4.3a dan posisi FOS
terkecil ditampilkan pada Gambar 4.3b, posisinya adalah pada bagian dalam pipa
Pada kurva FOS pada gambar 4.2, faktor keamanan dari setiap asumsi
kondisi analisis dari lantai empat (4) hingga lantai basement cenderung mengecil.
Hal ini sesuai dengan penyebaran tekanan pada dinding dalam pipa yang semakin
Lantai 4
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1
Ground
Basement
Gambar 4.4 Gambaran peningkatan tekanan dari lantai empat hingga basement
42
4.2.1 Tekanan
2.10
semakin kecil.
4.2.2 Tegangan
jumlah gaya tiap satuan luas. Besarnya gaya yang bekerja pada suatu
luasan bidang berbanding lurus dengan tekanan yang terjadi pada bidang
itu. Begitu pula pada tegangan, semakin besar gaya yang bekerja pada
suatu luasan benda maka semakin besar pula tegangan yang terjadi benda
tersebut.
43
tekanan (P) atau semakin besar tekanan yang bekerja pada luasan suatu
benda maka semakin besar pula tegangan yang terjadi pada benda tersebut.
dengan besarnya tekanan yang terjadi pada permukaan dalam pipa. Hal ini
sebanding dengan tekanan yang semakin besar pula dari lantai empat
hingga basement.
dan diperoleh harga sebesar 1705 Psi. Jika tekanan terbesar pada pipa hasil
analisis CAE yaitu 104 Psi maka didapat angka keamanan sebesar 16.
yaitu 14.
5.1 Kesimpulan.
adalah 719 kPa atau 104 Psi. Tekanan terjadi di instalasi hidran lantai
terjadi pada tee di instalasi hidran lantai basement ketika air mengalir dari
sambungan utama bawah dan keluar melalui instalasi pipa hidran di lantai
empat (4).
3. Tegangan yang besar banyak terjadi pada bagian tee dan reducer.
4. Faktor keamanan terkecil yang terjadi pada konstruksi adalah 14. Terjadi
45
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta.
Rosadi, P.E., 2004, Mekanika Fluida, PT. Hasta Cipta Mandiri. Surabaya.
Shigley, J. E., Mitchell, L.G., 1983, Perencanaan Teknik Mesin Jilid I, Penerbit
Erlangga. Jakarta.
46
GAMBAR ISTALASI POMPA DAN PENGOLAHAN AIR
Ke Instalasi
Pompa Hydrant
Pmpa Joky
Pompa Jockey
Bak 1 Bak 2
Gambar L.59 Posisi FOS terkecil di pipa lantai basement pada kondisi lima
Gambar L.60 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi lima
Gambar L.61 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi lima
Gambar L.62 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi lima
Gambar L.63 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi lima
Gambar L.64 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi lima
Gambar L.65 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi lima
Gambar L.66 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tiga pada kondisi lima
Gambar L.67 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi lima
Gambar L.68 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai empat pada kondisi lima
Gambar L.69 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi lima
Gambar L.8 Plot penyebaran tegangan di pipa lantai basement pada kondisi satu
Gambar L.9 Plot penyebaran FOS di pipa lantai basement pada kondisi satu
Gambar L.10 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai basement pada kondisi satu
Gambar L.11 Posisi FOS terkecil di pipa lantai basement pada kondisi satu
Gambar L.12 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi satu
Gambar L.13 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi satu
Gambar L.14 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi satu.
Gambar L.15 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi satu
Gambar L.16 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi satu
Gambar L.17 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi satu
Gambar L.18 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tiga pada kondisi satu
Gambar L.19 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi satu
Gambar L.20 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai empat pada kondisi satu
Gambar L.21 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi satu
Gambar L.22 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai basement pada kondisi dua
Gambar L.23 Posisi Fos terkecil di pipa lantai basement pada kondisi dua
Gambar L.24 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi dua
Gambar L.25 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi dua
Gambar L.26 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi dua
Gambar L.27 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi dua
Gambar L.28 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi dua
Gambar L.29 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi dua
Gambar L.30 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tiga pada kondisi dua
Gambar L.31 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi dua
Gambar L.32 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai empat pada kondisi dua
Gambar L.33 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi dua
Gambar L.34 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai basement pada kondisi tiga
Gambar L.35 Posisi Fos terkecil di pipa lantai basement pada kondisi tiga
Gambar L.36 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi tiga
Gambar L.37 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi tiga
Gambar L.38 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi tiga
Gambar L.39 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi tiga
Gambar L.40 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi tiga
Gambar L.41 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi tiga
Gambar L.42 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tiga pada kondisi tiga
Gambar L.43 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi tiga
Gambar L.44 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai empat pada kondisi tiga
Gambar L.45 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi tiga
Gambar L.46 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai basement pada kondisi
empat
Gambar L.47 Posisi FOS terkecil di pipa lantai basement pada kondisi empat
Gambar L.48 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi empat
Gambar L.49 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi empat
Gambar L.50 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi empat
Gambar L.51 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi empat
Gambar L.52 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi empat
Gambar L.53 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi empat
Gambar L.54 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tiga pada kondisi empat
Gambar L.55 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi empat
Gambar L.56 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai empat pada kondisi empat
Gambar L.57 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi empat
Gambar L.70 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai basement pada kondisi enam
Gambar L.71 Posisi FOS terkecil di pipa lantai basement pada kondisi enam
Gambar L.72 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi enam
Gambar L.73 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi enam
Gambar L.74 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi enam
Gambar L.75 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi enam
Gambar L.76 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi enam
Gambar L.77 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi enam
Gambar L.78 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tigapada kondisi enam
Gambar L.79 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi enam
Gambar L.80 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tigapada kondisi enam
Gambar L.81 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi enam