DISFAGIA
1. PENGERTIAN
Disfagia diartikan sebagai “perasaan melekat” atau obstruksi pada tempat lewatnya
makanan melalui mulut, faring, atau esophagus. Gejala ini harus dibedakan dengan gejala
lain yang berhubungan dengan menelan. Kesulitan memulai gerakan menelan terjadi pada
kelainan-kelainan fase volunter menelan. Namun demikian setelah dimulai gerakan menelan
ini dapat diselesaikan dengan normal. Odinofagia berarti gerakan menelan yang nyeri,
acapkali odinofagia dan disfagia terjadi secara bersamaan. Globus faringeus merupakan
perasaan adanya suatu gumpalan yang terperangkap dalam tenggorokan. Arah makanan yang
keliru sehingga terjadi regurgitasi nasal dan aspirasi makanan kedalam laring serta paru
sewaktu menelan, merupakan ciri khas disfagia orofaring (Harrison, 2000).
Disfagia adalah kesulitan menelan yang dapat pula disertai dengan nyeri menelan.
Esofagus normal merupakan suatu aktifitas terkoordinasi yang rumit dimana cairan dan
makanan padat diteruskan dari mulut kelambung. Mekanisme ini juga mencegah aspirasi
makanan ke dalam paru, regurgitasi kehidung, dan refluks melalui sfingter esophagus bawah.
Oleh sebab itu disfagia menyebabkan dua masalah yang berbeda yaitu: pertama, seringkali
ada penyebab dasar yang serius. Dan kedua, menyebabkan konsekuensi berbahaya (misal,
aspirasi atau malnutrisi) (Walsh, 2001).
Disfagia adalah sensasi gangguan pasase makanan dari mulut ke lambung (Sarwono
Waspadji, 2001)
2. ETIOLOGI
a. Disfagia Mekanik
Sumbatan lumen esofagus
Peradangan mukosa esofagus
Striktur lumen esofagus
Penekanan lumen esofagus dari luar (pembesaran kelenjar tiroid, getah bening)
b. Disfagia Motorik
Lesi di pusat menelan di batang otak
Kelainan saraf kranial ke V,IX,X,XII
Kelumpuhan otot faring dan lidah
Gangguan peristaltik esofagus
Endoskopi ± biopsi
Manometri skintigrafi
nuklear
b) Penatalaksanaan non-medis
Walsh, (2001), Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan non-medis yang dapat
membantu Anda mengatasi disfagia:
Walsh, (2001), Meskipun disfagia tidak dapat dicegah, Anda tetap dapat mengurangi
risikonya. Caranya adalah dengan makan perlahan-lahan dan mengunyah makanan dengan
baik.. Jika gangguan ini terjadi di rumah, hal-hal yang dapat Anda lakukan sebagai
penanganan awal adalah:
Mengubah cara makan. Cobalah makan dalam porsi kecil tetapi sering. Potong makanan
menyebabkan kesulitan menelan. Pada sebagian orang, minuman seperti kopi dan jus
dapat menjadi masalah. Makanan kental atau lengket seperti krim kacang atau karamel
juga dapat sulit ditelan.
Hindari alkohol, rokok, dan kafein. Ketiga hal ini dapat memperparah heartburn.
Jika gangguan menelan terjadi menahun maka Anda harus langsung berkonsultasi
kepada dokter. Selain itu, deteksi dini dan penanganan segera dapat mengurangi risiko
terjadinya disfagia yang berhubungan dengan penyempitan tenggorokan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
DISFAGIA
a. Pengukuran Klinik
Berat Badan
Kehilangan/ bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah pemenuhan
nutrisi :
+ 2 % : ringan
+ 5 % : sedang
+ 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
Keadaan Umum
Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan
Tingkat kesadaran
Pengukuran pemasukan nutrisi
Nutrisi oral
Nutrisi tube (NGT,OGT)
Nutrisi parenteral termasuk infus IV
Pengukuran pengeluaran nutrisi
Feses : Frekuensi, jumlah dan konsisten
Muntah
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Fisik
Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, Hemoglobin dan
bunyi jantung.
Mata : cekung, air mata kering.
Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah
dan bising usus.
Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani dan
sensasi rasa.
2. Pengukuran Antropometri
BB ideal : (TB – 100) ± 10 %
TB
IMT (Indeks Massa Tubuh)
Lingkar pergelangan tangan
Lingkar lengan atas (LLA)
Nilai normal wanita : 28,5 cm
Nilai normal pria : 28,3 cm
Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal wanita : 16,5 – 18 cm
Nilai normal pria : 12,5 -. 16,5 cm
3. Fisik-Fisiologis
a. Pola nutrisi - metabolic
Berapa kali makan sehari
Makanan kesukaan
Berat badan sebelum dan sesudah sakit
Frekuensi dan kuantitas minum sehari
b. Pola eliminasi
Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
Nyeri
Kuantitas
Pola aktivitas dan latihan
c. Pola istirahat tidur
Jam berapa biasa pasien mulai tidur dan bangun tidur
Sonambolisme
Kualitas dan kuantitas jam tidur
d. Aspek Mental-Intelektual-Sosial-Spiritual
Gambaran diri
Identitas diri
Peran diri
Ideal diri
Harga diri
4. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
5. Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
6. Pola koping
Cara / metode pemecahan dan penyelesaian masalah
Hasil koping dari metode yang dilakukan
7. Pola seksual – reproduksi
adakah gangguan pada alat kelaminnya.
8. Pola peran hubungan
Hubungan dengan anggota keluarga
Dukungan keluarga
Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
9. Pola nilai dan kepercayaan
Persepsi keyakinan
Tindakan berdasarkan keyakinan
10. Pemeriksaan Laboratorium
Albumin : (N : 4 – 5,5 mg/dl)
Transferin : (N : 170 – 25 mg/dl)
HB : (N : 12 mg/dl)
BUN : ( N : 10 -20 mg/dl)
DIANGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik,
psikologis).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan untuk mencerna makanan.
3. Gangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaring
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
5. Ketidak efektifan koping berhubungan dengan tingkat percaya diri yang tidak adekuat
dalam kemampuan menangani masalah.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis).
a. Catat keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 1-10).
b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan untuk menurunkan nyeri.
c. Berikan makan sedikit demi sedikit namun sering sesuai indikasi untuk pasien
d. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
e. Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif
f. Berikan perawatan oral yang sering misalnya pijatan punggung, perubahan posisi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan untuk mencerna makanan
a. Kaji status nutrisi secara continu, selama perawatan setiap hari, perhatika tingkat
energi kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan/anoreksia
b. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan saat penerimaan
c. Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat kontrol infus
sesuai kebutuhan . atur kecepatan pemberian perjam sesuai anjura.
d. Jadwalkan aktifitas dengan istirahat. Tingakatkan tehnik relaksasi.
Iskandar Nurbaiti, (2006), Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Edisi 3,
Jakarta, Balai Penerbit FKUI
Sarwono Waspadji, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi III, Jakarta, Balai
Penerbit FK UI
Harrison, (2000), Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Buku I Edisi 4,
Jakarta, EGC
Walsh, (2001), Standar Perawatan Pasien Volume II Edisi V, Jakarta, EGC
McCloskey, J. & Gloria M. B. (2000). Nursing Outcome Classificatian (NOC). Second Ed.
New York : Mosby.
McCloskey, J. & Gloria M. B.. (2005). Nursing Intervention Classificatian (NIC). Second Ed.
New York : Mosby.
NANDA. (2011). Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.
Doenges Marilynn, Moorhouse, Geissler. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk