Anda di halaman 1dari 10

Dukungan Sosial & Kerja Sama Tim

Kelompok 13
- Hendri / 125160080
- Vanessa Jeniffer / 125160102
- Tania Indrawan / 125160108

Dukungan Sosial
Definisi:
- Kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu
mengalami kesulitan. (Oxford, 1992)
- Perasaan kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima dari orang
atau kelompok lain yang dapat menolong mereka ketika membutuhkan. (Serafino, 2006)
- Dukungan sosial merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk menerangkan
bagaimana hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan mental atau
kesehatan fisik individu. (Hurriyati, 2011)

Bentuk Dukungan Sosial:


- Emosional
Biasanya mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang
bersangkutan. Dukungan emosional merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan,
perhatian, dan perasaan didengarkan.
- Penghargaan
Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa
menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai.
- Instrumental
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, dapat berupa jasa, waktu, atau
uang. Misal pinjaman uang bagi individu atau menghibur saat individu mengalami stres.
Dukungan ini membantu individu dalam melaksanakan aktivitasnya.
- Informasi
Membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan
pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi.
- Jaringan Sosial
Dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa dirinya merupakan bagian
dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat saling berbagi.
Teori Model Dukungan Sosial:
1. Buffering Hypothesis
Dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dan well-being dengan melindungi
individu dari efek negatif. Proses ini terjadi dalam 2 cara, yaitu:
- Ketika individu menahan tekanan yang kuat, maka dengan tingkat dukungan sosial
yang tinggi individu tersebut mampu mengatasi situasi tersebut dibandingkan
dengan individu yang memiliki tingkat dukungan sosial yang rendah.
- Dukungan sosial mampu untuk memodifikasi respon individu terhadap stressor
setelah proses apraisal pertama.

2. Direct Effect Hypothesis


Dukungan sosial memberi manfaat terhadap kesehatan dan well-being tanpa
memperhitungkan jumlah stres yang dialami individu, manfaat dukungan sosial hampir
sama ketika individu pada situasi stressor yang tinggi dan rendah.
Proses ini terjadi dengan cara yaitu individu dengan dukungan sosial yang tinggi
akan mempunyai perasaan belongingness dan harga diri yang kuat.

Sumber Dukungan Sosial:


● Orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan
mendukungnya.
Misal: Keluarga Dekat

● Individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami
perubahan sesuai dengan waktu.
Misal: Teman Kerja

● Individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat
cepat berubah.
Misal: Dokter, Tenaga Ahli Lain

Faktor yang mempengaruhi dukungan sosial, yaitu:


- Potensi Penerima Dukungan
Tidak mungkin seseorang mempereoleh dukungan sosial seperti yang diharapkannya jika
dia tidak sosial, atau tidak pernah menolong orang lain.
- Potensi Penyedia Dukungan
Adanya kesediaan orang lain yang mendukungnya.
- Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial
Hubungan ini dapat bervariasi dalam ukuran, frekuensi hubungan, komposisi, dan
kedekatan hubungan.

Komponen Dukungan Sosial:


1. Emotional Support
- Reassurance of Worth
Dukungan sosial berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan
dan kualitas individu.
- Attachment
Dukungan ini berupa ekspresi dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu
yang dapat memberikan rasa aman kepada yang menerima.
- Social Integration
Dukungan ini berbentuk kesamaan minat dan perhatian serta rasa memiliki dalam
suatu kelompok.
- Opportunity to Provide Nurturance
Dukungan ini berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain.

2. Instrumental Support
- Reliable Alliance
Pengetahuan yang dimiliki individu bahwa ia dapat mengandalkan bantuan yang
nyata ketika dibutuhkan.
- Guidance
Dukungan sosial berupa nasihat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya.

Kerja Sama

Definisi
- Dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu
yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu. (Kusnadi, 2003)
- Adanya keterlibatan secara pribadi diantara kedua belah pihak demi tercapainya
penyelesaian masalah yang dihadapi secara optimal. (Sunarto, 2000)
- Sebuah usaha yang dilakukan oleh beberapa orang atau kelompok untuk mencapai
tujuan bersama.
- Interaksi yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk
sosial yang saling membutuhkan.

Tujuan
- Win-win solution → Adanya kesadaran dan saling menguntungkan kedua pihak yang
bersifat proporsional sesuai dengan kontribusi dan peran yang sesuai masing-masing
pihak.
- Dalam kerja sama harus ada rasa kesadaran “memiliki” (sense of belonging), sehingga
melahirkan rasa bertanggung jawab (sense of responsibility) atas apa yang telah
disepakati dalam kerja sama.

Contoh
- Si A dan si B melakukan kesepakatan kerja sama.
- A → memiliki sejumlah uang yang dapat dipakai untuk modal suatu usaha, namun A
kurang menguasai manajemen usaha.
- B → tidak memiliki uang, namun memiliki keahlian dalam pengelolaan usaha.
- Dalam hal ini, kekuatan dan peran dari A dan B tidak sama, namun mereka sepakat untuk
melakukan kerja sama usaha dan menyepakati pula pembagian keuntungan yang bakal
diperoleh, misalnya dengan pembagian 60% untuk A dan 40% untuk B, serta
kesepakatan-kesepakatan lain.
- Pihak yang bekerja sama tidak harus memiliki kekuatan yang sama besar.
- Sebelum kerja sama → harus jelas aturan main dan sanksi-sanksi, jika salah satu pihak
ingkar janji dari kerja sama.

Aspek yang terkandung dalam kerja sama


1. Dua orang atau lebih → kerja sama akan ada kalau ada minimal dua orang / pihak yang
melakukan kesepakatan.
2. Kerjasama → ditentukan oleh peran dari kedua orang atau kedua pihak yang bekerja
sama.
3. Aktivitas → adanya aktivitas yang dikehendaki bersama, sebagai alat untuk mencapai
tujuan.
4. Tujuan / target → keuntungan baik secara finansial / non finansial yang diterima kedua
pihak.
5. Jangka waktu tertentu → dibatasi oleh waktu, (kapan kerja sama itu berakhir) → setelah
tujuan atau target yang dikehendaki telah tercapai.

Manfaat kerja sama (Kusnadi, 2003)


1. Kerja sama mendorong persaingan dalam pencapaian tujuan dan peningkatan
produktivitas.
2. Kerja sama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih produktif, efektif,
dan efisien.
3. Kerja sama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya operasionalisasi akan menjadi
semakin rendah.
4. Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antar pihak terkait serta
meningkatkan rasa kesetiakawanan.
5. Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat kelompok.
6. Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi di
lingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan situasi dan
kondisi yang telah baik.

Faktor Pendukung dalam Kerja Sama

Ada beberapa hal yang dapat mendukung terjalinnya kerja sama, tetapi juga ada
beberapa hal yang dapat mengganggu kerja sama, Agar terjalin kerjasama yang mantap dalam
suatu kelompok, sehingga mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi, ada beberapa
hal yang dapat mendukung terjalinnya kerjasama tersebut, antara lain :

- Masing-masing pihak harus sadar dan mengakui kemampuan masing-masing.


- Masing-masing pihak harus mengerti dan memahami akan masalah yang dihadapi.
- Masing-masing pihak yang bekerjasama perlu berkomunikasi.
- Pihak-pihak yang bekerjasama perlu mengerti kesulitan dan kelemahan orang lain.
- Perlu adanya pengaturan, yaitu koordinasi yang mantap.
- Adanya keterbukaan dan kepercayaan.
- Melibatkan orang lain

Faktor Penghambat dalam Kerja Sama

- Ada pihak yang selalu bersikap menyerahkan pekerjaan kepada orang lain dan tidak
bersedia bertanggung jawab.
- Ada pihak yang yang bersedia menampung semua pekerjaan meskipun jelas tidak
mampu mengerjakan.
- Tidak bersedia memberikan sebagian dari kemampuannya untuk membantu pihak lain,
atau memberi bantuan tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi
oleh pihak lain, hanya tekun dengan pekerjaannya sendiri.
- Cepat puas dengan hasil pekerjaannya sendiri, sehingga tidak memperhatikan dan tidak
menaruh perhatian pada pihak lain yang masih bekerja.
- Menutup diri dan bersikap maha tahu serta tidak percaya kemampuan orang lain,
sehingga tidak mau meminta pendapat atau bantuan pihak lain.

Perbedaan Kerja Kelompok dan Kerja Tim

❖ Kelompok kerja (workgroup) adalah kelompok yang para anggotanya saling berinteraksi
terutama untuk saling berinteraksi terutama untuk saling berbagi informasi untuk
membuat keputusan guna membantu satu sama lain dalam wilayah kewenangannya
masing-masing (Robbins, 2003)

❖ Kerja tim (teamwork) → kegiatan yang dikelola dan dilakukan sekelompok orang yang
tergabung dalam satu organisasi. Kerja tim dapat meningkatkan kerja sama dan
komunikasi di dalam dan di antara bagian-bagian perusahaan.

❖ Biasanya kerja tim beranggotakan orang-orang yang memiliki perbedaan keahlian


sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan perusahaan (Tracy, 2006)

Menurut Daft (2006:466) pembagian tim kerja dibagi atas 6 bagian, antara lain:
1. Tim Formal
Tim formal diciptakan oleh organisasi sebagai bagian dari struktur formal organisasi.
2. Tim Vertikal
Tim vertikal terdiri dari seorang manajer dan para bawahannya dalam rantai komando
formal. Terkadang tim ini disebut tim fungsional atau tim komando. Setiap tim diciptakan
oleh organisasi untuk mencapai tujuan– tujuan tertentu lewat aktivitas dan interaksi
bersama para anggota.
3. Tim Horizontal
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat
hierarki yang hampir sama tetapi berasal dari area keahlian yang berbeda.
4. Tim dengan Tugas Khusus
Tim dengan tujuan khusus adalah tim yang diciptakan diluar organisasi formal untuk
mengerjakan proyek kepentingan atau kreatifitas khusus.
5. Tim Mandiri
Tim mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang pekerja dengan
berbagai keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah
produk atau jasa secara lengkap dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang anggota
terpilih.
6. Tim Pemecah Masalah
Tim pemecah masalah biasanya terdiri dari 5 hingga 12 karyawan yang dibayar perjam
dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara
memperbaiki kualitas, efisiensi dan lingkungan kerja.

Tahap Dalam Membangun Kerja Tim Menurut Hutasuhut (2008) ada 5 tahap/langkah dalam
membangun sebuah kerja tim, antara lain:
1. Membentuk Struktur Tim
Setiap tim harus bekerja dengan suatu struktur yang memadai agar berdaya menangani
isu-isu berat dan memecahkan persoalan-persoalan yang rumit. Walau struktur bisa
berbeda antara perusahaan satu dengan lainnya, namun komponen yang umumnya ada
meliputi: Tim Pengarah, Perancang Tim, Pemimpin, Rapat-rapat dan Proses konsultasi.
2. Mengumpulkan Informasi
Membangun tim harus dimulai penilaian diri anggota kelompok (self assessment), untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap anggota. Pengembangan
tim dapat ditetapkan berdasarkan data yang diperoleh dari survei tentang sikap,
wawancara dengan anggota tim, dan pengamatan atas diskusi-diskusi kelompok. Cara-
cara tersebut bermanfaat untuk menilai sejumlah hal, antara lain iklim komunikasi, rasa
saling percaya, motivasi, kemampuan memimpin, pencapaian konsensus, dan nilai
kelompok.
3. Membicarakan Kebutuhan
Tim harus mendiskusikannya secara terbuka, dan mencoba menginterpretasikannya.
Melalui proses ini akan ditemukan sejumlah kebutuhan; kekuatan yang ada harus dicoba
dipertahankan dan dikembangkan sedangkan kelemahan harus segera diatasi. Proses ini
bisa berlangsung dalam beberapa kali pertemuan guna menemukan hal-hal yang
memang sangat dibutuhkan.
4. Merencanakan Sasaran dan Menetapkan Cara Pencapaiannya
Tim harus menetapkan tujuan dan misinya, serta menetapkan prioritas kegiatan.
Konsultan akan sangat membantu dengan cara memberikan saran-saran tentang teknik
atau kegiatan yang mungkin dilakukan dalam upaya mencapai tujuan.
5. Mengembangkan Keterampilan
Sebagian besar proses pembangunan tim akan memusatkan kegiatannya pada
pengembangan keterampilan yang diperlukan untuk menciptakan tim yang berkinerja
tinggi.

Prinsip dalam Kerja Sama Tim


1. Kepercayaan : Setiap anggota tim harus saling percaya bahwa setiap anggota mampu
melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kepercayaan ini sangat penting sebab tanpa rasa
percaya ini akan menimbulkan konflik yang akhirnya menyebabkan pekerjaan menjadi
tidak tuntas.

Membangun Kepercayaan : Transparan, Motivasi, Mengaku Jika Salah, Tidak


Membicarakan Orang Lain.
2. Ketulusan : Kepercayaan ini harus dibangun dengan ketulusan dan tidak ada rasa saling
curiga.
3. Totalitas : Setiap anggota tim harus bekerja secara totalitas demi suksesnya sebuah
proyek. Setiap anggota memegang pekerjaan atau fungsi yang khusus sehingga satu
sama lain saling bergantung. Jika ada anggota yang bekerja secara tidak optimal, maka
akan mengganggu kualitas anggota tim lainnya.
4. Kekompakan : Hampir semua pekerjaan butuh kerja tim. Semua anggota memiliki peran
yang saling melengkapi, jika dikerjakan sendiri atau ada anggota lain yang tidak
bertanggung jawab, hasilnya tidak optimal. Namun, dengan kerja tim, hasilnya cepat
selesai dan kemungkinan salah dapat diminimalisir.
Meningkatkan Kekompakan : Komunikasi, Waktu Istirahat, Target yang Realistis,
Membentuk Pola Pikir yang Tepat, Apresiasi
5. Keadilan : Perlakuan kepada anggota adil secara proporsional (jika tidak adil adalah cikal-
bakal perpecahan dalam kelompok). Oleh sebab itu, dalam tim harus diterapkan
peraturan, pembagian dan mekanisme kerja yang jelas.
6. Memahami Keberagaman : Perbedaan kepribadian, minat, bakat dan lain-lain berpotensi
menimbulkan konflik. Namun ibarat Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu.
Artinya mampu menghargai keberagaman untuk saling melengkapi.
7. Kebersamaan : Terbentuk ikatan karena rasa kekeluargaan atau persaudaraan, lebih dari
sekedar bekerja sama atau hubungan profesional biasa. Artinya, jika ada perbedaan
pendapat, kekurangan dari anggota lain, berusaha saling membantu tanpa mengabaikan
tanggung jawab pribadi. Dalam satu tim harus merasa menjadi satu keluarga.
8. Toleransi : Memahami perbedaan sehingga dapat bertimbang rasa untuk saling
menghargai, tanpa mengabaikan profesionalitas. (memahami dengan dasar
“keberterimaan dan keseimbangan”)
Toleransi asal bahasa latin “tolerare”, berarti sabar dan menahan diri. Toleransi juga
berarti suatu sikap saling menghormati dan menghargai antar individu dalam masyarakat.

Perbedaan Kelompok dan Tim Kerja

Tim Kerja Kelompok Kerja

X Menghasilkan sinergi positif melalui usaha X Berinteraksi untuk berbagi info dan saling
yang terkoordinasi. membantu, tidak ada sinergi positif.

X Anggota menyadari ketergantungan satu X Anggota beranggapan pengelompokan


sama lain dan tidak mencari keuntungan hanya sekedar administrasi.
pribadi.

X Adanya komitmen terhadap sasaran yang X Pendekatan hanya sebagai tenaga


akan dicapai. bayaran.

X Rasa peka, sadar diri terhadap tugas X Mengerjakan tugas bagian masing-masing
masing- masing. masih harus diperintah.

X Anggota tim berpusat pada tim. X Komunikasi tertuju pada diri sendiri.

X Hasil Kerja Kolektif X Hasil Kerja Individual

Contoh Tim Kerja

X Bekerja dalam suasana saling percaya, saran dapat diterima dengan terbuka.

X Penerapan hasil kerja sangat didukung oleh tim.

X Anggota berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

Contoh Kelompok Kerja

X Dalam menyampaikan saran harus berhati-hati, karena dapat dianggap sebagai upaya
memecah belah.

X Dalam penerapan hasil kerja sangat dibatasi oleh pemimpin.

X Anggota tidak berperan aktif terhadap pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai