Anda di halaman 1dari 7

904

Jurnal Produksi Tanaman


Vol. 5 No. 6, Juni 2017: 904 – 910
ISSN: 2527-8452

RESPON TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA BERBAGAI


DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK KALIUM

GRANOLA VARIETIES OF POTATO (Solanum tuberosum L.) RESPONSES TO


VARIOUS DOSE AND APPLICATION TIME OF POTASSIUM FERTILIZER
Ardiani Husadilla*), Setyono Yudho Tyasmoro dan Nur Edy Suminarti

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia
*)
E-mail: ardiani.husadilla@yahoo.com

ABSTRAK dengan nilai B/C tertinggi yaitu sebesar


2,37.
Kentang varietas granola adalah salah satu
bahan pangan subtitusi sumber karbohidrat Kata kunci: Kentang Granola, Pupuk
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yang Kalium, Waktu Aplikasi Pupuk.
kebutuhannya terus meningkat tiap
tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk ABSTRACT
menentukan dosis dan waktu aplikasi pupuk
K yang tepat guna mencapai pertumbuhan Potato varieties of granola is one food
tanaman kentang yang baik serta hasil yang substitution that has high economic value
tinggi. Penelitian telah dilaksanakan pada that continue to increase annually. This
bulan Maret 2014 hingga bulan Juni 2014 di study aims to determine the dose and timing
Kebun Percobaan Universitas Brawijaya, of potassium to achieve good potato plant
yang terletak di Desa Sumber Brantas, growth and high yields. The research was
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan conducted in March 2014 until June 2014
ketinggian 1700 mdpl dan suhu rata-rata Brawijaya University Experimental Farm,
180C. Bahan yang digunakan antara lain which is located in Sumber Brantas, Bumiaji
bibit kentang Granola, pupuk N (Urea), District, Batu City with the altitude is 1700
pupuk P (SP 36) dan pupuk K (KCl). mdpl and daily temperature is 180C.
Rancangan percobaan yang digunakan Materials used include Granola potato seed,
adalah rancangan petak terbagi yang terdiri N fertilizer (Urea), P fertilizer (SP 36) and K
dari 5 petak utama dan 3 anak petak. Dalam fertilizer (KCl). The experimental design is a
petak utama terdiri dari : K1 = pupuk K split plot design that consist of 5 main plot
dosis 357 kg K2O ha-1, K2 = pupuk K dosis dan 3 sub plot. In the main plot consist : K1
306 kg K2O ha-1, K3 = pupuk K dosis 255 kg = dose of K 357 kg K2O ha-1, K2 = dose of K
K2O ha-1, K4 = pupuk K dosis 204 kg K2O 306 kg K2O ha-1, K3 = dose of K 255 kg K2O
ha-1, K5 = pupuk K dosis 153 kg K2O ha-1. ha-1, K4 = dose of K 204 kg K2O ha-1, K5 =
Sedangkan anak petak terdiri atas 3 jenis dose of K 153 K2O ha-1. While in sub plot
yaitu : T1 = waktu aplikasi K saat (0 hst - 15 consist of 3 treatment that are : T1 = time
hst), T2 = waktu aplikasi K saat (0 hst - 30 application at (0 hst - 15 hst), T2 = time
hst) dan T3 = waktu aplikasi K saat (15 hst - application at (0 hst - 30 hst) and T3 = time
30 hst) sehingga pada percobaan terdapat application at (15 hst - 30 hst) so that will be
15 perlakuan yang masing-masing diulang obtained 15 treatment which each treatment
sebanyak tiga kali. Berdasarkan hasil repeated three times. The results based on
analisis tani yang dilakukan menunjukkan analysis of farming, the used of 306 kg K2O
bahwa pemberian dosis pupuk K sebanyak ha-1 to the potato plant is more profitable to
306 kg K2O ha-1 adalah lebih efisien, produce as many as 31,93 ton ha-1 of
tubers with the highest B/C is 2,37.
905

Husadilla, dkk, Respon Tanaman Kentang…

Keywords: Granola potato seed, Potassium tanaman peka terhadap serangan hama
Fertilizer, Time Application of Fertilizer. penyakit serta tanaman menjadi lemah dan
mudah rebah (Sumiati, 2005). Sehubungan
PENDAHULUAN dengan hal tersebut, maka tingkat
ketersediaan K yang cukup bagi tanaman
Kentang (Solanum tuberosum L.) sangat diperlukan.
adalah salah satu komoditas hortikultura Pengelolaan hara tanaman pada
yang mempunyai nilai komersial tinggi. prinsipnya adalah mempertahankan status
Tingginya nilai komersial tersebut terletak hara tanah melalui pemberian pupuk secara
pada tingginya pemanfaatan umbi kentang teratur sesuai dengan takaran yang cukup,
yang selain dapat diolah untuk berbagai dengan tujuan untuk mengganti unsur hara
produk olahan seperti untuk chips, keripik yang telah hilang akibat terangkut dalam
kentang, kerupuk kentang dan bentuk bagian tanaman yang dipanen maupun
olahan lain, juga dapat dimanfaatkan akibat pencucian. Sedang takaran pupuk
sebagai bahan pangan substitusi yang yang baik apabila sesuai dengan jumlah
sehat dan aman. Tingkat keamanan dan dan jenis unsur hara yang diperlukan oleh
kesehatan umbi tersebut terletak pada tanaman, yang didasarkan pada fase
rendahnya kandungan kalori (85 kalori /100 pertumbuhan tanaman (Suminarti, 2011).
g umbi) maupun karbohidrat (19 g /100 g Hal ini selain bertujuan untuk mendapatkan
umbi) yang terkandung di dalam umbi efisiensi dan efektivitas pemupukan, juga
(Haris, 2010). Berdasar pada tingginya untuk menghindarkan tanaman dari
pemanfaatan tersebut, mengakibatkan peristiwa kekurangan maupun kelebihan
permintaan umbi kentang terus meningkat suatu unsur. Mengingat bahwa pupuk K
setiap tahunnya, dan rata-rata mencapai juga bersifat higroskopis, serta mudah
sekitar 14,5% (BPS, 2012). Sehubungan mengalami pencucian, maka pemupukan K
dengan hal tesebut, dan dalam upaya untuk perlu dilakukan lebih dari satu kali selama
mempertahankan kontinuitas hasil kentang, masa tanam agar dapat membantu
maka diperlukan managemen tanaman tanaman dalam mempertahankan hasil.
secara baik dan benar, dan salah satunya
adalah melalui pemupukan. BAHAN DAN METODE
Tanaman kentang adalah satu
diantara beberapa tanaman penghasil umbi Penelitian dilaksanakan pada bulan
yang sangat respon terhadap pemupukan Maret 2014 hingga bulan Juni 2014 di
kalium. Hal ini cukup beralasan karena Kebun percobaan Universitas Brawijaya,
kalium berfungsi untuk memacu translokasi yang terletak di Desa Sumber Brantas,
asimilat dari sumber (daun) ke bagian lubuk Kecamatan Bumiaji, Kota Batu pada
(umbi). Selain itu, kalium juga berfungsi ketinggian tempat 1700 m di atas
dalam membantu potensial osmotic sel permukaan laut. Curah hujan rata - rata
dalam pengambilan air yang mempunyai 1807 mm/tahun dengan suhu rata - rata
pengaruh terhadap proses membuka dan harian 18 0C, dan jenis tanah Andisol. Alat
menutupnya stomata daun. Hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
Sharma dan Sud (1991) menginformasikan cangkul, timbangan analitik, meteran,
bahwa serapan kalium yang paling tinggi penggaris, kamera, kertas label, oven,
didapatkan pada bagian umbi yaitu sekitar gunting, dan LAM. Sedangkan bahan yang
78% K, sedangkan daun, batang, dan akar digunakan meliputi umbi bibit kentang
masing-masing hanya sebesar 17,67%, varietas Granola yang telah memiliki 3-5
3,47% dan 1,14%. Oleh karena itu, apabila tunas, pupuk N (Urea : 46% N), pupuk P
tanaman mengalami kahat K, baik sebagai (SP 36 : 36% P2O5) dan pupuk K (KCl : 50%
akibat rendahnya kandungan unsur K di K2O).
dalam tanah, maupun akibat rendahnya Rancangan percobaan yang
dosis pupuk K yang diaplikasikan, dapat digunakan adalah Rancangan Petak
mengakibatkan rendahnya hasil umbi Terbagi terdiri dari 15 perlakuan, yaitu
karena tanaman mengalami klorosis, (K1T1) K dosis 357 kg K2O ha-1 : waktu
906

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 6, Juni 2017, hlm. 904 – 910

aplikasi (0 hst + 15 hst), (K1T2) K dosis 357 awal (sebelum penelitian), setelah aplikasi
kg K2O ha-1 : waktu aplikasi (0 hst + 30 perlakuan, dan setelah panen. Data hasil
hst), (K1T3) K dosis 357 kg K2O ha-1: pengamatan dianalisis dengan
waktu aplikasi (15 hst + 30 hst), (K2T1) K menggunakan uji F pada taraf α = 0,05
dosis 306 kg K2O ha-1: waktu aplikasi (0 hst untuk mengetahui terdapat tidaknya
+ 15 hst), (K2T2) K dosis 306 kg K2O ha-1: pengaruh nyata dari perlakuan. Apabila
waktu aplikasi (0 hst + 30 hst), (K2T3) K terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan
dengan uji antar perlakuan dengan
dosis 306 kg K2O ha-1: waktu aplikasi (15
menggunakan BNT pada taraf p = 0,05.
hst + 30 hst), (K3T1) K dosis 255 kg K2O
ha-1 : waktu aplikasi (0 hst + 15 hst), (K3T2) HASIL DAN PEMBAHASAN
K dosis 255 kg K2O ha-1: waktu aplikasi (0
hst + 30 hst), (K3T3) K dosis 255 kg K2O Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ha-1 : waktu aplikasi (0 hst + 30 hst), (K4T1) interaksi nyata antara dosis dan waktu
K dosis 204 kg K2O ha-1: waktu aplikasi (0 aplikasi pupuk K hanya terjadi pada
hst + 15 hst), (K4T2) K dosis 204 kg K2O parameter bobot segar total tanaman, bobot
ha-1 : waktu aplikasi (0 hst + 30 hst), (K4T3) kering total tanaman dan jumlah stolon
K dosis 204 kg K2O ha-1 : waktu aplikasi (Tabel 1, 2 dan 3). Pada parameter bobot
(15 hst + 30 hst), (K5T1) K dosis 153 kg kering dan bobot segar total tanaman,
keduanya memperlihatkan terbentuknya
K2O ha-1: waktu aplikasi (0 hst + 15 hst),
pola yang sama, dan apabila ditinjau
(K5T2) K dosis 153 kg K2O ha-1: waktu berdasarkan pengaruh pemupukan K pada
aplikasi (0 hst + 30 hst) dan (K5T3) K dosis berbagai waktu aplikasi didapatkan bahwa
153 kg K2O ha-1: waktu aplikasi (15 hst + umumnya bobot segar maupun bobot kering
30 hst). Perlakuan di ulang 3 kali sehingga total tanaman yang lebih rendah didapatkan
diperoleh 45 perlakuan. Penentuan dosis pada semua level pemupukan yang waktu
pupuk lainnya seperti pupuk N dan P juga aplikasinya dilakukan pada (0 hst + 15 hst).
didasarkan pada tingkat kebutuhan optimum Akar merupakan organ tanaman yang
nutrisi tanaman kentang Granola yaitu : sangat penting dalam kaitannya dengan
Pupuk N (Urea = 299 kg ha-1) dan pupuk P penyerapan unsur hara dan air bagi
(SP 36 = 286 kg ha-1) tanaman yang menyebabkan tanaman
Pengamatan dilakukan secara dapat tumbuh dan berkembang dengan
destruktif dengan mengambil 2 tanaman baik. Rendahnya nutrisi terutama Kalium
contoh untuk setiap kombinasi perlakuan yang belum dapat dimanfaatkan oleh
yang dilakukan pada saat tanaman berumur tanaman akibat belum terbentuknya akar
35 hst, 50 hst, 65 hst, 80 hst dan pada saat dapat mengakibatkan terhambatnya
panen (110 hst) yang meliputi komponen kegiatan fisiologis tanaman. Suminarti
pertumbuhan, komponen hasil, analisis (2010) menyatakan bahwa bila tanaman
pertumbuhan tanaman, dan analisis tanah. kekurangan unsur hara yang diperlukan
Pengamatan komponen pertumbuhan maka hasilnya akan menurun. Menurut
meliputi: jumah daun, luas daun, jumlah Subhan (1990) tunas dan pembentukan
stolon, jumlah umbi, bobot segar total daun terbentuk dalam waktu 21-30 hari
tanaman dan bobot kering total tanaman. setelah tanam. Pada tahap ini, tanaman
Analisis pertumbuhan tanaman meliputi : masih menggunakan nutrisi cadangan yang
laju pertumbuhan relative (LPR), indeks berasal dari umbi dan hanya sedikit
pembagian, dan laju asimilasi bersih (LAB). mengambil nutrisi dari dalam tanah.
Pengamatan komponen hasil meliputi : Kalium bagi tanaman berfungsi untuk
jumlah umbi per tanaman, bobot umbi per menjaga tetap tegaknya tanaman sehingga
tanaman, bobot umbi berdasar klasifikasi, tanaman tidak mudah roboh dan aliran
Jumlah umbi berdasar klasifikasi dan hasil unsur hara dan air akan dapat berjalan
panen (ha-1). Analisis tanah meliputi sifat secara normal. Kalium yang diserap
kimia tanah yang mencakup kandungan N, tanaman berperan penting dalam setiap
P, K dalam tanah yang dilakukan pada saat proses metabolisme pertumbuhan yaitu
907

Husadilla, dkk, Respon Tanaman Kentang…

dalam sintesis asam amino dan protein dari cukup selektif dalam memanfaatkan unsur
ion-ion ammonium (Parman, 2007). Selain hara, artinya walau di dalam tanah sangat
itu, kalium juga berfungsi untuk memacu tinggi ketersediaannya, tetapi tanaman akan
translokasi asimilat dari source (daun) ke menyerap sesuai dengan tingkat
bagian yang meristematis (mengalami kebutuhannya. Pada tanaman umbi,
pembelahan) (Suminarti, 2011). Apabila tingginya penyerapan K memberi dampak
kemampuan suatu tanaman dalam yang kurang baik terhadap kualitas umbi.
mentranslokasikan asimilat dari source ke Hal ini sangat terkait karena unsur K terlibat
bagian meristematis rendah, maka proses dalam pembentukan dinding sel pada
perkembangan tanaman juga akan seluruh organ tanaman termasuk umbi.
terhambat. Asimilat, yang dapat Dinding sel ini umumnya tersusun dari
digambarkan melalui pengukuran bobot selulosa dan hemiselulosa, yang
kering total tanaman adalah suatu energi, merupakan makro molekul yang panjang
baik untuk energi pertumbuhan maupun dan bersifat kaku serta sukar larut dalam
energi yang akan disimpan di dalam sink, air, dan apabila dinding sel yang tebal ini
yaitu dalam bentuk umbi. Sitompul dan terbentuk pada umbi, maka umbi yang
Guritno (1995) menyatakan bahwa dihasilkan mengandung banyak serat,
pertumbuhan merupakan suatu proses sehingga kualitas umbi menjadi rendah
pertambahan ukuran tanaman yang (Haris, 2009). Di sisi lain, tanaman yang
melibatkan sejumlah energi yang umumnya mengalami kekurangan K sebagai akibat
diawali dengan proses pembelahan, rendahnya tingkat ketersediaan K dapat
perpanjangan dan perluasan sel. Berawal mengakibatkan rendahnya fotosintat yang
dari proses inilah akan terjadi pertambahan dihasilkan. Hal ini sangat terkait dengan
organ tanaman. Mengingat bobot kering peran unsur K dalam mengatur proses
total tanaman maupun bobot segar total membuka dan menutupnya stomata
tanaman yang dihasilkan oleh tanaman Stomata membuka karena sel penjaga
yang dipupuk K pada berbagai dosis yang menyerap air, dan penyerapan air ini terjadi
waktu aplikasinya dilakukan pada (0 hst + sebagai akibat adanya ion K+ yang
15 hst) adalah rendah, maka proses menyebabkan meningkatnya tekanan turgor
perkembangan tanaman yang dihasilkan sel sehingga stomata membuka
juga rendah. Oleh Amisnaipa (2009) (Koesmaryono, 1999 dalam Suminarti,
menyebutkan bahwa kalium banyak diserap 2011).
pada fase vegetatif tanaman. Tanaman

Tabel 1 Rerata Bobot Segar Total Tanaman (g) pada Berbagai Dosis dan Waktu Aplikasi Pupuk
K pada Umur 50 Hst
Waktu Aplikasi Pupuk K
Perlakuan
0 hst + 15 hst 0 hst + 30 hst 15 hst + 30 hst
Dosis Pupuk K (kg K2O ha-1)
357 678,33 a 871,10 b 1013,72 b
A A A
306 713,33 a 1223,37 b 1253,10 b
AB C B
255 737,67 a 1082,30 b 1217,80 b
AB BC B
204 894,90 a 1006,63 a 1087,00 a
B AB AB
153 824,83 a 893,22 a 1001,99 a
AB A A
BNT 5 % 173,79
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p = 5 %. Huruf kecil
menandakan interaksi antara dosis dengan waktu aplikasi sedangkan huruf kapital
menandakan interaksi antara waktu aplikasi dengan dosis pupuk kalium.
908

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 6, Juni 2017, hlm. 904 – 910

Tabel 2 Rerata Bobot Kering Total Tanaman (g) pada Berbagai Dosis dan Waktu Aplikasi
Pupuk K pada Umur 50 Hst
Waktu Aplikasi Pupuk K
Perlakuan
0 hst + 15 hst 0 hst + 30 hst 15 hst + 30 hst
Dosis Pupuk K (kg K2O ha-1)
357 67,27 a 89,28 b 101,70 b
A A A
306 71,63 a 123,30 b 130,77 b
AB C C
255 69,40 a 106,68 b 126,15 c
A B BC
204 84,38 a 107,22 b 112,35 b
B B AB
153 82,03 a 89,25a b 110,08 b
AB A AB
BNT 5 % 18,29
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p = 5 %. Huruf kecil
menandakan interaksi antara dosis dengan waktu aplikasi sedangkan huruf kapital
menandakan interaksi antara waktu aplikasi dengan dosis pupuk kalium.

Tabel 3 Rerata Jumlah Stolon per Tanaman pada Berbagai Dosis dan Waktu Aplikasi Pupuk K
pada Umur Pengamatan 50 Hst.
Waktu Aplikasi Pupuk K
Perlakuan
0 hst + 15 hst 0 hst + 30 hst 15 hst + 30 hst
Dosis Pupuk K (kg K2O ha-1)
357 12,83 a 11,17 a 17,50 b
A A C
306 10,00 ab 13,17 b 9,50 a
A A AB
255 10,83 a 13,17 a 13,00 a
A A BC
204 10,50 a 10,17 a 10,17 a
A A AB
153 11,17 ab 14,00 b 7,50 a
A A A
BNT 5 % 4,27
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p = 5 %. Huruf kecil
menandakan interaksi antara dosis dengan waktu aplikasi sedangkan huruf kapital
menandakan interaksi antara waktu aplikasi dengan dosis pupuk kalium.

Menurut Kadarisman (2011) menyatakan tingginya jumlah stolon yang dihasilkan


bahwa dengan membukanya stomata (Tabel 3). Stolon merupakan bakal umbi
yang lebih lebar berarti penyerapan yang mekanisme terbentuknya juga
unsur hara menjadi lebih banyak. Hal ini memerlukan sejumlah energi. Menurut
dapat dibuktikan melalui hasil pengamatan Gunadi (2007), kalium pada tanaman
terhadap bobot segar maupun bobot kering kentang banyak diserap pada fase vegetatif.
total tanaman yang telah dilakukan (Tabel 1 Oleh karena itu, apabila tingkat
dan Tabel 2) bahwa hasil yang lebih rendah ketersediaan maupun penyerapan K cukup
didapatkan pada pemupukan K dosis 153 bagi tanaman, maka aktifitas fisiologispun
kg K2O ha-1Tingginya asimilat atau bobot akan berjalan normal sehingga berdampak
kering total tanaman yang dihasilkan pada pada pembentukan organ tanaman. Namun
tanaman yang dipupuk K dosis 306 kg K2O apabila pemberian pupuk telah mencapai
ha-1 tersebut memberi dampak pada titik optimal maka penambahan pupuk
909

Husadilla, dkk, Respon Tanaman Kentang…

Tabel 4 Rerata Hasil Panen (ha-1) dan Bobot Umbi Berdasarkan Klasifikasi pada Berbagai Dosis
dan Waktu Aplikasi Pupuk K saat panen
Hasil Klasifikasi bobot umbi per petak panen (kg)
Panen
Perlakuan
per A (>301 g) B(101-300 g) C(51-204 g) D(<50 g)
Hektar
Dosis Pupuk K (kg K2O ha-1)
357 28,10 1,99 4,52 ab 1,74 0,18
306 31,93 2,60 4,86 b 1,37 0,15
255 30,08 2,58 4,79 b 1,70 0,15
204 28,96 2,50 4,57 ab 1,23 0,19
153 27,02 2,24 4,06 a 1,62 0,15
BNT 5 % tn tn 0,68 tn tn
Waktu Aplikasi
0 hst + 15 hst 26,48 2,27 4,28 1,45 0,20
0 hst + 30 hst 29,21 2,26 4,60 1,64 0,14
15 hst + 30 hst 33,02 2,61 4,81 1,50 0,16
BNT 5 % tn tn tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p = 5 %, tn = tidak berbeda nyata, hst = hari
setelah tanam.

berikutnya tidak akan diikuti dengan oleh kapasitas tanaman dalam


kenaikan hasil seperti pemberian pupuk mentranslokasikan asimilat ke bagian umbi
sebelumnya bahkan kemungkinan hasil (sink) yang dapat didekati melalui
yang diperoleh menurun (Suriatna, 1988 pengukuran indeks panen (IP). Oleh
dalam Haris, 2010). Parman (2007) mengatakan bahwa
Komponen hasil pada tanaman peningkatan biomasa umbi dipengaruhi oleh
kentang mencakup pengukuran jumlah umbi banyaknya absorpsi air dan penimbunan
per tanaman, bobot umbi per tanaman, hasil fotosintesis. Mengingat nilai indeks
jumlah dan bobot umbi berdasarkan panen yang dihasilkan berdasarkan uji
klasifikasi serta panen per hektar. Hasil uji statistik tersebut tidak nyata bedanya, maka
statistik memperlihatkan tidak terjadinya kemampuan tanaman dalam
pengaruh maupun interaksi nyata antara mengalokasikan asimilat ke bagian umbi
waktu aplikasi dan dosis pemupukan K juga demikian. Selain itu, tidak terjadinya
pada komponen hasil tersebut (Tabel 4). pengaruh maupun interaksi nyata tersebut
Umbi merupakan hasil penyimpanan juga diakibatkan karena hasil pengukuran
asimilat, dan banyak sedikitnya umbi yang laju asimilasi bersih maupun laju
terbentuk akan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan relatif tanaman juga tidak
banyak sedikitnya asimilat yang dihasilkan berbeda nyata. Walaupun sebenarnya
serta kemampuan tanaman dalam terdapat kecenderungan bahwa hasil yang
mentranslokasikan asimilat tersebut ke lebih tinggi tetap dihasilkan pada tanaman
bagian umbi. Pada pengukuran bobot kering yang dipupuk 306 kg K2O ha-1 maupun pada
total tanaman didapatkan bahwa hasil yang tanaman yang waktu aplikasi
lebih tinggi didapatkan pada pemupukan K pemupukannya dilakukan pada umur (15
dosis 306 maupun 255 kg K2O ha-1, dan hst + 30 hst). Dari hasil yang demikian,
kedua dosis tersebut memberi dampak berdasarkan analisa usaha tani yang telah
pada lebih tingginya jumlah stolon yang dilakukan, pemberian pupuk kalium dengan
dihasilkan. Pada uraian di atas telah dosis 306 kg K2O ha-1 mampu
dijelaskan bahwa stolon adalah bakal umbi, menghasilkan bobot umbi sebanyak 31,93
dan bakal umbi ini tidak seluruhnya akan ton ha-1 dengan nilai B/C rasio yang tinggi
menjadi umbi. Di sisi lain juga telah yaitu sebesar 2,37
dijelaskan bahwa banyak sedikitnya umbi
yang terbentuk juga sangat dipengaruhi
910

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 6, Juni 2017, hlm. 904 – 910

KESIMPULAN Pupuk Kalium pada Tanaman


Kentang. Balai Penelitian Tanaman
Pemberian dosis dan waktu aplikasi Sayuran. Bandung. J. Hortikultura.
pupuk kalium menghasilkan interaksi pada 17(1): 52-60
parameter bobot segar total tanaman, bobot Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian
kering total tanaman maupun jumlah stolon Pupuk Organik Cair terhadap
per tanaman namun tidak memberikan hasil
Pertumbuhan dan Produksi Kentang
yang berbeda nyata pada komponen hasil.
(Solanum tuberosum L.). Buletin
Meski demikian,berdasarkan analisa usaha
tani yang dilakukan, penggunaan pupuk Anatomi dan Fisiologi. 15(2): 21-31
kalium dosis 306 kg K2O ha-1 mampu Sharma, R.C dan K.C Sud. 1991.
menghasilkan umbi sebanyak 31,93 ton ha -1 Potassium Management for Yield dan
dengan nilai B/C rasio yang tinggi sebesar Quality of Potato. Central Potato
2,37. Research Institute.171 (1): 363-381.
Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995.
DAFTAR PUSTAKA Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Gadjah Mada University Press.
Amisnaipa, A. D., R. Situmorang, D. W. Yogyakarta.
Purnomo. 2009. Penentuan Sumiati. 2005. Pertumbuhan dan Hasil
Kebutuhan Pupuk Kalium untuk Kentang dengan Aplikasi NPK 15-15-
Budidaya Tomat Menggunakan 15 dan Pupuk Pelengkap Cair di
Irigasi Tetes dan Mulsa Dataran Tinggi Lembang. Balai
Polyethylene. J. Agronomi Indonesia. Penelitian Tanaman Sayuran.
37 (2): 115-122.
Bandung. J. Hortikultura. 15(4): 270-
Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen,
278.
Produksi dan Produktivitas Kentang.
Suminarti, N. E. 2011. Teknik Budidaya
http://www.bps.go.id . Diakses pada 6
November 2013. Tanaman Talas (Colocasia esculenta
Haris, A. dan V. Krestiani. 2009. Studi L.) Schott var. Antiquorum pada
Pemupukan Kalium Terhadap Kondisi Kering dan Basah. Disertasi.
Pertumbuhan dan Hasil Jagung Universitas Brawijaya. Malang
Manis (Zea mays saccharata Sturt) Suminarti, N. E. 2010. Pengaruh
Varietas Super Bee. Fakultas Pemupukan N dan K pada
Pertanian. Universitas Muria Kudus. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Sains dan Teknologi 2(1):1-5. Talas yang Ditanam di Lahan Kering.
Haris. 2010. Pertumbuhan dan Produksi J. Akta Agrosia. 13 (1): 1-7
Kentang pada Berbagai Dosis Subhan. 1990.Pengaruh Ukuran Umbi Bibit
Pemupukan. J. Agrisistem. 6(1): 15- dan Pupuk NPK Terhadap
22. Pertumbuhan dan Hasil Kentang
Kadarisman, N., A. Purwanto, D. Rosana. (Solanum tuberosum L.) Kultivar
2011. Peningkatan Laju Pertumbuhan Granola. J. Penelitian Hortikultura.
dan Produktivitas Tanaman Kentang 19(4): 91-100.
(Solanum tuberosum L.) Melalui
Spesifikasi Variabel Fisis Gelombang
Akustik pada Pemupukan Daun
(Melalui Perlakuan Variasi Peak
Frekuensi). Prosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta. p.453-462
Gunadi. 2007. Penggunaan Pupuk Kalium
Sulfat sebagai Alternatif Sumber

Anda mungkin juga menyukai