Anda di halaman 1dari 1

4.

Memperhatikan budaya
Di mana bumi dipijak, di situ lah langit dijunjung. Pepatah itu diperlukan dalam dunia dakwah.
Seorang dai yang tidak menghargai budaya setempat, bukan saja sulit mendapat simpati,
tetapi bisa jadi tidak punya kesempatan berdakwah lagi ketika masyarakat tersinggung dan
merasa tidak dihargai budayanya.
Menghargai budaya bukan berarti melebur ke dalam kesesatan yang ada dalam sebuah
masyarakat, akan tetapi berdakwah dengan cerdas dan cermat dalam memilih pendekatan
dan cara. Mengubah budaya yang mengandung kemungkaran harus tetap dilakukan, tetapi
lagi-lagi adalah “cara” yang digunakan harus dipertimbangkan masak-masak.
Di sinilah para dai dituntut untuk memiliki wawasan seluas-luasnya supaya mampu menyikapi
setiap permasalahan dengan santun dan bijak.

5.Memperhatikan tingkat sosial-ekonomi


Kondisi ekonomi masyarakat sasaran kita berdakwah merupakan hal yang harus diperhatikan
oleh para dai. Jika secara ekonomi mereka termasuk dalam kategori mustahiq (orang yang
berhak menerima zakat) karena miskin, jangan didominasi materi tentang kewajiban zakat,
tetapi motivasi bagaimana agar zakat yang diterima dapat produktif dan selanjutnya tidak lagi
menjadi mustahiq, tetapi menjadi muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) karena sudah
mandiri secara ekonomi.

6.Memperhatiakan usia objek dakwah


Saling menyayangi dan saling menghormati berlaku dalam segalah urusan, apalagi dalam
urusan dakwah. Pada perinsipnya semua orang punya potensi untuk menerima nasihat dan
dakwah kita, tetapi adab kita dalam menasihati orangtua tidak bisa disamakan dengan
menasihati teman sebaya atau orang yang lebih mudah. Jika ini tidak diperhatikan, orangtua
yang kita harap mendukung dakwah kita dalam sebuah kampung misalnya, justru akan
menjadi hambatan karena mereka tersinggung dengan cara kita.

Anda mungkin juga menyukai