Anda di halaman 1dari 9

TUGAS BAHASA

INDONESIA

- NAFIUN BIGHOIRIHI
- M.RAFLY
- NABILA PUTRI ADINDA
- M.ZAKARIA
- NATALIA HUTAHAEN
- M.ILHAM F
NAMA: NAFIUN BIGHOIRIHI

KELAS: IX.6

He (The Wall)
TEMA: Asmara

ALUR: Maju-mundur

LATAR: Kota

TOKOH UTAMA: “Nafisa” (Protagonis)


“Kota ini masih tetap sama”, ucapnya dalam keheningan kami.
“Yep, tidak ada yang berubah”, jawabku. Masih tetap memandangi jalanan perkotaan,
menyeruput secangkir coffee latte hangat di tanganku.
“Begitu juga kamu”, dia menatapku dan tatapannya penuh arti.
Aku hanya tersenyum tipis mendengarnya.

“Dan perasaan ini masih tetap sama. I still like you, Naf”, lanjutnya masih dalam posisi
yang sama.
“Jangan memulai, Joe”, aku memberanikan diri untuk menatap matanya. Bola mata hijau
indah yang pernah membuatku jatuh. Dia memiliki tatapan yang tajam, yang wanita
manapun akan tertarik padanya.

Dia menyunggingkan seulas senyum padaku, manis. “Apa bentengmu masih tetap kuat?
Atau telah ada pria lain yang berhasil mengahancurkannya?” tanyanya padaku.
“I won’t let any guy to break it”, jawabku meyakinkannya.
“You are still gorgeous”, dia menyesap secangkir cappucciono latte pesanannya dan kembali
memberikan senyum manisnya padaku. Hatiku berdesir. Dia masih tetap sama. Tampan.

Aku berharap masih ada jalan untuk kita berdua dapat memiliki apa yang kita mau. I still
want you be my girlfriend. Tapi aku tidak ingin berada di antara kamu dan prinsipmu”,
ucapnya kembali.
“Lalu apa yang kamu mau?”, tanyaku penuh arti.
“Kamu”, jawabnya singkat. Aku pernah mendengar jawaban yang sama, tepatnya 2 tahun
lalu sebelum dia memutuskan memilih NYC.

“I like your mind more. Tapi, bentengmu terlalu kuat untukku. I meant to say, I don’t want
you to change for me. Aku lebih suka kamu dengan prinsipmu, Naf”, jelasnya padaku.
Aku menarik napas dalam. “Kita pernah membicarakan ini sebelumnya, Joe. Dan jawabanku
masih tetap sama. Let’s be friend, it’s better for us”, jelasku. Aku hanya tidak ingin goyah
meskipun pria itu adalah dia yang aku cintai. Ya, perasaanku masih tetap sama.

Joe Tanner Patrick… laki-laki berdarah Jerman-Amerika yang besar di Indonesia memang
memiliki ruang sendiri di hati ini. Meskipun aku tidak tahu apa perasaan ini. Apapun itu,
tetap ada benteng di antara kami. Benteng di antara dua insan manusia yang memisahkan
cara kami bersyukur kepada Sang Pencipta.“So, How’s NYC?”, tanyaku untuk mengalihkan
pembicaraan kami. Aku hanya ingin dia datang dengan obrolan masa depannya, bukan
dengan masa lalu yang pernah kami lewati dulu.
NAMA: M.RAFLY

KELAS: IX.6

Suara Apa Itu?


TEMA: Pengalaman

ALUR: Maju

LATAR: Rumah

TOKOH UTAMA: “Rani”

Suasana malam itu sangat mencekam. Aku dan ibuku sedang duduk santai di teras rumah.
Angin bertiup sepoi sepoi, ditemani sinar sang

Tiba-tiba, aku mendengar suara aneh, seperti suara terompet namun sedikit bernada.
Refleks bulu kudukku merinding, namun kulihat ibuku biasa-biasa saja.

“Ada apa Rani?”. Tanya ibuku sembari menikmati teh hangat yang kusuguhkan tadi.
“Ibu, aku mendengar suara aneh, seperti sebuah terompet”. Jawabku.
“ha… ha… ha.. kamu lucu sekali Rani”.
Aku tambah heran, ada apa dengan ibuku. “Apa yang lucu ibu, aku tadi mendengar suara
aneh, apa ibu tidak mendengarnya?” Aku mencoba meyakinkan ibuku.

“Rani, kamu tahu tidak suara yang kamu dengar itu adalah suara kentut adikmu yang tidur,
ha.. ha..” ibuku tak sanggup menahan tawa, begitupun denganku aku sangat
tertawa.Malam itu adalah malam yang tidak terlupakan.
NAMA: NABILA PUTRI ADINDA

KELAS: IX.6

Kursi Terbalik
TEMA: Sosial

ALUR: Maju

LATAR: Sekolah

TOKOH UTAMA: “Manda” (Protagonis)

“Tino” (Antagonis)
Di kelasnya, Tino merupakan anak yang cerdas. Tino selalu mendapat ranking 1 atau 2.
Nilainya selalu 8 dan 9.
Bertolak belakang dengan Manda. Manda adalah anak yang bodoh. Selalu saja mendapat
ranking terakhir. Nilainya selalu dibawah rata rata.

“Yeee, dapat 100!!!” Tino menlonjak lonjak kegirangan. Teman teman memuji Tino. Dengan
pujian pujian itu, Tino menjadi anak yang sombong.

“Manda, kamu dapat jelek kan?” tanya Tino sinis. Karena merasa terhina.
“Emang kenapa kalau aku jelek? Gak usah sombong deh! Aku bisa menyaingimu! Lihat saja
nanti” bentak Manda. Manda pun berjalan keluar kelas.
“Belajar? Walau pun belajar, pasti Manda tetap jelek. Kalau aku kan tanpa belajar, tetap
pintar!” ujar Tino dengan sombongnya.Ujian semakin dekat. Manda sadar, akan
kemalasannya. Ia ingin bangkit dan menjadi juara kelas. Sepulang sekolah, ia belajar,
istirahat, lalu belajar lagi. Di kelas, Manda juga mendengarkan pelajaran dengan baik.
Selalu mengerjakan latihan soal latihan soal. Di rumah, belajar bisa sampai 3 jam
sekarang.Sedangkan, Tino bermalas malasan. Karena merasa pintar, ia meremehkan
pelajaran. “Halah, gampang mungkin!” begitu ujarnya sambil bermain game.Saat ujian,
Manda mengerjakan soal soal dengan teliti. Ia lancar mengerjakannya. Sedangkan, Tino
berhasil menjawab beberapa soal, karena tak belajar, ia menjawab dengan asal asalan.Saat
penerimaan rapor, Manda mendapat ranking 1. Nilainya 100 semua, 9 nya hanya 1.
Sedangkan, Tino mendapat ranking 17. Ia menyesal, ia telah meremehkan pelajaran. Dan
ia juga menyesal telah menghina Manda.

“Manda, aku minta maaf ya karena aku udah mengejekmu. dan aku sadar, aku terlalu
meremehkan pelajaran” kata Tino.
“Tak apa Tino, aku memaafkanmu!” akhirnya, Manda dan Tino pun bersahabat.

NAMA: NATALIA H.

KELAS: IX.6

Terimakasih Nenek
TEMA: Sosial

ALUR: Maju

LATAR: Desa

TOKOH UTAMA: “Fika” (Protagonis)


Selama liburan musim panas, aku menginap di rumah nenekku. Karena, nenek hanya
tinggal sendiri di sana.

“Fika, ini rotinya!” nenek memberikanku sebuah roti berselai cokelat.


“Terimakasih nek!” kami pun makan pagi bersama.

Saat itu, cuaca sedang tidak bersahabat. Hujan turun dengan deras ditambah dengan suara
petir. Aku hanya bisa berdiam diri di kamar sambil menulis diary. Sedangkan, nenek sedang
menjahit.

Nenek, sebentar lagi Fika udah pulang lho, balik ke kota lagi deh!” kataku saat makan
malam.
“Iya Fika, nenek kesepian lagi nih” jawab nenek dengan suara yang serak. Maklum,
nenekku ini sudah berumur 83 tahun. Kami pun melanjutkan makan malam.

Jam menunjukan pukul 8 pagi. Aku sudah dijemput oleh kedua orangtua dan adikku yang
bernama Fia. Umurnya masih 4 setengah tahun.
“Fika, ini untukmu. Sebuah sweater untuk musim dingin besok” nenek memberikan ku
sebuah sweater jahitannya sendiri. Sungguh bagus sweater tersebut. Warnanya biru, dan
terasa hangat jika dipakai.
“Wah, makasih ya nek!” aku memeluk nenek.
“Dada nekkk!!! maaf ya, Fika udah ngerepotin nenek. Kalau liburan, pasti Fika ke sini lagi”
aku melambaikan tangan dari kaca mobil.
“Iya, sama sama cucuku!”

Ketika musim dingin, aku selalu mengenakan sweater pemberian nenekku. Nyaman dan
hangat.

“Hikss.. hiksss” aku mendengar suara isakan tangis. Aku pergi ke kamar mama.
“Mama kenapa nangis?” aku panik.
“Nenek meninggal!!!”
“APA?!” aku ikut menangis.

Di kamar nenek, aku melihat tubuh nenek yang terbujur kaku. “Nenekkkk!!!” aku
memeluknya. Jasad nenek memancarkan senyuman hangat.

“Terimakasih ya nek” bisikku

Malam harinya, aku bermimpi melihat nenek dengan senyuman yang terpancar.
“Jadi anak yang baik ya, Fika” lalu menghilang begitu saja.

NAMA: M.ZAKARIA

KELAS: IX.6

TEMA: Pengalaman

ALUR: Mundur

LATAR: Desa

TOKOH UTAMA: “Tino” (Antagonis}

Dikejar Anjing
Saat itu, aku sedang menginap di rumah kakek dan nenekku di desa. Oh iya, perkenalkan,
namaku Tino Anugrah dan biasa dipanggil Tino. Aku ini anak yang lumayan jahil dan nakal
lho!Pagi pagi, aku sedang berjalan jalan keliling desa. Udaranya sangat sejuk dan segar.
Tapi, lumayan dingin juga. Saat sedang berjalan jalan, aku melihat ada seekor anjing yang
sedang tidur tapi tidak di kandang atau pun dirantai.

“Kerjain ah!” aku pun mengambil ranting kayu yang sudah jatuh dan melemparkannya ke
anjing itu.
“Grrrrr” ia bangun dan menggeram. Aku berlari sambil tertawa cekikan. Anjing itu
mengejarku, aku kaget. Aku tidak melihat jalan dengan fokus, akhirnya aku tercebur
sawah. Anjing itu pergi.

Itulah pengalamanku dikejar anjing dan masuk ke sawah.

NAMA: M.ILHAM F

KELAS: IX.6

Berlibur Ke Gunung
TEMA: Pengalaman

ALUR: Maju

LATAR: Pegunungan

TOKOH UTAMA: “Rena”


Halo, namaku Renata Martasari. Panggil aku Rena ya. Oh iya, keluargaku berencana untuk
berlibur ke gunung. Pasti bakal seru!

“Rena, kemasi barang barangmu! besok pagi kita berangkat!!!” teriak ibu dari luar kamar.
“Ok bu!!!” dengan semangat, aku membawa barang barang yang akan dipakai untuk ke
gunung besok. Tentunya, aku juga membawa alat lukisku untuk melukis pemandangan di
sana.

Ayahku memasukan barang barang dan tas tas kami ke bagasi mobil. Setelah itu, kami
memulai perjalanan sampai 2 setengah jam.

Sesampainya di gunung Merapi, hawa dingin telah kurasakan. Untung saja aku memakai
jaket. Setelah itu, kami menyewa villa.

Di kamar Villa,
“Rena, nanti kita buat api unggun lho!” kata kak Rara, kakakku.
“Wah yang bener kak?! Asyikkk!!!”

Malam harinya, kami membuat api unggun. Ayah, ibu, kak Rara, aku dan juga adikku Rere
melingkar di situ sambil mengobrol ngobrol dan bersendau gurau.

Esoknya, aku bersama kak Rara dan Dek Rere melukis pemandangan gunung merapi yang
sangat inda

Anda mungkin juga menyukai