Laut yang tulus suci Udara yang bijaksana Dan matahari yang setia Semua memberi kekayaan Bagi umat manusia.
Tetapi di jaman atom, milenium
Dan penaklukan ruang angkasa ini Kehidupan didesak oleh gemuruh sakit hati Gelegar provokasi Dari cuaca angkara murka. Tangan-tangan keserakahan dan keculasan Kaki-kaki tipu daya Dan jari-jari adu domba Adalah bunga-bunga prahara Yang akan mengobarkan pertikaian Menyeret persatuan ke tepi jurang malapetaka Sementara puing-puing dari kota dan desa Yang hancur masih mengepulkan asapnya. Jika panji-panji kearifan Jika bendera-bendera kejujuran Tak segera dipancangkan dan dikibarkan Akan semakin panjang derita rakyat. Rakyat hanya menyimpan Harapan-harapan sederhana. Rakyat ingin hidup Tanpa takut akan hari depannya. Rakyat ingin bekerja Tanpa cemas kehilangan orang tercinta.
Gunung memberikan perenungan pada kalbu
Belantara memberikan pencerahan pada indra. Dan mata air adalah lambang keikhlasan Yang penuh kedamaian. Tetapi dalam sejarah peradaban Raksasa dasamuka senantiasa deksura Tak bisa melihat lebih jauh dari hidungnya sendiri.
Dengan adigang ia injaki undang-undang
Dengan adigung ia kangkangi emas permata Dengan adiguna ia perdayai ketulusan hati rakyatnya. Wahai, tanah airku Di manakah pemimpinmu? Yang mampu membangun rumah, membangun sekolah? Yang mampu menghasilkan lebih banyak sandang lebih banyak pangan. Yang bukan saja tahu apa yang terjadi hari ini Tetapi juga memikirkan hari esok Dan bekerja untuk kepentingan itu.
Wahai, tanah airku
Di manakah pemimpinmu? Yang mampu mewujudkan kehidupan yang cocok Dan cita-cita terbaik bagi rakyatnya?
Wahai, saudara-saudaraku Tidak seharusnya kita bertengkar. Karena pertengkaran dan saling cakar Akan meminta lebih banyak jiwa. Dan amuknya akan menghanguskan wilayah Yang makin luas.
Wahai, tanah airku
Wahai, saudara-saudaraku, Mari kita tumpulkan duri-duri yang runcing Dalam hubungan antar manusia, oleh manusia Dan untuk kesejahteraan umat manusia.