Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH REVISI

KONSEP KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Pai

Dosen Pengampu: Afiful Ikhwan M.Pd.I

Kelompok 2 :

1. Laili Rahmawati (2014471978)


2. Mir’atul Falah (2014471981)
3. Siti Kunjariah (2014471986)
4. M. Zuhal (2014471103)

Prodi : Pendidikan Agama Islam

SEMESTER III

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2015

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah
memperjuangkan agama islam.
Kemudian dari pada itu kami mengucapkan terimaklasih yang sedalam-
dalamnya kepada pihak-pihak yang telah membantu demi terselesaikannya
makalah ini, diantarannya:
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)
Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag
2. Dosen Prngampu Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I
3. Teman-teman mahasiswa dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah ini
Dalam penyususnan makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik
positif yang bersifat membangun sehingga makalah ini bisa diperbaiki
seperlunnya.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
kelompok kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin Ya Robbal'
Alamin.

Tulungagung, November 2015

penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian kurikulum pendidikan islam ........................................ 3
B. Dasar-dasar kurikulum pendidikan islam....................................... 4
C. Ciri-ciri kurikulum pendidikan islam ............................................. 5
D. Prinsip dasar penyusunan kurikulum pendidikan islam ................. 6
E. Pengembangan kurikulum pendidikan islam dari berbagai aspek . 6
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan .................................................................................... 8
2. Saran ............................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan
dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Setiap
pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan
suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan,
dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu
siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional,
dan sosial keagamaan dan lain sebagainya.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan
menentukan tujuan pembelajaran, methode, tekhnik, media pengajaran, dan
alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan
kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak,
sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan
kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik
dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum
serta berusaha mengembangkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum pendidikan islam ?
2. Apa dasar-dasar kurikulum pendidikan islam ?
3. Bagaimana ciri-ciri kurikulum pendidikan iskam?
4. Apa prinsip dasar penyusunan kurikulum pendidikan islam?
5. Bagaimana pengembangan kurikulum pendidikan islam dari berbagai
aspek?

4
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum pendidikan islam.


2. Untuk mengetahui dasar-dasar kurikulum pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri kurikulum pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui prinsip dasar penyusunan kurikulum pendidikan
islam.
5. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum pendidikan islam dari
berbagai aspek.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kurikulum pendidikan islam


Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang artinya pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olehraga. Berdasarkan
pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia pendidikan menjadi “circle of
instruction” yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat
didalamnya.
Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj
yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupannya. Apabila pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan, maka
manhaj atau kurikulum berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru
dengan orang-orang yang dididik untuk mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap mereka.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kurikulum itu adalah merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk
membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan
melalui akumulasi sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap mental. Ini
berarti bahwa proses kependidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat
dilakukan secara serampangan, akan tetapi hendaknya mengacu pada
konseptualisasi manusia paripurna – baik sebagai khalifah maupun ‘abd
melalu transformasi sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap mental
yang harus tersusun dalam kurikulum pendidikan Islam. Disinilah filsafat
pendidikan Islam dalam memberikan pandangan filosofis tentang hakikat
pengetahuan, ketrampilanm dan sikap mental yang dapat dijadikan pedoman
dalam pembentukan manusia paripurna ( al- insan al-kamil).1

1Zakiyah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.ke-3 hlm. 153

6
B. Dasar-dasar kurikulum pendidikan islam
1. Dasar Agama
Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem
pendidikannya harus meletakan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya
pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah dan muamalah. Hal ini
bermakna bahwa itu semua pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber
utama syariat Islam, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Sementara sumber
lainnya sering dikategorikan sebagai metode seperti ijma, qiyas dan ihtisan.
Pembentukan kurikulum pendiidkan Islam harus diletakan pada apa
yang telah digariskan oleh 2 sumber tersebut dalam rangka menciptakan
mausia yang bertaqwa sebagai ‘abid dan khalifah dimuka bumi.
2. Dasar Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam,
dengan dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam
mengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai
pandangan hidup yang diyakini kebenarannya. Secara umum, dasar falsafah
ini membawa konsekwensi bahwa rumusan kurikulum pendidikan Islam
harus beranjak dari konsep ontologi, epistemologi dan aksiologi yang digali
dari pemikiran manusia muslim, yang sepenuhnya tidak bertentangan
dengan nilai-nilai asasi ajaran Islam.
3. Dasar Psikologis
Asas ini memberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya
disusun dengan mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum pendidikan Islam harus
dirancang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan anak didik, tahap
kematangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan sosial,
kebutuhan dan minat, kecakapan dan perbedaan individual dan aspek
lainnya yang berhubungan dengan aspek-aspek psikologis.
4. Dasar Sosial
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah
realisasi individu dalam masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa

7
semua kecenderungan dan perubahan yang telah dan bakal terjadi dalam
perkembangan masyarakat manusia sebagai mahluk sosial harus mendapat
tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini dimaksudkan agar out-
put yang diahasilkan menjadi manusia yang mampu mengambil peran dalam
masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.2

C. Ciri-ciri kurikulum pendidikan islam


1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan
kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat dan tekniknya bercorak
agama.
2. Cakupannya luas dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang
benar-benar mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang
menyeluruh. Di samping itu ia juga luas dalam perhatiannya. Ia
memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek
pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual.
3. Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang dikandung dalam
kurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara
pengetahuan yang berguna bagi pengembangan individual dan
pengembangan sosial.
4. Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang
diperlukan oleh anak didik.
5. Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak
didik.3

2S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara,1994) hlm. 134

3 Ibid hlm 138

8
D. Prinsip-prinsip dasar penyusunan kurikulum pendidikan islam
Tentang prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar penyusunan kurikulum
pendidikan Islam, diantaranya:
1. Prinsip relevansi
adalah adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup murid,
relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan datang, dan
relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
2. Prinsip efektifitas
adalah agar kurikulum dapat menunjang efektifitas guru yang mengajar
dan peserta didik yang belajar.
3. Prinsip efisiensi
adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan
sumber lain secara cermat, tepat, memadai dan dapat memenuhi harapan.
Prinsip kesinambungan
adalah saling hubungan dan jalin menjalin antara berbagai tingkat dan
jenis program pendidikan.
4. Prinsip fleksibilitas
artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di
dalam bertindak yang meliputi fleksibilitas dalam memilih program
pendidikan, mengembangkan program pengajaran, serta tahap-tahap
pengembangan kurikulum.
5. Prinsip integritas
antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang
terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan pertautan antara
kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid dan masyarakat.4

E. Pengembangan kurikulum dari berbagai aspek


1. Aspek Materi
Diantara prinsip pengembangan kurikulum ada prinsip relevansi
yang ahrus menjadi pertimbangan bagi penentuan suatu materi. Agar materi

4 S. Nasution,Asas-asas Kurikulum..................hlm 136

9
yang diberikan bermanfaat bagi kehidupan anak didik, hendaknya materi
tersebut harus sesuai dengan tuntutan zaman, kesempurnaan jiwa anak
didik tanpa melupakan esensi ajaran Islam itu sendiri.
2. Aspek Tujuan
Dalam prinsip pengembangan kurikulum hal ini sangat berkaitan
dengan prinsip efektifitas. Dengan semakin banyaknya tujuan yang harus
dicapai, akan mendorong efektifitas proses yang akan dilaksanakan.
Sebagai suatu rancangan, tentu ada rencana yang dapat tercapai. Dan
sebaiknya tujuan yang akan dicapai harus jelas dan memang benar-benar
sesuai dengan segala komponen yang berpengaruh terhadap pendidikan itu
sendiri. Jangan sampai apa yang diajarkan dan proses pelaksanaannya
sangat berbeda dengan tujuan yang diharapkan.
3. Aspek Lembaga
Banyak orang beranggapan bahwa mengelola lembaga pendidikan
agama tidak perlu mendapat perhatian dan penanganan khusus. Karena out-
put-nya kurang dapat diandalkan untuk berkompetensi dalam masyarakat
jika dibanding out-put lembaga pendidikan lain. Secara administratif,
lembaga pendidikan Islam yang benar-benar menerapkan manajemen
pendidikan dengan baik sangat jarang sekali. Salah satu hal yang sangat
berkaitan dengan lembaga pendidikan adalah lingkungan pendidikan yang
menjadi salah satu sarana seorang anak dapat memperoleh pendidikan
dengan baik.5

5Armai Arief,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)
hlm. 145

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kurikulum adalah merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk
membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan
melalui akumulasi sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap mental.
2. Dasar-dasar kurikulum pendidikan islam meliputi dasar agama, dasar
falsafah, dasar psikologis, dan dasar sosial.
3. Ciri-ciri kurikulum pendidikan islam diantaranya yaitu Menonjolkan tujuan
agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-
kandungan, metode-metode, alat-alat dan tekniknya bercorak agama.
4. Prinsip-prinsip dasar penyusunan kurikulum pendidikan islam meliputi
prinsip relevansi, prinsip efektivitas, prinsip efesiensi, prinsip
kesinambungan, prinsip fleksibilitas, dan prinsip integritas.
5. Pengembangan kurikulum pendidikan islam itu terdiri atas aspek materi,
aspek tujuan, dan aspek lembaga.

B. Saran
Setelah mempelajari tinjauan tentang kurikulum pendidikan islam kita
sebagai calon pendidikan di harapkan mampu menerapkan kurikulum
pendidikan islam itu sesuai dengan aturan yang telah di tentukan kepada
peserta didik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiyah, dkk. 1996.Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Bumi Aksara)

Nasution, S. 1994. Asas-asas Kurikulum.(Jakarta: Bumi Aksara)

Arief, Armai.2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam.(Jakarta:


Ciputat Pers)

Makalah Islam Moderat


ISLAM MODERAT
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah : Tauhid
Dosen Pengampu : Bapak Mudhofi

12
Di susun oleh :
Ahmad Fasikhudin
Khoirul Fitri Amalia
Lailul Hana Pertiwi
Sri Maullasari
Susana Aditiya W.

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam sebuah kehidupan, bagi sebagian masyarakat di dunia, agama adalah
pedoman untuk menentukan arah yang harus di tuju dalam hidupnya. Dalam
kehidupan di dunia ini, hal yang paling penting adalah sebuah kedamaian jiwa dan
raga dalam bermasyarakat. Maka, ketika muncul perubahan-perubahan dalam
sebuah kehidupan, harus ada yang mengimbangi perubahan-perubahan tersebut
dalam konteks bergama dengan mengikuti pergerakan perubahan dalam situasi
dan kondisi global. Islam Moderat adalah ajaran yang mampu mengikuti
perkembangan jaman dan tidak meninggalkan ajaran ajaran sesudahnya.
Sehingga Islam Moderat merupakan agama yang mampu mengimbangi
pergerakan perubahan dalam kehidupan di dalam masyarakat.

13
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian Islam Moderat?
2. Bagaimana lahir dan berkembangya Islam Moderat?
3. Bagaimana pemikiran Islam Moderat?
4. Bagaiman pemahaman pemikiran Islam Moderat?
5. Bagaimana dampak positif dan negatif Islam Moderat?
6. Bagaiman kritik terhadap Islam Moderat?
C. TUJUAN RUMUSAN MASALAH
1. Mahasiswa mampu memahami dengan benar apa itu Islam Moderat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui lahirnya dan bagaimana perkembangan Islam
Moderat.
3. Mahasiswa mampu mengetahui pemikiran-pemikiran yang di gunakan olah Islam
Moderat.
4. Mahasiswa mampu memahami pemikiran Islam Moderat.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dampak-dampak dari adanya Islam Moderat.
6. Dari semua tujuan rumusan maslah di atas, mahasiswa harus mampu mengkritik
dengan alasan yang jelas dan logis terhadap Islam moderat.

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam Moderat
Pengertian dari ‘Islam moderat’bukanlah tanpa konsep dan landasan. Justeru,
istilah itu muncul dengan dasar atau landasan teologis dan ontologis (sesuatu yang
bersifat konkret). Istilah Islam moderat ialah bagian dari ajaran Islam yang
universal. Istilah Islam moderat memiliki padanan dengan istilah Arab ummatan
wasathan atau al-din al-wasath. Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan
demikianlah Aku (Tuhan) jadikan kalian umat yang “wasat” (adil, tengah-tengah,
terbaik) agar kalian menjadi saksi (syuhada’) bagi semua manusia, dan agar Rasul
(Muhammad SAW) menjadi saksi (syahid) juga atas kalian.” (Q. S. Al-
Baqarah:143). Umatan wasathan dalam ayat tersebut berarti “golongan atau
agama tengah”.
Kata “wasat” dalam ayat di atas, jika merujuk kepada tafsir klasik seperti al-
Tabari atau al-Razi, mempunyai tiga kemungkinan pengertian, yakni: umat yang
adil, tengah-tengah, atau terbaik. Ketiga pengertian itu, pada dasarnya, saling
berkaitan.
Sebagai istilah untuk penggolongan corak pemikiran dan gerakan istilah
“Islam moderat” diperlawankan dengan istilah lain, yaitu Islam radikal. Islam
moderat, dalam pengertian yang lazim kita kenal sekarang, adalah corak

14
pemahaman Islam yang menolak cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh
kalangan lain yang menganut model Islam radikal.
B. Sejarah dan perkembangan Islam Moderat.
Awal abad ke-20 ditandai lahirnya gerakan-gerakan Islam yang monumental
(kesan yang menimbulkan sesuatu yang besar). Gerakan Islam tersebut telah
mengukir tinta emas baik untuk kebangkitan Islam maupun pergerakan
perjuangan kemerdekaan di Indonesia, yang kemudian dikenal dengan organisasi
kemasyarakatan Islam. Namun, secara umum ormas-ormas Islam tersebut, lebih-
lebih pada dua organisasi Islam terbesar di negeri ini seperti Muhammadiyah
(berdiri tahun 1912) dan Nahdlatul Ulama (berdiri tahun 1926) tetap menjaga dan
memperkokoh posisi dan perannya dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan
dunia global sebagai kekuatan dakwah dan misi Islam sebagai rahmatan li‘l
‘alamin. Meskipun kini muncul gerakan-gerakan Islam yang tampak lebih
“memikat” hati sebagian umat dengan karakternya yang cenderung militan (penuh
semangat), skriptural (siakap yang melekat pada kitab suci), dan ideologis
(politik), namun secara umum keberadaan dan peran ormas-ormas Islam yang
lahir awal abad ke-20 itu tetap istiqamah dan memberi warna keseimbangan
sebagai kekuatan Islam moderat.[1]
Ahlussunah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten jejak langkah
yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. Dan membelanya. Diantara mereka ada
yang disebut “salaf”, yakni generasi awal mulai dari sahabat, tabiin, dan tabiin-
tabiin, dan ada juga yang disebut “ kholaf”, yaitu generasi yang datang kemudian.
Golongan ini adalah mayoritas umat Islam.
Dalam kajian Ilmu Klam, istilah Ahlussunah wal jama’ah banyak dipakai sejak
masa sahabat, sampai generasi berikutnya.[2] Dan salah satu pengikut aliran
Ahlussunah wal jama’ah adalah Nahdlatul Ulama, dalam muktamar NU di
Situbondo Jawa Timur 1984, dirumuskan watak dan karakter NU sebagai
organisasi ( jam’iyah) dan komunitas NU( jama’ah ), mempunyai sikap dan
kemasyarakatan dan budaya ( sosio-kultural ) yang : tawassuth ( moderat ),
tasamuh ( toleran ), dan tawazun ( harmoni ).[3]
Dengan demikian, bahwa moderenisasi yang berarti rasionalisasi untuk
memperoleh dayaguna dalam berpikir dan bekerja yang maksimal. Moderenisasi
berpikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnattullah ( hukum Illahi ) yang
haq.[4] NU yang berpegang teguh pada salah satu dari empat madzab, yaitu Imam
Syafi’i, Imam Hambali, Imam Abu Hanifah, dan Ahmad Bin Hambal, dan NU
yang berdiri di Surabaya pada 31 Januari 1926 dalam rapat alim ulama yang
diselenggarakan untuk memebentuk sebuah organisasi dan untuk mengirim utusan
ke Muktamar Islam di Makkah dengan tugas memperjuangkan hukum-hukum
ibadah empat madzhab tersebut.[5]
Modernitas atau kemoderenan atau sikap moderen yang tampaknya hanya
mengandung kegunaan praktis yang langsung, tapi pada hakekatnya mengandung

15
arti yang mendalam lagi, yaitu pendekatan kepada kebenaran yang mutlak, kepada
Allah SWT.[6]
C. Pemikiran Islam Moderat
Pemikiran dan gerakan Islam yang memperjuangkan moderasi Islam paling
tidak memiliki sembilan prinsip yang melandasi Islam moderat:
1.Al-Qur’an sebagai Kitab Terbuka
Al-Qur’an merupakan pedoman yang sangat sentral (pusat) dalam
kehidupan umat Islam. Dalam pengertian tekstualnya Al-Qur’an adalah teks suci
resmi dan tertutup. Artinya teks Al-Qur’an tidak akan berubah sejak masa
diturunkan sehingga akhir zaman. Dalam pengertian ini Islam moderat
memandang Al-Qur’an sebagai kitab terbuka. Islam moderat menolak pandangan
Al-Qur’an sebagai kitab tertutup yang memunculkan pemahaman terhadap Al-
Qur’an yang bersifat tekstualistik, yaitu pemahaman mengenai Islam yang
semata-mata mempertaruhkan segala-galanya pada bunyi atau huruf-huruf teks
(nash )keagamaan.
Prinsip Al-Qur’an sebagai kitab terbuka juga didasarkan pada suatu
pandangan bahwa kehidupan manusia selalu berubah, sementara teks-teks
keagamaan terbatas. Ajaran Islam berisikan ketentuan-ketentuan yang tetap
(tsawabit) dan sekaligus berisi hal-hal yang memungkinkan untuk berubah
(mutaghayirat) sesuai dengan perkembangan ruang dan waktu.
2. Keadilan
Konsep sentral Islam adalah tauhid dan keadilan. Keadilan merupakan ruh
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahkan, keadilan
dianggap oleh ahli ushul fiqh sebagai tujuan Syari’at. Dalam konteks ini Islam
lebih dari sekedar sebuah agama formal. Islam merupakan risalah (catatan-
catatan) yang agung bagi transformasi sosial, pembebasan, dan tantangan bagi
kepentingan-kepentingan pribadi. Semua ajaran Islam pada dasarnya bermuara
pada terwujdunya suatu kondisi kehidupan yang adil.
3. Kesetaraan
Islam berada di barisan paling depan membawa bendera kesetaraan (al-
musawah) harkat dan martabat manusia. Kesetaraan mengandaikan adanya
kehidupan umat manusia yang menghargai kesamaan asal-muasalnya sebagai
manusia dan kesamaan pembebasan dimana setiap manusia dikarunia akal untuk
berfikir. Kesetaraan merupakan landasan paradigmatik (kerangka berpikir)bdalam
meneguhkan visi Islam moderat. Salah satu misi dasar Islam adalah
menghancurkan sistem sosial yang diskriminatif (membeda-bedakan), dan
eksploitatif (sikap sewenang-wenang) terhadap kaum yang lemah.
4. Toleransi
Islam moderat juga dicirikan oleh keterbukaan terhadap keanekaragaman
pandangan. Sikap ini didasari oleh kenyataan bahwa perbedaan di kalangan umat
manusia adalah sebuah keniscayaan (Q.S Al-Kahfi: 29). Sesuai dengan sunatullah,

16
perbedaan antar manusia akan terus terjadi. Oleh karena itu pemaksaan dalam
berdakwah kepada mereka yang berbeda pandangan, baik dalam satu agama
maupun berbeda agama, tidak sejalan dengan semangat menghargai perbedaan
yang menjadi tuntunan Al-Qur’an.
5. Pembebasan
Agama sejatinya diturunkan ke bumi untuk mengatur dan menata
kesejahteraan manusia (limashalih al-ummat). Oleh karena itu agama semestinya
dipahami secara produktif sebagai sarana transformasi sosial. Segala bentuk
wacana pemikiran keislaman tidak seharusnya tidak menampilkan agama sebagai
sesuatu yang menakutkan. Sebaliknya pemikiran itu dilakukan dalam rangka
membebaskan akal, dan perilaku dan etika yang dapat membentuk kesalehan
sosial. Oleh karena itu sudah semestinya agama dijadikan sebagai kekuatan kritik,
dan bukan sebaliknya, anti kririk.
6. Kemanusiaan
Dalam pandangan Muslim moderat, Sejak awal kehadirannya, Islam
memperlihatkan tekad yang besar dalam upaya membangun masyarakat yang adil
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam pandangan Islam moderat,
Al-Qur’an mengajarkan bahwa manusia secara keseluruhan telah mendapat
kemuliaan (takrim) dari Allah SWT, tanpa membedakan agama, ras, warna kulit
dan sebagainya (QS. Al-Isra: 70).
7. Pluralisme
Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, Islam adalah agama damai dan
menyukai perdamaian. Dalam kerangka perdamaian itu Al-Qur’an memandang
fakta keanekaragaman agama sebagai kehendak Allah, sebagaimana juga Nabi
Muhammad sebagai seorang Rasul dari sebagian rasul yang di utus kepada umat
manusia. Perbedaan agama terjadi karena perbedaan millah yang dianut oleh
Islam, Kristen dan Yahudi. Dan agama yang berasal dari sumber yang sama yaitu
Tuhan.
8. Sensitifitas
Islam diturunkan oleh Allah sebagai penuntun (hadi), pembawa kabar
gembira (basyir) dan pembawa peringatan (nadzir) bagi umat manusia. Dengan
fungsi ini Islam mengakibatkan perubahan cara pandang pemelauknya terhadap
perempuan. Islam mendeklarasikan kesamaan hak dan kewajiban laki-laki dan
perempuan di hadapan Tuhan.
9. Non diskriminasi
Sejak awal kehadirannya Islam secara tegas menentang penindasan,
peminggiran dan ketidakadilan. Praktek teladan Nabi di Madinah dengan
membangun kesepakatan mengenai hak dan kewajiban yang sama diantara
kelompok-kelompok suku dan agama menunjukkan kesetaraan dan non
diskriminasi adalah prinsip sentral dalam Islam. Melalui prinsip kesetaraan dan

17
non diskriminasi diantara elemen masyarakat itulah Nabi membangun tatanan
masyarakat yang sangat modern dilihat dari ukuran zamannya.[7]
D. Memahami Pemikiran Islam Moderat
Islam moderat lebih dikenal sebagai bentuk lawan dari Islam fundamentalis
atau Islam garis tengah. Alasan utama dilahirkannya istilah Islam moderat oleh
para pendirinya adalah karena adanya Islam garis keras tersebut. Para pemeluk
Islam moderat menamakan diri mereka sebagai ummatan wasathan atau ummat
pertengahan, yakni kaum pertengahan yang ingin menampilkan nilai-nilai
kemoderatannya. Salah seorang tokoh Islam moderat dalam negeri yang cukup
dikenal adalah GusDur.
Tokoh ini sangat dikenal dengan nilai-nilai toleransi antar ummat
beragamanya, sehingga sangat dikenal sebagai tokoh Islam moderat. Kaum Islam
liberal kerap menggaung-gaungkan istilah Islam moderat tersebut sebagai bentuk
solusi antara ummat beragama yang sering mengalami pertikaian, terutama
kalangan muslim dan bukan muslim yang kerap mengalami perselisihan.
Menurut Deliar Noor, seorang penulis buku yang berjudul “Umat Islam dan
Masalah Modernisasi”. Modernisasi menuntut bangsa Indonesia untuk :
a. Memandang kedepan dan bukan memandang kebelakang.
b. Memiliki sikap dinamis dan aktif.
c. Memperhatikan waktu.
d. Memberikan penekanan pada rasionalitas, bukan pada perasaan atau perkiraan.
e. Mengembangkan sikap terbuka.
f. Memberikan prioritas pada prestasi pesonal
g. Memberikan perhatian yang lebih besar kepada masalah yang yang di hadapi saat
ini.
h. Melibatkan diri dalam pengajaran tujuan yang lebih penting dari tujuan
kelompok.[8]
Meskipun umat Islam merupakan 87 persen penduduk Indonesia, ide negara Islam
terus menerus dan konsisten ditolak. Bahkan, partai-partai Islam, kecuali di awal
pergerakan nasional, mulai dari masa penjajahan hingga masa kemerdekaan,
selalu mengalami kekalahan.[9]
E. Sisi positif dan negatif dari pemikiran Islam Moderat
Ketika kita dapat memahami cara berpikir dari kelompok Islam Moderat ini,
sepertinya sisi negatifnya hampir tidak ada, dikarenakan cara berpikir dari
kelompok ini dapat diterima olah akal dan pikiran. Sehingga masyarakat dapat
menerima dengan baik ajaran-ajaran yang ada dalam Islam Moderat. Dan dari segi
positifnya adalah, kelompok ini mempunyai watak keterbukaan atas pendapat-
pendapat dari pihak lain.
Perkembangan-perkembangan intelektual menghasilkan proposisi modernis yang
lebih lanjut, bahwa Islam telah menghasilkan suatu peradaban yang progresif dan

18
dalam kenyataannya telah menjadi instrumen dalam mengeluarkan abad moderen
dari kegelapan masa purba.[10]
F. Kritik terhadap Islam Moderat
Islam Moderat merupakan golongan agama yang mampu membuat sebuah
perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Yang dalam
ajarannya sangat bertentangan dengan Islam Radikal dan Liberal.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dari Barat merupakan tuntutan mutlak bagi
kaum modernis Muslim. Dan tampaknya tuntutan ini sudak banyak menampakkan
hasilnya. Dan secara perlahan kaum Muslim bangkit dan semakin mendapatkan
posisi di negara mereka masing-masing, termasuk di Indonesia.[11]

III. PENUTUP
A. SIMPULAN
Menyadari bahawa sebuah peradaban adalah perkembangan jaman dan
merupakan proses sebuah pelajaran, dan harus disadari pula bahawa Islam tidak
berada lagi pada jaman yang terdahulu. Maka islam harus mampu mengikuti dan
menyeimbangkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga akan tercipta
kehidupan yang harmonis yang mampu menciptakan perdamaian dunia. Dan yang
terpenting adalah terciptanya kehidupan yang di inginkan oleh seluruh umat
manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang telah selesai kami buat dengan judul : ISLAM
MODERAT”, apabila ada yang kuarng jelas dari makalah kami, kami siap untuk
menerima kritik dan saran dari teman-teman semua. Dan semoga makalah kami
dapat bermanfaat untuk semuanya. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
http://muhshodiq.wordpress.com/2008/10/15/kelahiran-islam-moderat-di-
indonesia/
Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunah Wal Jamaah, Jakarta : Lantabora
Press, 2005. Hlm 3-4
Nurcholish Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan, Bandung :
Mizan, 1998. Hlm 173

19
M. Sholikhin, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Rasail, 2005. Hlm 162
http://mukhsinjamil.blog.walisongo.ac.id/2013/12/20/islam-moderat/
Sholihan, Modernitas Postmodernitas Agama, Semarang : Wlisongo Press,
2008. Hlm 53
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 2010. Hlm
271
Fazlur Rahman, Islam, Bandung : Pustaka, 1997. Hlm 322

[1]http://muhshodiq.wordpress.com/2008/10/15/kelahiran-islam-moderat-di-
indonesia/
[2] Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunah Wal Jamaah, Jakarta : Lantabora
Press, 2005. Hlm 3-4
[3] Ibid. Kata pengantar
[4] Nurcholish Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan, Bandung :
Mizan, 1998. Hlm 173
[5] M. Sholikhin, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Rasail, 2005. Hlm 162
[6] Ibid. Hlm 175
[7]http://mukhsinjamil.blog.walisongo.ac.id/2013/12/20/islam-moderat/
[8] Sholihan, Modernitas Postmodernitas Agama, Semarang : Wlisongo Press,
2008. Hlm 53
[9] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 2010. Hlm 271
[10] Fazlur Rahman, Islam, Bandung : Pustaka, 1997. Hlm 322
[11] Sholihan, Modernitas Postmodernitas Agama, Semarang : Walisongo Press,
2008. Hlm 55

Makalah Islam Moderat


ISLAM MODERAT
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah : Tauhid
Dosen Pengampu : Bapak Mudhofi

20
Di susun oleh :
Ahmad Fasikhudin
Khoirul Fitri Amalia
Lailul Hana Pertiwi
Sri Maullasari
Susana Aditiya W.

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam sebuah kehidupan, bagi sebagian masyarakat di dunia, agama adalah
pedoman untuk menentukan arah yang harus di tuju dalam hidupnya. Dalam
kehidupan di dunia ini, hal yang paling penting adalah sebuah kedamaian jiwa dan
raga dalam bermasyarakat. Maka, ketika muncul perubahan-perubahan dalam
sebuah kehidupan, harus ada yang mengimbangi perubahan-perubahan tersebut
dalam konteks bergama dengan mengikuti pergerakan perubahan dalam situasi
dan kondisi global. Islam Moderat adalah ajaran yang mampu mengikuti
perkembangan jaman dan tidak meninggalkan ajaran ajaran sesudahnya.
Sehingga Islam Moderat merupakan agama yang mampu mengimbangi
pergerakan perubahan dalam kehidupan di dalam masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian Islam Moderat?
2. Bagaimana lahir dan berkembangya Islam Moderat?
3. Bagaimana pemikiran Islam Moderat?
4. Bagaiman pemahaman pemikiran Islam Moderat?
5. Bagaimana dampak positif dan negatif Islam Moderat?
6. Bagaiman kritik terhadap Islam Moderat?
C. TUJUAN RUMUSAN MASALAH
1. Mahasiswa mampu memahami dengan benar apa itu Islam Moderat.

21
2. Mahasiswa dapat mengetahui lahirnya dan bagaimana perkembangan Islam
Moderat.
3. Mahasiswa mampu mengetahui pemikiran-pemikiran yang di gunakan olah Islam
Moderat.
4. Mahasiswa mampu memahami pemikiran Islam Moderat.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dampak-dampak dari adanya Islam Moderat.
6. Dari semua tujuan rumusan maslah di atas, mahasiswa harus mampu mengkritik
dengan alasan yang jelas dan logis terhadap Islam moderat.

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam Moderat
Pengertian dari ‘Islam moderat’bukanlah tanpa konsep dan landasan. Justeru,
istilah itu muncul dengan dasar atau landasan teologis dan ontologis (sesuatu yang
bersifat konkret). Istilah Islam moderat ialah bagian dari ajaran Islam yang
universal. Istilah Islam moderat memiliki padanan dengan istilah Arab ummatan
wasathan atau al-din al-wasath. Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan
demikianlah Aku (Tuhan) jadikan kalian umat yang “wasat” (adil, tengah-tengah,
terbaik) agar kalian menjadi saksi (syuhada’) bagi semua manusia, dan agar Rasul
(Muhammad SAW) menjadi saksi (syahid) juga atas kalian.” (Q. S. Al-
Baqarah:143). Umatan wasathan dalam ayat tersebut berarti “golongan atau
agama tengah”.
Kata “wasat” dalam ayat di atas, jika merujuk kepada tafsir klasik seperti al-
Tabari atau al-Razi, mempunyai tiga kemungkinan pengertian, yakni: umat yang
adil, tengah-tengah, atau terbaik. Ketiga pengertian itu, pada dasarnya, saling
berkaitan.
Sebagai istilah untuk penggolongan corak pemikiran dan gerakan istilah
“Islam moderat” diperlawankan dengan istilah lain, yaitu Islam radikal. Islam
moderat, dalam pengertian yang lazim kita kenal sekarang, adalah corak
pemahaman Islam yang menolak cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh
kalangan lain yang menganut model Islam radikal.
B. Sejarah dan perkembangan Islam Moderat.
Awal abad ke-20 ditandai lahirnya gerakan-gerakan Islam yang monumental
(kesan yang menimbulkan sesuatu yang besar). Gerakan Islam tersebut telah
mengukir tinta emas baik untuk kebangkitan Islam maupun pergerakan
perjuangan kemerdekaan di Indonesia, yang kemudian dikenal dengan organisasi
kemasyarakatan Islam. Namun, secara umum ormas-ormas Islam tersebut, lebih-
lebih pada dua organisasi Islam terbesar di negeri ini seperti Muhammadiyah

22
(berdiri tahun 1912) dan Nahdlatul Ulama (berdiri tahun 1926) tetap menjaga dan
memperkokoh posisi dan perannya dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan
dunia global sebagai kekuatan dakwah dan misi Islam sebagai rahmatan li‘l
‘alamin. Meskipun kini muncul gerakan-gerakan Islam yang tampak lebih
“memikat” hati sebagian umat dengan karakternya yang cenderung militan (penuh
semangat), skriptural (siakap yang melekat pada kitab suci), dan ideologis
(politik), namun secara umum keberadaan dan peran ormas-ormas Islam yang
lahir awal abad ke-20 itu tetap istiqamah dan memberi warna keseimbangan
sebagai kekuatan Islam moderat.[1]
Ahlussunah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten jejak langkah
yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. Dan membelanya. Diantara mereka ada
yang disebut “salaf”, yakni generasi awal mulai dari sahabat, tabiin, dan tabiin-
tabiin, dan ada juga yang disebut “ kholaf”, yaitu generasi yang datang kemudian.
Golongan ini adalah mayoritas umat Islam.
Dalam kajian Ilmu Klam, istilah Ahlussunah wal jama’ah banyak dipakai sejak
masa sahabat, sampai generasi berikutnya.[2] Dan salah satu pengikut aliran
Ahlussunah wal jama’ah adalah Nahdlatul Ulama, dalam muktamar NU di
Situbondo Jawa Timur 1984, dirumuskan watak dan karakter NU sebagai
organisasi ( jam’iyah) dan komunitas NU( jama’ah ), mempunyai sikap dan
kemasyarakatan dan budaya ( sosio-kultural ) yang : tawassuth ( moderat ),
tasamuh ( toleran ), dan tawazun ( harmoni ).[3]
Dengan demikian, bahwa moderenisasi yang berarti rasionalisasi untuk
memperoleh dayaguna dalam berpikir dan bekerja yang maksimal. Moderenisasi
berpikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnattullah ( hukum Illahi ) yang
haq.[4] NU yang berpegang teguh pada salah satu dari empat madzab, yaitu Imam
Syafi’i, Imam Hambali, Imam Abu Hanifah, dan Ahmad Bin Hambal, dan NU
yang berdiri di Surabaya pada 31 Januari 1926 dalam rapat alim ulama yang
diselenggarakan untuk memebentuk sebuah organisasi dan untuk mengirim utusan
ke Muktamar Islam di Makkah dengan tugas memperjuangkan hukum-hukum
ibadah empat madzhab tersebut.[5]
Modernitas atau kemoderenan atau sikap moderen yang tampaknya hanya
mengandung kegunaan praktis yang langsung, tapi pada hakekatnya mengandung
arti yang mendalam lagi, yaitu pendekatan kepada kebenaran yang mutlak, kepada
Allah SWT.[6]
C. Pemikiran Islam Moderat
Pemikiran dan gerakan Islam yang memperjuangkan moderasi Islam paling
tidak memiliki sembilan prinsip yang melandasi Islam moderat:
1.Al-Qur’an sebagai Kitab Terbuka
Al-Qur’an merupakan pedoman yang sangat sentral (pusat) dalam
kehidupan umat Islam. Dalam pengertian tekstualnya Al-Qur’an adalah teks suci
resmi dan tertutup. Artinya teks Al-Qur’an tidak akan berubah sejak masa

23
diturunkan sehingga akhir zaman. Dalam pengertian ini Islam moderat
memandang Al-Qur’an sebagai kitab terbuka. Islam moderat menolak pandangan
Al-Qur’an sebagai kitab tertutup yang memunculkan pemahaman terhadap Al-
Qur’an yang bersifat tekstualistik, yaitu pemahaman mengenai Islam yang
semata-mata mempertaruhkan segala-galanya pada bunyi atau huruf-huruf teks
(nash )keagamaan.
Prinsip Al-Qur’an sebagai kitab terbuka juga didasarkan pada suatu
pandangan bahwa kehidupan manusia selalu berubah, sementara teks-teks
keagamaan terbatas. Ajaran Islam berisikan ketentuan-ketentuan yang tetap
(tsawabit) dan sekaligus berisi hal-hal yang memungkinkan untuk berubah
(mutaghayirat) sesuai dengan perkembangan ruang dan waktu.
2. Keadilan
Konsep sentral Islam adalah tauhid dan keadilan. Keadilan merupakan ruh
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahkan, keadilan
dianggap oleh ahli ushul fiqh sebagai tujuan Syari’at. Dalam konteks ini Islam
lebih dari sekedar sebuah agama formal. Islam merupakan risalah (catatan-
catatan) yang agung bagi transformasi sosial, pembebasan, dan tantangan bagi
kepentingan-kepentingan pribadi. Semua ajaran Islam pada dasarnya bermuara
pada terwujdunya suatu kondisi kehidupan yang adil.
3. Kesetaraan
Islam berada di barisan paling depan membawa bendera kesetaraan (al-
musawah) harkat dan martabat manusia. Kesetaraan mengandaikan adanya
kehidupan umat manusia yang menghargai kesamaan asal-muasalnya sebagai
manusia dan kesamaan pembebasan dimana setiap manusia dikarunia akal untuk
berfikir. Kesetaraan merupakan landasan paradigmatik (kerangka berpikir)bdalam
meneguhkan visi Islam moderat. Salah satu misi dasar Islam adalah
menghancurkan sistem sosial yang diskriminatif (membeda-bedakan), dan
eksploitatif (sikap sewenang-wenang) terhadap kaum yang lemah.
4. Toleransi
Islam moderat juga dicirikan oleh keterbukaan terhadap keanekaragaman
pandangan. Sikap ini didasari oleh kenyataan bahwa perbedaan di kalangan umat
manusia adalah sebuah keniscayaan (Q.S Al-Kahfi: 29). Sesuai dengan sunatullah,
perbedaan antar manusia akan terus terjadi. Oleh karena itu pemaksaan dalam
berdakwah kepada mereka yang berbeda pandangan, baik dalam satu agama
maupun berbeda agama, tidak sejalan dengan semangat menghargai perbedaan
yang menjadi tuntunan Al-Qur’an.
5. Pembebasan
Agama sejatinya diturunkan ke bumi untuk mengatur dan menata
kesejahteraan manusia (limashalih al-ummat). Oleh karena itu agama semestinya
dipahami secara produktif sebagai sarana transformasi sosial. Segala bentuk
wacana pemikiran keislaman tidak seharusnya tidak menampilkan agama sebagai

24
sesuatu yang menakutkan. Sebaliknya pemikiran itu dilakukan dalam rangka
membebaskan akal, dan perilaku dan etika yang dapat membentuk kesalehan
sosial. Oleh karena itu sudah semestinya agama dijadikan sebagai kekuatan kritik,
dan bukan sebaliknya, anti kririk.
6. Kemanusiaan
Dalam pandangan Muslim moderat, Sejak awal kehadirannya, Islam
memperlihatkan tekad yang besar dalam upaya membangun masyarakat yang adil
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam pandangan Islam moderat,
Al-Qur’an mengajarkan bahwa manusia secara keseluruhan telah mendapat
kemuliaan (takrim) dari Allah SWT, tanpa membedakan agama, ras, warna kulit
dan sebagainya (QS. Al-Isra: 70).
7. Pluralisme
Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, Islam adalah agama damai dan
menyukai perdamaian. Dalam kerangka perdamaian itu Al-Qur’an memandang
fakta keanekaragaman agama sebagai kehendak Allah, sebagaimana juga Nabi
Muhammad sebagai seorang Rasul dari sebagian rasul yang di utus kepada umat
manusia. Perbedaan agama terjadi karena perbedaan millah yang dianut oleh
Islam, Kristen dan Yahudi. Dan agama yang berasal dari sumber yang sama yaitu
Tuhan.
8. Sensitifitas
Islam diturunkan oleh Allah sebagai penuntun (hadi), pembawa kabar
gembira (basyir) dan pembawa peringatan (nadzir) bagi umat manusia. Dengan
fungsi ini Islam mengakibatkan perubahan cara pandang pemelauknya terhadap
perempuan. Islam mendeklarasikan kesamaan hak dan kewajiban laki-laki dan
perempuan di hadapan Tuhan.
9. Non diskriminasi
Sejak awal kehadirannya Islam secara tegas menentang penindasan,
peminggiran dan ketidakadilan. Praktek teladan Nabi di Madinah dengan
membangun kesepakatan mengenai hak dan kewajiban yang sama diantara
kelompok-kelompok suku dan agama menunjukkan kesetaraan dan non
diskriminasi adalah prinsip sentral dalam Islam. Melalui prinsip kesetaraan dan
non diskriminasi diantara elemen masyarakat itulah Nabi membangun tatanan
masyarakat yang sangat modern dilihat dari ukuran zamannya.[7]
D. Memahami Pemikiran Islam Moderat
Islam moderat lebih dikenal sebagai bentuk lawan dari Islam fundamentalis
atau Islam garis tengah. Alasan utama dilahirkannya istilah Islam moderat oleh
para pendirinya adalah karena adanya Islam garis keras tersebut. Para pemeluk
Islam moderat menamakan diri mereka sebagai ummatan wasathan atau ummat
pertengahan, yakni kaum pertengahan yang ingin menampilkan nilai-nilai
kemoderatannya. Salah seorang tokoh Islam moderat dalam negeri yang cukup
dikenal adalah GusDur.

25
Tokoh ini sangat dikenal dengan nilai-nilai toleransi antar ummat
beragamanya, sehingga sangat dikenal sebagai tokoh Islam moderat. Kaum Islam
liberal kerap menggaung-gaungkan istilah Islam moderat tersebut sebagai bentuk
solusi antara ummat beragama yang sering mengalami pertikaian, terutama
kalangan muslim dan bukan muslim yang kerap mengalami perselisihan.
Menurut Deliar Noor, seorang penulis buku yang berjudul “Umat Islam dan
Masalah Modernisasi”. Modernisasi menuntut bangsa Indonesia untuk :
a. Memandang kedepan dan bukan memandang kebelakang.
b. Memiliki sikap dinamis dan aktif.
c. Memperhatikan waktu.
d. Memberikan penekanan pada rasionalitas, bukan pada perasaan atau perkiraan.
e. Mengembangkan sikap terbuka.
f. Memberikan prioritas pada prestasi pesonal
g. Memberikan perhatian yang lebih besar kepada masalah yang yang di hadapi saat
ini.
h. Melibatkan diri dalam pengajaran tujuan yang lebih penting dari tujuan
kelompok.[8]
Meskipun umat Islam merupakan 87 persen penduduk Indonesia, ide negara Islam
terus menerus dan konsisten ditolak. Bahkan, partai-partai Islam, kecuali di awal
pergerakan nasional, mulai dari masa penjajahan hingga masa kemerdekaan,
selalu mengalami kekalahan.[9]
E. Sisi positif dan negatif dari pemikiran Islam Moderat
Ketika kita dapat memahami cara berpikir dari kelompok Islam Moderat ini,
sepertinya sisi negatifnya hampir tidak ada, dikarenakan cara berpikir dari
kelompok ini dapat diterima olah akal dan pikiran. Sehingga masyarakat dapat
menerima dengan baik ajaran-ajaran yang ada dalam Islam Moderat. Dan dari segi
positifnya adalah, kelompok ini mempunyai watak keterbukaan atas pendapat-
pendapat dari pihak lain.
Perkembangan-perkembangan intelektual menghasilkan proposisi modernis yang
lebih lanjut, bahwa Islam telah menghasilkan suatu peradaban yang progresif dan
dalam kenyataannya telah menjadi instrumen dalam mengeluarkan abad moderen
dari kegelapan masa purba.[10]
F. Kritik terhadap Islam Moderat
Islam Moderat merupakan golongan agama yang mampu membuat sebuah
perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Yang dalam
ajarannya sangat bertentangan dengan Islam Radikal dan Liberal.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dari Barat merupakan tuntutan mutlak bagi
kaum modernis Muslim. Dan tampaknya tuntutan ini sudak banyak menampakkan
hasilnya. Dan secara perlahan kaum Muslim bangkit dan semakin mendapatkan
posisi di negara mereka masing-masing, termasuk di Indonesia.[11]

26
III. PENUTUP
A. SIMPULAN
Menyadari bahawa sebuah peradaban adalah perkembangan jaman dan
merupakan proses sebuah pelajaran, dan harus disadari pula bahawa Islam tidak
berada lagi pada jaman yang terdahulu. Maka islam harus mampu mengikuti dan
menyeimbangkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga akan tercipta
kehidupan yang harmonis yang mampu menciptakan perdamaian dunia. Dan yang
terpenting adalah terciptanya kehidupan yang di inginkan oleh seluruh umat
manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang telah selesai kami buat dengan judul : ISLAM
MODERAT”, apabila ada yang kuarng jelas dari makalah kami, kami siap untuk
menerima kritik dan saran dari teman-teman semua. Dan semoga makalah kami
dapat bermanfaat untuk semuanya. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
http://muhshodiq.wordpress.com/2008/10/15/kelahiran-islam-moderat-di-
indonesia/
Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunah Wal Jamaah, Jakarta : Lantabora
Press, 2005. Hlm 3-4
Nurcholish Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan, Bandung :
Mizan, 1998. Hlm 173
M. Sholikhin, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Rasail, 2005. Hlm 162
http://mukhsinjamil.blog.walisongo.ac.id/2013/12/20/islam-moderat/
Sholihan, Modernitas Postmodernitas Agama, Semarang : Wlisongo Press,
2008. Hlm 53
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 2010. Hlm
271
Fazlur Rahman, Islam, Bandung : Pustaka, 1997. Hlm 322

27
[1]http://muhshodiq.wordpress.com/2008/10/15/kelahiran-islam-moderat-di-
indonesia/
[2] Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunah Wal Jamaah, Jakarta : Lantabora
Press, 2005. Hlm 3-4
[3] Ibid. Kata pengantar
[4] Nurcholish Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan, Bandung :
Mizan, 1998. Hlm 173
[5] M. Sholikhin, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Rasail, 2005. Hlm 162
[6] Ibid. Hlm 175
[7]http://mukhsinjamil.blog.walisongo.ac.id/2013/12/20/islam-moderat/
[8] Sholihan, Modernitas Postmodernitas Agama, Semarang : Wlisongo Press,
2008. Hlm 53
[9] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 2010. Hlm 271
[10] Fazlur Rahman, Islam, Bandung : Pustaka, 1997. Hlm 322
[11] Sholihan, Modernitas Postmodernitas Agama, Semarang : Walisongo Press,
2008. Hlm 55

28

Anda mungkin juga menyukai