Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
parenteral digunakan untuk pasien yang tidak dapat menelan atau mengabsorbsi
tambahan kebutuhan nutrisi pasien jika kalori dalam jumlah yang cukup tidak
dapat diberikan secara enteral (Ansel dan Prince, 2004). Pemberian nutrisi
digunakan infus dari lemak yang merupakan emulsi minyak kacang kedelai yang
distabilkan dengan fosfolipid kuning telur yang terbukti secara klinis aman dan
efektif sebagai sumber kalori dan asam lemak esensial (Burgess, 2005). Emulsi
tipe m/a dan a/m/a digunakan untuk rute intravena (Mestres dan Nielloud, 2002).
Jenis nutrisi parenteral total terdiri atas dua yaitu nutrisi parenteral total periferal
diberikan melalui akses perifer. Nutrisi parenteral total perifer digunakan untuk
6
Universitas Sumatera Utara
memberi nutrisi kepada pasien dalam waktu yang singkat (7-10 hari). Apabila
nutrisi parenteral total dibutuhkan dalam jangka waktu yang lebih panjang maka
larutan lemak ditambahkan. Hal ini bertujuan untuk memberikan energi lebih dan
mencegah kekurangan asam lemak esensial (Holman, 1987; Jauch, et al., 2009).
untuk diberikan emulsi lemak intravena yang isotonis dan larutan dekstrosa
hipokalori (contoh, dekstrosa 10%) (Isaacs, et al., 1977). Vena akses perifer yang
sering digunakan adalah vena metacarpal, dorsal venous arch, vena sefalik dan
Gambar 2.2 Vena akses perifer pada permukaan lengan (Scales, 2005)
7
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Nutrisi Parenteral Total Sentral
osmolaritas tinggi dan volume larutan yang lebih banyak dapat diberikan pada
satu waktu. Pemberian sentral menggunakan suatu tipe tube kateter yang dipasang
pada vena dibawah tulang selangka (vena jugularis atau vena subklavian) setelah
dioperasi. Apabila jarum suntik berada didalam tubuh, di bawah kulit, selalu
Infeksi ini bersifat sangat serius. Jika infeksi terjadi, selang infus yang dipasang
harus dikeluarkan dan nutrisi pasien dihentikan (Holman, 1987; Payne-James dan
Khawaja, 1993).
Emulsi lemak intravena digunakan sebagai sumber lemak, nutrisi dan kalori,
mencegah kekurangan asam lemak esensial (asam linoleat dan asam α-linolenat
yang tidak dapat disintesis tubuh) yang terjadi ketika nutrisi parenteral diberikan
selama tiga minggu tanpa lemak (Bartlett, 2014; Waitzberg, et al., 2006; Seidner,
et al., 1989).
trigliserida dan komponen lain dari emulsi lemak membentuk kilomikron buatan,
yang dihidrolisis tubuh menjadi asam lemak bebas dan sisa partikel kecil diambil
oleh hati (Wanten dan Calder, 2007; Atkinson dan Worthley, 2003; Kumpf,
8
Universitas Sumatera Utara
memprosesnya sedikit dapat menyebabkan hiperlipidemia dan kerusakan hati
(Wanten dan Calder, 2007; Kumpf, 2006; Waitzberg, et al., 2006). Emulsi lemak
intravena harus diberikan hati-hati kepada pasien sepsis dan kondisi klirens hati
adalah sediaan steril dengan kandungan lemak 10%, 20% atau 30% dalam
pembawa berair. Fase air mengandung 0,6-1,8% fosfolipid telur parenteral, bahan
osmotik seperti gliserin dengan jumlah 1,7-2,5% atau bahan penstabil yang lain
seperti garam asam lemak dan emulsi ini mempunyai pH 6-9. Ukuran droplet
droplet diameter (MDD) dimana ukurannya harus kurang dari 500 nm atau 0,5
µm. Globul lemak yang besar dari fase terdispersi dinyatakan sebagai persentase
residu lemak dalam globul yang lebih besar dari 5 µm harus tidak lebih dari
0,05%. Pengukuran globul besar dilakukan dengan metode light obstruction atau
diameter rata-rata dari droplet <1 µm, distribusi droplet yang homogen, tegangan
akibat droplet lemak yang besar (Moynihan dan Crean, 2009). Ukuran droplet
mempunyai indikasi berupa bantuan nutrisi untuk pra dan paska operasi, penyakit
saluran cerna akut dan kronik, penyakit yang melemahkan fisik, luka bakar dan
9
Universitas Sumatera Utara
trauma serta kondisi yang tidak sadar dalam waktu yang lama. Intralipid 20%
1,2%, gliserin 2,2%, natrium hidroksida untuk mengatur pH ±8 dan air untuk
2.3 Emulsi
Emulsi adalah suatu sistem heterogen, campuran dari dua atau lebih cairan
zat ko-pengemulsi dan zat tambahan lain untuk mencegah terjadinya koalesensi
2.3.2Tipe emulsi
Fase cairan dalam emulsi bersifat polar sedangkan yang lainnya umumnya
lingkungan yang berair, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air (m/a). ketika
minyak berperan sebagai fase kontinu, maka emulsi ini merupakan tipe air dalam
minyak (a/m) (Martin, 2011). Terdapat tipe emulsi dalam emulsi, yang dapat
berupa minyak dalam air dalam minyak (m/a/m) atau air dalam minyak dalam air
10
Universitas Sumatera Utara
(a/m/a). Emulsi tipe ini disiapkan dengan mendispersikan emulsi a/m dalam
larutan berair untuk membentuk emulsi a/m/a atau dengan mendispersikan emulsi
1. Sejumlah kecil pewarna larut air seperti metilen biru atau biru brilian FCF
dapat mewarnai emulsi. Jika air adalah fase luar (contoh tipe emulsi m/a),
pewarna akan larut dan secara seragam berdifusi diseluruh air. Jika emulsi
adalah tipe a/m, partikel dari pewarna akan menggumpal pada bagian
permukaan.
2. Teknik kedua meliputi pengenceran emulsi dengan air. Jika emulsi bercampur
dicelupkan ke dalam emulsi. Jika fase luarnya adalah air maka jarum voltmeter
akan bergerak atau menyebabkan bola lampu menyala. Jika emulsi tersebut
memiliki fase luar minyak, maka emulsi akan gagal menghantarkan arus listrik
(Martin, 2011).
warna yang keruh atau tidak tembus cahaya (buram) secara visual (McClements
11
Universitas Sumatera Utara
2. Mikroemulsi
bersifat transparan dari suatu sistem bifasik m/a yang distabilkan surfaktan (dalam
(0,01 µm) sampai 1000 Å (0,1 µm) (Ansel, 2011; Singh, et al., 2014; Burgess,
2005; Kemken, et al., 1992). Mikroemulsi a/m dan m/a dapat terbentuk secara
spontan dengan mengaduk fase minyak dan air dengan surfaktan yang dipilih
secara hati-hati. Tipe emulsi yang dihasilkan tergantung sifat minyak dan
yang transparan dari banyak minyak, termasuk minyak yang beraroma dan
3. Nanoemulsi
secara visual jernih yang terdiri dari dua larutan yang tidak dapat bercampur (air
dan minyak) untuk membentuk fase tunggal dengan menggunakan surfaktan dan
ko-surfaktan yang sesuai dan memiliki diameter droplet dengan ukuran 0,5-100
nm (Shah, et al., 2010; Mishra, et al., 2014; McClements dan Rao, 2011).
terdapat di dalam hati. Laju klirens dari makrofag meningkat apabila ukuran
droplet semakin besar atau meningkatnya muatan permukaan, baik positif atau
negatif. Oleh karena itu, droplet emulsi yang distabilkan dengan surfaktan
12
Universitas Sumatera Utara
nonionik mempunyai klirens yang lebih lambat daripada droplet yang distabilkan
1. Sediaan depot lepas lama yang diberikan secara intramuskular, contoh : Injeksi
vitamin K1.
2. Emulsi nutrien minyak dalam air (m/a) yang diberikan secara intravena, contoh
A. Adsorpsi monomolekuler
terdispersi dilapisi oleh lapisan tunggal yang koheren yang menghambat dua
tetesan ketika satu sama lain berdekatan. Lapisan selaput tersebut bersifat
fleksibel sehingga mampu terbentuk kembali dengan cepat jika pecah atau
Hal ini menyebabkan secara praktek, lebih sering digunakan penggabungan bahan
Dalam teori ini, contoh bahan pengemulsi adalah koloid liofilik terhidrasi.
sintetis. Koloid ini aktif pada permukaan karena tampak pada antarmuka minyak-
air. Koloid ini berbeda dari bahan aktif permukaan sintetis, yaitu:
13
Universitas Sumatera Utara
b. Zat ini membentuk suatu lapisan multimolekuler dan bukan lapisan
Kerja koloid ini sebagai bahan pengemulsi disebabkan oleh efek yang kedua
karena selaput yang terbentuk kuat dan mencegah koalesensi. Efek pembantu dari
emulsi m/a.
Partikel padat yang terbagi halus yang dibasahi hingga derajat tertentu oleh
minyak dan air dapat bekerja sebagai bahan pengemulsi. Hal ini disebabkan
mencegah koalesensi. Serbuk yang lebih mudah dibasahi dengan air membentuk
emulsi m/a, sedangkan yang mudah dibasahi dengan minyak membentuk emulsi
a. Bahan karbohidrat, seperti gom, tragakan, agar dan pektin. Bahan-bahan ini
c. Alkohol dengan berat molekul yang tinggi,seperti alkohol stearat, setil alkohol,
dan gliseril monostearat. Umumnya bahan ini digunakan sebagai pengental dan
14
Universitas Sumatera Utara
penstabil emulsi m/a dari beberapa lotion dan salep yang digunakan secara
d. Bahan pembasah, dapat berupa anionik, kationik atau nonionik yang diadsorpsi
e. Partikel padat yang terdistribusi halus, dimana bahan ini akan diadsorpsi pada
bagian antarmuka antara dua fase cair yang tidak bercampur dan membentuk
Martin, 2011).
bagian antarmuka dan aktivitas biologis (Iriart, et al., 2011). Secara umum, suatu
emulsi dikatakan tidak stabil secara fisika apabila fase internal membentuk
agregat globul bergerak ke bagian atas atau bawah emulsi untuk membentuk
lapisan terkonsentrasi serta jika semua atau sebagian cairan dari fase internal
memisah dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada bagian atas atau bawah
penampilan fisik, bau, warna dan sifat fisik lainnya (Martin, 2011).
membentuk agregat yang besar yang masih dapat diredispersi. Prosesnya bersifat
15
Universitas Sumatera Utara
reversibel dimana tetesan-tetesan minyak tetap utuh. Flokulasi dianggap
merupakan awal dari proses koalesensi (Banker dan Rhodes, 2002). Agregasi
terjadi tergantung terhadap massa jenis fase terdispersi dan fase kontinyu
(Gennaro, 2001; Langley dan Belcher, 2008). Proses ini bersifat reversibel tetapi
(Ansel, 2011).
partikel dari fase terdispersi, perbedaan densitas antara kedua fase dan viskositas
fase eksternal. Dari hukum ini, dapat diketahui cara-cara yang digunakan untuk
partikel dikurangi hingga diameter dibawah 2 hingga 5 µm, gerak Brown pada
mengkrim lebih lambat dari yang diperkirakan dengan hukum Stokes. Selain itu,
dapat dilakukan dengan mengatur densitas fase eksternal dan internal hingga
memiliki nilai yang sama. Akan tetapi, perubahan suhu dapat menyebabkan
2.3.7.3 Koalesensi
jumlah globul lemak dan pemisahan dua fase yang tidak bercampur. Koalesensi
16
Universitas Sumatera Utara
terjadi karena pelindung mekanik atau elektrik tidak cukup untuk mencegah
viskositas dari selaput tipis emulsi antarmuka sehingga droplet yang satu susah
Suatu emulsi dikatakan inversi karena berubah dari emulsi m/a menjadi a/m
fase-volume dan ketika emulsi disiapkan dengan pemanasan serta mencampur dua
melapisi partikel telah rusak dan minyak cenderung menyatu (Martin, 2011).
meliputi lemak, bahan pengemulsi dan fase air. Salah satu emulsi lemak intravena
17
Universitas Sumatera Utara
adalah Intralipid 20%. Intralipid 20% mengandung minyak kedelai yang
sebagai bahan pengemulsi, gliserin 2,2% dan air untuk injeksi sebagai fase air.
2.3.8.1 Lemak
seperti peroksida, pigmen, hasil dekomposisi dan bahan yang tidak dapat
lemak tidak jenuh rantai panjang adalah senyawa reaktif yang dapat berubah
menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak terjadi melalui ikatan lemak dengan
menyebabkan ketidakstabilan dan kerusakan membran sel yang luas (Sulastri dan
Keswani, 2009). Adanya bahan yang tidak dapat disaponifikasi di dalam lemak
kedelai, minyak bunga matahari, minyak wijen dan minyak jarak. Trigliserida
tinggi, asam lemak esensial seperti asam linoleat (ω-6 PUFA)dan asam α-linolenat
(ω-3 PUFA), vitamin E dan vitamin K (Johnson, et al., 1990; Waitzberg, et al.,
18
Universitas Sumatera Utara
2006; Carpentier dan Dupont, 2000). Emulsi lemak yang mengandung LCT hanya
pada jaringan adiposa. Kandungan yang tinggi dari ω-6 PUFA telah menimbulkan
perhatian ketika lemak ini diberikan secara tunggal kepada pasien yang sakit kritis
dan pasien dengan fungsi imun yang lemah, sepsis dan trauma (Carpentier dan
faktor nekrosis tumor α dan interleukin-6 (de Meijer, et al., 2009;Fϋrst dan Kuhn,
banyaknya ikatan rangkap pada ω-6 PUFA dan ω-3 PUFA, menyebabkan lemak
lemak dan protein (Calder, et al., 2010; Waitzberg, et al., 2006). Tambahan pula,
fitosterol, suatu isomer dari kolesterol dan komponen lain dari minyak kedelai,
dapat menyebabkan efek samping terhadap fungsi hati. (de Meijer, et al., 2009;
tinggi, sedikit akumulasi pada jaringan adiposa dan hati, klirens yang cepat dan
resisten terhadap peroksidasi (Calder, et al., 2010; Ulrich, et al., 1996; Keenoy, et
al., 2002). MCT juga tidak menyebabkan sintesis mediator pro-inflamasi dan
1992). Oksidasi MCT lebih cepat dan lebih lengkap daripada LCT sehingga lebih
19
Universitas Sumatera Utara
cepat menghasilkan energi. Akan tetapi, pemecahan MCT mungkin menyebabkan
kondisi klinis yang memburuk dengan kejadian asidosis atau ketosis (Fϋrst dan
Kuhn, 2000; Waitzberg, et al., 2006). MCT bukan merupakan sumber asam lemak
penggunaan energi dan menginduksi toksisitas pada sistem saraf pusat (Bach, et
al., 1988).
Minyak kedelai merupakan minyak yang kaya akan omega 3 dan omega 6
dalam serum serta berperan dalam mencegah aterosklerosis dan penyakit jantung
Fraksi lemak dari biji kedelai mengandung asam lemak dengan rantai jenuh
yang banyak (polyunsaturated fatty acids) seperti asam linoleat dan asam
linolenat serta asam lemak yang terdapat satu rantai jenuh-asam oleat yang tinggi.
Fraksi lemak dari biji kedelai mengandung asam lemak sekitar 80%, 50% dari
asam lemak tersebut adalah asam linolenat. Kandungan asam lemak pada minyak
20
Universitas Sumatera Utara
2.3.8.2 Bahan pengemulsi
antarmuka dari sistem dan menyediakan muatan permukaan yang cukup untuk
Lesitin alami, yang diperoleh dari kuning telur, telah digunakan untuk
lemak alami (Floyd, 1999). Walaupun demikian, hidrolisis dari lesitin alami
dan R2 pada Gambar 2.5 adalah asam lemak yang dapat berbeda ataupun sama
(Rowe, et al., 2009). Umumnya asam lemak pada fosfolipid kuning telur
mengandung asam lemak polyunsaturated dari n-6 dan n-3, terutama asam
arakidonat dan asam dokosaheksaenoat; selain itu juga mengandung asam linoleat
dan asam oleat. Asam lemak jenuh yang terkandung berupa asam palmitat dan
stearat. Posisi asam lemak jenuh umumnya pada posisi sn-1 sedangkan asam
21
Universitas Sumatera Utara
lemak tidak jenuh pada posisi sn-2 (Li, et al., 2015;Tattrie, 1959). Sebagian bahan
dari fosfolipid yang telah dimurnikan selain lesitin mencakup asam fosfatidat,
22
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11 Struktur asam stearat (McMurry, 2008)
akibat menghasilkan asam lemak bebas (Floyd, 1999; Hansrani, et al., 1983).
23
Universitas Sumatera Utara
2.3.9 Proses pembuatan emulsi lemak injeksi
Bahan yang larut dalam air dan larut dalam lemak dilarutkan dalam fase
air dan fase minyak. Bahan pengemulsi, seperti fosfatida, didispersikan dalam fase
air atau minyak. Kedua fase kemudian dipanaskan dan diaduk agar bahan
membentuk emulsi dengan dispersi kasar homogen (Floyd, 1999; Hansrani, et al.,
optimal, suhu dan jumlah siklus untuk mengurangi ukuran droplet dan
membentuk emulsi baik (Washington dan Davis, 1988; Innocente, et al., 2009).
Proses pembuatan emulsi lemak injeksi dapat dilihat pada Gambar 2.15.
24
Universitas Sumatera Utara
2.4 Larutan Elektrolit
kation dan anion yang ekivalen. Terdapat banyak elektrolit yang penting secara
fisiologi, berupa Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO3-. Elektrolit dan beberapa
komponen bermuatan (seperti protein) terdistribusi tidak merata pada cairan tubuh
(Barret, et al., 2010). Ion-ion ini dinyatakan dalam mEq/L. Kebanyakan elektrolit
mempunyai fungsi fisiologis yang lebih dari satu; umumnya beberapa elektrolit
bekerja sama untuk memediasi peristiwa kimia. Peranan fisiologi elektrolit berupa
dikemas dalam 500 ml dan mempunyai nilai osmolaritas 308 mOsm/L yang setara
dengan ion natrium (Na+) 154 mEq/L dan klorida (Cl-) 154 mEq/L. pH infus
dibutuhkan tubuh adalah 135 sampai 145 mEq/L. Fungsi fisiologis natrium
dalam sel ketika kalium berpindah keluar sel akibat depolarisasi (aktivitas sel).
Ketika natrium berpindah keluar sel, kalium berpindah kembali ke dalam sel.
Proses ini disebut repolarisasi (aktivitas enzim) (Philips dan Gorski, 2014).
25
Universitas Sumatera Utara
Fungsi utama natrium adalah mempertahankan volume cairan
tidak dapat melewati dinding sel membran dengan mudah (Philips, dan Gorski,
2014). Selain itu, natrium juga berperan dalam mengatur tekanan darah. Banyak
proses pada tubuh seperti otak, sistem saraf dan otot berfungsi apabila adanya
Larutan Ringer (PT. Widatra Bhakti) yang ada di pasaran dikemas dalam
500 ml mengandung 4,3 gram natrium klorida (NaCl), 0,15 gram kalium klorida
(KCl), 0,165 gram kalsium klorida (CaCl2.H2O) serta air untuk injeksi dengan
osmolaritas 311 mOsm/L yang setara dengan ion natrium (Na+) 147,1 mEq/L,
kalium (K+) 4 mEq/L, kalsium (Ca++) 4,5 mEq/L dan klorida (Cl-) 155,6 mEq/L.
Larutan Ringer adalah cairan dan elektrolit yang mengisi kembali cairan sel,
Secara normal, kalium yang dibutuhkan tubuh adalah 3,5 sampai 5 mEq/L.
meliputi pengaturan volume cairan pada sel; menyebabkan transmisi impuls saraf;
26
Universitas Sumatera Utara
keseimbangan asam-basa; ketika kalium berpindah keluar dari sel, H+ berpindah
ke dalam dan sebaliknya; peranan dalam aksi enzim untuk produksi energi seluler.
Secara normal, kalsium yang dibutuhkan tubuh adalah 4,5 sampai 5,5
Pencampuran ini menyebabkan inkompatibilitas dan tidak aktifnya satu atau lebih
bahan obat atau timbulnya reaksi yang tidak diinginkan. Laporan kematian pasien
oleh pengendapan yang disebabkan oleh campuran dua bahan obat yang
inkompatibel. Terdapat dua jenis inkompatibilitas yaitu yang dapat diamati secara
visual dan yang tidak dapat diamati secara visual. Secara ideal, kombinasi obat-
obat parenteral tidak boleh diberikan kecuali telah dipelajari efek dan keamanan
kombinasi keduanya. Akan tetapi, kondisi ideal ini tidak mungkin terjadi. Oleh
karena itu, farmasis bertanggung jawab terhadap aspek fisika, kimia dan terapetik
27
Universitas Sumatera Utara
2.6 Pencampuran Larutan Elektrolit dan Emulsi Lemak Intravena
mengalami malnutrisi parah dan tidak sadar diri dapat diberikan infus larutan
glukosa 10% (WHO, 1999). Infus larutan glukosa dapat meningkatkan glukosa
darah dan menghasilkan panas. Emulsi lemak intravena juga dapat meningkatkan
penghasilan panas pada tubuh, sebagai sumber energi dan mencegah kekurangan
asam lemak esensial (Green dan Macdonald, 1981; FDA, 2007). Pemberian lemak
glukosa dalam jumlah yang tinggi (Innis, 2002). Komplikasi metabolik infus
yaitu Na+ (20-80 mmol/L); K+ (20-60 mmol/L); Ca2+ (2-5 mmol/L); Mg2+ (0,6-
3,5%), fosfat (2,5-15 mmol/L); Cl- (0-130 mmol/L); asetat (0-100 mmol/L); Zn2+
28
Universitas Sumatera Utara
2.7 Inkompatibilitas secara Parenteral
obat dengan larutan, wadah atau obat lainnya (Philips dan Gorski, 2014). Terdapat
(Scoville, 2013).
dan pembentukan gas) dan yang tidak dapat diamati (pembentukan partikel-
partikel yang tidak dapat diamati secara visual dan variasi pH) (Nagaraju, et.al.,
2015; Gikic, et al., 2000; Felton, 2013; Foinard,. et al., 2013). Inkompatibilitas
secara fisika dapat diamati dengan mengetahui sifat kimia dari bahan yang
asam lemah, seperti fenitoin natrium atau fenobarbital natrium yang mengendap
dalam bentuk asam bebas ketika diberikan bersamaan dengan cairan yang bersifat
asam, garam kalsium mengendap ketika ditambahkan medium basa dan obat yang
dengan larutan berair karena diazepam kurang larut di dalam air (Felton, 2013).
terapetik (Foinard, 2013; Felton, 2013; Philips dan Gorski, 2014). Degradasi tidak
selamanya bersifat dapat diamati tetapi reaksi obat atau larutan obat menghasilkan
perubahan yang berkaitan dengan keutuhan atau potensi obat (Nagaraju, et.al.,
29
Universitas Sumatera Utara
Inkompatibilitas terapetik adalah pencampuran yang sulit untuk diamati
sebab menghasilkan aktivitas terapetik yang antagonis atau sinergis. Contoh obat
Tabel 2.2 memberikan contoh reaksi obat yang inkompatibel dan Tabel 2.3
Tabel 2.2 Contoh reaksi obat yang inkompatibel (Bentley, et al., 2015).
30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Daftar obat yang tidak kompatibel dengan emulsi lemak intravena
(NCCU, 2011).
Obat A Obat B
Acyclovir
Amfoterisin B
Ampisilin
Kalsium klorida
Kalsium glukonat
Ciprofloxacin
Diazepam
Emulsi lemak intravena Furosemid
Heparin (> 1unit/ mL)
Indometasin
Garam magnesium
Midazolam
Fenitoin
Natrium bikarbonat
Sulfametoksazol/Trimetoprim
Particle size analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengukur ukuran
partikel dari bentuk sediaan larutan, suspensi, emulsi dan aerosol. Particle size
analyzer mempunyai beberapa teknik yaitu teknik laser diffraction, dynamic light
scattering dan image analysis (Horiba, 2010). Teknik dynamic light scattering
partikel akibat adanya gerak Brown. Intensitas diukur pada sudut tertentu
(umumnya 90o) dengan detektor sesuai yang dapat mendeteksi hamburan cahaya
yang cepat dari tetesan lemak yang tersuspensi atau mengalami difusi (USP,
31
Universitas Sumatera Utara
Brown. Semakin kecil partikel, semakin cepat gerak Brown. Viskositas dan
pangkat enam (d6) yang sesuai dengan teori Rayleigh. Kecepatan gerak Brown
𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑑𝑑(𝐻𝐻) =
3𝜋𝜋ƞ𝐷𝐷
Keterangan :
d(H) : diameter hidrodinamik
k : konstanta Boltzmann’s
T : suhu absolut
D : koefisien difusi translasi
η : viskositas
32
Universitas Sumatera Utara