Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan informasi mengenai
Teknik Perawatan Jenazah

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat menbangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita.

Mataram 20 Juli 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehilangan adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik
secara individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian. Seorang
anak yang mulai belajar berjalan mencapai kemandiriannya dengan mobilisasi.
Seorang lansia dengan perubahan visual dan pendengaran mungkin kehilangan
keterandalan-dirinya. Penyakit dan perawatan di rumah sakit sering melibatkan
berbagai kehilangan. (potter dan perry)

Dalam kehidupan setiap individu hanya ada satu hal yang pasti, yaitu individu
tersebut akan meninggal dunia . Kematian merupakan suatu hal yang alami.
Saat terjadinya kematian merupakan saat-saat yang tidak diketahui waktunya.
Kematian dapat terjadi singkat dan tidak terduga seperti seorang anak yang
meninggal akibat kecelakaan, kematiaan dapat berlangsung mendadak dan tidak
dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya seseorang yang pingsan dan dalam
waktu 24 jam sudah meninggal, kematian dapat diperkirakan sebelumnya melalui
diagnosis medis tetapi saat kematian itu sendiri biasa terjadi mendadak,atau
pasien dapat mengalami dahulu stadium terminal penyakit dalam waktu yang
bervariasi mulai dari berapa hari hingga berbulan-bulan.

Kematian dari masa lampau sampai saat ini selalu dikhaskan dengan kondisi
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya kerja otak secara menetap.Namun
demikian, kemajuan dalam teknologi kedokteran berlangsung sedemikian cepat
sehingga kalau satu atau lebih sistem tubuh tidak berfungsi, pasien mungkin
masih dapat dipertahankan “hidupnya” dengan bantuan mesin, tindakan ini dapat
dilakukan sehubungan dengan pengangkatan organ tubuh untuk bedah
transplantasi.
Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan
kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga
penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi
pada kematian tidak wajar pengawetan jenasah baru boleh dilakukan setelah
pemeriksaan jenasah atau otopsi dilakukan.

Perawatan jenazah perlu dilakukan pada keadaan adanya penundaan penguburan


atau kremasi lebih dari 24 jam. Hal ini penting karena di Indonesia yang beriklim
tropis dalam 24 jam mayat sudah mulai membusuk mengeluarkan bau dan cairan
pembusukan yang dapat mencemari lingkungan sekitranya. Dan perawatan
jenasah dilakukan untuk mencegah penularan kuman atau bibit penyakit
kesekitarnya. Selain itu perawatan jenazah juga yaitu untuk mencegah
pembusukan. Mekanisme pembusukan disebabkan oleh otorisis yakni tubuh
mempunyai enzim yang setelah mati dapat merusak tubuh sendiri. Selain itu,
perawatan dilakukan untuk menghambat aktifitas kuman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perawatan jenazah ?
2. Apa tujuan dari perawatan jenazah ?
3. Tindakan apa yang di lakukan pada peawatan jenazah

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perawatan jenazah
2. Mengetahui tujuan perawatan jenazah
3. Mengetahui cara perawatan jenazah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Kematian
Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi
kematian. Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi,
da tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya
fungsi jantung dan paru secara menetap atau berhentinya kerja otak secara
menetap.
Kematian suatu keadaan alamiah yang setiap individu pasti akan
mengalaminya. Secara umum, setiap manusia berkembang dari bayi, anak-
anak, remaja, dewasa, lansia dan akhirnya mati.

Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya :

a. Algor mortis (Penurunan suhu jenazah), merupakan salah


satu tanda kematian yaitu terhentinya produksi panas, sedangkan
pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat adanya perbedaan panas
antara mayat dan lingkungan.
b. Livor mortis (Lebam mayat), terjadi akibat peredaran darah terhenti
mengakibatkan stagnasi maka darah menempati daerah terbawah sehingaa
tampak bintik merah kebiruan.
c. Rigor mortis (Kaku mayat), kekakuan pada otot tanpa atau disertai
pemendekan serabut otot.
d. Dekomposisi ( Pembusukan), merupakan suatu keadaan dimana bahan-
bahan organik tubuh mengalami dekomposisi baik yang disebabkan karena
adanya aktifitas bakteri, maupun karena autolisis. Skala waktu terjadinya
pembusukan
Mulai terjadi setelah kematian seluler. Lebih dari 24 jam mulai tampak
warna kehijauan di perut kanan bawah (caecum).
Penyebab kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan
dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa atau dengan Allah, melainkan
diakibatkan tidak berfungsinya organ tertentu dari tubuh manusia. Kematian
menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat faktor:

a. berhentinya pernafasan
b. matinya jaringan otak
c. tidak berdenyutnya jantung
d. adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri.
e. Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah terhenti secara pasti
f. Penghentian ireversibel setiap fungsi otak telah terbukti

Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli


kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut
jantung terhenti.jantung seseorang telah terhenti.

Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi


pernafasan/paru-paru dan jantung telah berhenti secara pasti atau telah
terbukti terjadi kematian batang otak. Dengan demikian, kematian berarti
berhentinya bekerja secara total paru-paru dan jantung atau otak pada suatu
makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan tubuh tidak dapat dipisahkan.
Belum dapat dibuktikan bahwa tubuh dapat dipisahkan dari jiwa dan jiwa itu
baka.
2. Tanda-Tanda Kematian

Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya :


rigor mortis (kaku) dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor
mortis (dingin) suhu tubuh perlahan-lahan turun, dan post mortem
decomposition , yaitu terjadi livormortis pada daerah yang tertekan serta
melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri.

a. Tanda Kematian Dini


1) Pernafasan terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi dan
auskultasi)
2) Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba
3) Kulit pucat
4) Tonus otot menghilang dan relaksasi
5) Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian
6) Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit
(hilang dengan penyiraman air)
b. Tanda pasti kematian
1) Lebam mayat (livor mortis)
2) Kaku mayat (rigor mortis)
a. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
3) Pembusukan (dekomposisi)
4) Adiposera (lilin mayat)
5) Mumifikasi

3. Perawatan Jenazah
Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian
bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta
menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu
hidup. Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar,
akan tetapi kematian pada tidak wajar pengawetan jenazah baru boleh
dilakukan setelah pemeriksaan jenasah atau otopsi dilakukan.
Perawatan jenazah dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi,
misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh diluar kota/diluar
negri.Pada kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu
dilakukan pengangkutan atau perpindahan jenazah dari suatu tempat ketempat
lainnya. Pada keadaan ini, diperlukan pengawetan jenazah untuk mencegah
pembusukan dan penyebaran kuman dari jenasah kelingkungannya. Jenasah
yang meninggal akibat penyakit menular akan cepat membusuk dan potensial
menular petugas kamar jenasah. Keluarga serta orang-orang disekitarnya.
Pada kasus semacam ini, kalau pun penguburan atau kremasinya akan
segera dilakukan tetap dilakukan perawatan jenasah untuk mencegah
penularan kuman atau bibit penyakit disekitarnya.
Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan
selalu menerapkan kewaspadaan unifersal tanpa mengakibatkan tradisi budaya
dan agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama
perawat harus dapat menasihati keluarga dan mengambil tindakan yangs
sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah resiko penularan penyakit
seperti halnya hepatits/B, AIDS, Kolera dan sebagainya. Tradisi yang
berkaitan dengan perlakuan terhadap jenasah tersebut dapat diizinkan dengan
memperhatikan hal yang telah disebut diatas, seperti misalnya mencium
jenasah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus
HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam manusia hidup, maka
beberapa waktu setelah penderita infeksi HIV meninggal, firus pun akan mati.
Dalam menangani jenazah perawat harus melakukannya dengan
hormat dan sebaik-baiknya. Rasa hormat ini dapat dijadikan prinsip, dengan
kata lain, seseorang telah diperlakukan secara manusiawi dan sama seperti
orang lain. Seorang perawat harus memperlakukan tubuh jenazah dengan
hormat. Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh harus diikat dan kepala
dinaikkan ke atas bantal. Tubuh harus dibersihkan dengan membasuhnya
dengan air hangat secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh
pasien harus dicuci dan dibersihkan rawatan posmortem,
Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan postmortem. Hal
ini dapat menjadi tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih mudah
melakukannya apabila bekerja sama dengan staf kesehatan lainnya. Adapun
hal yang harus diperhatikan :
a. Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama perawat lakukan
terhadap orang yang masih hidup.
b. Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai
petugas kamar jenazah tiba.
c. Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum melanjutkan perawatan
postmortem
d. Tujuan Perawatan Jenazah
Adapun tujuan dari perawatan jenasah yaitu :
1) Untuk mencegah terjadinya pembusukan pada jenazah
2) Menyuntik zat-zat tertentu untuk membunuh kuman seperti
pemberian intjeksi formalin murni, agar tidak meningalkan
luka dan membuat tubuh menjadi kaku. Dalam injeksi formalin
dapat dimasukan kemulut hidung dan pantat jenazah.

B. Perawatan Jenazah pada Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis saat
menghadapi kematian (sekarat), seperti perlu dikaji adanya hilangnya tonus
otot, relaksasi otot wajah, kesulitan untuk berbicara, kesulitan menelan,
penurunan altivitas gastrointestinal, melemahnya tanda sirkulasi, melemahnya
sensasi, terjadi sianosis pada ekstremitas, kulit teraba dingin, terdapat
perubahan tanda vital seperti nadi melambat dan melemah, penurunan tekanan
darah, pernafasan tidak teratur melalui mulut, adanya kegagalan sensori
seperti pandangan kabur dan menurunnya tingkat kesadaran.
Pasien yang mendekati kematian ditandai dengan dilatasi pupil, tidak
mampu bergerak, refleks hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne
stokes (nafas terdengar kasar), dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai
dengan terhentinya pernafasan, nadi, dan tekanan darah, hilangnya respons
terhadap stimulus eksternal, hilangnya pergerakan otot, dan terhentinya
aktivitas otak.
a. Fisik meliputi perubahan cardiovaskulair, gastro, perkemihan,
persyarafan, persepsi sensori, integritas kulit
b. Psikososial yaitu proses kehilangan
c. Spiritual tentang kebutuhan akan cinta dan perhatian

2. Pengkajian keluarga
a. Pengetahuan akan kondisi pasien
b. Observasi tingkah laku
c. Kaji respon patologi keluarga

Tabel 1. Perubahan Fisiologis Sesudah Kematian

NO PERUBAHAN INTERVENSI YANG


BERHUBUNGAN
1 Kekauan tubuh (rigor mortis) yang Sebelum terjadi rigor mortis, posisikan
terjadi 2 sampai 4 jam sesudah tubuh dalam posisi anatomis, tutp mata
ka\ematian (yang mencakup dan mulut, dan pasang gigi palsu dalam
kontraksi skelet dan otot polos mulut
akibat tidak adanya adenosin
trifosfat)
2 Penurunan suhu tubuh dengan Lepaskan plester dan balutkan dengan
kehilangan elastisiatas kulit (algor perlahan untuk menghindari kerusakan
mortis) 4 – 12 jam jaringan. Hindari menarik kulit atau
bagian tubuh.
3 Perubahan warna kulit menjadi Tinggikan kepala untuk mencegah
keunguna (livor mortis) pada bagian perubahan warna pada wajah
dependen akibat pecahnya sel darah
merah (20-30 menit kemudian)

4 Pembusukan (dekomposisi): Simpan tubuh dalam tempat yang dingin


Pelunakan dan pencairan jarinan di kamar mayat rumah sakit atau di
tubuh oleh fermentasi bakteri (24 tempat lain yang ditujukan.
jam pasca mati)
5 Adipocere adalah proses
terbentuknya bahan yang berwarna
keputihan, lunak dan berminyak
yang terjadi di dalam jaringan lunak
tubuh post mortem. Lemak akan
terhidrolisis menjadi asam lemak
bebas karena kerja lipase endogen
dan enzim bakteri.
6 Mummifikasi terjadi pada suhu
panas dan kering sehingga tubuh
akan terdehidrasi dengan cepat.
Mummifikasi terjadi pada 12-14
minggu. Jaringan akan berubah
menjadi keras, kering, warna coklat
gelap, berkeriput dan tidak
membusuk
3. Diagnosis Keperawatan

a. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat)


b. Keputusasaan berhubungan dengan penyakit terminal
c. Berduka berhubungan dengan kehilangan orang yang dicintai

4. Perencanaan dan tindakan keperawatan


Hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan tujuan keperawatan
adalah membantu mengurangi depresi dan ketakutan pasien,
memperatahankan harapan, membantu pasien menerima kenyataan, serta
memberikan rasa nyaman. Rencana yang dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut, antara lain :
a. Memberi dukungan dan mengembalikan kontrol diri pasien dengan
cara penggunaan sumber pelayanan kesehatan.
b. Membantu pasien mengatasi kesepian, depresi, dan rasa takut
c. Membantu pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga
diri
d. Membantu pasien mempertahankan harapan yang dimiliki
e. Membantu pasien menerima kenyataan
f. Memenuhi kebutuhan fisiologis
g. Memberi dukungan spiritual dengan memfasilitasi kegiatan spiritual
pasien.
5. Pelaksanaan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Kompetensi : Melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan menjelang ajal
Sub Kompetensi : Melaksanakan Perawatan Jenazah

1. Pengertian
Perawatan klien setelah meninggal, termasuk menyiapkan jenazah
untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi ke kamar jenazah, dan
melakukan disposisi (penyerahan) barang – barang milik klien.
2. Indikasi
Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan kematian klien.
Jika klien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat tindak
kriminalitas, perawatan jenazah dilakukan setelah pemeriksaan medis
lengkap melalui autopsi.

3. Persiapan Alat
a. Kasa / perban gulung 3 helai @ 50 cm
b. Sarung tangan
c. Pengganjal dagu
d. Kapas sublimat
e. Kain penutup jenazah
f. Label identifikasi
g. Plester penahan untuk menutup luka atau pungsi
h. Tas plastik untuk tempat barang – barang klien
i. Air dalam baskom
j. Sabun
k. Handuk
l. Selimut mandi
m. Daftar barang berharga
n. Peniti
o. Sisir

4. Persiapan Perawat
a. Mencuci tangan
b. Mempersiapkan alat
c. Menggunakan sarung tangan

5. Prosedur Kerja
a. Siapkan alat yang diperlukan dan bawa ke dalam ruangan
b. Atur lingkungan di sekitar tempat tidur. Jika kematian terjadi pada
unit multibed, jaga privasi klien yang lain, tutup pintu koridor, cuci
tangan.
c. Pastikan pasien sudah dalam kondisi meninggal (pupil melebar,
nadi tidak teraba, henti nafas)
d. Atur posisi jenazah supinasi/posisi anatomis.
e. Lepaskan semua alat – alat invasif yang masih terpasang pada
tubuh jenazah
f. Bersihkan badan. Dengan menggunakan air bersih, bersihkan area
tubuh dari kotoran, seperti darah, feses, atau muntahan. Jika
kotoran terdapat pada area rectum, uretra, atau vagina, letakkan
kasa untuk menutup setiap lubang dan rekatkan dengan plester
untuk mencegah pengeluaran lebih lanjut.
g. Bila ada luka tutup luka dengan kassa. Ganti balutan bila ada.
Balutan yang kotor harus diganti dengan yang bersih. Bekas plester
dihilangkan dengan bensin atau larutan yang lain sesuai dengan
peraturan RS.
h. Rapikan rambut dengan sisir rambut
i. Tutup mata, dengan menggunakan kapas yang secara perlahan
ditutupkan pada kelopak mata dan plester jika mata tidak tertutup.
j. Luruskan badan, dengan lengan diletakkan menyilang tubuh pada
pergelangan tangan dan menyilang abdomen dan diikat dengan
perban.
k. Luruskan dan satukan kedua ibu jari kaki dan diikat dengan kassa
perban.
l. Ikat bagian kaki (lutut dan pergelangan kaki).
m. Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut. Bila perlu
lakukan pengikatan dagu menggunakan tali perban dari dbawah
dagu ke kepala agar mulut tertutup.
n. Lepaskan perhiasan dan barang berharga di hadapan keluarga.
Pada umumnya semua cincin, anting, gelang, dll dilepas dan
ditempatkan pada tas plastic tempat barang berharga, termasuk
kacamata, kartu, surat, kunci, barang religi. Beri label identitas.
o. Jaga keamanan barang berharga klien. Ikuti peraturan RS untuk
barang berharga. Tempatkan di kantor perawat sampai dapat
disimpan di tempat yang lebih aman atau diserahkan kepada
keluarga.
p. Beri label identifikasi pada jenazah. Label identitas berisi nama,
umur dan jenis kelamin, tanggal, nomor RS, nomor kamar, dan
nomor dokter. Sesuai dengan peraturan RS, ikatkan label identitas
pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki atau plester label
pada dada depan klien.
q. Tutup jenazah dengan kain penutup jenazah.
r. Bereskan dan bersihkan kamar pasien.
s. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (identitas pasien
waktu meninggal, barang berharga yang diserahkan pada
keluarga).
1) Tindakan diluar kamar jenazah
Adapun tindakan yang dilakukan diluar kamar jenazah yaitu :
a. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan
b. Memakai pelindung wajah dan jubah
c. Luruskan tubuh jenzsah dan letakan dalam posisi terllentang dengan
tangan disisi atau terlipat didada.
d. Tutup kelopak mata atau ditutup dengan kapas atau kasa, begitu pula
multu dan telinga.
e. Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila ada rembesan
darah atau cairan tubuh lainnya.
f. Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air.
g. Lepaskan semua alat kesehatan dan letakan alat bekas tersebut dalam
wadah yang aman sesuai dengan kaidah kewaspadaan unifersal.
h. Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air.
i. Bersihkan tubuh jenasah tutup dengan kain bersih untuk disaksikan
olehkeluarga
j. Pasang label identitas pada laki-laki
k. Beritahu petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah penderita penyakit
menular
l. Cuci tangan setelah melepas rarung tangan.

2) Perawatan Jenazah yang akan diotopsi


a. Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan
b. Beri label pada pembungkus jenazah
c. Beri label pada alat protesa yang digunakan
d. Tempatkan jenazah pada lemari pendingin
3) Perawatan terhadap Keluarga
a. Dengarkan ekspresi keluarga
b. Beri kesempatan bagi keluarga untuk bersama dengan jenazah selama
beberapa saat
c. Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa berduka
d. Bantu keluarga untuk membuat keputusan serta perencanaan pada
jenazah.
e. Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka

4) Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian secara umum dapat dinilai
dari kemampuan untuk menghadapi atau menerima makna kematian, reaksi
terhadap kematian, dan perubahan perilaku, yaitu menerima arti kematian.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya
fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara
menetap.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatannya, perawat harus mengetahui


konsep kematian berdasarkan agama pasien. Perawat memiliki peranan dalam
perawatan jenazah. Perawatan yang dilakukan terhadap jenazah berbeda sesuai
dengan agama pasien. Perawatan jenazah pada pasien beragama Kristen antara
lain memandikan jenazah dan memformalin jenazah. Perawatan jenazah pasien
beragama Islam antara lain, membujurkan jenazah, memandikan jenazah,
mengkafani jenazah, dan menyolatkan jenazah. Sedangkan perawatan jenazah
pasien beragama Hindu antara lain memandikan jenazah dan membungkus
jenazah dengan kain putih.

Dalam melakukan perawatan jenazah, perawat harus mengetahui


penyebab kematian pasien, apakah karena penyakit menular atau tidak. Jika,
pasien tersebut meninggal karena penyakit menular, maka perawat harus
menggunakan alat pelindung diri saat melakukan perawatan jenazah.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz.A. 2006. Pengantar Konsep Dasar Manusia Aplikasi Konsep Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter & Perry.2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep Proses dan
Praktik Edisi 4.Jakarta: EGC.

. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta III. 2009. Panduan Praktik KDM I. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai