Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
A. Tinjauan Pustaka
Upacara adalah sistem aktivitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat
atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai
macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan
(Koentjaraningrat, 1980:140).
Jenis upacara dalam kehidupan masyarakat antara lain: upacara kelahiran, upacara
tersebut. Upacara adat adalah suatu upacara yang secara turun-temurun dilakukan
Dalam masyarakat dikenal berbagai jenis upacara adat salah satunya upacara adat
mempunyai maksud dan tujuan agar perkawinan akan selamat sejahtera serta
2. Konsep Perkawinan
“Perkawinan adalah suatu peralihan yang terpenting pada life-cycle dari semua
manusia di seluruh dunia adalah saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke
dengan sembarang wanita lain, tetapi hanya dengan satu atau beberapa tertentu
batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
11
Esa. Kebahagian dalam rumah tangga sebagai tujuan perkawinan tercermin dari
kesejahteraan lahir bathin yang dirasakan oleh segenap anggota keluarga, baik
suami, istri dan anak-anak mereka serta orang tua maupun mertua.
Menurut Keesing (dalam Imron 2005:2) bahwa perkawinan berfungsi untuk (a)
unit-unit ekonomi rumah tangga, dan (f) merupakan instrumen hubungan politik
Perkawinan menurut hukum adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara
seorang pria dan wanita sebagai suami isteri untuk maksud mendapatkan
tetapi juga berarti suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat
perkawinan adalah tahapan yang dianggap sakral dalam hidup manusia yang
membenarkan hubungan antara pria dan wanita dalam ikatan yang sah yang diatur
Masyarakat dalam istilah Bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata
latin socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat berasal dari kata Bahasa Arab
12
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat
masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu : a) interaksi antar warganya, b) adat
istiadat, c) kontinuitas waktu, d) rasa identitas kuat yang mengikat semua warga
antropologi budaya, yang disebut orang Sunda atau Suku Sunda adalah orang-
orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa dan dialek Sunda sebagai
bahasa ibu serta dialek dalam percakapan sehari-hari. Secara geografis Edi S.
Ekadjati (1995) mengatakan bahwa tanah Sunda merujuk pada bekas Kerajaan
Cirebon, dan Galuh. Sumedang Larang dan Galuh kemudian menjadi satu wilayah
sering dikatakan sebagai pusat tanah Sunda. Sunda secara etnisitas maka urang
Sunda secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang mengaku dirinya dan
Sistem keluarga dalam Suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari
pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai
kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang
Sunda. Dalam Suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah
seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek, anak saudara
piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan langsung serta vertikal
seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya. Tentunya
hal ini mempengaruhi hubungan kekerabatan seseorang dengan orang lain akan
baru. Dalam suatu pernikahan tentunya terdapat banyak tahapan dan urutan yang
Dalam keluarga parental kaum kerabat pihak ayah dan ibu dianggap sama
pentingnya dan memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap harta warisan
dan anak-anak, maka dalam perkawinan tidak ada larangan untuk kawin dengan
anggota kerabat sendiri, kecuali dengan saudara kandung atau kerabat dekat,
misalnya dengan “pararlel causin”, yaitu saudara sepupu yang kedua ayahnya
perkawinan dengan saudara sepupu yang ayahnya saudara kandung dengan ibu
dibolehkan bahkan diharapkan. Istilah sepupu dalam Bahasa Sunda di sebut kapi
14
adi atau kapi lanceuk. Perkawinan dengan anggota kerabat sendiri atau “cross
pernikahan adat Sunda, ada beberapa ritual yang perlu dipahami maknanya
khususnya adat sunda, memiliki arti yang sakral, baik penghormatan kepada
berikut:
Ngeuyeuk Seureuh
Pelaksanaan ngeuyeuk seureuh dipimpin seorang wanita yang telah berumur
disebut dengan pengeuyeuk. Pengeuyeuk adalah orang yang paham betul
mengenai tata cara ngeuyeuk seureuh . Pengeuyeuk akan ditemani oleh
seorang laki-laki yang bertugas membakar kemenyan pada upacara serta
membaca doa setelah upacara selesai. Maksud dari upacara ngeuyeuk seureuh
adalah untuk memberi nasehat kepada calon pengantin dalam menjalankan
hidup berumah tangga yang baik. Setelah upacara Ngeuyeuk Seureuh, calon
pengantin wanita dimandikan dengan air kembang setaman yang akan
diuraikan secara tersendiri. Malam itu bagi kedua calon pengantin merupakan
peuting midadareni (malam bidadari), karena pada malam itu diperlakukan
seperti raja dan ratu, yaitu mendapat perhatian khusus dari sanak keluarga.
2. Upacara Perkawinan
Akad Nikah
Pada hari perkawinan, calon pengantin pria diantar dengan iring-iringan dari
suatu tempat yang telah ditentukan menuju rumah calon pengantin wanita.
Bila pengantin pria berdekatan rumah dengan pengantin wanita maka
pengantin pria langsung menuju ke rumah calon pengantin wanita. Iring-
iringan rombongan calon pengantin pria ini nanti akan di jemput oleh pihak
calon pengantin wanita. Setelah semua persiapan akad lengkap dan tertib,
protokol atau pembawa acara menyerahkan akad nikah kepada petugas KUA.
Juru rias pengantin mengerudungi pengantin dengan sehelai kerudung putih.
Demikian akad nikah mulai berlangsung dengan dipimpin oleh petugas KUA.
Upacara Panggih
Setelah upacara akad nikah selesai dilanjutkan dengan upacara panggih
(bertemu muka) yang terdiri dari : sungkem, sawer, nincak endog, Buka Pintu,
huap lingkup, sesaji pengantin, resepsi pesta perkawinan, upacara ngunduh
mantu (Bratawidjaya, 1990).
Perubahan atau dalam arti khusus perubahan kebudayaan selalu terjadi dalam
kehidupan manusia dan masyarakatnya. Baik perubahan dari dalam maupun dari
luar. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki potensi dan kecenderungan
kebutuhan kebudayaan itu sendiri pada suatu waktu tertentu dan yang terpenting
dari semuanya tingkat kecocokan (“fit”) diantara unsur-unsur yang baru dan
of ideas, culture, objects, or techniques and practice that are accociated with
them).
tersebut adalah suatu fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap manusia
“pada dasarnya tidak ada masyarakat yang tidak berubah, baik masyarakat
yang masih terbelakang maupun yang modern selalu mengalami perubahan-
perubahan, hanya saja perubahan-perubahan yang dialami masing-masing
masyarakat tidak sama, ada yang cepat dan mencolok dan ada pula yang
lambat tersendat-sendat. Dengan kata lain bahwa perubahan sosial budaya
pada hakikatnya merupakan fenomena yang manusiawi dan fenomena alami
(Titik Triwulan Tutik dan Trianto, 2008: 10).
17
penyebab perubahan antara lain : (a) timbunan kebudayaan dan penemuan baru,
keinginan secara sadar dan keputusan pribadi, (b) sikap tindak pribadi yang di
pengaruhi oleh kondisi yang telah berubah, (c) perubahan struktural dan halangan
penemuan baru adalah sebagai berikut: (a) kesadaran diri orang perorangan akan
kekurangan dalam kebudayaannya, (b) kualitas dari ahli dalam suatu kebudayaan,
Perubahan demi perubahan selalu ada dalam kehidupan manusia sejak dahulu.
oleh adanya penilaian sesuatu yang dahulunya bernilai tinggi dan mutlak harus
ada, tetapi sekarang sudah hilang makna dan nilainya. Perubahan yang dimaksud
fenomena yang wajar seiring perkembangan zaman pada masa kini. Perubahan
B. Kerangka Pikir
Dahulu adat perkawinan Sunda masih sering digunakan tapi seiring dengan arus
Kota Agung Barat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor dalam (intern) dan luar
(ekstern).
Semakin pesatnya perkembangan zaman yang serba modern, baik itu faktor
seperti arus informasi, globalisasi, serta media massa baik cetak maupun
elektronik, dan juga pergaulan yang sudah begitu meluas dan membaur dengan
berbagai suku bangsa, dan sebagainya. Hal ini dapat di lihat pada masyarakat
Pekon Way Gelang pada zaman sekarang ini umumnya menggunakan upacara
C.3 Paradigma
Keterangan :
: Garis Pengaruh
: Garis Akibat
20
REFERENSI