Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam bahasa kedokteran Inggris, pinggang dikenal sebagai “low back”.


Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-1 sampai seluruh tulang
sacrum dan otot-otot sekitarnya. Tulang belakang lumbal sebagai unit struktural dalam
berbagai sikap tubuh dan gerakan ditinjau dari sudut mekanika. 1
Daerah pinggang mempunyai fungsi yang sangat penting pada tubuh manusia.
Fungsi penting tersebut antara lain, membuat tubuh berdiri tegak, pergerakan,
danmelindungi beberapa organ penting.1
Peranan otot-otot erektor trunksi adalah memberikan tenaga imbangan ketik
mengangkat benda. Dengan menggunakan alat petunjuk tekanan yang ditempatkan di
dalam nukleus pulposus manusia, tekanan intradiskal dapat diselidiki pada berbagai
sikap tubuh dan keadaan. Sebagai standar dipakai tekanan intradiskal ketika berdiri
tegak.1
Tekanan intradiskal yang meningkat pada berbagai sikap dan keadaan itu
diimbangi oleh tenaga otot abdominal dan torakal. Hal ini dapat diungkapkan oleh
penyelidikan yang menggunakan korset toraks atau abdomen yang bisa
dikembungkempiskan yang dikombinasi dengan penempatan alat penunjuk tekanan di
dalam lambung. Hasil penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa 30% sampai 50%
dari tekanan intradiskal torakal dan lumbal dapat dikurangi dengan mengencangkan
otot-otot torakal dan abdominal sewaktu melakukan pekerjaan dan dalam berbagai
posisi. 2
Kontraksi otot-otot torakal dan abdominal yang sesuai dan tepat dapat
meringankan beban tulang belakang sehingga tenaga otot yang relevan merupakan

1
mekanisme yang melindungi tulang belakang. Secara sederhana, kolumna vertebralis
torakolumbal dapat dianggap sebagai tong dan otot-otot torakal serta lumbal sebagai
simpai tongnya.1
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low Back
Pain” akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat, dan
biasanya dikenal sebagai ‘loro boyok’. Biasanya mereka mengobatinya dengan pijat
urat dan obat-obatan gosok, karena anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya
sakit otot biasa atau karena capek bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit
pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktifitas membungkuk
(sholat, mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat
beban yang berat dan sering membungkuk.2
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP
lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5.
Biasanya NBP oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6
minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.4

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan Referat ini adalah untuk mengetahui definisi, etiologi,
patofisiologi, diagnosis, gejala klinis, terapi, prognosis dan penanganan rehabilitasi
medik pada Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

-----
A. DEFINISI
----- HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus
melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal menekan
medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga
menimbulkan gangguan.8

B. ANATOMI
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.5
Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel
yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae.
Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
- Cervicales (7)
- Thoracicae (12)
- Lumbales (5)

3
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
- Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)

Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi
atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis
(sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior.
Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta
prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung
kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan
dengan sendi apofisial (fascet joint).5

4
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang
dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis

5
dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis
posterior.3
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.
Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi
gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar
kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.

Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage


Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus
pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit
kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna
vertebralis.

6
Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah
bangunan yang tidak peka nyeri. 2,4
Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus
intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot
(aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas
daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-otot
sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.3
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti
oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan
sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat
lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.5
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
•D a e r a h l u m b a l , k h u s u s n ya d a e r a h L 5 - S 1 m e m p u n ya i t u g a s ya n g
b e r a t , ya i t u menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh
sendi L5-S1.
•Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat
tinggi.Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada
sendi L5-S1
•Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena l igamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus.
Arahherniasi yang paling sering adalah postero lateral.

C. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di

7
canalis vertebralis menekan radiks.6
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang
oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon
dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi
nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah
pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi
adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi
primer pada sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor
dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.2

Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan


serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai
serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya
mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini
merupakan dasar pemeriksaan Laseque.3

D. ETIOLOGI
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :2,3
· Degenerasi diskus intervertebralis
· Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
· Trauma berat atau terjatuh
· Mengangkat atau menarik benda berat
1) Riwayat trauma

8
2) Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban beban berat, duduk,
mengemudidalam waktu lama.
3) Sering membungkuk.
4) Posisi tubuh saat berjalan
5) Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).
6) Struktur tulang belakang.
7) Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang. Jika beban pada discus bertambah,
annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul
rasa nyeri oleh karena gel yang berada dicanalis vertebralis menekan radiks

E. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riawayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
Faktor risiko yang dapat dirubah : 3
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik
barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada
punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti
supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan
yang berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan
diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang

9
F. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP
dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang
pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan gejala
dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Berikutnya ke arah
postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma kauda equina. 8
Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang
perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan
berdenyut menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar (A beta)
terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya.8
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah : 3
· Nyeri punggung bawah.
· Nyeri daerah bokong.
· Rasa kaku atau tertarik pada punggung bawah.
· Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang
dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki,
tergantung bagian saraf mana yang terjepit.
· Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan,
terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.
· Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk,
bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.
· Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota
badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai
bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).
· Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi
dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang
memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.

10
G. DIAGNOSIS
----- Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,
pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang.2

1. Anamnesis
- Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah
spontan.
- Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari
sendi, tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
- Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan
keterlibatan radiks saraf.-
- Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang setelah
melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah, mungkin
disebabkan tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin tumor
dalam kanalis vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan berkurang
setelah melakukan gerakan tubuh mungkin disebabkan spondilitis
ankilopoetika; batuk, bersin dan mengejan akan memprovokasi nyeri pada
HNP.
- Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik,
jenis neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang
normal dan nyeri berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.
- Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya
infeksi, misalnya spondilitis.
- Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila
progresif mungkin tumor.
- Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.
- Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.

11
- Riwayat keluarga dapat dijumpai pada artritis rematoid dan osteoartritis.

 Pemeriksaan Fisik umum Posisi berdiri:


- Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
- Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis,
lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring
tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.
- Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.
- Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).
- Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.
- Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.
 Posisi duduk:
- Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.
- Perhatikan bagian belakang tubuhnya.
 Posisi berbaring :
- Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
- Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
- Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
- Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).
- Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan
menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons
pasien.

12
- Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-
off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
- Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra.
- Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
- Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu
berguna pada diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk
melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau
adanya neuropati yang bersamaan.
- Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan
kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
- Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor
neuron (UMN).
- Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa
UMN atau LMN.

2. Pemeriksaan neurologik,
a. Pemeriksaan sensorik
b. Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi
otot
c. Pemeriksaan tendon
d. Pemeriksaan yang sering dilakukan
- Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard, tes
Sicard)
- Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
- Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
- Tes Distraksi dan Tes Kompresi

13
Tanda-tanda perangsangan meningeal :

- Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya


ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.
- Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih
dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan
graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan
nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri
akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes
ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi
(stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain
semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara
laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral
merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus.3,8
- Tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri
makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya.
Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral.
- Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP,
yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti
menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini
malahan positif pada 96,8% pasien.
- Adanya tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5 atau
L5-S1 daripada herniasi lain yang lebih tinggi (L1-4), dimana tes ini
hanya positif pada 73,3% penderita.7
- Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan
tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua dibandingkan
dengan yang muda (<30 tahun).

14
- Karena tanda Laseque tidak patognomonis untuk suatu HNP, maka bila
tidak dijumpai pada seseorang yang umurnya kurang dari 30 tahun
dengan sangat mungkin akan menyingkirkan diagnosis HNP.
- Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan
dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat
akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai
kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
- Tanda Laseque terbalik (femoral nerve stretch test / reverse Laseque
sign) :
- Tes ini dapat menimbukan nyeri akibat ketegangan saraf yang
mengalami iritasi ataupun kompresi, terutama pada lumbal bagian
tengah dan atas.3 Bila tes ini positif, maka dicurigai adanya ketegangan
pada radiks L2, L3 atau L4 dan tes ini dilakukan pada pasien yang
terlungkup dengan jalan meng-ekstensikan paha dimana lutut dalam
keadaan fleksi dan bisa juga dilakukan dengan pasien tidur pada sisi
yang sehat dan meluruskan paha yang terkena dengan lutut dalam
keadaan fleksi dan suatu tes yang positif akan menghasilkan nyeri pada
paha medial atau anterior.
- Tanda Neri (Neri’s sign) : bisa ditimbulkan bila pasien membungkuk
ke depan dan dikatakan positif bila akan terjadi fleksi lutut pada sisi
yang terkena.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari: Elektromiografi (EMG)
Bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana
gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap kompresi
b. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)

15
Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati
c. Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi
dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat
protrusi diskus. Juga digunakan untuk membedakan kompresi radiks dari
neuropati perifer.
d. MRI tulang belakang
Bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kauda
equina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal
mengevaluasi gangguan radiks saraf. MRI merupakan standar baku emas
untuk HNP.
e. Pemeriksaan Radiologi
- Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal
atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela
invertebrata dan pembentukan osteofit.

16
f. Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

g. pemeriksaan Laboratorium klinik


h. Pemeriksaan lain,misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint block‘
(melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri atau pada saraf yang
menuju ke sana).

H. TERAPI

1. Medikamentosa

Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk jangka waktu
pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat.
Tidak dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki efek depresan. Pada
tahap awal, apabila didapati pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi
akibat rasa nyeri, pemberian anti depresan dianjurkan. Untuk pengobatan simptomatis

17
lainnya, kadang-kadang memerlukan campuran antara obat analgesik, antiinflamasi,
OAINS, dan penenang.

2. Penanganan operatif

Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
- Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4minggu: nyeri berat/
intractable/ menetap/ progresif.

- Defisit neurologik memburuk

- Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi


k o n s e r v a t i f t a k berhasil.

- Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan


neurofisiologik dan radiologi

3. Rehabilitasi Medik

a. High frequency current ( HFC CFM)


Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang
gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara lain :
- Mempercepat resolusi inflamasi kronik
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi spasme
- Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous
b. Traksi Mekanik

Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling menjauh.
Efek mekanis traksi pada tulang belakang adalah :
- Mengulur otot-otot paravertebralis, ligamen dan kapsul sendi
- Peregangan terhadap diskus intervertebralis

18
- Peregangan dan penambahan gerakan sendi apofisial pada prosesus
- artikularis.
- Mengurangi nyeri sehingga efek relaksasi akan lebih mudah diperoleh
c. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan berdasarkan
kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk mempertahankan sikap badan
melawan kekuatan dari luar. Kemampuan mempertahankan sikap tubuh melibatkan
aktivitas sensomotorik dan mekanisme refleks sikap. Aktivitas motorik terapi ini
bersifat umum yang diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi mempertahankan sikap
tubuh. Tujuan terapi ini:
- Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan tubuh
- Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
- Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan psikis
sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah dan pernafasan.
- Mengurangi nyeri

Double knee-to-chest stretch Pelvic tilt exercise

Pelvic tilt exercise

19
Curl-up exercise

Lower trunk rotation stretch Curl-up exercise

Alternate arm-leg extension exercise

Alternate leg extension

20
Trunk flexion stretch Alternate arm-leg extension exercise

Prone Lumbar Extension Alternate leg extension

Hamstring stretch while standing

21
4. Pembedahan ; merupakan tindakan yang paling jarang di lakukan. Pada
umumnya dilakukan bila nyeri karena tonjolan discus ( hernia nucleus pulposus
– HNP). Bila nyeri tidak teratasi dan kelemahan tungkai beranjak memburuk,
karena tekanan pada saraf.

Pencegahan 7

Latihan Punggung Setiap Hari

1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut
dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi
pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai.
Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah
beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.

22
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai.
Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat
bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.

Berhati-Hatilah Saat Mengangkat

1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya.


2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda

Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri

1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama


2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa
lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki)
jika memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi
secara periodic.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak
teregang.
5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk
dikursi

Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat

1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu
berhak rendah
2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi
sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.

23
I. PROGNOSIS5
Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun. Sebagian besar
pasien sembuh secara cepat dan tanpa gangguan fungsional. Rata-rata 60-70% sembuh
dalam 6 minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan setelah 12 minggu berjalan
sangat lambat dan tak pasti. D i a g n o s i s sangat berkaitan dengan
p e n ye m b u h a n , penderita n ye r i pinggang bawah dengan iskialgia
membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan tanpa iskialgia. Dari penelitian
Weber, tahun pertama terdapat perbaikan secara signifikan pada kelompok
yangdioperasi dibanding tanpa operasi, namun kedua kelompok baik dioperasi maupun
tidak, padaobservasi tahun ke 4-10 terlihat perbaikan yang ada tidak berbeda secara
signifikan.

BAB III

24
KESIMPULAN

1. Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low Back Pain”
akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat, dan biasanya
dikenal sebagai sakit pinggang.
2. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke tungkai
bawah terutama pada saat aktifitas membungkuk (sholat, mencangkul). Penderita
mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat beban yang berat dan sering
membungkuk.
3. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%)
mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya HNP lumbalis akan
membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan
kecuali pada keadaan tertentu.
4. Terapinya meliputi medikamentosa dan rehabilitasi medik. Terapi medikamentosa
seperti obat AINS untuk pemberian jangka pendek. Sedangkan terapi rehabilitasi
medik seperti High frequency current (HFC CFM), Traksi Mekanik dan Bugnet
Exercises.
5. Prognosisnya pada sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan
terapi konservatif.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).In


http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposus-hnp/
2. Mansjoer, Arif, et all., 2007. In http : //www. inna-
ppni.or.id/index.php?name=News&file =article&sid=130
3. Nuarta B., 2004. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III,
Jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius.
4. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. In http://mukipartono.com/mengenalnyeri
pinggang-hnp/
5. Purwanto ET.Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Jakarta: Perdossi
6. Putrialthafunnisa, 2010. Rehabilitasi Medik Pada Penderita Hernia Nukleus
Pulposus. In http://putrialthafunnisa.wordpress.com/2010/07/04/rehabilitasi-medik-
pada-penderita-hernia-nukleus-pulposus/
7. Sidharta Priguna, 2004. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri
Pinggang Bawah. In :http://www.kalbe.co.id

26
8. Sidharta Priguna, 1999. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta:
PT Dian Rakyat.
9. Sidharta Priguna, 2005. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : PT
Dian Rakyat.

27

Anda mungkin juga menyukai