Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN PADA SISTEM PERTANIAN DI SUB-DAS SERANG

DAERAH TANGKAPAN WADUK KEDUNG OMBO


(Analysis of Land Capability on Farming System at Serang Sub-Watershed Kedung Ombo
Reservoir Catchment Area)

Jaka Suyana1*) dan Endang Setia Muliawati2)


1)
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
2)
Program Studi Agroteknoogi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
* Contact Author : jokosuyonouns@yahoo.com

ABSTRACT
Soil conservation in principle is using the land according to its capability and keep
them from damage. This study aims at assessing the land capability classes of farming
systems at Serang sub-watershed and evaluate their usages. The results showed that the
land capability dominated by Class II (12,096.90 ha, 40.6%), followed by Class III (11,598.92
ha, 38.9%), Class IV (2,879.11 ha, 9.7%), Class I (1,333.14 ha, 4.5%), Class VIII (712.57 ha,
2.4%), Class VII (684.97 ha, 2.3%) and Class VI (512.84 ha, 1.7%). The main resistance
factors are slope and soil deepth for class II; slope, soil deepth, drainage and erosion for
class III; slope and erosion for class IV; and slope for class VIII, VII and VI. The results
showed that 94% farm lands at Serang sub-watershed was suitable to its land capability and
only 6.0% were not suitable.

Keywords : soil conservation, land evaluation, farming system, watershed

PENDAHULUAN berkelanjutan. Ungkapan paling sederhana


Sifat sumberdaya lahan di wilayah konservasi lahan adalah tindakan
hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) mudah penggunaan lahan sebagaimana mestinya,
mengalami degradasi akibat erosi. Oleh artinya lahan digunakan sesuai dengan
karena itu pengelolaan sumberdaya lahan kelas kemampuannya dan menghindar-
di wilayah hulu DAS mempunyai peranan kannya dari kerusakan. Menurut
yang semakin penting, terutama dalam Notohadiprawiro (1999), menetapkan
upaya pemanfaatannya secara penggunaan secara layak berbagai lahan
berkelanjutan. World Bank (1993), yang terdapat dalam lapangan budidaya
menyatakan bahwa kerusakan pertanian (sistem pertanian) merupakan
sumberdaya lahan di bagian hulu DAS langkah pertama yang terpenting dalam
akan menurunkan produktivitas lahan, melaksanakan konservasi tanah. Hal
dan selanjutnya akan mempengaruhi tersebut sejalan dengan pendapat Foster
fungsi produksi, fungsi ekologis, serta (1964), yang menyatakan bahwa
fungsi hidrologis. konservasi lahan pada azasnya adalah
Konservasi lahan merupakan bagian melaksanakan tataguna lahan dan
dari upaya pengelolaan lahan secara menyingkiri penggunaan lahan yang

Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014 139
Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem Pertanian … Suyana dan Muliawati
membahayakan; adapun pembuatan pengelolaan (management unit).
teras, pertanaman berjalur, pertanaman Penggolongan ke dalam kelas, sub-kelas
menurut kontur, dan praktek konservasi dan unit/satuan pengelolaan didasarkan
lainnya hanyalah merupakan teknik-teknik atas kemampuan lahan tersebut untuk
pelengkap. Namun apabila telah terlanjur memproduksi pertanian secara umum,
terjadi kesalahan penggunaan lahan atau tanpa menimbulkan kerusakan dalam
lahan terlanjur digunakan tidak sesuai jangka panjang. Pengelompokan di dalam
kelas kemampuannya, seperti pada lahan kelas didasarkan atas intensitas faktor
dengan kemiringan di atas 30% (kelas VI penghambat. Jadi kelas kemampuan
dan VII) masih dipergunakan untuk
adalah kelompok unit lahan yang memiliki
budidaya pertanian intensif, maka praktek
tingkat pembatas atau penghambat yang
konservasi menjadi utama/mutlak harus
sama jika digunakan untuk pertanian
dilakukan meskipun sangat rumit dan
secara umum. Di dalam sistem klasifikasi
mahal. Pada lahan tersebut untuk
ini, tanah dikelompokkan ke dalam
menciptakan sistem pertanian yang
delapan kelas yang ditandai dengan huruf
berkelanjutan dan mencegah proses
degradasi lahan diperlukan tindakan/ Romawi dari I sampai VIII; dimana
praktek konservasi yang sesuai dan ancaman kerusakan atau hambatan
memadai agar laju erosi dapat diturunkan meningkat berturut-turut dari kelas I
di bawah nilai erosi yang masih dapat meningkat sampai kelas VIII (Klingebiel &
ditoleransikan. Montgomery, 1973; Arsyad, 2006).
Klasifikasi kemampuan lahan (land Adanya pertambahan kepadatan
capability classification) merupakan penduduk telah mengakibatkan tekanan
penilaian lahan atau komponen-komponen terhadap lahan di wilayah hulu Sub-DAS
lahan secara sistematik dan Serang. Tekanan penduduk terhadap
pengelompokannya ke dalam beberapa lahan mengakibatkan perlakuan “over
kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang intensif“ pada lahan dan telah
merupakan potensi dan penghambat memanfaatkan lahan yang tidak sesuai
dalam penggunaannya secara lestari dengan fungsi dan kemampuannya,
(Arsyad, 2006). Sistem klasifikasi terutama pada kemiringan lahan di atas
kemampuan lahan yang banyak digunakan 30% di lereng Gunung Merbabu.
adalah sistem USDA (United States Berdasarkan hal tersebut, maka artikel ini
Departement of Agriculture) yang menyajikan hasil analisis kesesuaian kelas
dikemukakan oleh Klingebiel dan kemampuan lahan pada sistem pertanian
Montgomery (1973). Menurut sistem ini di wilayah Sub-DAS Serang Daerah
lahan dikelompokkan ke dalam tiga Tangkapan Waduk (DTW) Kedung Ombo
kategori yaitu kelas, sub-kelas, dan satuan Propinsi Jawa Tengah.

140 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014
Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem Pertanian … Suyana dan Muliawati
BAHAN DAN METODE kemampuan lahan sebagaimana disajikan
Penelitian dilakukan di Sub-DAS pada Tabel 1.
Serang Daerah Tangkapan Waduk Kedung
Ombo, yang secara administrasi berada di HASIL DAN PEMBAHASAN
wilayah Kabupaten Boyolali, Kabupaten Lokasi dan Luas Sub-DAS Serang
Semarang, dan Kotamadya Salatiga, Sub-DAS Serang merupakan bagian
Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini telah dari DAS Jratunseluna (Daerah Aliran
dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan Sungai Jragung, Tuntang, Serang, Lusi,
Nopember 2012. Penelitian diawali dan Yuwana) yang berada di wilayah
dengan pembuatan peta satuan lahan Propinsi Jawa Tengah, mempunyai hulu
(land unit). Satuan lahan digunakan dari lereng Gunung Merbabu, Gunung
sebagai unit dasar dalam analisis kelas Telomoyo, Pegunungan Ungaran, dan
kemampuan lahan. Pengumpulan data Pegunungan Kendeng; serta mengalir ke
biofisik (sifat-sifat tanah dan karakteristik arah utara menuju laut Jawa.
lahan) dilakukan melalui metode survei Sub-DAS Serang Daerah Tangkapan
dan analisis di laboratorium. Metode Waduk (DTW) Kedung Ombo secara
klasifikasi kelas kemampuan lahan administrasi berada di wilayah Kabupaten
menggunakan sistem klasifikasi USDA Boyolali, Kabupaten Kota Salatiga, dan
(Klingebiel & Montgomery, 1973; Arsyad, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa
2006). Untuk menentukan kelas Tengah. Secara geografis terletak pada
kemampuan lahan data dianalisis secara 7o14’20,8” - 7o27’44,5” LS dan
deskriptif, dengan kriteria klasifikasi kelas 110o26’9,5” - 110o46’4,5” BT, terletak

Tabel 1. Kriteria klasifikasi kelas kemampuan lahan (Sistem Klasifikasi USDA)


Faktor Kelas Kemampuan Lahan
Penghambat/
I II III IV V VI VII VIII
Pembatas
Lereng permukaan A(l0) B(l1) C(l2) D(l3) A(l0) E(l4) F(l5) G(l6)
Kepekaan erosi KE1,KE2 KE3 KE4,KE5 KE6 (*) (*) (*) (*)
Tingkat erosi e0 e1 e2 e3 (**) e4 e5 (*)
Kedalaman tanah k0 k1 k2 k3 (*) (*) (*) (*)
Tektur lap. atas t1,t2,t3 t1,t2,t3 t1,t2,t3,t4 t1,t2,t3,t4 (*) t1,t2,t3,t4 t1,t2,t3,t4 t5
Tekstur lap.bawah sda sda sda sda (*) sda sda sda
Permeabilitas P2,P3 P2,P3 P2,P3 P2,P3 P1 (*) (*) P5
Drainase d1 d2 d3 d4 d5 (**) (**) d0
Kerikil/batuan b0 b0 b1 b2 b3 (*) (*) b4
Ancaman banjir O0 O1 O2 O3 O4 (**) (**) (*)
Garam/salinitas(***) g0 g1 g2 g3 (**) g3 (*) (*)
Keterangan : (*) = dapat mempunyai sembarang sifat
(**) = tidak berlaku
(***)
= umumnya terdapat di daerah beriklim kering

Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014 141
Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem Pertanian … Suyana dan Muliawati
pada elevasi 81- 3.100 m dpl. Fisiografi form) bukit-bukit kecil dan pola
cukup beragam, mencakup lereng Gunung perbukitan di wilayah timur laut dan
Merbabu, dataran rendah, serta dataran tenggara, serta dibatasi oleh punggung-
tinggi dan perbukitan/pegunungan, yaitu punggung bukit yang bergelombang.
dari sabuk hijau Waduk Kedung Ombo Bagian hulu DAS mempunyai bentuk
sampai lereng atas Gunung Merbabu. lahan bergelombang, berbukit, agak
Bentuk lahan yang ditemui adalah dataran curam (bergunung) dan curam. Sekitar
fluvial (datar), dataran fluvio-vulkanik 61,2% dari luas wilayah Sub-DAS Serang
(datar-berombak), kaki gunung api merupakan daerah datar sampai
(berombak), lereng bawah gunung api berombak, secara umum berada pada
(berombak-bergelombang), lereng tengah bagian tengah DAS (mulai bagian tengah
gunungapi (bergelombang dan berbukit), sampai hilir DAS). Sekitar 33,7% luas
serta lereng atas gunung api (berbukit- wilayah merupakan daerah bergelombang
bergunung). dan berbukit, serta sekitar 2,8% luas
Kondisi topografi di Sub-DAS Serang wilayah berupa daerah yang bergunung,
secara umum pada bagian tengah DAS curam dan sangat curam yang merupakan
(mulai dari bagian hilir sampai bagian lereng tengah dan lereng atas Gunung
tengah) adalah datar sampai Merbabu.
bergelombang dengan bentuk lahan (land

Gambar 1. Peta penggunaan lahan di Sub-DAS Serang DTW Kedung Ombo

142 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014
Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem Pertanian … Suyana dan Muliawati
Analisis digital menghasilkan sekitar 10.481,89 ha (28,8%) yang berada
informasi bahwa luas wilayah Sub-DAS pada bagian tengah, hulu dan hilir, diikuti
Serang DTW Kedung Ombo sekitar lahan basah berupa sawah irigasi dan
37.474,10 ha yaitu terdiri dari daerah sawah tadah hujan dengan luas sekitar
pertanian (termasuk hutan) seluas 9.468,02 ha (25,2%) terutama tersebar di
29.818,45 ha (79,6%) dan sisanya bagian tengah dan hilir DAS. Penggunaan
(pemukimam dan lainnya) seluas 7.655,65 lahan selanjutnya adalah hutan rakyat
ha (20,4%). Peta penggunaan lahan seluas 3.107,40 ha (8,3%), kebun
disajikan secara detail pada Gambar 1. campuran seluas 2.809,96 ha (7,5%), dan
Gambar 1 menunjukkan bahwa jenis talun kebun seluas 1.517,63 ha (4,1%).
penggunaan lahan pada daerah pertanian Kawasan hutan mempunyai luas sekitar
di Sub-DAS Serang, saat ini didominasi 2.433,54 ha (6,4%), berupa hutan alam
lahan kering berupa tegalan dengan luas dan semak alam yang tersebar di lereng

Tabel 2. Analisis kelas kemampuan lahan di Sub-DAS Serang


Kelas Kemampuan Lahan Satuan Lahan Luas
Kelas Sub-Kelas (ha) (ha) (%)
I 46, 47 1.333,14 4,5
II II-k1 12, 30, 31, 32, 56, 57 873,87 2,9
II-l1 22, 26 2.446,98 8,2
II-k1.l1 33, 34, 35, 36, 49, 50, 59, 60 8.776,06 29,4
Sub-Total 12.096,90 40,6
III III-d3 6, 7, 8, 48, 51, 58, 61 2.045,23 6,9
III-k2 10, 11, 13, 14 1.257,00 4,2
III-l2 15, 23, 24, 27, 52, 62 3.589,56 12,0
III-l2.d3 53, 63 305,77 1,0
III-l2.e2 37, 38, 39 3.686,91 12,4
III-l2.k2 16 714,45 2,4
Sub-Total 11.598,92 38,9
IV IV-l3 17, 18, 25, 28, 29, 40, 41, 42, 54, 55, 64 2.460,91 8,3
IV-l3.e3 9 418,20 1,4
Sub-Total 2.879,11 9,7
VI VI-l4 19, 20, 43, 44 512,84 1,7
VII VII-l5 1, 2, 4, 45 684,97 2,3
VIII VIII-l6 3, 5, 21 712,57 2,4
Sub-Total Lahan Pertanian 29.818,45 100,0
Pemukiman dan lainnya 7.655,65
Luas Total DAS 37.474,10
Keterangan :
Angka romawi menunjukkan kelas kemampuan lahan (I, II, III; IV; VI; VII; VIII)
Huruf latin menunjukkan faktor penghambat (l= kemiringan lereng; e= erosi; d= drainase; k=
kedalaman tanah)
Angka latin menunjukkan level faktor penghambat (1, 2, 3, 4, 5, 6)
Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014 143
Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem Pertanian … Suyana dan Muliawati
atas dan puncak Gunung Merbabu, serta Secara ideal untuk menjaga retensi DAS
hutan produksi yang berada di wilayah tetap baik diperlukan luasan vegetasi
hilir Sub-DAS Serang bagian timur laut. hutan minimal 30% dari luas DAS yang
Kawasan hutan yang hanya 6,4% ini berada diwilayah hulu, dan berfungsi
sebenarnya kurang baik di dalam upaya sebagai kawasan resapan.
menjamin retensi DAS yang ideal. Retensi
DAS diartikan sebagai ketahanan dan Analisis Kelas Kemampuan Lahan
kemampuan konservasi air oleh DAS, agar Rekapitulasi hasil analisis klasifikasi
air hujan yang jatuh dapat ditampung, kelas kemampuan lahan pada sistem
diresapkan dan disimpan dalam tanah dan pertanian (termasuk hutan) di Sub-DAS
akuifer, selanjutnya secara perlahan Serang disajikan pada Tabel 2, dengan
dilepaskan ke sistem jaringan sungai letak dan penyebarannya disajikan pada
dengan distribusi merata sepanjang Gambar 2.
tahun, dengan fluktuasi debit antara Tabel 2 menunjukkan bahwa pada
musim hujan dan musim kemarau relatif wilayah Sub-DAS Serang memiliki kelas
kecil. Retensi DAS dipengaruhi oleh kemampuan lahan I, II, III, IV, VI, VII, dan
VIII. Kelas kemampuan lahan didominasi
keadaan vegetasi, penggunaan lahan,
oleh kelas II seluas 12.096,90 ha (40,6%),
kondisi topografi, tanah, dan geologi.

Gambar 2. Peta kelas kemampuan lahan di Sub-DAS Serang DTW Kedung Ombo
144 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014
Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem Pertanian … Suyana dan Muliawati
diikuti kelas III seluas 11.598,92 ha kemiringan lereng (l); untuk kelas III
(38,9%), kelas IV seluas 2.879,11 ha adalah kemiringan lereng (l), erosi (e),
(9,7%), kelas I seluas 1.333,14 ha (4,5%), kedalaman tanah (k) dan drainase (d);
kelas VIII seluas 712,57 (2,4%), kelas VII untuk kelas IV adalah kemiringan lereng
seluas 684,97 ha (2,3%), dan kelas VI (l) dan erosi (e); sedangkan untuk kelas VI,
seluas 512,84 ha (1,7%). Dengan faktor VII, dan VIII memiliki faktor penghambat
penghambat utama yang meliputi : untuk yang sama yaitu kemiringan lereng (l).
kelas II adalah kedalaman tanah (k) dan
Tabel 3. Hasil evaluasi kesesuaian kelas kemampuan lahan dan uraian sifat-sifat lahan
pada sistem pertanian di Sub-DAS Serang
Kemampuan Intensitas
Lahan dan Macam Evaluasi
Sifat-sifat Lahan
Kelas Sub- Penggunaan Kesesuaian
kelas Lahan
1. Tanah bertekstur sedang (t3); kepekaan I - Pertanian Sesuai dengan
erosi rendah (KE2); mengalami erosi tidak garapan penggunaan
ada (e0); dalam (k0); berdrainase baik (d1); sangaat lahan saat ini
permeabilitas sedang (P3); ada kerikil intensif (sawah irigasi)
sedikit (b0); terletak pada lereng 0-3%
(A/l0). Lahan dimasukkan kelas I karena
terletak pada lereng datar dan kedalaman
tanah dalam. Kelasnya bersimbol I.
2. Tanah bertekstur halus-sedang (t1-t3); II II-k1; Pertanian Sesuai dengan
kepekaan erosi sedang (KE3); mengalami II-l1; garapan penggunaan
erosi tidak ada-ringan (e0-e1); dalam-sedang II-k1.l1 intensif lahan saat ini
(k0-k1); berdrainase baik (d1); permeabilitas (sawah irigasi,
agak lambat-sedang (P2-P3); ada kerikil sawah tadah
sedikit (b0); terletak pada lereng 0-8% (A-B/ hujan, tegalan,
l0-l1). Lahan dimasukkan kelas II karena hutan rakyat,
terletak pada lereng berombak, kedalaman kebun
tanah sedang, atau terletak pada lereng campuran,
berombak dan kedalaman tanah sedang. talun kebun)
Sub-kelasnya bersimbol II-l1, II-k1 atau II-k1.l1.
3. Tanah bertekstur halus-agak kasar (t1-t4); III III-d3; Pertanian Sesuai dengan
kepekaan erosi sedang-tinggi (KE3-KE5); III-k2; garapan penggunaan
mengalami erosi ringan-sedang (e1-e2); III-l2; sedang lahan saat ini
dalam-dangkal (k0-k2); berdrainase baik- III-l2.d3 (sawah irigasi,
agak buruk (d1-d3); permeabilitas agak III-l2.e2 sawah tadah
lambat-sedang (P2-P3); ada kerikil sedikit III-l2.k2 hujan, tegalan,
(b0); terletak pada lereng 3-15% (B-C/ l1-l2). hutan
Lahan dimasukkan kelas III karena terletak produksi,
pada lereng agak miring (bergelombang), hutan rakyat,
kedalaman tanah dangkal, drainase agak kebun
buruk, atau terletak pada lereng campuran,
bergelombang dan tingkat erosi sedang, talun kebun)
lereng bergelombang dan drainase agak
buruk, lereng bergelombang dan
kedalaman tanah dangkal. Sub-kelasnya
bersimbol III-l2 , III-d3 , III-k2 atau III-l2.d3, III-
l2.e2, III-l2.k2.

Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014 145
Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem Pertanian … Suyana dan Muliawati

Tabel 3. Lanjutan
Kemampuan Intensitas dan
Lahan Macam Evaluasi
Sifat-sifat Lahan
Kelas Sub- Penggunaan Kesesuaian
kelas Lahan
4. Tanah bertekstur halus-agak kasar (t1-t4); IV IV-l3; Pertanian Sesuai dengan
kepekaan erosi sedang-sangat tinggi (KE3- IV-l3.e3 garapan penggunaan
KE6); mengalami erosi sedang-agak berat terbatas lahan saat ini
(e2-e3); dalam-dangkal (k0-k2); berdrainase (tegalan, sawah
baik-agak buruk (d1 -d3); permeabilitas agak irigasi, sawah
lambat-sedang (P2-P3); ada kerikil sedikit tadah hujan,
(b0); terletak pada lereng 15-30% (D/l3). kebun campuran,
Lahan dimasukkan kelas IV karena terletak talun kebun,
pada lereng miring (berbukit) atau lereng hutan rakyat,
miring dan tingkat erosi agak berat. Sub- hutan produksi)
kelasnya bersimbol IV- l3, IV- l3.e3.
5. Tanah bertekstur halus-agak kasar (t1-t4); VI VI-l4 Pengembalaan Tidak sesuai
kepekaan erosi sedang-sangat tinggi (KE3- sedang/terbat dengan
KE6); mengalami erosisedang-agak berat as, hutan penggunaan
(e2-e4); dalam-dangkal (k0-k2); berdrainase produksi, cagar lahan saat ini
baik-agak buruk (d1 -d3); permeabilitas agak alam/ hutan (tegalan); dan
lambat-agak cepat (P2-P4); ada kerikil lindung sesuai dengan
sedikit-sedang (b0-b1); terletak pada lereng penggunaan
30-45% (E/l4). Lahan dimasukkan kelas VI lahan saat ini
karena terletak pada lereng 30-45% (agak (hutan rakyat)
curam/bergunung). Sub-kelasnya
bersimbol VI- l4.
6. Tanah bertekstur halus-agak kasar (t1-t4); VII VII-l5 Hutan Tidak sesuai
kepekaan erosi sedang-tinggi (KE3-KE5); produksi dengan
mengalami erosi ringan-berat (e1-e4); terbatas, cagar penggunaan
dalam-sedang (k0-k1); berdrainase baik- alam/ hutan lahan saat ini
agak baik (d1-d2); permeabilitas sedang- lindung (tegalan); dan
agak cepat (P3-P4); ada kerikil sedikit- sesuai dengan
banyak (b0-b2); terletak pada lereng 45- penggunaan
65% (F/l5). Lahan dimasukkan kelas VII lahan saat ini
karena terletak pada lereng 45-65% (hutan alam dan
(curam). Sub-kelasnya bersimbol VII- l5 semak alam)
7. Tanah bertekstur halus-agak kasar (t1-t4); VIII-l6 Cagar alam/ Sesuai dengan
kepekaan erosi sedang-tinggi (KE3-KE5); hutan lindung penggunaan
mengalami erosi ringan-berat (e1-e4); dalam- lahan saat ini
sedang (k0-k1); berdrainase baik-agak baik (hutan alam dan
(d1-d2); permeabilitas sedang-agak cepat (P3- semak alam); dan
P4); ada kerikil sedikit-banyak (b0-b2); terletak tidak sesuai
pada lereng >65% (G/l6). Lahan dimasukkan dengan
kelas VIII karena terletak pada lereng diatas penggunaan
65% (sangat curam). Sub-kelasnya bersimbol lahan saat ini
VIII- l6 (hutan rakyat)
Keterangan :
Angka romawi menunjukkan kelas kemampuan lahan (I, II, III; IV; VI; VII; VIII)
Huruf latin menunjukkan faktor penghambat (l= kemiringan lereng; e= erosi; d= drainase; k=
kedalaman tanah)
Angka latin menunjukkan level faktor penghambat (1, 2, 3, 4, 5, 6)
146 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014
Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem Pertanian … Suyana dan Muliawati
Adapun hasil analisis evaluasi dan erosi (agak berat), masih sesuai
kesesuaian kelas kemampuan lahan dan dengan penggunaan lahan saat ini
uraian sifat-sifat lahan pada sistem (tegalan, sawah irigasi, sawah tadah
pertanian di wilayah Sub-DAS Serang hujan, kebun campuran, talun kebun,
disajikan pada Tabel 3. hutan rakyat, hutan produksi) yaitu cocok
Tabel 2, juga menunjukkan bahwa untuk pertanian garapan terbatas,
penggunaan lahan pada sistem pertanian sedangkan untuk tegalan dan talun kebun
di Sub-DAS Serang pada umumnya memerlukan pengelolaan lahan yang lebih
(94,0%) sesuai dan sisanya 6,0% tidak hati-hati dan tindakan konservasi yang
sesuai dengan kelas kemampuan lahan. lebih sulit diterapkan dan dipelihara
Pada lahan kelas I (4,5%), sesuai dengan (seperti teras bangku). Lahan kelas VI
penggunaan lahan saat ini (sawah irigasi) (1,7%), mempunyai hambatan yang berat
yaitu cocok untuk pertanian garapan yaitu kemiringan lereng (agak curam),
sangat intensif. Lahan kelas II (40,6%) sebagian lahan tidak sesuai dengan
mempunyai faktor penghambat penggunaan lahan saat ini (tegalan) dan
kemiringan lereng (landai atau berombak) sebagian lahan sesuai dengan
dan ketebalan tanah efektif (sedang), penggunaan lahan saat ini (hutan rakyat).
sesuai dengan penggunaan lahan saat ini Menurut Arsyad (2006), lahan ini tidak
(sawah irigasi, sawah tadah hujan, sesuai untuk penggunaan pertanian,
tegalan, hutan rakyat, kebun campuran, penggunaannya terbatas hanya untuk
talun kebun) yaitu cocok untuk pertanian tanaman rumput atau padang
garapan intensif. Lahan kelas III (38,9%) penggembalaan, hutan produksi, hutan
mempunyai beberapa faktor penghambat lindung/cagar alam. Beberapa tanah di
diantaranya kemiringan lereng (agak dalam lahan kelas VI yang daerah
miring atau bergelombang), ketebalan perakarannya dalam, tetapi terletak pada
tanah efektif (dangkal), drainase (agak lereng agak curam jika digunakan untuk
buruk), dan erosi (sedang); sesuai dengan tanaman semusim (tegalan) harus dengan
penggunaan lahan saat ini (sawah irigasi, tindakan konservasi tanah yang berat,
sawah tadah hujan, tegalan, hutan seperti pembuatan teras bangku yang
produksi, hutan rakyat, kebun campuran, baik. Lahan kelas VII (2,3%), mempunyai
talun kebun) yaitu cocok untuk pertanian hambatan yang berat yaitu kemiringan
garapan sedang, sedangkan untuk tegalan lereng (curam), sebagian lahan tidak
memerlukan tindakan konservasi khusus sesuai dengan penggunaan lahan saat ini
(penanaman dalam strip, pembuatan (tegalan) dan sebagian lahan sesuai
teras, atau pergiliran tanaman dengan dengan penggunaan lahan saat ini (hutan
penutup tanah). Lahan kelas IV (9,7%) alam dan semak alam). Menurut Arsyad
mempunyai faktor penghambat (2006), tanah dalam lahan kelas VII yang
kemiringan lereng (miring atau berbukit) dalam dan tidak peka erosi jika

Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014 147
Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem Pertanian … Suyana dan Muliawati
digunakan untuk tanaman pertanian utama kemiringan lereng dan
(tegalan) harus dibuat teras bangku yang kedalaman tanah pada kelas II;
ditunjang dengan cara-cara vegetatif kemiringan lereng, kedalaman tanah,
untuk konservasi tanah, disamping drainase, dan erosi pada kelas III;
tindakan pemupukan. Lahan kelas VIII kemiringan lereng dan erosi pada
(2,4%), mempunyai hambatan yang berat kelas IV; kemiringan lereng pada kelas
yaitu kemiringan lereng (sangat curam), VI, VII, dan VII; sedangkan kelas I tidak
sebagian lahan tidak sesuai dengan memiliki faktor penghambat.
penggunaan lahan saat ini (hutan rakyat) 3. Penggunaan lahan pada sistem
dan sebagian lahan sesuai dengan pertanian di Sub-DAS Serang pada
penggunaan lahan saat ini (hutan alam umumnya (94,0%) sesuai dengan kelas
dan semak alam). Lahan yang digunakan kemampuannya, sedangkan sisanya
untuk hutan rakyat merupakan 6,0% tidak sesuai.
lahan/tanah milik petani, sedangkan
untuk hutan alam dan semak alam UCAPAN TERIMAKASIH
merupakan tanah negara yang sudah Peneliti mengucapkan terimakasih
ditetapkan penggunaannya sebagai hutan kepada Rektor UNS atas dukungan
lindung dan berada di lereng Gunung sumber dana penelitian Hibah Bersaing
Merbabu. DIPA UNS No. 2338/UN27.16/PN/2012;
demikian juga kepada staf Lab. Kimia dan
KESIMPULAN Kesuburan Tanah, Lab. Fisika dan
Dari hasil penelitian ini dapat Konservasi Tanah, serta Lab. GIS, Jurusan
diambil kesimpulan, sebagai berikut : Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS atas
1. Wilayah Sub-DAS Serang DTW Kedung bantuannya dalam analisa sifat-sifat tanah
Ombo mempunyai luas 37.474,10 ha, dan pembuatan peta-peta.
terdiri dari daerah pertanian seluas
29.818,45 ha (79,6%) dan sisanya DAFTAR PUSTAKA
berupa pemukimam dan lainnya seluas Arsyad, S. 2006. Konservasi tanah dan
7.655,65 ha (20,4%). air. Edisi Kedua. Bogor. Serial
Pustaka IPB Press.
2. Kelas kemampuan lahan pada sistem
pertanian di wilayah Sub-DAS Serang Foster, A.B. 1964. Approped practies in
terdiri dari kelas I, II, III, IV, VI, VII, dan soil conservation. Third Edition. The
Interstate Printers & Oublisher, Inc.
VIII; dengan urutan persentase luas
Danville, Illinois. 384 p.
wilayah didominasi oleh kelas II
(40,6%), diikuti kelas III (38,9%), kelas Holy, M. 1980. Erosion and Environment.
Pergamon Press. England.
IV (9,7%), kelas I (4,5%), kelas VIII
(2,4%), kelas VII (2,3%), dan kelas VI Klingebiel, AA & Montgomery, PM. 1973.
Land capability classification. Agric.
(1,7%). Memiliki faktor penghambat
Handb. No. 210. USDA-SCS. 21 p.
148 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014
Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem Pertanian … Suyana dan Muliawati
Notohadiprawiro, T. 1999. Memanfaatkan World Bank. 1993. Water Resources
Tanah Selaras Dengan Alam. Management. A World Bank Policy
Konggres dan Seminar HITI VII. Paper. IBRD/The World Bank.
Bandung, 2-5 Nopember 1999. Washington, D.C.
Sitorus, S.R.P. 1995. Evaluasi
Sumberdaya Lahan. Penerbit
Tarsito Bandung.

Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014 149

Anda mungkin juga menyukai