Anda di halaman 1dari 2

Tuntutan malpraktek seolah sudah menjadi momok bagi dokter dan insan medis lainnya.

Bila seorang
dokter melakukan kesalahan atau mengalami gugatan dari pasien, maka ia bisa akan dituntut pada 4
tempat, yakni pada Kejaksaan, Kepolisian, Konsil Kedoktena/IDI, dan MKDKI. Berbeda dengan
pelanggaran yang dilakukan oleh orang kebanyakan. Untuk menghindari terjadinya
kesalahan/pelanggaran dan tuntutan pasien ada beberapa hal yang bisa dikakukan oleh dokter atau
tenaga medis lainnya :

1. Bekerjalah sesuai dengan standar profesi atau protap di tempat bekerja. Kalau belum punya, segeralah
untuk memilikinya karena protap atau SOP tersebut akan menjadi dasar untuk menentukan ada tidaknya
kesalahan yang dilakukan.

2. Melengkapi semua administrasi sebelum melakukan praktek antara terutama (Surat Izin Praktek) SIP
dan rekam medik tiap pasien.

3. Pelajari pasal-pasal dalam KUHP, Undang-Undang Kesehatan, Undang Praktek Kedokteran (Praktikdok),
Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki) dan aturan terkait lainnya yang bisa menjerat dokter.

4. Bila memungkinkan (ada dana) segeralah mendaftar pada salah satu asuransi 'malpraktek' yang akan
menjamin dan membayar segala tuntutan bila suatu saat terjerat kasus hukum/malpraktek. Hanya
dengan membayar 1,5 juta pertahun, mereka akan menanggung semua tuntutan. Tuntutan pasien
biasanya ratusan juta sampai milyaran rupiah.

5. Kantongi nomor telepon seorang pengacara/mediator yang berpengalaman menangani kasus


malpraktek dan tuntutan pasien. Sehingga bila ada kasus yang terkait dengan hukum, bisa langsung
berkonsultasi dengan ahli hukum.

6. Bekali diri dengan kemampuan komunikasi yang handal dengan pasien. Kebanyakan tuntutan pasien
timbul akibat komunikasi yang kurang baik antara dokter dan pasien.

Namun jikalau sudah terkait kasus yang berkenaan dengan malpraktek ataupun proses hukum lainnya,
berikut beberapa tips :

1. Usahakan untuk selalu di dampingi oleh pengacara terutama saat dipanggil oleh pihak penyidik
terutama pihak kepolisian. Banyak dokter yang terjerat hukum hanya karena 'buta' seluk-beluk hukum.

2. Bacalah dengan cermat tiap lembar Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sebelum diparaf. Bila tidak
mengerti atau tidak setuju dapat mengajukan keberatan atau tidak menandatangani BAP. Dalam
beberapa kasus kadang seorang dokter 'diintmidasi' untuk menandatangani BAP. Oleh karena itu sangat
penting untuk didampingi seorang pengacara tatkala sedang menghadapi hal-hal seperti ini.

3. Bila diminta rekam medik pasien, jangan serahkan yang asli, tapi cukup fotokopinya. Hal ini penting
untuk menghindari terjadinya rekayasa. Pimpinan KPK saja yang ahli hukum bisa direkayasa kasusnya
apalagi seorang dokter yang tidak memiliki pengetahuan hukum sama sekali.
4. Upayakan penyelesaian kasus dengan cara mediasi atau kekeluargaan. Karena saya percaya tidak ada
dokter yang sengaja melakukan kesalahan yang merugikan pasien. Beberapa kasus bisa diselesakan
dengan mediasi.

5. Kasus yang sedang menimpa dokter jangan sampai tercium oleh media. Karena media cenderung
membesar-besarkan masalah dan sering memberitakan secara tidak objektif dan berimbang. Nama Anda
sebagai dokter juga akan tercoreng dan kemungkinan pasien Anda akan lari tunggang langgang
meninggalkan Anda :-)

Anda mungkin juga menyukai