I. MAKSUD
1. Mempelajari hukum Ohm dan Kirchoff pada rangkaian listrik sederhana.
2. Mampu merangkai rangkaian listrik sederhana.
3. Mampu mengukur tegangan dan arus setiap komponen pada rangkaian listrik.
4. Memahami hubungan seri dan parallel resistor.
5. Memahami hubungan seri dan parallel sumber tegangan.
III. TEORI
Rangkaian listrik adalah hubungan antara elemen-elemen listrik seperti resistor, inductor,
kapasitor, sumber tegangan, sumber arus, diode dll, dimana minimal terdapat satu arus loop yang
mengalir. Berikut contoh gambar rangkaian listrik sederhana.
Gambar 1
Susunan komponen-komponen listrik dapat disusun dengan berbagai macam cara, dua cara
hubungan komponen listrik atau rangkaian listrik yang paling dasar adalah seri dan parallel, seperti
dicontohkan pada gambar berikut.
Gambar 2
Untuk rangkaian seri, resistansi total (RT) dirumuskan sebagai berikut:
RT = R1 + R2 + R3 …………………………………………. (1)
Sedangkan pada rangakain resistor parallel resistensi total (RT) dirumuskan sebagai berikut:
1 1 1 1
= + + …………………………………… (2)
RT R1 R2 R3
Dalam setiap rangkaian listrik berlaku hokum Ohm dan Hukum Kirchoff.
Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan bahwa: teganagan (V) pada material-material penghantar adalah
berbanding lurus terhadap arus (I) yang mengalir melalui material tersebut. Secara matematika ditulis
sebagai berikut:
Gambar 3
Gambar 3 menunjukkan penerapan Hukum Ohm pada rangakaian sederhana, dimana konstanta
proporsionalitas atau kesebandingan R disebut sebagai resistansi. Satuan resistansi adalah Ohm, yaitu
1 Volt/Ampere, atau yang biasa disingkat menggunakan huruf besar omega (Ω).
Hukum Kirchoff Arus
Hukum ini juga disebut hukum pertama Kirchoff, aturan Kirchoff titik, persimpangan aturan
Kirchoff (atau nodal aturan), dan aturan pertama Kirchoff. Prinsip ini menyatakan bahwa: “Pada
setiap node (persimpangan) dalam sebuah sirkuit listrik, jumlah arus mengalir keluar dari simpul
tersebut.” atau “ Jumlah aljabar arus dalam jaringan konduktor bertemu di sebuah titik adalah nol.
Gambar 4
Dari gambar 4 dapat kita tuliskan persamaan Hukum Kirchoff Arus pada sebuah node sebagai
berikut:
I1 + I2 = I3 + I4
I1 + I2 – I3 – I4 = 0
ΣI = 0
Gambar 5
Dari gambar 5 dapat kita tuliskan persamaan Hukum Kirchoff Tegangan pada rangkaian listrik
sederhana tersebut sebagai berikut:
-Vs + V2 + V3 + V4 = 0
ΣV = 0
Untuk mengetahui berapa besarnya arus dan tegangan pada suatu komponen listrik dalam suatu
rangkaian listrik digunakan alat ukur yaitu Amperemeter dan Voltmeter.
Pengukur Arus
Untuk mengukur arus yang melalui sebuah komponen, misalnya resistor, maka Amperemeter
disisipkan ke dalam rangkaian, dihubungkan secara seri dengan komponen yang akan diukur seperti pada
gambar 6.
Gambar 6
Pengukuran Tegangan
Untuk mengukur tegangan antara dua titik pada sebuah rangkaian atau komponen, maka
Voltmeter dihubungkan secara paralel dengan rangkaian atau komponen yang diukur tegangannya
seperti pada gambar 7.
Gambar 7
3. Tutuplah sakelar, kemudian ukur tegangan dan arus di setiap komponen (R1, R2, R3 dan
Baterai)! Lakukan pengamatan berulang sebanyak 3 kali serta catatlah pada tabel pengamatan 1!
4. Lakukan langkah V.A.2 dan V.A.3 untuk rangkaian seri (b)!
5. Lakukan langkah V.A.2 dan V.A.3 untuk rangkaian paralel (a) dan (b)!
1. Susunlah rangkaian seperti gambar berikut! Pastikan sakelar dalam keadaan terbuka!
2. Ukurlah arus Is, I1, 12, 13, dan 14 sebanyak 3 kali dengan menggunakan Amperemeter! Sesuaikan
polaritas Amperemeter dengan arah arus pada gambar!
3. Ukurlah tegangan V„ V1, V2, V3, dan V4 sebanyak 3 kali! Sesuaikan polaritas Voltmeter
dengan polaritas tegangan pada gambar!
4. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan 3!
5. Lakukan langkah V.C.1 hingga V.C.3 untuk rangkaian pada gambar (b) (pengukuran dilakukan hanya
untuk V3 dan 13 saja!
V. DATA PENGAMATAN
5.1. Data Ruang
Awal Akhir
Suhu (oC) 26 26
Kelembaban (%) 87 89
Tekanan (mmHg) 680 680
Rangkaian Seri b
Tegangan (volt) Arus (Ampere)
Baterai R1 R2 R3 Baterai R1 R2 R3
2,78 0,694 0,671 1,357 0,01293 0,01294 0,01294 0,01294
2,72 0,694 0,671 1,359 0,01293 0,01293 0,01288 0,01290
2,73 0,694 0,671 1,358 0,01290 0,01292 0,01293 0,01292
Rangkaian Paralel a
Tegangan (volt) Arus (Ampere)
Baterai R1 R2 R3 Baterai R1 R2 R3
2,60 2,56 2,56 2,56 0,0775 0,0485 0,0249 0,0051
2,59 2,56 2,56 2,56 0,0769 0,0486 0,0250 0,0051
2,59 2,56 2,55 2,55 0,0768 0,0488 0,0251 0,0051
Rangkaian Paralel b
Tegangan (volt) Arus (Ampere)
Baterai R1 R2 R3 Baterai R1 R2 R3
2,55 2,53 2,53 2,53 0,0767 0,0481 0,0051 0,0248
2,55 2,53 2,53 2,53 0,0766 0,0481 0,0051 0,0248
2,55 2,52 2,52 2,52 0,0766 0,0480 0,0051 0,0248
Percobaan B
Satu Baterai 2 Baterai (seri a)
GGL/E(V) V (volt) I (A) Lampu GGL/E(V) V (volt) I (A) Lampu
1,34 1,00 3,5 Redup 2,68 2,08 4,5 Terang
1,32 1,00 3,5 Redup 2,65 2,06 4,5 Terang
1,32 1,00 3,5 Redup 2,65 2,06 4,5 Terang
2 Baterai (Seri b) 2 Baterai (Paralel a)
GGL/E(V) V (volt) I (A) Lampu GGL/E(V) V (volt) I (A) Lampu
0 0 0 Tdk nyala 1,35 1,06 3,5 Redup
0 0 0 Tdk nyala 1,35 1,06 3,5 Redup
0 0 0 Tdk nyala 1,35 1,07 3,5 Redup
2 Baterai (Paralel b)
GGL/E(V) V (volt) I (A) Lampu
0 0 0 Tdk nyala
0 0 0 Tdk nyala
0 0 0 Tdk nyala
Percobaan C
Gambar a
Tegangan (volt) Arus (Ampere)
VS V1 V2 V3 V4 IS I1 I2 I3 I4
2,66 1,18 1,18 1,18 2,38 0,0687 0,0118 0,0118 0,0236 0,0455
2,49 1,13 1,13 1,13 2,24 0,0687 0,0119 0,0119 0,0239 0,0460
2,51 1,21 1,21 1,20 2,42 0,0698 0,0118 0,0118 0,0237 0,0461
Gambar b
Tegangan (volt) Arus (Ampere)
VS V1 V2 V3 V4 IS I1 I2 I3 I4
2,51 1,18 1,18 1,17 2,37 0,0704 0,0122 0,0122 0,0244 0,0471
2,49 1,20 1,22 1,16 2,37 0,0709 0,0123 0,0123 0,0246 0,0474
2,51 1,25 1,25 1,23 2,47 0,0706 0,0122 0,0122 0,0245 0,0470
VI. PENGOLAHAN DATA
Percobaan A
1 Ṽ
2
n ΣV (ΣVi)2 2 3. R =
Σ𝑉 1 i− ī
1. Ṽ = ;∆Ṽ = [ ] 𝜕𝑅
∆R = |𝜕Ṽ | |∆Ṽ| + | 𝜕ī | |∆ī|
𝜕𝑅
𝑛 𝑛 𝑛−1
1 Ṽ
1 = | ī | |∆Ṽ| + |ī2 | |∆ī|
2
n ΣI 2 2
Σ𝐼 1 i − (ΣIi )
2. ī = ∆ī = [ ]
𝑛 𝑛 𝑛−1
Seri a
Ṽ (volt) ∆Ṽ (volt) ī (A) ∆ī (A) R (ohm) ∆R (ohm)
R1 0.691 0.0027 0.01287 0.000035 53.717 0.359
R2 0.671 0.0019 0.01286 0.000028 52.138 0.260
R3 1.360 0.0015 0.01275 0.000041 106.668 0.457
RT 2.730 0 0.01290 0.000045 211.628 0.740
Seri a
(Ṽ ± ∆Ṽ) (volt) (ī ± ∆ī ) (A) (R ± ∆R ) (ohm)
R1 (6.910 ± 0.027)10-1 (1.2870 ± 0.0035)10-2 (5.372 ± 0.036)10
R2 (6.710 ± 0.019)10-1 (1.2860 ± 0.0028)10-2 (5.214 ± 0.026)10
-2
R3 (1.3600 ± 0.0015) (1.2750 ± 0.0041)10 (1.067 ± 0.005)102
RT (2.730 ± 0) (1.2900 ± 0.0045)10-2 (2.116 ± 0.007)102
Seri b
Ṽ (volt) ∆Ṽ (volt) ī (A) ∆ī (A) R (ohm) ∆R (ohm)
R1 0.6940 0 0.01293 0.000006 53.674 0.024
R2 0.6710 0 0.01292 0.000019 51.948 0.075
R3 1.3580 0.0006 0.01292 0.000012 105.108 0.139
RT 2.7433 0.0186 0.01292 0.000010 212.332 1.601
Seri b
(Ṽ ± ∆Ṽ) (volt) (ī ± ∆ī ) (A) (R ± ∆R ) (ohm)
R1 (6.94 ± 0)10-1 (1.2930 ± 0.0006)10-2 (5.367 4± 0.0024)10
-1 -2
R2 (6.71 ± 0)10 (1.2920 ± 0.0019)10 (5.195 ± 0.008)10
R3 (1.3580 ± 0.0006) (1.2920 ± 0.0012)10-2 (1.0511 ± 0.0014)102
RT (2.743 ± 0.019) (1.2920 ± 0.0010)10-2 (2.1233 ± 0.0016)102
Paralel a
Ṽ (volt) ∆Ṽ (volt) ī (A) ∆ī (A) R (ohm) ∆R (ohm)
R1 2.5600 0.0000 0.04863 0.00009 52.639 0.095
R2 2.5567 0.0033 0.02500 0.00006 102.267 0.370
R3 2.5567 0.0033 0.00510 0.00000 501.307 0.654
RT 2.5933 0.0033 0.07707 0.00022 33.651 0.139
Paralel a
(Ṽ ± ∆Ṽ) (volt) (ī ± ∆ī ) (A) (R ± ∆R ) (ohm)
R1 (2.56 ± 0.00) (4.8630 ± 0.0009)10-2 (5.26 ± 0.01)10
R2 (2.5567 ± 0.0033) (2.5000 ± 0.0006)10-2 (1.0227 ± 0.0037)102
R3 (2.5567 ± 0.0033) (5.1 ± 0.0)10-3 (5.013 ± 0.007)102
RT (2.5933 ± 0.0033) (7.7070 ± 0.0022)10-2 (3.365 ± 0.014)10
Paralel b
Ṽ (volt) ∆Ṽ (volt) ī (A) ∆ī (A) R (ohm) ∆R (ohm)
R1 2.5267 0.0033 0.04807 0.000033 52.566 0.106
R2 2.5267 0.0033 0.00510 0.000000 495.425 0.654
R3 2.5267 0.0033 0.02480 0.000000 101.882 0.134
RT 2.5500 0.0000 0.07663 0.000033 33.275 0.014
Paralel b
(Ṽ ± ∆Ṽ) (volt) (ī ± ∆ī ) (A) (R ± ∆R ) (ohm)
R1 (2.5267± 0.0033) (4.8070 ± 0.0033)10-2 (5.257 ± 0.011)10
R2 (2.5267 ± 0.0033) (5.10 ± 0)10-3 (4.954 ± 0.007)102
R3 (2.5267 ± 0.0033) (2.480 ± 0)10-2 (1.0188 ± 0.0013)102
RT (2.55 ± 0) (7.6630 ± 0.0033)10-2 (3.3275± 0.0014)10
Percobaan B
1 Ē−Ṽ
n ΣE2 (ΣEi)2 2 4. rd =
ΣE 1 i− ī
1. Ē = ∆Ē = [ ] 𝜕𝑟𝑑 𝜕𝑟
∆rd = | 𝜕Ē | |∆Ē| + | 𝜕Ṽ𝑑 | |∆Ṽ| + |
𝜕𝑟𝑑
| |∆ī|
n 𝑛 𝑛−1 𝜕ī
1 1 1 Ē−Ṽ
= | ī | |∆Ē| + | ī | |∆Ṽ| + | | |∆ī|
ī2
Σ𝑉
n ΣV2 (ΣVi)2 2
1 i−
2. Ṽ = ∆Ṽ = 𝑛 [ ]
𝑛 𝑛−1
1
n ΣI2 2 2
Σ𝐼 1 i − (ΣIi )
3. ī = ∆ī = [ ]
𝑛 𝑛 𝑛−1
Percobaan C
Gambar a
Ṽ (volt) ∆Ṽ (volt) (Ṽ±∆Ṽ) (volt) ī (A) ∆ī (A) (ī±∆ī) (A)
S 2.553 1.6844 (2.6 ± 1.7) 0.0691 0.0955 (7 ± 9)10-2
1 1.173 0.7024 (1.2 ± 0.7) 0.0118 0.0436 (1 ± 4)10-2
2 1.173 0.7024 (1.2 ± 0.7) 0.0118 0.0436 (1 ± 4)10-2
3 1.170 0.6999 (1.2 ± 0.7) 0.0237 0.0606 (2 ± 6)10-2
4 2.347 1.5379 (2.3 ± 1.5) 0.0459 0.0812 (5 ± 8)10-2
Gambar b
Ṽ (volt) ∆Ṽ (volt) (Ṽ±∆Ṽ) (volt) ī (A) ∆ī (A) (ī±∆ī) (A)
S 2.503 1.648078 (2.6 ± 1.7) 0.0706 0.096321 (7 ± 9)10-2
1 1.210 0.728572 (1.2 ± 0.7) 0.0122 0.044318 (1 ± 4)10-2
2 1.217 0.73333 (1.2 ± 0.7) 0.0122 0.044318 (1 ± 4)10-2
3 1.187 0.711891 (1.2 ± 0.7) 0.0245 0.061508 (2 ± 6)10-2
4 2.403 1.577517 (2.4 ± 1.6) 0.0472 0.082151 (5 ± 8)10-2
Jawaban:
1 1
(a). Rp = 1 1 = 1 1 = 83.3 Ω RT = R2 + Rp = (50 + 83.3)Ω = 133.3 Ω
+ +
R1 R3 500Ω 100Ω
1 1
(b). Rp1 = 1 1 1 = 1 1 1 = 25 Ω
+ + + +
R1 R2 R3 100 50 100
1 1
Rp2 = 1 1 = 1 1 = 50 Ω RT = Rp1 + Rp2 = (25 + 50) Ω = 75 Ω
+ +
R2 R3 100 100
12. Susunan baterai manakah yang mempunyai hambatan dalam terbesar? Berilah penjelasan!
Jawaban: susunan 2 baterai dipasang seri a, karena antara baterai 1 dan 2 dipasang seri dan tegangan
yang dihasilkan pada rangkaian merupakan jumlah tegangan kedua baterai.
13. Susunan baterai manakah yang mempunyai hambatan dalam terkecil? Berilah penjelasan!
Jawaban: susunan 2 baterai dipasang paralel a, karena baterai 1 dan 2 dipasang paralel dan tegangan
yang dihasilkan pada rangkaian kecil.
14. GGI (E) terbesar dihasilkan oleh susunan baterai yang mana? Jelaskan!
Jawaban: susunan 2 baterai dipasang seri a, karena nilai GGL yang dihasilkan merupakan total
jumlah nilai GGL (E) setiap baterainya.
15. Penurunan tegangan terbesar (E — V) terjadi pada susunan baterai yang mana? Jelaskan!
Jawaban: susunan 2 baterai dipasang seri a, karena akan menghasilkan bedapotensial dan GGL yang
besar sehingga terjadi penurunan tegangan yang besar.
16. Apakah Hukum Kirchoff Arus berlaku di setiap node pada percobaan HKT? Buktikan!
Jawaban : tidak berlaku, karena seharusnya tegangan total sama dengan tegangan dialiran 4 (Vs = V4)
17. Apakah Hukum Kirchoff Tegangan berlaku di setiap loop pada percobaan HKT? Buktikan!
Jawaban : tidak berlaku, karena seharusnya Is = I4 atau nilai I di setiap loop akan sama.
18. Apakah HKA dan HKT tetap berlaku pada saat mengubah polaritas alat ukur?
Jawaban : seharusnya tetap berlaku.
VIII. ANALISIS
Pada rangkaian seri nilai R total akan lebih kecil dibandingkan R1, R2, dan R3 sedangkan pada
rangkaian paralel nilai R total merupakan jumlah dari R1, R2, dan R3.
Pada rangkaian seri nilai arus pada rangkaian akan sama sedangakan pada rangkaian paralel
nilai tegangan pada rangkaian akan sama.
Nilai tegangan pada satu dengan 2 baterai dipasang paralel adalah sama, karena apabila 2
baterai dipasang paralel tegangan yang dihasilkan pada rangakaian merupakan tegangan salah
satu baterai akantetapi nilai tegangan kedua baterai harus sama.
Pada 2 baterai dipasang seri akan menghasilkan tegangan yang besar sehingga nilai R totalnya
akan besar dibandingkan pada 1 baterai, karena tegangan total adalah jumlah tegangan dari
kedua baterai.
Nyala lampu pada 2 baterai dipasang seri lebih terang dibandingkan pada 1 baterai dan 2
baterai dipasang paralel, karena arus yang mengalir pada rangkaian tersebut besar.
Hukum kirchoff arus tidak berlaku pada percobaan ini karena tegangan di setiap node tidak
sama atau Vs = V4.
Hukum kirchoff tegangan tidak berlaku pada percobaan ini karena kuat arus disetiap loop tidak
sama atau Is = I4, I1 = I2.
IX. KESIMPULAN
Hukum ohm akan menentukan besarnya hambatan pada masing-masing komponen listrik dan
hokum kirchoff untuk menentukan besarnya tegangan dan kuat arus pada rangkaian seri dan
paralel.
Rangkaian listrik sederhana yang digunakan pada percobaan ini adalah baterai sebagai sumber
tegangan, kabel penghubung untuk mengalirkan arus, resistor atau lampu.
Nilai resistor total pada rangkaian seri akan lebih kecil dibandingkan R1, R2, R3 sedangkan
pada rangkaian paralel nilai R total adalah jumlah dari R1, R2, dan R3.
Tegangan yang dihasilkan pada 2 baterai dipasang seri memiliki nilai yang besar dibandingkan
pada 2 baterai dipasang paralel dan 1 baterai sehingga nyala lampunya juga lebih terang.
X. DAFTAR PUSTAKA
Andar Soeprapto, Drs., Ridwan. M, ST., MT., 2011. Buku Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.
Bandung: ITENAS.