BLOK 17
“Perawatan Maloklusi"
Tutor
drg. Lendrawati, MDSc
KELOMPOK 5
RENCANA PERAWATAN
Skenario 2
"HADEEUUHH GIGIKU"
Melia (10 tahun) besama ibunya datang ke RSGMP untuk konsultasi mengenai keadaan
gigi depan atas yang terlihat maju. Ibu Melia merasa cemas dengan keadaan gigi anaknya yang
menyebabkan wajah Melia terlihat kurang menarik.
Dokter gigi melakukan anamnesa, menanyakan riwayat gigi keluarganya,riwayat bad habit
Melia Pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi yang ada 16, 55, 14, 53, 12 , 21, 22, 63, 24, 65,
26, 36, 75, 34, 33, 32, 31, 41, 42,43,44, 85, 46. Relasi molar tonjol mesio bukal molar satu atas
berkontak dengan lekuk bukal molar satu bawah, jarak gigit 7,5 mm, tumpang gigit 4,3
mm,,konstriksi rahang atas, bentuk kepala dolicosepalik, bentuk wajah leptoprosop, profil muka
cembung. Analisa sefalometri menunjukkan SNA=830, SNB=810, fasial angle=900.
A. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang dapat
menimbulkan kesalahan interpretasi
B. Menentukan masalah
A. Terminologi
1. Dolicosefalik
Dolicosefalik adalah bentuk kepala yang panjang dan sempit.
2. Leptoprosop
Leptoprosop adalah bentuk muka yang tinggi dan sempit.
3. SNA
Sudut yang dibentuk dari Selatorsika ke Nation lalu ke titik A yang menunjukan posisi
maksila terhadap kranium
4. SNB
5. Sudut yang dibentuk dari Selatorsika ke Nation lalu ke titik B yang menunjukan posisi
mandibular terhadap kranium
6. Facial Angle
Pengukuran sudut wajah yang memberikan gambaran protusif atau retrusif
Perpotongan garis frankurt dengan N Pogonion
B. Masalah
5. Apa maksud dari SNA 89°, SNB 81°, facial angle 90° dan berapakah batas normal dari
SNA SNB dan facial angle?
12. Bagaimana cara mengatasi kebiasaan buruk Melia dana pa rencana perawatannya?
C. Analisa masalah, brain storming menggunakan prior knowledge
Mengetahui keluhan
Mengetahui riwayat penyakit
Mengetahui kebiasaan buruk pasien
Mengetahui riwayat kesehatan keluarga
Mengetahui lingkungan
Mengetahui rencana perawata yang tepat
Mengetahui etiologi
Mengetahui diagnose
Mengetahui keadaan social ekonomi
Herediter
Bad habit
Trauma
Lingkungan
5. Apa maksud dari SNA 89°, SNB 81°, facial angle 90° dan berapakah batas normal dari
SNA SNB dan facial angle?
SNA 89 : Sudut yang dibentuk dari Selatorsika ke Nation lalu ke titik A adalah 89
SNB 81 : Sudut yang dibentuk dari Selatorsika ke Nation lalu ke titik B adalah 81
Facial Angle : Perpotongan garis frankurt dengan N Pogonion membentuk sudut
90
Batas normalnya adalah
SNA : 80-84 jika lebih besar dari normal berarti maksila terletak lebih ke
anterior
SNB : 78-82 jika lebih besar dari normal berarti madibula lebih ke anterior
Facial Angle 83-95, -2 dan +2 masih dianggap normal
Overjet : 2-4mm
Overbite : 2-4mm
Menguunakan 4 titik anatomis yaitu grabella, lip contur atas, lip contur bawah,
pogoion dan garis referensi glabella dan pog
Usia
Kebutuhan ruang
Alat yang digunakan
Tujuan perawatan
Down syndrome
Etiologi maloklusi pasien
Waktu perawatan
Penyakit sistemik seperti epilepsy rickets
Keterbelakangan mental
Hipersalivasi
Leukemia
Anemia
Riwayat keluarga
Riwayat bad habit
12. Bagaimana cara mengatasi kebiasaan buruk Melia dana pa rencana perawatannya?
F. Kumpulan informasi
Maloklusi adalah hal yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai
bentuk normal.
GOLONGAN MALOKLUSI :
Dental dysplasia
Skeleto Dental dysplasia
Skeletal dysplasia
1. Dental displasia :
Maloklusi bersifat dental, satu gigi atau lebih dalam satu atau dua rahang dalam
hubungan abnormal satu dengan lain.
Hubungan rahang atas dan rahang bawah normal
Keseimbangan muka dan fungsi normal
Perkembangan muka dan pola skeletal baik
Macam-macam kelainan :
Misalnya : kurang tempatnya gigi dalam lengkung, oleh karena prematur loss,
tambalan kurang baik, ukuran gigi lebih besr, sehingga dapat terjadi keadaan
linguiversi, labioversi dan sebagainya.
2. Skeleto Dental displasia
Tidak hanya giginya yang abnormal, tetapi dapat terjadi keadaan yang tidak
normal pada hubungan rahang atas terhadap rahang bawah, hubungan rahang
terhadap kranium, fungsi otot dapat normal atau tidak tergantung macam kelainan
dan derajat keparahan kelainan tersebut.
3. Skeletal Displasia
Dalam kelainan skeletal displasia terdapat hubungan yang tidak normal pada :
Tanda-tanda :
Tonjol mesiobukal gigi M1 atas terletak pada celah bagian bukal (buccal
groove) gigi M1 bawah.
Gigi C atas terletak pada ruang antara tepi distal gigi C bawah dan tepi
mesial P1 bawah.
Tonjol mesiolingual M1 atas beroklusi pada Fossa central M1 bawah.
Dr. Martin Dewey membagi klasifikasi kelas I maloklusi Angle menjadi 5 tipe yaitu
:
Tipe 1 : Klas I dengan gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau gigi C
ektostem
Tipe 2 : Klas I dengan gigi anterior letaknya labioversi atau protrusi
Tipe 3 : Klas I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan terbalik
(anterior crossbite).
Tipe 4 : Klas I dengan gigi posterior yang crossbite.
Tipe 5 : Klas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial akibat
prematur ekstraksi.
Disebut sub divisi bila kelas II hanya dijumpai satu sisi atau unilateral.
Kelas III Angle = Mesio Oklusi
Jika lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam hubungan
yang lebih ke mesial terhadap lengkung gigi di maksila.
Tanda-tanda :
Tonjol mesiobukal gigi M1 atas beroklusi dengan bagian distal tonjol distal
gigi M1 bawah dan tepi mesial tonjol mesial tonjol mesial gigi M2 bawah.
Terdapat gigitan silang atau gigitan terbalik atau cross bite anterior pada
relasi gigi anterior.
Lengkung gigi mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam
hubungan yang lebih mesial terhadap lengkung gigi maksila.
Tonjol mesiobukal gigi M1 atas beroklusi pada ruangan interdental antara
bagian distal gigi M1 bawah dengan tepi mesial tonjol mesial gigi M2
bawah.
Dr. Martin Dewey membagi klasifikasi kelas III maloklusi Angle menjadi 3 tipe
yaitu
Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak
normal.
Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi
ada linguoversi dari gigi anterior mandibula.
Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang; linguoversi dari gigi
anterior maksila; lengkung gigi mandibula baik
Maloklusi Klas III dapat diklasifikasikan dalam true Class III dan pseudo Class III
Kebingungan bisa timbul bila gigi seri atas tegak lurus atau retroclined, tapi dengan bertambah
overjet Hal ini menyebabkan diperkenalkannya “Class II intermediet” (Williams dan Stephens,
1992):
Class II intermediet tepi gigi insisivus bawah terletak di posterior dataran
cingulumgigi seri atas. Gigi seri atas berdiri tegak atau sedikit bergaris dan overjet
terletak di antara 5 dan 7 mm.
Kenyataannya, overjet yang meningkat dengan gigi insisivus atas retroclined ada dalam
deskriptif Class II divisi 2.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi Maloklusi
Herediter.
Anak pasti memiliki materi gen yang sama dengan orang tuanya. Faktor herediter
ini memiliki pengaruh terhadap sistem neuromuskular, tulang, gigi dan jaringan
lunak.14 Pengaruh herediter dapat bermanifestasi dalam dua hal, yaitu:9
Faktor ekstrinsik
a. Faktor keturunan atau genetik
Faktor keturunan atau genetik adalah sifat genetik yang diturunkan dari
orang tuanya atau generasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah ciri-ciri khusus
suatu ras atau bangsa misalnya bentuk kepala atau profil muka sangat
dipengaruhi
oleh ras atau suku induk dari individu tersebut yang diturunkan dari kedua
orang tuanya. Bangsa yang merupakan prcampuran dari bermacam-macam ras
atau suku akan dijumpai banyak maloklusi
b. Kelainan bawaan
Kelainan bawaan kebanyakan sangat erat hubungannya dengan faktor
keturunan misalnya sumbing atau cleft : bibir sumbing atau hare lip, celah
langit-langit (cleft palate).
• Tortikolis : adanya kelainan dari otot-otot daerah leher sehingga tidak dapat
tegak mengkibatkan asimetri muka.
• Sifilis : akibat penyakit sifilis yang diderita orang tua akan menyebabkan
terjadinya kelainan bentuk dan malposisi gigi dari bayi yang dilahirkan
c. Gangguan keseimbangan endokrine
Misal : Rickets (kekurangan vitamin D), Scorbut (kekurangan vitamin C), beri-
beri (kekurang vitamin B1) mengakibatkan maloklusi yang hebat.
Sifat mukosa : keras, lunak, kencang atau lembek mempengaruhi erupsi gigi.
kedudukan bibir.
3. Ukuran gigi-gigi dan lebar serta penjang lengkung rahang dapat mengakibatkan
gigi berjejal atau bercelah. Misalnya makrodontia, mikrodomtia. Lebar dan
panjang lengkung rahang, penyesuaian antara rahang atas dan rahang bawah
mengakibatkan terjadinya mandibuler retrusi atau prognatism.
Faktor Instrinsik
a. Kelainan jumlah gigi
1. Super numerary gigi (gigi kelebihan)
Lebih banyak terjadi pada rahang atas, kedudukan dekat midline (garis
mediana) sebelah palatival gigi seri rahang atas disebut mesiodens.
Bentuknya biasanya konus kadang-kadang bersatu (fused) dengan gigi
pertama kanan atau kiri, jumlahnya pada umumnya sebuah tapi kadang-
kadang sepasang. Gigi supernumery kadang-kadang tidak tumbuh
(terpendam atau impected) sehingga menghalangi tumbuhnya gigi tetap
didekatnya atau terjadi kesalahan letak (malposisi). Oleh karena itu pada
penderita yang mengalami kelambatan atau kelainan tumbuh dari gigi seri
rahang atas perlu dilakukan Ro photo.
Lebih banyak terjadi dari pada gigi supernumerary. Dapat terjadi pada
rahang atas maupun rahang bawah tetapi lebih sering pada rahang bawah.
Urutan kemungkinan terjadi kekurangan gigi adalah sebagai berikut :
Salah satu penyebab utama terjadinya malposisi adalah gigi sendiri yaitu ukuran
gigi tidak sesuai dengan ukuran rahang, ukuran gigi lebih lebar atau sempit
dibandingkan dengan lebara lengkung rahang sehingga meyebabkan crowded
atau spasing.
c. Kelainan bentuk gigi
Kelainan bentuk gigi yang banyak dijumpai adalah adanya peg teeth ( bentuk
pasak) atau gigi bersatu (fused). Juga perubahan bentuk gigi akibat proses atrisi
(karena fungsi) besar pengaruhnya terhadap terjadinya maloklusi, terutama pada
gigi sulung (desidui).
d. Kelainan frenulum labii
e. Premature los
Juga yang terutama adalah menyediakan ruang untuk gigi tetap, membantu
mempertahankan tinggi oklusal gigi-gigi lawan (antagonis), membimbing erupsi
gigi tetap dengan proses resopsi.
Akibat premature los fungsi tersebut akan terganggu atau hilang sehingga dapat
mengkibatkan terjadinya malposisi atau maloklusi.
Dapat disebabkan karena adanya gigi supernumerary, sisa akar gigi sulung atau
karena jaringan mucosa yang terlalu kuat atau keras sehingga perlu dilakukan
eksisi. Kadang-kadang hilang terlalu awal (premature los) gigi sulung akan
mempercepat erupsinya gigi tetap penggantinya, tetapi dapat pula menyebabkan
terjadinya penulangan yang berlebihan sehingga perlu pembukaan pada waktu
gigi permanen akan erupsi, sehingga gigi tetap penggantinya dapat dicegah.
h. Ankilosis
Ankilosis dapat juga disebabkan oleh karena gangguan endokrin atau penyakit-
penyakit kongenital (misal : kleidokranial disostosis yang mempunyai
predisposisi terjadi ankilosis, kecelakaan atau trauma).
i. Karies gigi
Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran gigi yang
bertujuan untuk mendapatkan penampilan dentofasial yang menyenangkan secara estetika
yaitu dengan menghilangkan susunan gigi yang berdesakan, mengoreksi penyimpangan
rotasional dan apikal dari gigi-geligi, mengoreksi hubungan antar insisal serta menciptakan
hubungan oklusi yang baik (Finn, 2003).
Perawatan ortodontik dibagi menjadi beberapa klasifikasi, antara lain yang pertama
berdasarkan waktu dan tingkatan maloklusi:
(1) Ortodontik preventif. Perawatan ini adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menjaga
yang semestinya menjadi oklusi normal pada waktu tertentu. Ortodontik preventif
membutuhkan kemampuan untuk menilai dento-fasial normal, perkembangan, pertumbuhan
dan penyimpangan dari arah normal. Pada perawatan ini, dituntut untuk mengeliminasi
kebiasaan lokal yang melibatkan struktur dento-fasial antara lain, malnutrisi, memelihara
bentuk gigi dengan restorasi yang tepat, penggunaan space maintainer setelah gigi susu
tanggal prematur.
(2) Ortodontik interseptif. Menurut American Association of Orthodontists, ortodontik
interseptif adalah suatu fase dari pengetahuan dan seni ortodontik yang digunakan untuk
mengenali dan menghilangkan potensi penyimpangan dan malposisi dalam perkembangan
komplek dentofasial. Dalam fase ini, berkonsentrasi khusus dalam upaya untuk menangani
kondisi maloklusi atau malformasi gigi untuk menciptakan perkembangan yang normal.
Langkah-langkah pencegahan tersebut antara lain termasuk kontrol karies, anatomi restorasi
gigi, pemeliharaan ruang, koreksi kebiasaan buruk, kelainan genetik dan kongenital, dan
pengawasan tanggalnya gigi desidui. Prosedur dalam bidang ortodontik preventif dan
interseptif saling berkaitan, oleh karena itu keduanya tidak bisa terpisahkan. Tetapi, pada
ortodontik interseptif sudah dijumpai adanya maloklusi atau malformasi gigi untuk ditangani
sedangkan pada ortodontik preventif ditujukan untuk mencegah maloklusi atau malformasi
terjadi.
(3) Ortodontik kuratif. Seperti ortodontik interseptif, ortodontik kuratif juga melihat adanya
maloklusi dan kebutuhan untuk menghilangkan gejala dan permasalahannya. Prosedur yang
digunakan dalam ortodontik kuratif bisa mekanik, fungsional, dan pembedahan (Sulandjari,
2008).
Relaps
Relaps adalah suatu keadaan yang dijumpai pasca perawatan ortodontik dan ditandai dengan
kembalinya sebagian atau seluruh kondisi seperti pra-perawatan ortodontik atau dengan kata
lain, relaps dapat mengakibatkan hilangnya hasil yang telah dicapai dalam suatu perawatan
ortodontik (Gill, 2008). Menurut Moyers (1988), relaps adalah suatu istilah yang digunakan
pada suatu keadaan hilangnya koreksi yang telah dicapai dalam perawatan ortodontik.
11
Menurut Bhalajhi (2001), beberapa faktor yang dapat menyebabkan relaps, antara lain:
(1) Tarikan pada Ligament Periodontal. Saat gigi-gigi digerakkan (digeser) secara ortodontik,
jaringan utama periodontal dan jaringan gingival yang mengelilingi gigi akan merenggang.
Jaringan yang merenggang ini akan memendek sehingga dapat berpotensi menyebabkan relaps
pada gigi. Jaringan jaringan ligamen periodontal menyesuaikan diri dengan posisi baru secara
cepat. Penelitian membuktikan bahwa jaringan utama akan berekonstruksi dalam waktu 4
minggu. Sebaliknya, jaringan gingival supra alveolar butuh waktu 40 minggu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan posisi yang baru, sehingga mudah untuk relaps kembali. Setelah
perawatan ortodontik yang komprehensif, retensi harus dilanjutkan selama 4-5 bulan untuk
memberikan waktu bagi jaringan periodontal berekonstruksi kembali. Setelah masa ini, retensi
harus dilanjutkan selama 7-8 minggu lagi untuk memberikan waktu bagi jaringan gusi
beradaptasi kembali dengan posisi barunya.
(2) Adaptasi Tulang. Gigi-gigi yang baru saja digerakkan akan dikelilingi oleh tulang osteoid
yang sedikit terkalsifikasi, sehingga gigi tidak cukup stabil dan cenderung untuk kembali ke posisi
semula. Tulang trabekula biasanya tersusun tegak lurus terhadap sumbu gigi. Namun selama
masa perawatan ortodontik posisinya paralel dengan arah tekanan. Selama masa retensi, gigi-gigi
tersebut dapat kembali ke posisi semula.
(3) Tekanan Otot Gigi diselubungi oleh otot-otot. Ketidakseimbangan otot diakhir masa
perawatan ortodontik akan menimbulkan maloklusi kembali. Ortodontiks harus
mengharmonisasikan atau menyeimbangkan semua otot-otot yang mengelilingi gigi geligi
tersebut diakhir perawatan ortodontik dengan tujuan untuk memperkuat kestabilan gigi-gigi
tersebut.
(4) Kegagalan Menghilangkan Faktor Penyebab. Penyebab maloklusi sebaiknya diketahui saat
menentukan diagnosa dan tahap perawatan harus ditentukan atau direncanakan terlebih dahulu
untuk mengeleminasi atau mengurangi tingkat keparahan maloklusi tersebut. Kegagalan
menghilangkan faktor penyebab dapat mengakibatkan relaps.
(5) Peranan gigi molar ketiga. Gigi molar ketiga muncul terakhir di masa pertumbuhan gigi geligi.
Gigi molar ketiga erupsi sekitar usia 18 sampai 21 tahun, pada usia itu kebanyakan pasien
umumnya telah menyelesaikan perawatan ortodontik mereka. Tekanan yang dihasilkan karena
erupsi gigi molar ketiga ini dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan susunan gigi anterior
yang rentan relaps.
(6) Peranan oklusi. Hubungan cusp antara gigi rahang atas dengan gigi rahang bawah merupakan
faktor penting dalam menjaga kestabilan gigi yang sedang dirawat ortodontik. Untuk
mendapatkan kestabilan hasil perawatan, maka oklusi sentries dan relasi sentries sebaiknya tepat
atau kurang dari 1,5-2 mm setelah perawatan. Adanya kebiasan buruk seperti clenching, grinding,
menggigit kuku, menggigit bibir, dan sebagainya adalah faktor penting yang dapat menyebabkan
terjadinya relaps. Kebiasaan buruk yang tidak dikoreksi oleh ortodontik selama perawatan akan
memperkuat kecenderungan relaps paska perawatan ortodontik.
12
Ortodonti Preventif
Ortodonti Interseptif
Ortodonti Korektif
Ortodonti bedah
Perencanaan perawatan ortodontik membutuhkan penguasaan berbagai pengetahuan
diantaranya: pertumbuhkembangan dentomakiilofasial, estetik dentofasial, diagnosis maloklusi,
etiologi, peranti ortodonti, Perubahan jaringan pada pergerakan gigi, retensi dan relaps. Tujuan
perawatan ortodontik untuk mendapatkan: kesehatan gigi dan mulut estetik muka dan geligi fungsi
mengunyah dan bicara yang baik stabilitas hasil perawatan. Kebanyakan pasien memerlukan
perawatan ortodontik untuk memperbaiki estetik muka dan geligi yang bisa diperoleh bila gigi-
gigi terletak teratur dalam lengkung geligi sehingga muka pasien menyenangkan. Hasil perawatan
ortodontik harus menjamin letak geligi akan stabil dan tidak cenderung relaps. Kadang-kadang
semua tujuan tidak dapat dicapai diperlukan kompromi & tidak boleh mengorbankan kesehatan
gigi dan mulut.
Beberapa maloklusi dapat dirawat dokter gigi umum, mis: maloklusi yang tidak parah dan tidak
melibatkan skelet, Dalam merencanakan perawatan ortodontik berdasar problema yang ada perlu
diperhatikan: keinginan pasien wajah pasien susunan dan simetri gigi dalam rahang relasi gigi dan
rahang dalam jurusan sagital relasi gigi dan rahang dalam jurusan transversal relasi gigi dan rahang
dalam jurusan horizontal.
Kesehatan mulut, rencana perawatan rahang bawah, perencanaan perawatan rahang atas,
relasi gigi posterior, penjangkaran masa retensi. Kesehatan Mulut Sebelum memulai
perawatan ortodontik diupayakan kesehatan mulut baik. Gigi-gigi karies, kalkulus dan
penyakit periodontal harus dirawat. Bila ada penyakit sistemik, misnya: diabetes melitus
kadar gula darah harus terkontrol.
Merencanakan Perawatan Rahang Bawah: terutama di regio insisivi dilakukan lebih
dahulu. Insisivi bawah diletakkan dalam posisi yang stabil, yaitu pada daerah
keseimbangan di antara lidah, bibir dan pipi. Perubahan letak insisivi yang berlebihan
cenderung relaps.
13
Ekspansi: Ekspansi ke arah transversal dilakukan di rahang atas , bila terdapat gigitan
silang posterior. Ekspansi ke arah transversal di regio anterior untuk mendapatkan tempat
agar gigi-gigi anterior yang sedikit berdesakan dapat dikoreksi. Ekspansi ke arah sagital ,
memperpanjang lengkung geligi. Ekspansi sagital regio anterior perlu diperhatikan posisi
gigi tidak mengganggu profil pasien.
Distalisasi molar: M1 atas dapat digerakkan ke distal untuk menambah ruangan pada
kasus yang bila dilakukan pencabutan akan kelebihan tempat atau sesudah dilakukan
pencabutan gigi permanen masih juga kekurangan tempat. Juga dilakukan pada M1
permanen yang bergeser ke mesial karena kehilangan prematur molar kedua sulung.
Peranti yang digunakan bisa peranti lepasan, atau headgear yang bisa menggerakkan molar
14
ke distal sejauh 2-3 mm tiap sisi. Peranti lain ------> peranti cekat di RA, mis: pendulum
yang menggerakkan molar ke distal lebih banyak. Molar bawah juga dapat digerakkan ke
distal bila molar kedua sulung tanggal prematur. Peranti untuk menggerakkan molar ke
distal.
Proklinasi Insisivi. Dapat dilakukan bila insisivi terletak retroklinasi & profil wajah tidak
cembung. Bila dilakukan berlebihan menyebabkan profil menjadi lebih cembung dan
insisivi yang proklinasi cenderung relaps.
Pencabutan Gigi Permanen. Pencabutan gigi permanen dilakukan bila diskrepansi total
menunjukkan kekurangan tempat lebih dari 8 mm. Diskrepansi total terdiri atas:
diskrepansi model, diskrepansi sefalometrik, Kedalaman kurva Spee perkiraan banyaknya
kehilangan penjangkaran. mendatarkan kurva Spee yang kedalamannya < 3 mm diperlukan
tempat 1 mm, Bila > 5 mm diperlukan tempat 2 mm. Sebelum dilakukan pencabutan gigi
permanen pada masa geligi pergantian perlu diperhatikan ------> gigi permanen yang lain
ada meskipun saat itu masih belum erupsi. Yang perlu diperhatikan sebelum mencabut gigi
permanen adalah: Prognosis gigi, mis: ada karies yang besar disertai kelainan patologis
pada apikal yang bila dirawat, -----> prognosisnya dalam jangka lama masih diragukan.
Letak gigi yang kadang-kadang sangat menyimpang dari letak yang normal. Perencanaan
Perawatan pada Kelainan Relasi Skeletal. Prinsip kelainan relasi skeletal untuk dapat
dirawat dengan mengadakan:
Modifikasi pertumbuhan, Dapat dilakukan pada pasien dalam masa pertumbuhan
dengan tujuan memperbaiki relasi rahang. Ada two phase treatment : Fase pertama :
koreksi relasi rahang. fase kedua : mengatur letak gigi-gigi. Banyak klinisi lebih menyukai
one phase treatment ------> melakukan perawatan pada saat sudah tidak ada pertumbuhan.
Modifikasi pertumbuhan biasanya dilakukan dengan menggunakan peranti fungsional.
Perawatan banyak berhasil untuk mengkoreksi kelainan skeletal dalam jurusan
anteroposterior, misalnya: maloklusi kelas II divisi 1.
Kamuflase secara Ortodontik. ditujukan pada maloklusi yang disertai kelainan skeletal
yang tidak parah. Kelainan skeletal yang terjadi diterima apa adanya --------> gigi-gigi
digerakkan menjadi relasi kelas I. Kelainan skeletal ringan memberikan hasil perawatan
yang baik. kelainan skeletal parah kadang-kadang tidak dapat memberikan hasil seperti
yang diharapkan
Orthognathic Surgery. Merupakan gabungan perawatan ortodontik dan pembedahan
untuk menempatkan gigi dan rahang dalam posisi yang normal sehingga menghasilkan
estetik wajah yang baik. Tindakan pembedahan dapat dilakukan sesudah pasien tidak
mengalami pertumbuhan lagi. Indikasinya: pasien yang mempunyai problema skeletal
yang parah, yang tidak dapat dirawat dengan perawatan ortodontik saja.
Perawatan Orthodonti pada Orang Dewasa Perawatan pada orang yang masa pertumbuhan
telah berhenti -------> di atas usia 18 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa masih terjadi
15
perubahan sampai umur 30 tahun & tidak signifikan terhadap penggunaan headgear atau
peranti fungsional. Keuntungan perawatan: Bentuk dan pola skelet tidak mengalami
perubahan. pasien biasanya sangat patuh dan mempunyai motivasi internal yang tinggi.
bila diperlukan tindakan pembedahan sudah dapat dilaksanakan karena pertumbuhan telah
selesai. Keterbatasan perawatan: Karena pertumbuhan telah selesai maka hasil perawatan
tidak mendapat bantuan dari pertumbuhan. Pasien lebih memperhatikan hasil perawatan,
meskipun kurang puas. Kamuflase dentoalveolar pada kelainan skeletal hanya dapat
mengkompensasi kelainan yang tidak parah. Pertimbangan harus lebih ditekankan pada
perubahan profil dan jaringan lunak.
Piranti yang digunakan untuk merawat maloklusi secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu: piranti lepasan (removable appliance), piranti fungsional (functional appliance) dan piranti
cekat (fixed appliance). 17
Piranti lepasan dapat juga dihubungkan dengan headgear untuk menambah penjangkaran.
Lempeng akrilik dapat dimodifikasi dengan menambah peninggian gigitan anterior untuk koreksi
gigitan dalam peninggian gigitan posterior untuk membebaskan halangan gigi anterior atas pada
kasus gigitan silang anterior. Salah satu faktor keberhasilan perawatan dengan piranti lepasan
adalah kooperatif pasien untuk memakai piranti.
Piranti ini hanya efektif pada anak yang sedang bertumbuh kembang terutama yang belum
melewati pubertal growth spurt. Kekuatan otot yang digunakan tergantung pada desain piranti
fungsional, tetapi utamanya kekuatan otot yang digunakan menempatkan mandibula ke bawah dan
ke depan pada maloklusi Klas II atau ke bawah dan belakang pada maloklusi Klas III. Penempatan
mandibula ke bawah dan belakang lebih sukar daripada ke bawah dan depan sehingga piranti ini
lebih efektif bila digunakan pada maloklusi Klas II.
Indikasi
Piranti fungsional secara terbatas dapat digunakan pada maloklusi :
Mandibula yang retrusi pada kelainan skeletal Klas II ringan disertai insisivus bawah yang
retroklinasi atau tegak.
Tinggi muka yang normal atau sedikit berkurang.
Mandibula yang protrusi pada kelainan skeletal Klas III ringan
Tidak ada gigi yang crowded
Maloklusi Klas II dengan insisivus bawah yang proklinasi merupakan kontraindikasi pemakaian
piranti fungsional. Pada maloklusi Klas II skeletal yang parah, piranti fungsional digunakan
sebagai perawatan pendahuluan untuk mengubah relasi rahang pada saat masih ada pertumbuhan
(phase one) kemudian digunakan piranti cekat untuk mengoreksi letak gigi dan kadang-kadang
diperlukan ekstraksi gigi permanen (phase two).
Piranti ini berpengaruh pada pertumbuhan rahang dan piranti yang pasif ini dapat
menggerakkan gigi anterior secara tipping serta mengontrol erupsi gigi-gigi untuk
mengubah dimensi vertikal. Piranti ini memberi kesempatan gigi posterior bawah
tumbuh vertikal sedangkan gigi posterior atas ditahan oleh lempeng akrilik untuk
mengurangi tumpang gigit. Piranti ini dipakai selama 14-16 jam sehari. Berbagai
contoh aktivator seperti terlihat pada gambar (Gambar 2.5)
b. Bionator
Kadang-kadang disebut piranti Balters sesuai dengan penemunya. Prinsipnya hampir
seperti aktivator tetapi kurang bulky sehingga lebih disukai. Lempeng bagian palatal
dibuang dan masih terdapat sayap lingual untuk menstimulasi mandibula agar
diposisikan ke anterior serta adanya lempeng akrilik di antara gigi-gigi atas dan bawah
untuk mengontrol dimensi vertikalnya. Pemakaian selama 24 jam sehari sangat
dianjurkan. Seperti yang terlihat pada gambar. (Gambar 2.6)
lempengan yang berfungsi menempatkan mandibula ke depan pada saat menutup. Twin
blok appliance cocok untuk pasien yang mempunyai tumpang gigit normal atau sedikit
berkurang dan dimungkinkan dipakai selama 24 jam setiap hari bahkan waktu malam tetap
bisa dipakai. Pengurangan jarak gigit dapat terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
3. Removable Tissue-Borne
Satu-satunya piranti fungsional tipe removable tissue-borne adalah functional corrector
atau functional regulator ciptaan Rolf Frankel sehingga piranti ini dikenal sebagai piranti
Frankel. Seperti yang terlihat pada gambar (Gambar 2.8). Piranti ini terdiri atas akrilik
dengan kerangka dari kawat, didesain untuk mengurangi gerakan gigi yang tidak
diinginkan dan mengatur otot yang terletak dekat dengan gigi dan menempatkan rahang
dalam letak yang dikehendaki. Sayap akrilik lingual menempatkan mandibula ke depan
sedangkan bantalan akrilik di labial dan sayap akrilik yang lebar di bukal (buccal shield)
menahan tekanan dari bibir dan pipi. Pemakaian piranti Frankel dimulai bertahap 2-3 jam
tiap hari pada minggu-minggu pertama, kemudian dipakai semalaman tiap hari sampai
akhirnya selama 24 jam tiap hari kecuali pada saat makan.
Jasper jumper adalah juga fixed tooth-borne appliance, menggunakan prinsip yang hampir
sama dengan piranti herbst appliance, tetapi lengan metal diganti dengan pegas yang kuat
yang terbungkus plastik yang lentur kemudian dilekatkan secara langsung dengan busur
pada piranti cekat. Seperti yang terlihat pada gambar (Gambar 2.10).
Alat Lepasan : Alat ortodontik ini dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri.
Contoh:
Plat Dengan Pir-Pir Pembantu
Plat Dengan Peninggi Gigitan
Plat Ekspansi
Aktivator/Monoblock
B. Komponen Retentif :
1. Klamer / Clasp
2. Kait / Hook
C. Komponen Aktif :
D. Komponen Pasif :
2. Peninggi Gigitan /
Biteplane E Komponen
Penjangkar :
a. Verkeilung,
Keterangan :
B. Komponen Retentif
C. Komponen Aktif
D. Komponen Pasif
E Komponen Penjangkar
Merupakan rangka (frame work) dari alat ortodontik lepasan, umumnya berupa plat
akrilik, berfungsi untuk :
Plat akrilik dibuat setipis mungkin agar tidak menyita rongga mulut sehingga bisa enak
dipakai oleh pasien (comfortable), tetapi cukup tebal agar tetap kuat jika dipakai di dalam
mulut. Umumnya ketebalan plat setebal 1 malam model (2mm).
Stabilitas alat di dalam mulut yang bebas dari goncangan ketika mulut berfungsi
(mengunyah, bicara) akan memberikan kenyamanan pemakaian, mempertinggi akurasi /
ketepatan tekanan spring, memperbesar reaksi penjangkar di daerah rahang bagian depan .
Untuk mencapai stabilitas alat yang maksimal ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Lebar plat dibuat selebar mungkin tetapi disesuaikan dengan kebutuhan karena plat yang
terlalu lebar akan menggangu fungsi lidah dan kenyamanan pemakaian.
2. Plat dasar secara keseluruhan harus dapat beradaptasi dengan mukosa mulut, permukaan
plat dapat menempel dengan baik tanpa menimbulkan rasa menekan, tepi plat dapat
22
3. Plat di daerah gigi yang akan digerakkan harus dibebaskan sehingga tidak tertahan setelah
mendapat tekanan dari pir atau busur labial yang telah diaktifkan.
Plat dasar di daerah gig-gigi yang akan digerakan dapat dibebaskan sehingga pir-pir
penggerak gigi tersebut tampak terbuka, tetapi dalam keadaan tertentu untuk menghindari
terganggunya lidah, atau pada pemasangan pir dibawah bite plane anterior plat masih tetap
menutupi pir-pir tersebut tapi tetap dalam keadaan bebas dalam box/ruangan di bawah plat.
Bagian kawat yang tertanam didalam plat (basis spring) ujungnya harus dibengkokkan
untuk retensi agar tidak mudah lepas, dan bagian retensi tersebut harus berada dalam
ketebalan platnya.
Bagian retensi dari Alat Lepasan umumnya berupa cangkolan/klamer/clasp dan kait /
hook, berfungsi untuk :
Klamer dipasang pada gigi dapat memberikan tahanan yang cukup terhadap kekuatan
yang dikenakan terhadap gigi yang digerakkan. Dapat menahan gaya vertikal yang dapat
mengangkat plat lepas dari rahang dan menggangu stabilitas alat .
Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai komponen
retentif pada alat ortodontik lepasan adalah :
Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri tetapi bisa juga pada gigi
yang lain. Pembuatannya mudah, tidak memerlukan tang khusus, tidak memerlukan banyak
materi kawat, tidak melukai mukosa , retensinya cukup, tetapi tidak efektif jika dikenakan
pada gigi desidui atau gigi permanen yang baru erupsi.
Ukuran diameter kawat yang dipakai : untuk gigi molar 0,8 – 0,9 mm, sedangkan untuk
gigi premolar dan gigi anterior 0,7 mm. bagian-bagiannya terdiri dari : legan, pundak, dan
basis.
Klamer Adams merupakan alat retensi plat aktif yang paling umum digunakan.
Biasanya dikenakan pada gigi molar kanan dan kiri serta pada gigi premolar atau gigi
anterior.
Diameter kawat yang digunakan : 0,7 mm untuk gigi molar dan premolar serta 0,6 mm
untuk gigi anterior. Bagian-bagiannya terdiri dari : Cross bar, U loop, pundak, dan basis.
Klamer ini mempunyai bagain yang berbentuk seperti ujung/kepala anak panah, masuk
daerah interdental membentuk sudut 90° terhadap posisi lengannya. Lengan tidak boleh
menempel pada mukosa tetapi berjarak 1 mm di sebelah bukalnya, lengan juga tidak boleh
terlalu panjang sampai melebihi posisi vornic supaya tidak melukai sulcus buccalis.
Klamer ini dapat dipakai untuk memegang lebih dari satu gigi, biasanya dipakai
sebagi bagian retentif plat ekspansi. Diameter kawat yang di pakai : 0,7 mm
4. Klamer Modifikasi
Modifikasi klamer jenis ini baisanya dipasang di daerah interdental pada gigi
posterior, pemasangannya bisa dikombinasikan dengan klamer C Dibuat dari kawat
berdiameter 0,7 mm
Sesuai dengan namanya busur labial merupakan kawat melengkung yang menempel
pada permukaan labial gigi-gigi.
Bagian-bagiannya :
Merupakan lengkung kawat dibagian palatinal / lingual gigi anterior berfungsi untuk :
1. Mempertahankan lengkung gigi bagian palatinal / lingual.
2. Tempat pematrian auxilliary springs auxilliary
3. Untuk mempertahankan kedudukan auxilliary springs
4. Meningkatkan stabilitas alat di dalam mulut
F. PLAT AKTIF
Plat Aktif merupakan alat ortodontik lepasan yang dilengkapi dengan komponen aktif yang
berfungsi untuk menggerakkan gigi
Plat Aktif merupakan alat/pesawat ortodontik bersifat:
1. Removable/lepasan, karena dalam pemakaiannnya dapat dipasang dan dilepas oleh pasien
sendiri
2. Aktif:, karena bagian-bagian dari alat tersebut secara aktif dapat menghasilkan suatu
kekuatan untuk menggerakkan gigi.
3. Mekanik, karena kekuatan yang dihasilkan memberikan tekanan atau tarikan secara mekanis
kepada gigi.
4. Korektif, karena alat ini dipakai utuk tujuan merawat kelainan letak gigi (malposisi)
26
G. Daftar Pustaka
1. Cobourne, MT dan D Biase A,t., Walmsley AD., Handbook of Orthodontics, 2010, Mosby
Elsevier. St Louis.
2. Moyers, Robert E., Handbook of Orthodontics, 4th ed,1988. Year Book Medical Publishers.
London
3. Singh, Gurkeerat., Textbook of Orthodontics, 2nd ed, 2007, Jaypee Brothers Medical
Publishers, New Delhi.
5. Iman, Prihandini., Buku Ajar Ortodonsia II, 2008, Gadjah Mada University. Yogyakarta
8. Finn SB. Clinical Pedodontics. 4th ed. Birmingham: WB Saunders Co; 2003.
9. Mc Namara JA, Brudon WL. Orthodontics and orthopedic treatment in the mixed dentition.
Michigan: Needham Press Inc; 1995.
10. Mc Donald RE, Avery. Dentistry for child and adolescent. 7thed. St Louis: Mosby; 1994
11. Bernabe E, Flores-Mir C. Orthodontic treatment need in peruvian young adults evaluated
through dental aesthetic index. Angle Orthod. 2006; 76(3): 417-21.
12. Espeland LP dan Stenvic A. Perception of personal dental appearance in young adults:
relationships between occlusion, awareness, and satisfaction. am j orthod dentofacial
orthop. 1991; 100: 234-41.