Anda di halaman 1dari 4

Komponen-Komponen Model Risiko Audit

1. Risiko Deteksi
risiko deteksi adalah risiko yang timbul karena bukti audit tidak berhasil mendeteksi kesalahan
penyajian yang melebihi kesalahan penyajian yang bisa ditoleransi (atau disebut juga materialitas
pelaksanaan). Ada dua hal yang perlu diketahui tentang risiko deteksi, yaitu

a. Risiko deteksi merupakan dependen dari tiga faktor lain yang tercakup dalam model. Risiko ini
akan berubah hanya apabila auditor mengubah salah satu (atau lebih) faktor lain dalam model risiko.
b. Risiko deteksi menentukan jumlah bukti substantive yang direncanakan akan dikumpulkan auditor
yang berkebalikan dengan ukuran risiko deteksi. Apabila risiko deteksi berkurang, auditor harus
mengumpulkan bukti yang lebih banyak untuk mencapai risiko deteksi yang telah berkurang
tersebut.

2. Risiko Inheren

riskiko inheren adalah penilaian auditor mengenai kemungkinan adanya kesalahan penyajian
material yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan sebelum mempertimbangakan
efektivitas pengendalian internal. Apabila auditor berkesimpulan bahwa kemungkinan besar
terhadap kesalaahan penyajian, maka auditor akan berkesimpulan bahwa risiko inherennya tinggi.
Pada saat mempertimbangkan risiko inheren, pengendalian internal kita kesampingkan karena
dalam model risiko audit, pengendalian internal dipertimbangkan tersendiri sebagai risiko
pengendalian.
Risiko inheren berbanding terbalik dengan risiko deteksi dan berbanding lurus dengan bukti. Risiko
inheren yang tinggi, selain akan meningkatkan bukti yang harus dikumpulkan, juga menuntut
digunakannya staf audit yang lebih berpengalaman, dan review terhadap pengujian audit lebih
cermat.

3. Risiko Pengendalian
risiko pengendalian mengukur penilaian auditor tentang apakah kesalahan penyajian bisa ditoleransi
pada suatu segmen akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh sistem pengendalian
internal klien.
Model risiko audit menunjukkan hubungan yang erat antara risiko inheren dengan risiko
pengendalian. Gaubungan risiko inheren dengan risiko pengendalian disebutkan dalam standar
auditing sebagai risiko kesalahan penyajian material.
Hubungan antara risiko pengendalian dengan risiko deteksi adalah berkebalikan, sedangkan
hubungan antara risiko pengendalian dengan bukti substantif yang harus dikumpulkan berbanding
lurus. Apabila auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal efektif, maka risiko deteksi dapat
dinaikkan dan dengan demikian bukti yang dikumpulkan bisa dikurangi. Auditor bisa menaikkan
risiko deteksi apabila pengendalian efektif, karena pengendalian internal yang efetif mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan.

4. Risiko Audit
risiko audit adalah ukuran tentang seberapa besar auditor bersedia untuk menerima bahwa laporan
keuangan mungkin mengandung kesalahan penyajian material setelah audit selesai dikerjakan dan
memberinya pendapat wajar tanpa pengecualian.
Apabila kita menggunakan model risiko audit, didalamnya terkandung hubungan langsung antara
risiko audit yang bisa diterima dengan risiko deteksi, dan terdapat hubungan berkebalikan antara
risiko audit dengan bukti yang harus terkumpulkan. Apabila auditor memutuskan untuk menurunkan
risiko audit yang bisa diterima, maka risiko deteksi juga akan turun, dan bukti yang harus
dikumpulkan akan naik.
5. Perbedaan Antara Risiko-Risiko dalam Model Risiko Audit

Ada perbedaan besar dalam hal bagaimana auditor menilai keempat faktor risiko dalam model risiko
audit. Untuk risiko audit yang bisa diterima, auditor memutuskannya sesuai dengan ketersediaan
kantor akuntan menerima risiko bahwa laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian setelah
audit selesai dikerjakan, berdasarkan berbagai faktor yang menyangkut klien. Risiko inheren dan
risiko pengendalian didasarkan pada dugaan auditor atau prediksi tentang kondisi klien. Risiko
deteksi sepenuhnya adalah dependen dari ketiga risiko yang lain, dan karenanya hanya dapat
ditentukan setelah auditor menetapkan ketiga risiko lainnya.

Menetapkan Risiko Audit Bisa Diterima

Auditor harus memutuskan risiko audit yang bisa diterima untuk suatu audit, terutama pada tahap
perencanaan audit. Pertama-tama auditor harus menetapkan risiko penugasan dan selanjutnya
menggunakan risiko penugasan untuk menetapkan risiko audit.

1. Dampak Risiko Penugasan terhadap Risiko Audit Bisa Diterima


Risiko penugasan adalah risiko yang harus ditanggung auditor atau kantor akuntan setelah suatu
audit diselesaikan, walaupun laporan audit yang dibuat sudah benar

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Audit Bisa Diterima


Ada tiga faktor yang mempengaruhi risiko penugasan dan yang selajutnya berpengaruh pula pada
risiko audit, yaitu:
a. Seberapa Jauh Pengguna Ekstern Mengandalkan Laporan Keuangan Auditan
Apabila pengguna ekstern sangat mengandalkan laporan keuangan auditan, sebaiknya tingkat risiko
audit ditetapkan lebih rendah. Apabila laporan sangat diandalkan, bisa timbul sejumlah bahaya
sebagai akibat adanya kesalahan penyajian signifikan yang tetap tidak terdeteksi dalam laporan
keuangan. Beberapa faktor yang bisa menjadi indikator tentang seberapa jauh laporan diandalkan
oleh pengguna ekstern:
▪ Ukuran Entitas.
▪ Distribusi Kepemilikan.
▪ Sifat dan Jumlah Kewajiban (Utang)

b. Kemungkinan Klien Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah Laporan Audit Diterbitkan


Dalam situasi di mana auditor yakin bahwa terdapat kemungkinan besar terjadi kerugian besar dan
dengan demikian meningkatkan risiko penugasan, maka risiko audit bisa diterima harus dikurangi.
Apabila tantangan muncul di kemudian hari, auditor berada dalam posisi yang lebih baik untuk
mempertahankan hasil auditnya.
Tidak mudah bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal itu terjadi, tetapi
beberapa faktor bisa menjadi indikator yang baik tentang kemungkinan terjadinya hal tersebut.
▪ Posisi Likuiditas
▪ Laba (Rugi) Tahun-Tahun Lalu
▪ Metoda Pendanaan
▪ Sifat Operasi Klien
▪ Kompetensi Manajemen

c. Evaluasi Auditor Tentang Integritas Manajemen


Perusahaan dengan integirtas rendah sering melakukan kegiatan bisnis yang memicu terjadinya
konflik dengan pemegang saham, regulator, dan konsumen. Konflik-konflik semacam itu bisa
mempengaruhi kualitas audit yang diinginkan para pemakai laporan dan bisa mengakibatkan
tuntutan hukum serta percekcokan lainnya. Manajemen yang pernah dihukum karena tindakan
kriminal di masa lampau adalah contoh yang jelas tentang integritas manajemen yang
dipertanyakan. Contoh lain tentang integritas yang dipertanyakan adalah seringnya terjadi
kesalahsepahaman dengan auditor di masa lalu atau dengan pihak luar.

3. Membuat Keputusan Tentang Risiko Audit Bisa Diterima


Untuk menetapkan risiko audit bisa diterima, pertama-tama auditor harus menilai setiap faktor yang
mempengaruhi risiko audit bisa diterima. Penilaian atas setiap faktor sangat subjektif yang berarti
bahwa penetapan risiko audit bisa diterima juga sangat subjektif. Risiko audit biasanya dinyatakan
dengan istilah tinggi, medium, dan rendah. Risiko audit yang rendah mengandung arti bahwa klien
sangat berisiko membutuhkan bukti yang banyak, menggunakan lebih banyak staf audit
berpengalaman, dan/atau review atas kerja audit yang lebih mendalam.
Faktor
Metoda untuk Menetapkan Risiko Audit
Seberapa jauh pengguna ekstern mengandalkan pada laporan keuangan auditan
▪ Mempelajari laporan keuangan termasuk catatan kaki
▪ Membaca notulen rapat dewan komisaris untuk merencanakan masa depan perusahaan
▪ Membicarakan perencanaan keuangan dengan manajemen
Kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan
▪ Menganalisis laporan keuangan untuk mengidentifikasi kesulitan keuangan dengan menggunakan
rasio-rasio dan prosedur analitis lainnya
▪ Mempelajari laporan arus kas sesungguhnya dan proyeksi untuk mengetahui komponen arus kas
masuk dan arus kas keluar
Integirtas manajemen
Menerapkan prosedur yang dibahas pada Bab 6 untuk penerimaan dan keberlanjutan klien

Menilai Risiko Inheren

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Inheren


Untuk menetapkan risiko inheren, auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor penting
berikut:
a. Sifat bisnis klien
b. Hasil audit periode sebelumnya
c. Penugasan baru atau penugasan ulangan
d. Pihak-pihak yang berelasi
e. Transaksi-transaksi non-rutin
f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan benar
g. Pembentukan populasi
h. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecurangan pelaporan keuangan
i. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan aset

2. Menetapkan Risiko Inheren


Dalam standar audit (SA 200. A38) disebutkan bahwa risiko inheren dapat lebih tinggi untuk
beberapa asersi dan golongan transaksi, saldo akun, serta pengungkapan tertentu.
Sejumlah faktor tertentu lainnya juga bisa mempengaruhi, seperti misalnya audit pertama kali atau
audit ulangan, akan berpengaruh terhadap banyak atau bahkan mungkin semua siklus, sedangkan
lainnya seperti misalnya transaksi non-rutin, hanya akan berpengaruh terhadap akun-akun tertentu
atau tujuan audit tertentu.

3. Mendapatkan Informasi untuk Menetapkan Risiko Inheren


Auditor memulai penetapan risiko inheren pada tahap perencanaan dan memutahirkan penetapan
tersebut selama audit berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai