Anda di halaman 1dari 18

Kerangka Konseptual

May 23, 2013


Pengertian
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang
lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan
secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu / teori
yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh
penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang
diteliti.
Tinjauan pustaka berisi semua pengetahuan (teori, konsep, prinsip, hukum maupun proposisi) yang nantinya
bisa membantu untuk menyusun kerangka konsep dan operasional penelitian. Temuan hasil peneliti yang telah
ada sangat membantu dan mempermudah peneliti membuat kerangka konseptual.
Kerangka konseptual diharapkan akan memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai variabel-
variabel yang akan diteliti. Kerangka konseptual memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam merumuskan
masalah penelitian. Peneliti akan menggunakan kerangka konseptual yang telah disusun untuk menentukan
pertanyaan-pertanyaan mana yang harus dijawab oleh penelitian dan bagaimana prosedur empiris yang
digunakan sebagai alat untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Kerangka konseptual
diperoleh dari hasil sintesis dari proses berpikir deduktif (aplikasi teori) dan induktif ( fakta yang ada, empiris),
kemudian dengan kemampuan kreatif-inovatif, diakhiri dengan konsep atau ide baru yang disebut kerangka
konseptual.

Keterangan gambar :
Konsepsi adalah hasil tangkapan seseorang atau gambaran tentang objek atau ide terhadap rangsangan
(stimulus) objek yang merupakan proses mental untuk berpikir kreatif. Pertemuan telur dan sperma adalah
contoh suatu konsepsi. Bagaimana supaya telur dan sperma bertemu (konsepsi) pada tempat yang bisa
membuahkan bayi yang sehat, maka proses ini merupakan konseptualisasi. Konseptualisasi adalah suatu proses
mental dimana seorang ilmuwan menyusun konsep yang didasarkan pengalaman, berpikir deduktif dan
induktif. Konsep adalah hasil akhir dari proses konseptualisasi. Hasil dari proses kegiatan ini menghasilkan
sebuah konsep atau bayi sehat.
Contoh :
Sehat adalah konsep, istilah ini mengungkap sejumlah observasi tentang hal-hal atau gejala-gejala yang
mencerminkan kerangka keragaman kondisi kesehatan seseorang.
Untuk mengetahui apakah seseorang itu sehat atau tidak sehat maka pengukuran konsep sehat tersebut harus
melalui konstruksi atau variable-variabel, misalnya : tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya.
Tekanan darah, denyut nadi, Hb darah dan sebagainya ini adalah variabel-variabel yang digunakan untuk
mengobservai atau mengukur apakah seseorang itu sehat atau sakit.
Pemilihan kerangka konsepsual yang tepat pada sebagian besar penelitian ditentukan oleh beberapa landasan,
yaitu :
1. Landasan pertama berpikir deduktif; analisis teori, konsep, prinsip, premis yang berhubungan dengan masalah
yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti harus membuat analisis secara hati-hati dan kritis serta menelaah
semua kepustakaan yang berhubungan dengan subyek penelitian secara cermat, sebelum memformulasikan
hipotesis yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut.
2. Landasan kedua berpikir induktif ; analisis penelusuran hasil penelitian orang lain yang mendahului yang terkait
dengan masalah dan tujuan penelitian.
3. Landasan ketiga adalah merumuskan permasalahan dan penetapan tujuan penelitian atas dasar sintesis dari
analisis landasan pertama dan kedua dengan cara berpikir kreatif-inovatif; sintesis pengalaman, teori, fakta,
tujuan penelitan dan logika berpikir kreatif disusun menjadi kerangka konseptual penelitian.
Ada semacam asas dalam pembuatan kerangka pikir atau kerangka konseptual, yaitu :
Untuk pendidikan sarjana, kerangka konsep mengacu pada suatu konsep yang telah ada (cukup satu). Variabel
yang membentuk kerangka konsep disesuaikan dengan variabel yang relevan dengan permasalahan yang ada
(tujuan penelitian). Jadi mencoba mencocokkan teori, konsep dengan realita permasalahan di lapangan.
Untuk pendidikan magister, selain berdasarkan kerangka konsep yang ada (bisa lebih dari satu), juga diminta
ada masukan ide atau gagasan baru. Paling tidak ada modifikasi variable yang disesuaikan realita di lapangan.
Tujuan akhir penelitian program magister lebih diutamakan dalam bentuk ide dan atau teknologi pemecahan
masalah.
Untuk pendidikan doktor, maka konsep yang ada harus dimodifikasi, artinya seorang program doktor juga ada
ide, gagasan inovatif dalam mengembangan konsep. Ide inovatif yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi di
mana penelitian tersebut diadakan, sehingga menghasilkan pengetahuan baru.
Tahap penyusunan kerangka konseptual.
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian. Untuk itu langkah-langkah yang dilakukan sebelum membuat kerangka
konseptual ini adalah :
1. Seleksi dan definisi konsep (logika berpikir untuk mencoba menjelaskan atau atribut dari masalah yang akan
diteliti)
2. Mengembangkan pernyataan hubungan.
3. Mengembangkan konsep dalam gambar / kerangka. Yang meliputi :
 Disesuaikan dengan pernyataan masalah.
 penjelasan bagaimana hubungan masalah dengan variabel yang lain, yang diduga sebagai penyebab timbulnya
masalah. Arah kerangka sesuaikan dengan variable yang akan diteliti dengan mengembangkan konsep dalam
gambar / kerangka dengan membuat garis mana yang diteliti dan tidak dengan menggunakan garis sambung
atau terputus, serta buat panah untuk bagian yang ada pengaruhnya dan tidak untuk bagian yang tidak ada
pengaruh
 Identifikasi dan analisa teori yang diaplikasikan. misalkan

Beberapa Contoh bagan Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual pengaruh pemberian ASI Eksklusif pada perkembangan motorik halus dan motorik kasar
bayi usia 6 bulan.
Sumber : https://yogipoltek.wordpress.com/2013/05/23/kerangka-konseptual/

KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN HIPOTESIS


Januari 24, 2009 · Filed under Materi III Metodologi Penelitian
A. Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena
konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat
diamati atau diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah
simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang
bervariasi.
Contoh: Sehat adalah konsep; istilah ini mengungkap sejumlah observasi tentang hal-hal atau gejala-
gejala yang mencerminkan kerangka keragaman kondisi kesehatan seseorang. Untuk mengetahui apakah
seseorang itu “sehat” atau “tidak sehat” maka pengetahuan konsep “sehat” tersebut harus melalui konstruk
atau variabel-variabel misalnya: tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya. Tekanan darah,
denyut nadi, Hb darah dan sebagainya ini variabel-variabel yang digunakan untuk mengobservasi atau
mengukur apakah seseorang itu “sehat” atau “tidak sehat”.
Sosial-ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial ekonomi keluarga misalnya, harus
melalui variabel-variabel: tinggi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga itu.
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.
Contoh sederhara:

Dari contoh kerangka konsep penelitian tersebut di atas dapat dilihat bahwa di sana ada 4 konsep yaitu konsep
tentang faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong terhadap terjadinya perilaku, dan konsep faktor
perilaku pemberian ASIitu sendiri. Tiap konsep, masing-masing mempunyai variabel-variabel sebagai indikasi
pengukuran masing-masing konsep tersebut. Misalnya untuk mengukur faktor predisposisi maka dapat melalui
variabel pengetahuan, pendidikan, sikap, dan persepsi.
Konsep perilaku pemberian ASI sebagai variabel dependen (vanabel tergantung) di sini dapat diukur
melalui variabel “praktek menyusui”. Artinya perilaku pemberian ASI oleh ibu-ibu dapat diobservasi atau
diukur dari praktek ibu-ibu dalam memberikan (Air Susu Ibu) kepada anak atau bayi mereka. Apakah
mereka memberikan ASI kepada bayi-bayi mereka atau tidak, bila memberikan bagaimana frekuensinya,
caranya dan sebagainya.
A. VARIABEL
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimilikinya oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan bahwa
variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentangsesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur jenis kelamin, pendidikan,
status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya.
Berdasarkan hubungan fungsional antara variabei-variabel dengan yang lainnya, variabel dibedakan
menjadi dua, yaitu terganiung, akibat, terpengaruh atau variabel dependen, dan bebas, sebab, mempengaruhi
atau variabel independen. Disebut variabel tergantung atau dependen karena variabel ini dipengaruhi oleh
variabel bebas atau variabel independen. Misalnya, variabel jenis pekerjaan (dependen) dipengaruhi oleh
variabel pendidikan (independen), variabel pendapatan (dependen) dipengaruhi oleh variasi pekerjaan
(independen), dan sebagainya.
Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dikelompokkan menjadi 4 skala pengukuran, yakni: a) skala nominal, b) skala
ordinal, c) skala interval dan d) skala ratio.
1. Skala nominal, adalah suatu himpunan yang terdiri dari anggota-anggota yang mempunyai kesamaan tiap
anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain. Misalnya, jenis kelamin
dibedakan antara laki-laki dan perempuan; pekerjaan, dapat dibedakan petani, pegawai, dan pedagang;
suku bangsa, dapat dibedakan antara Jawa, Sunda, Batak, Ambon, dan sebagainya. Pada skala nominal,
kita menghitung banyaknya subjek dari setiap kategori gejala, misalnya jumlah wanita dan pria. masing-
masing sekian orang, jumlah pegawai dan bukan pegawai sekian orang, dan sebagainva. Masing-masing
anggota himpunan tersebut tidak ada perbedaan nilai.
2. Skala ordinal, adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat, atau jabatan.
Dalam skala ordinal tiap himpunan tidak hanya dikategorikan kepada persamaan atau perbedaan dengan
himpunan yang lain, tetapi juga berangkat dari pertanyaan lebih besar atau lebih kecil. Misalnya,
variabel pendidikan dikategorikan SD, SLP, dan SLTA, variabel pendapatan dikategorikan tinggi,
sedang, dan rendah, variabel umur dikategorikan anak-anak, muda, dan tua, dan sebagainya.
3. Skala interval, seperti pada skala ordinal, tetapi himpunan tersebut dapat memberikan nilai interval atau
jarak antar urutan kelas yang bersangkutan. Kelebihan dari skala ini adalah bahwa jarak nomor yang
sama menunjukkan juga jarak yang sama dari sifat yang diukur.

Contoh:
Interval a sampai d adalah 4 – 1 = 3 interval d dan c adalah 5 – 4 = 1. Dalam hal ini tiap anggota dalam
kelas mempunyai persamaan nilai interval. Contoh lain adalah tentang skala pengukuran suhu dengan
Fahrenheit dan Celsius, di mana masing-masing mempunyai aturan skala yang berbeda letak dan
jaraknya, meskipun masing-masing memulainya dari nol. Contoh lain lagi adalah skala waktu tahun
Masehi dan tahun Hijriah, meskipun masmg-masing memulai dari bilangan 1.
4. Skala ratio, adalah variabel yang mempunyai perbandingan yang sama, lebih besar atau lebih kecil.
Variabel seperti panjang berat dan angka agregasi adalah variabel rasio. Misalnya, apabila sekarang
beras beratnya 1 kuintal. maka 5 karung beras beratnva 5 kuintal.
B. Hipotesis
Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian ini dalam
perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini. Jawaban sementara dari
suatu penelitian ini biasanya disebut hipotesis. Jadi hipotesis di dalam suatu penelitianr berarti jawaban
sementara penelitian, patokan juga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut. melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah,
dapat diterima atau ditolak.
Kesimpulan yang diperoleh dari pembuktian atau analisis dari dalam menguji rumusan jawaban
sementara atau hipotesis itulah akhir suatu penelitian. Hasil akhir penelitian ini disebut juga kesimpulan
penelitian, generalisasi atau dalil yang berlaku umum, walaupun pada taraf tertentu hal tersebut mempunyai
perbedaan tingkatan sesuai dengan tingkat kemaknaan (significantcy) dari hasil analisis statistik. Hasil
pembuktian hipotesis atau hasil akhir penelitian ini juga sering disebut thesis.
Hipotesis ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehuhubungan dengan masalah yang diteliti.
Dari fakta dirumuskan hubungan antara satu dengan yang lain dan membentuk suatu konsep yang
merupakan abstraksi dari hubungan antara berbagai fakta.
Hipotesis sangat penting bagi suatu penelitian karena hipotesis ini maka penelitian diarahkan.
Hipotesis dapat membimbing (mengarahkan) dalam pengumpulan data. Secara garis besar hipotesis dalam
penelitian mempunyai peranan sebagai berikut:
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.
2. Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data.
3. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau data.
4. Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati).
Dari hipotesis peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang masih sementara dan harus
dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak atau arah dari pelaksanaan penelitian. Memperoleh
fakta untuk perumusan hipotesis dapat dilakukan antara lain dengan:
1. Memperoleh sendiri dari sumber aslinya, yaitu dari pengalaman langsung di lapangan, rumah sakit,
Puskesmas, atau labotarium. Dalam mengemukakan fakta ini kita tidak berusaha untuk melakukan
perubahan atau penafsiran dari keaslian fakta yang diperoleh.
2. Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan atau menafsirkannya dari sumber yang asli, tetapi
masih berada di tangan orang yang mengidentifikasi tersebut, sehingga masih dalam bentuknya yang asli.
3. Fakta yang diperoleh dari orang yang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya dalam bentuk penalaran
abstrak, yang sudah merupakan simbol berpikir sebagai generalisas; dari hubungan antara berbagai fakta
atau variabel.
Fakta adalah sangat penting dalam penelitian, terutama dalam perumusan hipotesis. Sebab, hipotesis
merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta yang ditemukan. Hal ini berarti sangat berguna untuk
dijadikan dasar membuat kesimpulan penelitian. Meskipun hipotesis ini sifatnya suatu ramalan, tetapi bukan
hanya sekadar ramalan sebab, hipotesis ditarik dari dan berdasarkan suatu hasil serta Problematik yang
timbul dari penelitian pendahuluan dan hasil pemikiran yang logis dan rasional. Hipotesis juga dapat
dirumuskan dari teori ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
C. Bentuk Rumusan Hipotesis
Pada hakikatnya hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua
variabel atau lebih yang dapat di uji secara empiris. Biasanya hipotesis terdiri dan pernyataan terhadap
adanya atau tidak adanya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independentvariable) dan
variabel terikat dependent variabel. Variabel bebas ini merupakan variabel penyebapnya atau variabel
pengaruh, sedang variabel terikat merupakan variabel akibat atau variabel terpengaruh.
Contoh sederhana : Merokok adalah penyebab penyakit kanker paru-paru paru. Di dalam contoh ini
merokok adalah variabel yaitu variabel independen (penyebabnya), sedangkan kanker paru-paru merupaksn
variabel dependen atau akibatnya.
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa hipotesis adalah suatu simpulan sementara atau jawaban
sementara dari suatu penelitian sebab itu hipotesis harus mempunyai landasan teoretis, bukan hanya sekadar
suatu dugaan yang tidak mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan. Ciri-
ciri suatu hipotesis antara lain sebagai berikut:
1. Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan dalam bentuk kalimat tanya.
2. Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti bahwa hipotesis hendaknya
berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang atau akan diteliti.
3. Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus mengandung atau terdiri dari
variabel-variabel yang diukur dan dapat dibanding-bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran
variabelnya akan sulit mencapai hasil yang objektif
4. Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak menimbulkan perbedaan-perbedaan,
pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
Agar dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi kriteria tersebut perlu dipertimbangkan berbagai
hal antara lain yang terpenting adalah teknik yang akan digunakan dalam menguji rumusan hipotesis yang
dibuat. Apabila suatu teknik tertemu dalam rumusan hipotesis ditetapkan, maka bentuk rumusan hipotesis
yang dibuat dapat digunakan dalam penelitian.
D. Jenis-Jenis Rumusan Hipotesis
Berdasarkan bentuk rumusannya, hipotesis dapat digolongkan tiga. yakni:
1. Hipotesis Kerja
Adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang peristiwa yang
rerjadi apabila suatu gejala muncul. Hipotesis ini sering juga disebut hipotesis kerja. Biasanya makan
rumusan pernyataan: Jika…..maka…….. Artinya, jika suatu faktor atau variabel terdapat atau terjadi
pada suatu situasi, maka ada akibat tertentu yang dapat ditimbulkannya.
Contoh sederhana:
a. Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular di daerah tersebut tinggi.
b. Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka kematian bayi di daerah
tersebul tinggi.
c. Jika pendapatan perkapita suatu negara rendah, maka status kesehatan masyarakat di negara tersebut
rendah pula.
d. dan lain-lain.
Meskipun pada umumnya rumusan hipotesis seperti tersebut di atas, tetapi hal tersebut bukan
saru-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena dalam rumusan hipotesis kerja yang paling penting adalah
bahwa rumusan hipotesis harus dapat memberi penjelasan tentang kedudukan masalah yang diteliti,
sebagai bentuk kesimpulan yang akan diuji. Oleh sebab itu penggunaan rumusan lain seperti di atas
masih dapat dibenarkan secara ilmiah.
2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik
Hipoiesis Nol biasanya dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya suatu
perbedaan yang bermakna antara kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang dipermasalahkan. Bila
dinyatakan adanya perbedaan antara dua variabel, disebut hipotesis alternatif.
Contoh sederhana : hipotesis nol
a. Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung antara penduduk perkotaan
dengan penduduk pedesaan.
b. Tidak ada perbedaan antara status gizi anak balita yang tidak mendapat ASI pada waktu bayi, dengan
status gizi anak balita yang mendapat ASI pada waktu bayi.
c. Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok penduduk yang menggunakan air
minum dari PAM dengan kelompok penduduk yang menggunakan air minum dari sumur.
d. dan sebagainya.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang bersangkutan adalah sama,
misalnya status gizi dari balita yang mendapatkan ASI sama dengan status gizi anak balita yang tidak
mendapatkan ASI. Bila hal tersebut dirumuskan dengan “selisih” maka akan menunjukkan hasil
dengan nol, maka disebut hipotesis nol. Bila dirumuskan dengan “persamaan” maka hasilnya sama, atau
tidak ada perbedaan. Oleh sebab itu apabila diuji dengan metode statistika akan tampak apabila rumusan
hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan sebagaimana hipotesisnya. Tetapi bila rumusannya ditolak,
maka hipotesis alternatifhya yang diterima. Itulah sebabnya maka sdperti rumusan hipotesis nol
dipertentangkan dengan rumusan hipotesis altematif. Hipotesis nol biasanya menggunakan rumus Ho
(misalnya HO : x = y) sedangkan hipotesis alternatif menggunakan simbol Ha (misalnya, Ha : x = > y).
Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: pertama, hipotesis
mayor, hipotesis induk, atau hipotesis utama, yaitu hipotesis yang menjadi sumber dari hipotesis-
hipotesis yang lain. Kedua, hipotesis minor, hipotesis penunjang, atau anak hipotesis, yaitu hipotesis
yang dijabarkan dari hipotesis mayor. Di dalam pengujian statisik hipotesis ini sangat penting, sebab
dengan pengujian terhadap tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah menguji hipotesis mayornya.
Contoh tidak sempurna :
Hipotesis mayor: “Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan tingginya penyakit menular”.
Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua variabel, yakni variabel penyebab (sanitasi lingkungan) dan
variabel akibat (penyakit menular). Kita ketahui bahwa penyakit menular itu luas sekali, antara lain
mencakup penyakit-penyakit diare, demam berdarah, malaria, TBC, campak, dan sebagainya.
Sehubungan dengan banyaknya macam penyakit menular tersebut, kita dapat menyusun hipotesis minor
yang banyak sekali, yang masing-masing memperkuat dugaan kita tentang hubungan antara penyakit-
penyakit tersebut dengan sanitasi lingkungan, misalnya :
a. Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya sanitasi lingkungan
b. Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
c. Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
d. dan sebagainya.
Apabila dalam pengujian statistik hipotesis-hipotesis tersebut terbukti bermakna korelasi antara
kedua variabel di dalam masing-masing hipotesis minor tersebut, maka berarti hipotesis mayornya juga
diterima. Jadi ada korelasi yang positif antara sanitasi lingkungan dengan penyakit menular.
3. Hipotesis Hubungan dan Hipotesis Perbedaan
Hipotesis dapat juga dibedakan berdasarkan hubungan atau perbedaan 2 variabel alau lebih.
Hipotesis hubungan berisi tentang dugaan adanya hubungan antara dua variabel. Misalnya, ada
hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktek pemeriksaan hamil. Hipotesis dapat diperjelas lagi
menjadi : Makin tinggi pendidikan ibu, makin sering (teratur) memeriksakan kehamilannya. Sedangkan
hipotesis perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan atau perbedaan di antara dua variabel; misalnya.
praktek pemberian ASI ibu-ibu de Kelurahan X berbeda dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di
Kelurahan Y. Hipotesis ini lebih dielaborasi menjadi: praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan X
lebih tinggi bila dibandingkan dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y.
Sumber : https://agenta08.wordpress.com/2009/01/24/kerangka-konsep-variabel-dan-hipotesis/
METODELOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu
disiplin. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan
suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha
yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakekat
penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan
penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi
masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa
penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui
sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia
yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.

A. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2003: 11) penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya (tingkat kejelasan) dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Penelitian diskriptif
Penelitian diskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.
2. Penelitian komparatif
Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Disini variabelnya masih sama
dengan variabel mandiri tetapi untuk sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.
3. Penelitian asosiatif
Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan
antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan tertinggi dibandingkan dengan diskriptif dan
komparatif karena dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi unguk menjelaskan,
meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

Menurut Sugiyono, (2003:14) terdapat beberapa jenis penelitian antara lain:

1. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan.

2. Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar.

Berdasarkan teori tersebut diatas, maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, data yang
diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian
diinterprestasikan.
B. Subyek Penelitian (populasi, sampel, dan sampling)
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:115), “Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan”. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Surakarta angkatan 2008 hingga angkatan 2010 yang perkirakan mencapai 200 mahasiswa.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2008:116) “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”. Sedangkan menurut Arikunto (2008:116) “Penentuan pengambilan Sample sebagai berikut :

Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika
jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-55% atau lebih tergantung sedikit banyaknya dari:
1). Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
2). Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya
dana.
3). Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk peneliti yang resikonya besar, tentu saja jika
samplenya besar hasilnya akan lebih baik

Penelitian ini menggunakan 50% sampel dari jumlah populasi yaitu, 100 mahasiswa dari anggota populasi.

3. Sampling

Menurut Sugiyono (2003:74-78). “Sampling adalah teknik pengambilan sample”. Ada dua macam teknik
pengambilan sampel menurut Sugiyono yaitu:
a). Random Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.

Cara pengambilan sampel dengan random ada tiga cara:

1). Cara undian adalah pengambilan sampel dengan cara memberikan kesempatan kepada setiap individu
untuk menjadi anggota sampel.

2). Cara ordinal adalah cara pengambilan sampel dengan cara kelipatan dari sampel sebelumnya, misalkan
kelipatan dua, kelipatan tiga, dan seterusnya.

3). Cara randomisasi adalah pengambilan sampling melalui tabel bilangan random.

b). Non Random Sampel

Adalah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota sampel diberi kesempatan untuk dipilih sebagai
anggota sampel. Cara pengambilan sampel dengan non random sanpel ada tujuh cara yaitu:

1) Proportional sampling adalah pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau
kategori dalam populasi penelitian.

2) Stratified sampling adalah cara pengambilan sampel dari populasi yang terdiri dari strata yang
mempunyai susunan bertingkat.

3) Proporsive sampling adalah cara pengambilan sampel dengan menetapkan ciri yang sesuai dengan
tujuan.

4) Quota sampling adalah ruang dan tempat belajar baik yang tersedia dirumah maupun dikampus.

5) Double sampling atau sampling kembar sering digunakan dalam research dan penelitian yang
menggunakan angket lewat usaha menampung mereka dan mengembalikan dalam angket.

6) Area probability sampling adalah cara pengambilan sampel yang menunjukkan cara tertentu atau bagian
sampel yang memiliki ciri-ciri populasi.

7) Cluster sampling adalah cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada cluster-cluster tertentu.
8) Combinet adalah gabungan antara beberapa sampling dalam teknik random sampling dan teknik non
random sampling di atas sehingga menyiapkan tampilan komunikasi.
c. Teknik Pengumpulan Data
Arikunto (2002:136) ” metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data
penelitiannya ”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang
dipergunakan untuk mengumpulkan data yang di perlukan dalam penelitian.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu
1. Kuesioner atau angket
Pengertian metode angket menurut Arikunto (2006:151) “Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2008:199) “Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab”.
Kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket langsung yang
tertutup karena responden hanya tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban yang dianggap benar.
Kebaikan metode angket :
a. Menghemat waktu, maksudnya dengan waktu yang singkat dapat memperoleh data
b. Menghemat biaya , karena tidak memerlukan banyak peralatan
c. Menghemat tenaga

Kelemahan metode angket :


a. Ada kemungkinan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan yang diampaikan adalah tidak jujur
b. Apabila pertanyaan kurang jelas dapat mengakibatkan jawaban bermacam-macam

Langkah-langkah pelaksanaan angket adalah sebagai berikut :


a. Penulis membuat daftar pertanyaan
b. Setelah itu diberikan kepada reponden
c. Setelah selesai dijawab segera disusun untuk diolah sesuai dengan standar yang ditetapkan sebelumnya,
kemudian disajikan dalam laporan penelitian.

2. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006:158) “Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya.”

Metode dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data berdasarkan sumber data yang ada di sekolah,
yaitu berupa :
a. Profil sekolah
b. Struktur organisasi
c. Hasil penilaian prestasi belajar
Menurut Ritonga (1997:15) “Skala ordinal menggunakan logika untuk membuat kategori-kategori”. Variable
yang diukur dikategorikan menurut jalan pikiran lurus atau sesuai dengan logika. Kategori yang satu dibedakan
dengan kategori lainnya berdasarkan aturan tertentu. Skala ordinal adalah skala yang menunjukkan tingkatan-
tingkatan atau didasarkan pada tingkat teratas sampai terbawah. Meskipun demikian, jarak antara A dengan B
tidak atau belum tentu sama dengan jarak B dengan C atau seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA:
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.
Ritonga, Rahman. 1997. Statistika untuk Penelitian Psikologi dan Penelitian. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.

Oleh : wisudarta,2013.
Sumber : https://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html

TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL DALAM METODOLOGI PENELITIAN


Posted on Thursday, June 13, 2013 by Gerry Tri V.H. Semoga bermanfaat :)
Teknik Pengambilan Sampel : Nonprobability Sampling Pengertian Nonprobability Sampling atau Definisi
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik Sampling Nonprobality ini
meliputi :Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidental, Purposive Sampling, Sampling
Jenuh, Snowball Sampling. 1. Sampling Sistematis Pengertian Sampling Sistematis atau Definisi Sampling
Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut.Contoh Sampling Sistematis, anggota populasi yang terdiri dari 100 orang, dari semua semua anggota
populasi itu diberi nomor urut 1 sampai 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor
ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu
maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor urut 1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100. 2. Sampling
Kuota Pengertian Sampling Kuota atau Definisi Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan.Contoh Sampling Kuota, akan
melakukan penelitian tentang Karies Gigi, jumlah sampel yang ditentukan 500 orang, jika pengumpulan data
belum memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai. Bila pengumpulan data
dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus
dapat menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 anggota
sampel. 3. Sampling Insidental Pengertian Sampling Insidental atau Definisi Sampling Insidental adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data. 4. Purposive Sampling Pengertian Purposive Sampling atau Definisi Purposive Sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Contoh Purposive Sampling, akan melakukan
penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini
lebih cocok digunakan untuk Penelitian Kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi. 5.
Sampling Jenuh (Sensus) Pengertian Sampling Jenuh atau Definisi Sampling Jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil. 6. Snowball Sampling Pengertian Snowball Sampling atau Definisi Snowball Sampling
adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua
orang sampel, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan,
maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua
orang sampel sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian
kualitatif banyak menggunakan sampel Purposive dan Snowball. Contohnya akan meneliti siapa provokasi
kerusuhan, maka akan cocok menggunakan Purposive Sampling dan Snowball Sampling. Cara Pengambilan
Sampel dengan Probabilitas Sampling Ada empat macam teknik pengambilan sampel yang termasuk dalam
teknik pengambilan sampel dengan probabilitas sampling. Keempat teknik tersebut, yaitu cara acak, stratifikasi,
klaster, dan sistematis. 1. Sampling Acak Ada beberapa nama untuk menyebutkan teknik pemilihan sampling
ini. Nama tersebut termasuk di antaranya: random sampling atau teknik acak. Apa pun namanya teknik ini
sangat populer dan banyak dianjurkan penggunaannya dalam proses penelitian. Pada teknik acak ini, secara
teoretis, semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi sampel. Untuk mendapat responden yang hendak dijadikan sampel, satu hal penting yang harus
diketahui oleh para peneliti adalah bahwa perlunya bagi peneliti untuk mengetahui jumlah responden yang ada
dalam populasi. Teknik memilih secara acak dapat dilakukan baik dengan manual atau tradisional maupun
dengan menggunakan tabel random. a. Cara Tradisional Cara tradisional ini dapat dilihat dalam kumpulan ibu-
ibu ketika arisan. Teknik acak ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut: tentukan jumlah
populasi yang dapat ditemui; daftar semua anggota dalam populasi, masukkan dalam kotak yang telah diberi
lubang penarikan; kocok kotak tersebut dan keluarkan lewat lubang pengeluaran yang telah dibuat; nomor
anggota yang keluar adalah mereka yang ditunjuk sebagai sampel penelitian; lakukan terus sampai jumlah yang
diinginkan dapat dicapai. b. Menggunakan Tabel Acak Pada cara kedua ini, proses pemilihan subjek dilakukan
dengan menggunakan tabel yang dihasilkan oleh komputer dan telah diakui manfaatnya dalam teori penelitian.
Tabel tersebut umumnya terdiri dari kolom dan angka lima digit yang telah secara acak dihasilkan oleh
komputer. Dengan menggunakan tabel tersebut, angka-angka yang ada digunakan untuk memilih sampel
dengan langkah sebagai berikut: identifikasi jumlah total populasi; tentukan jumlah sampel yang diinginkan;
daftar semua anggota yang masuk sebagai populasi; berikan semua anggota dengan nomor kode yang diminta,
misalnya: 000-299 untuk populasi yang berjumlah 300 orang, atau 00-99 untuk jumlah populasi 100 orang; pilih
secara acak (misalnya tutup mata) dengan menggunakan penunjuk pada angka yang ada dalam tabel; pada
angka-angka yang terpilih, lihat hanya angka digit yang tepat yang dipilih. Jika populasi 500 maka hanya 3 digit
dari akhir saja. Jika populasi mempunyai anggota 90 maka hanya diperlukan dua digit dari akhir saja; jika angka
dikaitkan dengan angka terpilih untuk individual dalam populasi menjadi individu dalam sampel. Sebagai
contoh, jika populasinya berjumlah 500, maka angka terpilih 375 masuk sebagai individu sampel. Sebaliknya
jika populasi hanya 300, maka angka terpilih 375 tidak termasuk sebagai individu sampel; gerakan penunjuk
dalam kolom atau angka lain; ulangi langkah nomor 8 sampai jumlah sampel yang diinginkan tercapai. Ketika
jumlah sampel yang diinginkan telah tercapai maka langkah selanjutnya adalah membagi dalam kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan sesuai dengan bentuk desain penelitian. Contoh Memilih Sampel dengan
Sampling Acak Seorang kepala sekolah ingin melakukan studi terhadap para siswa yang ada di sekolah.
Populasi siswa SMK ternyata jumlahnya 600 orang. Sampel yang diinginkan adalah 10% dari populasi. Dia
ingin menggunakan teknik acak, untuk mencapai hal itu, dia menggunakan langkah-langkah untuk memilih
sampel seperti berikut. Populasi yang jumlahnya 600 orang diidentifikasi. Sampel yang diinginkan 10% x 600 =
60 orang. Populasi didaftar dengan diberikan kode dari 000-599. Tabel acak yang berisi angka random
digunakan untuk memilih data dengan menggerakkan data sepanjang kolom atau baris dari tabel. Misalnya
diperoleh sederet angka seperti berikut: 058 710 859 942 634 278 708 899 Oleh karena jumlah populasi 600
orang maka dua angka terpilih menjadi sampel yaitu: 058 dan 278. Coba langkah d sampai diperoleh semua
jumlah 60 responden. 2. Teknik Stratifikasi Dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial lainnya,
sering kali ditemui kondisi populasi yang ada terdiri dari beberapa lapisan atau kelompok individual dengan
karakteristik berbeda. Di sekolah, misalnya ada kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Mereka juga dapat
dibedakan menurut jenis kelamin responden menjadi kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Di
masyarakat, populasi dapat berupa kelompok masyarakat, misalnya petani, pedagang, pegawai negeri, pegawai
swasta, dan sebagainya. Keadaan populasi yang demikian akan tidak tepat dan tidak terwakili; jika digunakan
teknik acak. Karena hasilnya mungkin satu kelompok terlalu banyak yang terpilih sebagai sampel, sebaliknya
kelompok lain tidak terwakili karena tidak muncul dalam proses pemilihan. Teknik yang paling tepat dan
mempunyai akurasi tinggi adalah teknik sampling dengan cara stratifikasi. Teknik stratifikasi ini harus
digunakan sejak awal, ketika peneliti mengetahui bahwa kondisi populasi terdiri atas beberapa anggota yang
memiliki stratifikasi atau lapisan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ketepatan teknik stratifikasi juga
lebih dapat ditingkatkan dengan menggunakan proporsional besar kecilnya anggota lapisan dari populasi
ditentukan oleh besar kecilnya jumlah anggota populasi dalam lapisan yang ada. Seperti halnya teknik memilih
sampel secara acak, teknik stratifikasi juga mempunyai langkah-langkah untuk menentukan sampel yang
diinginkan. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat seperti berikut : Identifikasi jumlah total populasi. Tentukan
jumlah sampel yang diinginkan. Daftar semua anggota yang termasuk sebagai populasi. Pisahkan anggota
populasi sesuai dengan karakteristik lapisan yang dimiliki. Pilih sampel dengan menggunakan prinsip acak
seperti yang telah dilakukan dalam teknik random di atas. Lakukan langkah pemilihan pada setiap lapisan yang
ada. Sampai jumlah sampel dapat dicapai. Contoh menentukan sampel dengan teknik stratifikasi Seorang
peneliti ingin melakukan studi dari suatu populasi guru SMK yang jumlahnya 900 orang, sampel yang
diinginkan adalah 10% dari populasi. Dalam anggota populasi ada tiga lapisan guru, mereka adalah yang
mempunyai golongan dua, golongan tiga, dan golongan empat. Dia ingin memilih sampel dengan menggunakan
teknik stratifikasi. Terangkan langkah-langkah guna mengambil sampel dengan menggunakan teknik stratifikasi
tersebut. Jawabannya adalah sebagai berikut. Jumlah total populasi adalah 900 orang. Daftar semua anggota
yang termasuk sebagai populasi dengan nomor 000-899. Bagi populasi menjadi tiga lapis, dengan setiap lapis
terdiri 300 orang. Undilah sampel yang diinginkan 30% x 900 = 270 orang. Setiap lapis mempunyai anggota 90
orang. untuk lapisan pertama gerakan penunjuk (pensil) dalam tabel acak. Dan pilih dari angka tersebut dan
ambil yang memiliki nilai lebih kecil dari angka 899 sampai akhirnya diperoleh 90 subjek. Lakukan langkah 6
dan 7 untuk Iapis kedua dan ketiga sampai total sampel diperoleh jumlah 270 orang. 3. Teknik Klaster Teknik
klaster merupakan teknik memilih sampel lainnya dengan menggunakan prinsip probabilitas. Teknik ini
mempunyai sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan kedua teknik yang telah dibahas di atas. Teknik klaster
atau Cluster Sam¬pling ini memilih sampel bukan didasarkan pada individual, tetapi lebih didasarkan pada
kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang secara alami berkumpul bersama. Teknik klaster sering
digunakan oleh para peneliti di lapangan yang wilayahnya mungkin luas. Dengan menggunakan teknik klaster
ini, mereka lebih dapat menghemat biaya dan tenaga dalam menemui responden yang menjadi subjek atau objek
penelitian. Memilih sampel dengan menggunakan teknik klaster ini mempunyai beberapa langkah seperti
berikut. Identifikasi populasi yang hendak digunakan dalam studi. b. Tentukan besar sampel yang diinginkan.
Tentukan dasar logika untuk menentukan klaster. Perkirakan jumlah rata-rata subjek yang ada pada setiap
klaster. Daftar semua subjek dalam setiap klaster dengan membagi antara jurnlah sampel dengan jumlah klaster
yang ada. Secara random, pilih jumlah angggota sampel yang diinginkan untuk setiap klaster. Jumlah sampel
adalah jumlah klaster dikalikan jumlah anggota populasi per klaster. Contoh terapan pemilihan sampel dengan
menggunakan teknik klasterMisalkan seorang peneliti hendak melakukan studi pada populasi yang jumlahnya
4.000 guru dalam 100 sekolah yang ada. `Sampel yang diinginkan adalah 400 orang. Cara yang digunakan
adalah teknik sampel secara klaster dengan sekolah sebagai dasar penentuan logis klaster yang ada.
Bagaimanakah langkah menentukan sampel tersebut? Jawabannya adalah sebagai berikut. Total populasi adalah
4.000 orang. Jumlah sampel yang diinginkan 400 orang. Dasar logis klaster adalah sekolah yang jumlahnya ada
100. Dalam populasi, setiap sekolah adalah 4.000/100 = 40 guru setiap sekolah. Jumlah klaster yang ada adalah
400/40 = 10. Oleh karena itu, 10 sekolah di antara 100 sekolah dipilih secara random. Jadi, semua guru yang
ada dalam 10 sekolah sama dengan jumlah sampel yang diinginkan. 4. Teknik Secara Sistematis Teknik
memilih sampel yang keempat adalah teknik sistematis atau systematic sampling. Teknik pemilihan ini
menggunakan prinsip proporsional. Caranya ialah dengan menentukan pilihan sampel pada setiap 1/k, di mana
k adalah suatu angka pembagi yang telah ditentukan misalnya 5,6 atau 10. Syarat yang perlu diperhatikan oleh
para peneliti adalah adanya daftar atau list semua anggota populasi. Untuk populasi yang didaftar atas dasar
urutan abjad pemakaian metode menggunakan teknik sistematis juga dapat diterapkan. Walaupun mungkin saja
terjadi bahwa suatu nama seperti nama yang berawalan su, sri dalam bahasa Indonesia akan terjadi
pengumpulan nama dalam awalan tersebut. Sisternatis proporsional k dapat memilih dengan baik. Teknik
observasi lapangan khusus untuk penelitian di lokasi tambang Pengumpulan Data penelitian Teknik ini
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Mengamati tidak hanya melihat,
melainkan merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian yang ada di lapangan. Teknik ini ada dua
macam, yaitu observasi langsung (observasi partisipasi) yaitu apabila pengumpulan data melalui pengamatan
dan pencatatan gejalagejala pada objek yang dilakukan secara langsung di tempat kejadian, dan observasi tidak
langsung (observasi non-partisipasi) yaitu pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala
pada objek tidak secara langsung di lapangan. Beberapa cara yang biasa dilakukan dalam observasi adalah
sebagai berikut: 1) Membuat catatan anekdot (anecdotal record), yaitu catatan informal yang digunakan pada
waktu melakukan observasi. Catatan ini berisi fenomena atau peristiwa yang terjadi saat observasi. 2) Membuat
daftar cek (checklist), yaitu daftar yang berisi catatan setiap faktor secara sistematis. Daftar cek ini biasanya
dibuat sebelum observasi dan sesuai dengan tujuan observasi. 3) Membuat skala penilaian (rating scale), yaitu
skala yang digunakan untuk menetapkan penilaian secara bertingkat untuk mengamati kondisi data secara
kualitiatif. 4) Mencatat dengan menggunakan alat (mechanical device), yaitu pencatatan yang dilakukan melalui
pengamatan dengan menggunakan alat, misalnya slide, kamera, komputer, dan alat perekam suara. Observasi
tersebut dapat terbentang mulai dari kegiatan pengumpulan data yang formal hingga yang tidak formal. Bukti
observasi seringkali bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan tentang topik yang akan diteliti.
Observasi dapat menambah dimensi-dimensi baru untuk pemahaman konteks maupun fenomena yang akan
diteliti. Observasi tersebut bisa begitu berharga sehingga peneliti bisa mengambil foto-foto pada situs studi
kasus untuk menambah keabsahan penelitian (Dabbs, 1996: 113).
REFERENSI Sugiyono, 2007, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Keduabelas, Alfabeta, Bandung.
http://asiabusinesscentre.blogspot.com/2012/07/teknik-pengambilan-sampel.htm
http://www.onlinesyariah.com/2012/12/cara-pengambilan-sampel-dengan.html
http://texbuk.blogspot.com/2012/01/teknik-observasi-atau-pengamatan.html#ixzz2RwhVvFK1

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub


SUMBER : http://gerrytri.blogspot.com/2013/06/teknik-pengambilan-sampel-dalam.html

Penjelasan Teknik Sampling Dalam Penelitian


Penulis Anwar Hidayat, 2 Juni 2017
Teknik Sampling Dalam Penelitian
Pengertian Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian berdasarkan statistikian dan pakar akan dijelaskan pada kesempatan
ini. Teknik sampling adalah teknik yang dilakukan untuk menentukan sampel. Jadi, sebuah penelitian
yang baik haruslah memperhatikan dan menggunakan sebuah teknik dalam menetapkan sampel yang
akan diambil sebagai subjek penelitian.
Pengertian Teknik Sampling Menurut Ahli
Pengertian teknik sampling menurut Sugiyono (2001) adalah: Teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56). Pengertian teknik sampling menurut Margono (2004) adalah:
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang
akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang representatif.
Baca Juga: Populasi dan Sampel.
Langkah Dalam Teknik Sampling
Menurut Dalen (1981), beberapa langkah yang harus diperhatikan peneliti dalam menentukan sampel, yaitu:
1. Menentukan populasi,
2. Mencari data akurat unit populasi,
3. Memilih sampel yang representative,
4. Menentukan jumlah sampel yang memadai.
Jenis teknik Sampling
Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik
sampling berdasarkan adanya randomisasi, yakni pengambilan subyek secara acak dari kumpulannya, dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu sampling nonprobabilitas dan sampling probabilitas. Teknik-teknik sampling
tersebut dapat dilihat pada skema berikut.
Menurut Sugiyono (2001), untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling yang digunakan. Secara skematis ditunjukkan pada diagram berikut ini:
Teknik Sampling
Dari diagram di atas menjelaskan pada kita bahwasanya teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.
Yang termasuk ke dalam kelompok probability sampling antara lain: simple random sampling, proportionate
stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster) sampling (disebut
juga dengan sampling menurut daerah).
Sedangkan yang termasuk ke dalam jenis nonprobability sampling antara lain: sampling sistematis, sampling
kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
Baca juga: metodologi penelitian.
Berikut penjelasannya:
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel probability sampling meliputi:
a. Simple Random Sampling
Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit
sampling. Maka setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama
untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasinya. Cara tersebut dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen. Teknik tersebut dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu populasi tidak
terlalu besar. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling dapat dilakukan dengan metode
undian, ordinal, maupun tabel bilangan random.
Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalamprakteknya akan menyita waktu.
Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Proportionate Stratified Random Sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat
atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan
berstrata secara proporsional.
Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek maka tidak dapat membuat strata.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasinya
berstrata tetapi kurang proporsional.
d. Cluster Sampling (Area Sampling)
Cluster Sampling (Area Sampling) juga cluster random sampling. Teknik ini digunakan bilamana populasi tidak
terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling
daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.
Kelemahan teknik ini dapat dilihat dari tingkat error samplingnya. Jika lebih banyak di bandingkan dengan
pengambilan sampel berdasarkan strata karena sangat sulit memperoleh cluster yang benar-benar sama tingkat
heterogenitasnya dengan cluster yang lain di dalam populasi.
2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik sampling ini antara lain:
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut.
b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai
jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan
dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok.
Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data
dihentikan.
Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian yang menginginkan sedikit sampel dimana setiap
kasus dipelajari secara mendalam. Dan bahayanya, jika sampel terlalu sedikit, maka tidak akan dapat mewakili
populasi.
c. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu sesuai sebagai sumber data.
Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung saja
mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.
d. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan sekelompok
subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka dengan kata lain, unit sampel yang
dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau
permasalahan penelitian.
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan bila jumlah populasinya relatif kecil, kurang dari 30 orang. Sampel jenuh disebut juga dengan
istilah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang awal mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini
disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Dan begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
makin lama makin banyak. Ibaratkan sebuah bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada
penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball.
Pemilihan Jenis Teknik Sampling
Pemilahan jenis teknik sampling probabilitas dan nonprobabilitas didasarkan adanya randomisasi atau
keacakan, yakni pengambilan subjek secara acak dari kumpulannya. Dalam hal randomisasi berlaku, setiap
subjek penelitian memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota sampel sejalan dengan anggapan
bahwa pada dasarnya probabilitas distribusi kejadian ada pada seluruh bagian.
Baca juga: Menghitung Besar Sampel Penelitian.
Pemilihan teknik sampling harus berdasarkan 2 hal penting yaitu, reliabilitas dan efisiensi. Sampel yang reliable
adalah sampel yang memiliki reliabilitas tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin kecil kesalahan
sampling, reliabilitas sampling semakin rendah. Jika dikaitkan dengan varian nilai statistiknya berlaku kriteria
bahwa semakin rendah varian, maka reliabilitas sampel yang diperoleh semakin tinggi pula.
Demikian statistikian telah membahas dan menguraikan secara singkat perihal teknik sampling berdasarkan
para ahli. Semoga dapat bermanfaat.
SUMBER : https://www.statistikian.com/2017/06/teknik-sampling-dalam-penelitian.html

Kamis, 16 Juni 2011


Macam-Macam Metode Penelitian Menurut Berbagai Referensi

v Macam-Macam Metode Penelitian v

A. Berdasarkan Tujuan Penelitian


Secara umum, penelitian dapat dibagi atas dua jenis, yaitu penelitian dasar (basic research) dan
penelitian terapan (applied research)
1. Penelitian Dasar : Jujun S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah
penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.
2. Penelitian Terapan : Penelitian terapan (applied research, practical research) adalah penyelidikan yang hati-
hati, sistematik dan terus-menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk
keperluan tertentu.
3. Penelitian Dan Pengembangan (Research And Development/R&D) Merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan
pembelajaran.
B. Berdasarkan Tingkat Kealamiahan Tempat Penelitian
1. Metode Penelitian Eksperimen : Merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh treatment (perlakuan) tertentu.
2. Metode Penelitian Survey : Digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan
buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan
kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya.
3. Metode Penelitian Naturalistik/kualitatif : Digunakan untuk meneliti pada tempat yang alamiah, dan penelitian
tidak membuat perlakuan, karena peneliti dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasarkan
pandangan dari sumber data, bukan pandangan peneliti.

C. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif


1. Metode penelitian kuantittif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
2. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumental kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Sumber :
Prof. Dr. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. HAL :
6 – 15
Jenis-Jenis Metode Penelitian Pendidikan v
A. Penelitian Menurut Tujuan
1. Penelitian Terapan : adalah penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah.
2. Penelitian Murni/Dasar : adalah penelitian yang dilakukan diarahkan sekedar untuk memahami masalah dalam
organisasi secara mendalam (tanpa ingin menerapkan hasilnya). Penelitian dasar bertujuan untuk
mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Jadi penelitian
murni/dasar berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu.
B. Penelitian Menurut Metode
1. Penelitian Survey : penelitian yang dilakukan pada popolasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari
adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosilogis maupun psikologis.
2. Penelitian Ex Post Facto : yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang
kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
3. Penelitian Eksperimen : yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap
variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Variabel independennya dimanipulasi oleh
peneliti.
4. Penelitian Naturalistic : metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif, yaitu metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alami (sebagai lawannya) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci. Contoh : Sesaji terhadap keberhasilan bisnis.
5. Policy Research : yaitu suatu proses penelitian yang dilakukan pada, atau analisis terhadap masalah-masalah
sosial yang mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertinak
secara praktis dalam menyelesaikan masalah.
6. Action Research : merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling
efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktifitas lembaga dapat meningkat. Tujuan utama
penelitian ini adalah mengubah: 1) situasi, 2) perilaku, 3) organisasi termasuk struktur mekanisme kerja, iklim
kerja, dan pranata.
7. Penelitian Evaluasi : merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu
kejadian, kegiatan dan produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan.
8. Penelitian Sejarah ; berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa
lalu. Sumber datanya bisa primer, yaitu orang yang terlibat langsung dalam kejadian itu, atau sumber-sumber
dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu. Tujuan penelitian sejarah adalah untuk merekonstruksi
kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, melalui pengumpulan, evaluasi, verifikasi, dan
sintesa data diperoleh, sehingga ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan.
C. Penelitian Menurut Tingkat Eksplanasi
Tingkat eksplanasi adalah tingkat penjelasan. Jadi penelitian menurut tingkat eksplanasi adalah
penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu
variabel dengan variabel yang lain.
1. Penelitian Deskriptif : adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel yang lain.
2. Penelitian Komparatif : sdalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Variabelnya masih sama dengan
penelitian varabel mandiri tetapi untuk sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.
3. Penelitian Asosiatif/Hubungan : merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variable atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

D. Penelitian Menurut Penggunaannya


Jenis penelitian bila dilihat dari segi penggunaannya dapat digolongkan menjadi:
1. Penelitian dasar atau penelitian murni ( pure research ) LIPI memberi definisi sebagai berikut. Penelitian dasar
adalah setiap penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah atau untuk menemukan bidang
penelitian baru tanpa suatu tujuan praktis tertentu. Artinya kegunaan hasil penelitian itu tidak segera dipakai
namun dalam waktu jangka panjang juga akan terpakai.
2. Penelitian terapan ( applied research ). Batasan yang diberikan LIPI adalah : Penelitian terapan ialah setiap
penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan suatu tujuan praktis. Berarti hasilnya
diharapkan segera dapat dipakai untuk keperluan praktis. Dilihat dari segi tujuannya, penelitian terapan
berkepentingan dengan penemuan-penemuan yang berkenan dengan aplikasi dan sesuatu konsep-konsep teoritis
tertentu.

E. Menurut Sifat Permasalahannya


Sesuai dengan tugas penelitian itu untuk mmemberikan, menerangkan, meramalkan dan mengatasi
permasalahan atau persoalan-persoalan, maka penelitian dapat pula digolongkan dari sudut pandangan ini.
Sehingga penggolongan ini bisa mencakup penggolongan yang disebut terdahulu.
Berdasarkan penggolongan ini dapat dipilih rancangan penelitian yang sesuai. Ada delapan jenis
penelitian itu yakni :
1. Penelitian Historis : Penelitian ditujukan kepada rekonstruksi masa lampau sistematis dan objektif memahami
peristiwa-peristiwa masa lampau itu.
2. Penelitian Deskriptif : Penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta
aktual dan sifat populasi tertentu.
3. Penelitian Perkembangan : Penelitian perkembangan menyelidiki pola dan proses pertumbuhan atau
perubahan sebagai fungsi dari waktu.
4. Penelitian kasus dan Penelitian lapangan : Penelitian kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan.
5. Penelitian Korelasional : Penelitian korelasional bertujuan melihat hubungan antara dua gejala atau
lebih.misalnya, apakah ada hubungan antara status sosial orang tua siswa dengan prestasi anak mereka.
6. Penelitian Kausal-Komparatif : Penelitian untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat antara faktor
tertentu yang mungkin menjadi penyebab gejala yang diselidiki.
7. Penelitian Ekspremental : Penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok-kelompok ekspremen.
Kepada tiap kelompok ekspremen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat
dikontrol. Data sebagai hasil pengaruh perlakuan terhadap kelompok ekspremen diukur secara kuantitatif
kemudian dibandingkan. Pada akhir percobaan prestasi belajar tiap kelompok dievaluasi.
8. Penelitian Tindakan : Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru untuk mengatasi
kebutuhan dalam dunia kerja atau kebutuhan praktis lain. Misalnya, meneliti keterampilan kerja yang sesuai
bagi siswa putus sekolah di suatu daerah.

F. Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisis


Jenis data dan analisisnya dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua hal utama yaitu data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Data
kuantitatif adalah data berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring).
G. Menurut Bidang Ilmu
Ragam penelitian ditinjau dari bidangnya adalah: penelitian pendidikan (lebih lanjut lagi pendidikan
guru, pendidikan ekonomi, pendidikan kesenian), ketekhnikan, ruang angkasa, pertanian, perbankan,
kedokteran, keolahragaan, dan sebagainya.
Sumber : http://www.akalgi.co.cc/2009/09/jenis-jenis-metode-pen1elitian.html
v Metode Penelitian v
A. Metode Sejarah
Metode sejarah merupakan suatu usaha untuk memberikan interprestasi dari bagian trend yang naik-
turun dari suatu status keadaan di masa yang lampau untuk memperoleh suatu generalisasi yang berguna untuk
memahami kenyataan sejarah, membandingkan dengan keadaan sekarang dan dapat meramalkan keadaan yang
akan dating. Tujuan penelitian dengan metode sejarah adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara
objektif dan sistematis dengan mengumpulkan, mengevaluasi, serta menjelaskan dan mensintesiskan bukti-bukti
untuk menegakkan fakta dan menarik kesimpulan secara tepat.
B. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Menurut Whitney (1960) Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat.
C. Metode Eksperimental
Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap
objek penelitian serta adanya kontrol. Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki ada-
tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan
perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk
perbandingan.

D. Grounded Research
Grounded research adalah suatu metode penelitian yang mendasarkan diri kepada fakta dan
menggunakan analisis perbandingan bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-
konsep, membuktikan teori, dan mengembangkan teori di mana pengumpulan data dan analisis data berjalan
pada waktu yang bersamaan. Tujuan dari grounded research, seperti telah dinyatakan dalam definisi di atas
adalah untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori, dan
mengembangkan teori.
E. Metode Penelitian Tindakan (Action Research)
Metode Penelitian Tindakan adalah suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama antara peneliti
dan decision maker tentang variabel-variabel yang dapat dimanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk
menentukan kebijakan dan pembangunan. Peneliti dan decision maker bersama-sama menentukan masalah,
membuat desain serta melaksanakan program-program tersebut. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah :
a. Untuk memperoleh keterangan yang objektif dalam rangka membenarkan kebijakan atau kegiatan yang telah
dibuat.
b. Untuk memberikan keterangan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk kegiatan dan tindakan yang akan
datang.
c. Untuk membenarkan penundaan aksi, pengambilan tindakan atau tidak mengambil tindakan apapun.
d. Untuk menstimulasikan pekerja-pekerja pelaksanaan program kea rah yang lebih dinamis serta lebih
menggiatkan implikasi dari berbagai alat untuk mencapai tujuan.
Sumber :
Moh. Nazir . 2003. Metode Penelitian. HAL : 45 – 81

v Macam-Macam Metode Penelitian v


Berdasarkan sifat-sifat masalahnya, Suryabrata (1983) mengemukakan sejumlah metode penelitian yaitu
sebagai berikut :
1. Penelitian Historis yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif.
2. Penelitian Deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.
3. Penelitian Perkembangan yang bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan pertumbuhan dan/atau perubahan
sebagai fungsi waktu.
4. Penelitian Kasus/Lapangan yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang
dan interaksi lingkungan suatu obyek
5. Penelitian Korelasional yang bertujuan untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan
variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi
6. Penelitian Eksperimental suguhan yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat
dengan melakukan kontrol/kendali
7. Penelitian Eksperimental semu yang bertujuan untuk mengkaji kemungkinan hubungan sebab akibat dalam
keadaan yang tidak memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi pengganti bagi situasi
dengan pengendalian
8. Penelitian Kausal-komparatif yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi
tidak dengan jalan eksperimen tetapi dilakukan dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga
menjadi penyebab, sebagai pembanding.
9. Penelitian Tindakan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan baru dan
diterapkan langsung serta dikaji hasilnya.

Beberapa metode penelitian sederhana yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan.
A. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian
yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual
sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus
terhadap peristiwa tersebut.
B. Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang
dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus kepala sekolah yang tidak disiplin
dalam bekerja . Terhadap kasus tersebut peneliti mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu
cukup lama. Mendalam, artinya mengungkap semua variable yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut
dari berbagai aspek. Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif.
C. Penelitian Survei
Penelitian survei cukup banyak digunakan untuk pemecahan masalah-masalah pendidikan termasuk
kepentingan perumusan kebijaksanaan pendidikan. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang
variabel dari sekolompok obyek (populasi). Survei dengan cakupan seluruh populasi (obyek) disebut sensus.
Sedangkan survei yang mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survei.

D. Studi Korelasional
Seperti halnya survei, metode deskriptif lain yang sering digunakan dalam pendidikan adalah studi
korelasi. Studi ini mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variable
berhubungan dengan variasi dalam variabel lain. Derajat hubungan variable-variabel dinyatakan dalam satu
indeks yang dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang
hubungan antar variabel atau untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel. Studi korelasi
yang bertujuan menguji hipotesis, dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung
koefisien korelasi antara variabel-variabel tersebut, agar dapat ditentukan variabel-variabel mana yang
berkorelasi.

E. Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang
mengandung fenomena sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari model penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam metode eksperimen, peneliti harus melakukan tiga persyaratan
yaitu kegiatan mengontrol, kegiatan memanipulasi, dan observasi.

F. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan
dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktek yang dilakukan sendiri. Dengan
demikian akan diperoleh pemahaman mengenai praktek tersebut dan situasi di mana praktek tersebut
dilaksanakan. Terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini mengarahkan
tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu:
(1) Untuk memperbaiki praktek
(2) Untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman/kemampuan para praktisi terhadap
praktek yang dilaksanakannya
(3) Untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan.
Penelitian tindakan bertujuan untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan langkah
pemecahan terhadap masalah.

G. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D)


Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah strategi atau metode
penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Yang dimaksud dengan Penelitian dan
Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam
rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat
dipertanggungjawabkan.
Sumber :
http://www.lpmpjogja.diknas.go.id/materi/fsp/2009-Pembekalan-Pengawas/25%20--%20KODE%20--
%2005%20 %20B1%20Pendekatan,%20Jenis,%20Metode%20Penelitian%20Pendidikan.pdf
By : yulia metri di 6/16/2011 10:06:00 PM

SUMBER : http://yhmetri-physics.blogspot.com/2011/06/macam-macam-metode-penelitian-menurut.html

Anda mungkin juga menyukai