Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bengkulu merupakan provinsi yang juga memiliki garis pantai yang tegas dengan
keindahan pantai nya. Pantai Panjang Bengkulu ini terdapat di kota Bengkulu, Ibukota
Provinsi Bengkulu. Dinamakan demikian karena pantai ini memiliki garis pantai yang sangat
panjang mencapai 7 km dan lebar pantai (garis pasang dan garis surut) sekitar 500 meter.
Hal ini terjadi karena di sekitar pantai tidak terdapat karang sehingga saat air laut pasang
membuat hamparannya menjangkau sangat jauh ke dalam pantai.
Kota Bengkulu adalah ibukota Provinsi Bengkulu. Bengkulu yang dahulu disebut
Bencoolen merupakan kota pelabuhan tua Bencoolen yang dijadikan kota
pendudukan dan perdagangan oleh Inggris pada abad XVIII dan XIX. Pelabuhan
Bengkulu (Pelabuhan Pulau Baai) berada sekitar 20 km dari Pusat Kota Bengkulu
dan memiliki hinterland yang cukup luas dengan potensi pertambangan, perkebunan
dan kehutanan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan agrobisnis,
pertambangan dan industri.
Secara administratif, Kota Bengkulu mempunyai luas wilayah sekitar 14.452 km²,
yang terdiri dari 9 kecamatan (pemekaran kecamatan baru yaitu Kecamatan
Singaran Pati dari kecamatan induk, yaitu Kecamatan Gading Cempaka) dan 66
kelurahan, dengan batas administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Tengah;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Seluma;
Tabel E.1. Luas Wilayah Kota Bengkulu Menurut Kecamatan Tahun 2009
Letaknya sekitar 4 km dari pusat kota. Pantai ini memiliki garis pantai yang
mencapai 7 km dan lebar pantai sekitar 500 meter. Pantai Panjang terletak di
Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Teluk Segara, & Kecamatan Ratu Samban.
Pantai Panjang terletak sejajar dengan Pantai Tapak Paderi dan Pantai Jakat.
a) Ketinggian
Kota Bengkulu terletak pada ketinggian antara 0 – 100 m/dpl, dengan
persebaran sporadis pada setiap wilayah kota, sehingga menyebabkan
morfologi kota yang bergelombang. Lokasi dengan titik tertinggi (hingga 100
m/dpl) berada di bagian tenggara (Kec. Selebar). Sementara titik terendah
(antara 0 m/dpl – 10 m/dpl) di bagian Selatan, Utara dan Timur, sedangkan
Pusat Kota Bengkulu sendiri berada pada ketinggian antara 10 – 25 m/dpl.
b) Kemiringan
Secara umum wilayah Kota Bengkulu didominasi oleh kelas lereng datar, yang
mencapai 88,09% (12.730,7 Ha), yang terdiri dari 2 (dua) kelas kemiringan
lereng yaitu kemiringan lerengnya 0 – 3% dengan luas 8.145,38 Ha dan sekitar
4.585,32 Ha kemiringan lereng 3 – 8% yang sesuai untuk pengembangan
pembangunan kota.
Wilayah dengan kemiringan 0 – 3% ini terletak di daerah bagian Barat,
Selatan dan Timur Laut Kota Bengkulu, sedangkan kemiringan lereng 3 – 8%
sebagian di Utara, pusat kota yang memanjang ke arah Tenggara Kota
Bengkulu.
Berdasarkan klasifikasi iklim, daerah ini tergolong tipe iklim A (Tropis Basah) dengan
kelembaban 70 – 87%. Jumlah bulan basah 10 bulan, yakni pada bulan Oktober
- Juli. Temperatur rata-rata tahunan antara 25º - 27ºC dengan curah hujan bulanan
berkisar 230 - 620 mm, dengan jumlah hari hujan berkisar antara 10 - 23 hari.
Suhu udara maksimum berkisar antara 29,60C – 31,50C dan suhu minimum berkisar
antara 23,10C – 24,20C dengan curah hujan rata-rata 2.626 mm/ tahun dan rata-
rata hari hujan sekitar 188 hari/tahun. Curah hujan tahunan berkisar 2.500 – 4.000
mm. Kecepatan angin rata-rata 18 knot atau sekitar 10 km/jam, tekanan udara
berkisar antara 1.008,4 – 1.012,6 MB dan kecepatan angin maksimum berkisar 14
- 32 mil/jam. Lama penyinaran matahari rata - rata berkisar antara 55 – 86%.
a) Geologi Umum
Secara umum bagian tengah Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S.
Gafoer, T. C. Amin dan R. Pardede,1992.) skala 1: 250.000, ditempati oleh
beberapa gunung api muda, antara lain Bukit Dingin dengan ketinggian
mencapai 2.020 m di atas permukaan laut (dpl), Bukit Balai (1.683 m dpl), Bukit
Condong (2.079 m dpl), Bukit Daun (2.467 m dpl), Gunung Hulupalik (2.493 m
dpl), dan Bukit Gendahululai (2.130 m dpl). Gunung-gunung tersebut membentuk
jajaran gunungapi strato sebagai bagian dari rangkaian Pegunungan Bukit
Barisan dengan arah umum Barat Laut – Tenggara. Di bagian Barat dan Timur
dibatasi oleh perbukitan bergelombang, setempat dengan timbulan tajam
terdapat di bagian Utara dan Selatan. Dataran sempit terdapat setempat-
setempat di daerah pantai pada bagian Barat Daya.
Sesar Sumatera dengan arah umum Barat Laut - Tenggara memotong batuan
berumur Oligosen sampai Kuarter. Di beberapa tempat terlihat bahwa sesar
Sumatera merupakan kontak antara batuan vulkanik Kuarter dengan batuan
padu berumur lebih tua. Dataran sempit yang dijumpai setempat-setempat di
b) Geologi Wilayah
Dijelaskan pada Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S. Gafoer, T.
C. Amin dan R. Pardede,1992.) skala 1: 250.000, bahwa wilayah Kota
Bengkulu secara umum tersusun oleh batuan endapan permukaan (surficial
deposits) berumur Kuarter dan batuan sedimen dan gunung api (sedimentary
and volcanic rocks) serta batuan terobosan berumur Tersier.
Urutan stratigrafi dari satuan termuda sampai yang tertua adalah sebagai
berikut :
1. Undak Aluvium (Qat)
Satuan ini merupakan endapan permukaan yang termuda, berumur Holosen
Kuarter yang tersusun oleh pasir, lanau, lempung dan kerikil yang dibentuk
oleh endapan sungai, pantai dan rawa. Endapan ini penyebarannya hampir
di seluruh Kota Bengkulu, mulai dari bagian Utara hingga bagian Selatan,
namun tidak mencapai batas kota di sebelah Timur, dengan luas sekitar
62,8%.
2. Aluvium (Qa)
Satuan ini juga berumur Holosen Kuarter yang tersusun oleh bongkah, kerikil,
pasir, lempung, lanau dan lumpur. Endapan permukaan ini penyebarannya
hanya pada sebagian wilayah Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan
Sungai Serut dan Kecamatan Gading Cempaka (seluruh kawasan Danau
Dendam Tak Sudah), dengan luasan berkisar sekitar 15%.
6. Andesit (Tpan)
Andesit merupakan batuan terobosan, yang diduga berumur Pliosen Tersier.
Penyebarannya di Kota Bengkulu umumnya berada di Kecamatan Selebar
c) Struktur Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S. Gafoer, T.C.
Amin dan R. Pardede,1992.) dengan skala 1: 250.000, struktur geologi yang
terdapat di Kota Bengkulu adalah kelurusan, dengan sumbu Barat Laut
Tenggara yang terdapat di Kecamatan Gading Cempaka, Kecamatan Selebar
dan Kecamatan Kampung Melayu.
Struktur geologi tersebut masuk dalam sistem patahan Sumatera dan bagian
dari sesar Musi Keruh dan Sesar Ketaun, yang bagian dari Sesar Semangko.
Struktur geologi dengan skala regional misalnya Sesar Semangko yang relatif
berarah Barat Laut – Tenggara atau relatif searah dengan Pulau Sumatera
dapat berfungsi sebagai pemicu terjadinya gempa di sepanjang/di sekitar
zona sesar tersebut.
b) Air Tanah
Potensi air tanah dangkal di Kota Bengkulu berupa sumur dan mata air.
Penggunaan sumur sebagai sumber air baku oleh penduduk digunakan hampir
merata di seluruh wilayah kota. Kedalaman sumur untuk mendapatkan air
adalah sekitar 10-15 m. Adapun sumber mata air di Kota Bengkulu terdapat di
beberapa lokasi, yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku.
b) Pengertian Perencanaan
Berdasarkan terminologi planologis, prinsip perencanaan tata ruang menurut
Prof. Djoko Sujarto, antara lain :
1. Suatu penentuan pilihan (setting up choices). Perencanaan terkait dengan
pengambilan keputusan untuk menetapkan pilihan. Dalam hal ini maka
proses pemilihan ini didasari oleh suatu pertimbangan untuk memilih unsure-
unsur yang akan dikembangkan dan tindakan mana yang akan dipakai
sebagai cara bertindak di dalam pembangunan;
2. Suatu penetapan pengagihan sumber daya (resources allocation). Pada
dasarnya perencanaan merupakan suatu usaha untuk mempertimbangkan
secara rasional pengagihan sumber daya yang potensial dan dimiliki
termasuk sumber daya manusuia, sumber daya alam, sumber daya modal
untuk mencapai tujuan pembangunan berdasarkan keterbatasan dan
kendala sumber daya potensial tersebut berdasarkan strategi yang akan
menentuan urutan prioritas pembangunan;
3. Suatu penetapan dan usaha pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan
(setting up goals and objectives), yaitu menetapkan sasaran tujuan yang
diperhitungkan sesuai dengan kuantitas usaha pencapaian dan apa yang
ingin dicapai dalam kurun waktu mendatang tertentu. Seringkali terjadi
bahwa sasaran dan tujuan pembangunan yang ditetapkan akan berdeviasi
di dalam kurun waktu pelaksanaan pembangunan tersebut;
4. Suatu mencapai keadaan yang baik masa mendatang yang di dalam
usaha menrealisasikannnya perlu mempertimbangkan dua hal pokok yaitu:
Pertama, dapat membuat perkiraan yang baik dan menjabarkannya
dalam suatu penjadwalan yang berurutan (sequential) sesuai dengan
kebutuhan dan sumber daya yang mendukungnya
Dalam pengembangan wilayah ada tiga sasaran utama yang banyak dicanangkan
baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yaitu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan berusaha serta menjaga agar
Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten / Kota. Rencana rinci tata ruang disusun sebagai perangkat
operasional rencana umum tata ruang, termasuk di dalamnya sebagai dasar dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
1). Dikaitkan dengan upaya pelestarian atau konservasi kawasan yang ada (jika
ada).
2). Kesatuan perencanaan kawasan dengan facade bangunan disekitarnya,
estetika dan lingkup pelayanan yang ada di lingkungan sekitar, seperti dalam
rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan.
3). Solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti faktor sosial budaya setempat,
geografi klimatologi, dan lain-lain.
1. Pengelolaan Terpadu
Pengelolaan wilayah terpadu (integrated coastal zone management – ICZM)
adalah pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan
(environmental service)yang terdapat di wilayah perencanaan, dengan cara
melakukan penilaian menyeluruh (comprehensive assessment) tentang kawasan
beserta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di
dalamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan dan kemudian
merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya, guna
mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan (Dahuri et al. 2001).
Pengelolaan ini dilakukan dengan kontinyu dan dinamis dengan
mempertimbangkan segenap aspek sosial ekonomi budaya dan aspirasi
masyarakat (stakeholder) serta memperhatikan konflik kepentingan dan konflik
pemanfaatan kawasan yang mungkin ada (Sorensen dan Mc Creary dalam
Dahuri et al. 2001). Batas wilayah untuk kepentingan pengelolaan perencanaan
terdapat dua macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan dan batas untuk
wilayah pengaturan atau pengelolaan seharihari. Wilayah perencanaan
meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat kegiatan
2. Pengelolaan Normatif
Pendekatan normatif dalam pekerjaan ini menekankan pada kajian terhadap
produk peraturan dan kebijakan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah
yang terkait dengan Penyusunan Perencanaan Penataan Kawasan Pantai
Panjang di Kota Bengkulu. Pendekatan normatif yang digunakan dalam
penyusunan pekerjaan ini, pada dasarnya merupakan pendekatan yang
digunakan untuk merumuskan suatu kebijakan dan strategi berdasarkan data
dan informasi yang tersedia serta mengacu pada produk peraturan dan
perundangan yang terkait dengan substansi pekerjaan ini, yaitu terkait dengan
rencana pengembangan kawasan potensial, arahan pemanfaatan ruang
kawasan dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan. Terkait
dengan pekerjaan ini, pendekatan normatif ini tidak dipandang sekedar
sebagai pendekatan untuk merumuskan kebijakan yang sifatnya konseptual.
Pendekatan ini dilakukan mulai dari bagaimana kondisi dan permasalahan
kawasan dilihat sampai dengan perumusan kebijakan dan strategi yang tepat
untuk kondisi dan permasalahan yang ada. Oleh sebab itu perlu juga dengan
4. Pendekatan Ekstraplitatif
Pendekatan ektraploitatif yaitu pendekatan perencanaan atas dasar fakta dan
kecendrungan perkembangan yang terjadi akibat pendayagunaan aspek fisik,
sosial dan ekonomi, baik dalam struktur tata ruang kawasan maupun regional
yang selama ini telah terjadi. Asumsi Pendekatan Ekstrapolatif
a) Kemitraan
Kegiatan penyusunan pekerjaan ini, adalah pendekatan yang bercirikan top
down namun sekaligus memiliki nuansa partnership atau kemitraan. Berbeda
dengan paradigma sentralisasi dalam mekanisme pengambilan keputusan
publik pada konsep otoriter, mekanisme top down dalam bantek lebih
b) Perencanaan Partisipatif
Bentuk Peran serta masyarakat dalam penataan ruang menurut hirarkhi
rencana yang diindikasikan dalam PP No. 69 Tahun 1996 (Pasal-Pasal di
BAB III dari PP 69/96):
c) Perencanaan Partisipatif
Mengingat dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan pekerjaan ini dilakukan
secara partisipatif, maka diharapkan adanya keterlibatan stakeholder
secara utuh dalam tiap proses pelaksanaan pekerjaan. Bahwasannya
keterlibatan tersebut diharapkan tidak hanya bersifat pasif namun juga aktif
dari para stakeholder yang terkait. Oleh sebab itu diperlukan adanya
kapasitas dan pemahaman yang cukup memadai mengenai persoalan-
persoalan yang terkait dengan pengembangan dan pembangunan kawasan
dan solusi-solusi strategis atas persoalan tersebut. Mengingat hal-hal diatas,
maka konsultan akan memfasilitasi peningkatan kapasitas dan pemahaman
para stakeholder terkait dengan rencana pemanfaatan ruang kawasan,
pembangunan dan pengembangan kawasan serta pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan. Diketahui dalam menyelenggarakan kegiatan
penyusunan pekerjaan ini diperlukan sebuah teamwork yang solid, bersifat
multisektoral dan komprehensif. Teamwork yang dibangun bukan merupakan
implikasi dari sebuah power sharing tetapi lebih merupakan team work yang
bersifat kemitraan dan sinergis. Oleh karenanya mengingat kompleksnya
masalah juga, maka para pelaku dituntut untuk berbagi peran dan fungsi di
dalam penyelenggaraan kegiatan penyusunan pekerjaan ini.
7. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif dilakukan untuk menyeimbangkan pendekatan normative
sehingga diperoleh sebuah perencanaan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Aspek kualitatif yang muncul di lokasi kegiatan seperti aspek sosial, budaya,
dan politik lokal harus dapat dipertimbangkan sehingga dapat mencerminkan
keunikan lokal di setiap lokasi kegiatan dan menghasilkan sebuah produk
pengaturan yang memiliki visi berkelanjutan. Kajian kualitatif dapat dilakukan
dengan menggunakan metode desk study dan dapat menggunakan data
sekunder dan primer. Selain itu pendekatan kualitatif juga dilakukan melalui
kajian terhadap persepsi dan preferensi terhadap materi Zoning Regulation
baik dari hasil wawancara, kuisioner maupun diskusi. Pencatatan lapangan,
dokumentasi visual dan digital dan sejenisnya diperlukan untuk mengidentifikasi
guna lahan maupun kegiatan pemanfaatan ruang. Kedua data tersebut
dielaborasikan ke dalam analisis–analisis keruangan, pemanfaatan ruang, dan
hal lain yang berkorelasi dengan kegiatan penyusunan pekerjaan ini. Hasil dari
pengolahan data secara desk study dari dua pendekatan tersebut dipertajam
dengan diskusi dan konsultasi dengan stakeholder lain (Pemerintah Pusat dan
Daerah, masyarakat lokal, swasta, LSM, dan perguruan tinggi) sehingga
memenuhi aspek partisipatif dan dengan demikian aspek kesepakatan dalam
produk pengaturan dapat tercapai.
Studi dokumen dan literatur ini dilakukan dengan cara melaksanakan kajian
terhadap dokumen dan literatur yang sangat kuat relevansinya dengan
pekerjaan ini, yang dalam hal ini berupa: (i) kajian terhadap peraturan
b) Observasi Lapangan
Secara umum observasi lapangan dilakukan untuk memahami persoalan-
persoalan terkait kondisi Kawasan Perkotaan Kecamatan yang ada secara
nyata di lapangan. Persiapan survei dan observasi di lokasi kecamatan. Untuk
itu perlu dilakukan beberapa kegiatan persiapan, antara lain :
Identifikasi stakeholder terkait dan berwenang dalam masalah Kawasan
Kecamatan Kawasan pesisr. Kegiatan ini dapat dilakukan berbarengan
dengan kegiatan koordinasi dan sosialisasi
Upaya memperoleh contact person di daerah untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan dan penyesuaian jadwal kegiatan
Need assessment survey, guna memperoleh rincian kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan serta menyusun rancangan pelaksanaan kegiatan survei dan
observasi di kawasan perencanaan serta penyiapan perangkat pendukung
kegiatan
Penyiapan tim survei, yaitu pembagian tim pelaksana survey yang terdiri
dari tenaga ahli sesuai pekerjaan. Adapun dalam pelaksanaan survey dan
observasi di lokasi amatan, digunakan metode survei sekunder dan survey
primer sebagaimana dijelaskan berikut:
Survei Sekunder, dilakukan terhadap instansi pemda/institusi terkait
dengan pengembangan Kawasan Kabupaten dilakukan guna
memperoleh data mengenai perkembangan, serta berbagai dokumen
terkait lainnya.
Survei Primer, dilakukan dengan 2 teknik survey, yaitu :
c) Penjaringan Informasi
Pada dasarnya metode penjaringan aspirasi merupakan bagian dari
pendekatan partisipatif dalam pekerjaan Penyusunan DED Penataan Kawasan
Pantai Panjang Kota Bengkulu. Penjaringan aspirasi ini dilakukan untuk
mengakomodasi aspirasi dan kepentingan masyarakat dan stakeholder lainnya
yang belum terakomodir bisa dilakukan melalui penjaringan aspirasi atau
survey dan wawancara yang dilaksanakan. Dalam penjaringan aspirasi ini
usulan, masukan, saran dan kritik atau keberatan dari masyarakat dan
stakeholder terkait lainnya diterima dengan disesuaikan dengan maksud dan
tujuan studi secara keseluruhan.
Dalam hal ini, bila dirasakan perlu untuk merekam obyek yang
dimaksud dengan lebih jelas, dapat pula dibantu dengan teknis
pemotretan. Dengan demikian perlengkapan yang diperlukan untuk
melaksanakan survey visual ini adalah :
- Peta dasar dan lembaran survey.
- Kompas dan alat tulis.
- Jam dan kamera.
- Kendaraan.
2. Wawancara
3. Data Sekunder
4. Kompilasi Data
4. Kriteria Geologi
6. Kriteria Hidrologi
Data hidrologi merupakan data yang terkait dengan tata air yang
ada, baik di permukaan maupun di dalam tanah/bumi. Tata air
yang berada di permukaan tanah dapat berbentuk badan-badan
air terbuka seperti sungai, kanal, danau/situ, mata air dan laut.
Sedangkan tata air yang berada di dalam tanah (geohidrologi)
dapat berbentuk aliran air tanah atau pun sungai bawah tanah.
Data tata air diperlukan untuk dapat melihat dan memperkirakan
7. Kriteria Klimatologi
e) Analisis Kependudukan
Kependudukan merupakan sekumpulan orang dalam jumlah besar
dengan karakteristik, tingkah laku, struktur/komposisi yang berbeda-
beda serta memiliki ikatan faktor budaya yang erat. Pada hakekatnya
pengertian penduduk lebih ditekankan pada komposisi penduduk.
Pengertian ini mempunyai arti yang sangat luas, tidak hanya meliputi
pengertian umur, kelamin dan lain-lain. Tetapi juga klasifikasi tenaga
kerja dan watak ekonomi, tingkat pendidikan, agama, dan angka
stasistik lainnya yang menyatakan distribusi frekuensi. Penduduk
merupakan Faktor utama perencanaan, sehingga pengetahuan akan
tingkah laku dan perkembangan penduduk merupakan bagian pokok
dari perancangan. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan
yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan
kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Pertumbuhan
penduduk dipengaruhi oleh 4 komponen, yaitu: kelahiran (fertilitas),
kematian (mortalitas), migrasi masuk (in-migration), migrasi keluar (out-
migration).
Struktur dan Persebaran Penduduk
Pengelompokkan penduduk berdasarkan Ciri-ciri tertentu dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
- Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin
- Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status
perkawinan.
- Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi,
lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, serta tingkat
Jika di suatu daerah sex ratio penduduk > 100%, berarti didaerah
tersebut lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan dengan
penduduk perempuan. Sebaliknya, jika sex rationya < 100%,
berarti daerah tersebut didominasi oleh penduduk perempuan.
Akibat dari sex ratio penduduk > 100%, maka kecenderungan
produktivitas penduduk dimasa yang akan datang akan berkurang
karena jumlah ibu yang melahiran sedikit.
Sedangkan akibat dari sex ratio penduduk < 100%, maka
kecenderungan produktivitas akan meningkat dimasa yang akan
datang.
Jika dependency ratio > 100% akibatnya pendapatan per kapita
kota tersebut sangat rendah karena penduduk usia produktif sangat
sedikit daripada penduduk usia tidak produktif.
Sebaliknya jika dependency ratio < 100% akibatnya pendapatan
kota tersebut tinggi.
Proyeksi Penduduk
Perencanaan mencakup penduduk, dibuat untuk penduduk, dan
dilakukan oleh penduduk, salah satunya adalah perkembangannya.
Perkembangan yang dimaksudkan mencakup pengertian yang luas,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kualitatif, proyeksi
penduduk ke masa depan berarti meramalkan mutu penduduk di
masa depan. Sedangkan secara kuantitatif proyeksi penduduk
dilakukan secara eksak dengan meramalkan jumlah penduduk di
g) Analisis Perekonomian
Suatu kota atau kawasan terlihat berkembang itu terlihat dari ekonomi
kotanya, untuk melihat perkembangannya itu dapat dilihat dari
indikator-indikator sebagai berikut.
h) Analisis Transportasi
Perencanaan transportasi adalah salah satu usaha pada sistem
transportasi agar prasarana transportasi yang ada dapat digunakan
secara optimal. Prasarana transportasi dapat berupa pelabuhan laut,
pelabuhan udara, terminal, stasiun, jalan dan lain sebagainya. Maksud
perencanaan transportasi adalah mengatasi masalah transportasi
yang terjadi sekarang dan yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Tujuan dasar dari perencanaan transportasi adalah memperkirakan
jumlah serta lokasi kebutuhan akan transportasi (misalnya menentukan
total pergerakan baik untuk angkutan umum ataupun angkutan
pribadi) pada masa mendatang atau pada tahun rencana yang akan
digunakan untuk berbagai kebijakan investasi perencanaan
transportasi. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
mencapai tujuannya adalah tata guna tanah, ekonomi, sosial-budaya,
teknologi transportasi dan lain sebagainya.
Banyaknya lalu lintas dan pepergian antar zone selalu bertambah
karena prasarana hubunganpun terus meningkat, misalnya pembuatan
jalan baru dan penataan jalan lama atau meningkatkan prasarana
dan sarana adalah jawaban atas kebutuhan perhubungan antar zone.
Disamping itu, sering pula timbul satu dua zone lain yang memperoleh
manfaat dari padanya.
Tambahan jumlah lalu lintas ini dapat dipilah-pilah atas 3 bagian :
1. Prasarana Pengangkutan
Komponen sistem Perangkutan yang pokok adalah prasarana
(jalan) dan sarana (kendaraan). Hal penting yang hars diingat
dalam perangktan adalah bahwa setiap sistem Perangkutan harus
dapat mengankut muatan dan membongkarnya lagi pada akhir
perjalanan selain itu perlu diingat pula sepanjang perjalanan, dan
tempat asal ke tujuan, mungkin terpaksa harus digunakan lebih
dari satu moda angkutan. Penggantian moda dilakukan di tempat
yang disebut terminal. Sebuah terminal mempunyai empat fungsi
pokok yaitu :
Menyediakan akses ke kendaraan yang bergerak pada jalur
khusus.
Menyediakan tempat dan kemudahan
perpindahan/pergantian moda angkutan.
Menyediakan sarana simpul lalu lintas, tempat konsolidasi lalu
lintas
Menyediakan tempat untuk menyimpan barang.
Selain terminal, prasarana yang paling penting dalam
perangkutan adalah jalan. Jalan adalah suatu prasarana
berhubungan dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangnan pelengkap dan perlengkapanya, yang
diperuntkan bagi lalu lintas (UU No.13 tahun 1980). Jalan
mempunyai beberapa bagian yaitu Daerah Manfaat Jalan
(DAMAJA), Daerah Milik Jalan (DAMIJA), dan Daerah
Pengawasan alan (DAWASJA).
Berdasarkan perananya, dikenal tiga kelompok jalan (UU No. 13
pasal 4) yaitu Jalan Arteri, Jalan Kolektor, dan Jalan Lokal.
a. Sarana Pengangkutan
9. Klasifikasi Jalan
Undang-undang nomor 13 tahun 1980 tentang jalan membedakan
antara jalan umum dan jalan khusus. Jaringan jalan umum di
Indonesia dibagi kedalam jaringan jalan primer dan jalan
sekunder. Jaringan jalan primer menghubungkan kota-kota baik
besar maupun kecil.
Desa-desa dan pedalaman jaringan jalan sekunder terdiri atas
jalan-jalan dalam kota dan desa kecuali jalan kota yang
diklasifikasikan sebagai ruas jalan primer.
a. Sarana Pendidikan
b. Srarana Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan merupakan sarana dan
prasarana penting untuk menunjang kehidupan penduduk.
Selain pemenuhan kebutuhan pelayanan, perlu diperhatikan
pula mengenai distribusi dan alokasi penyebaran sarana
kesehatan di wilayah perencanaan. Hal ini disebabkan sarana
tersebut harus dapat dicapai dengan cepat dan mudah dari
c. Sarana Peribadatan
Sarana-sarana peribadatan jenis, macam dan besarannya
sangat tergantung pada kondisi setempat. Untuk mendapatkan
hasil perencanaan yang sesuai, perlu dilakukan survey
setempat tentang Struktur penduduk menurut umur dan jenis
kelamin, Jenis agama/kepercayaan yang dianut, Cara atau
pola melaksanakan agama dan kepercayaan. Sarana
peribadatan untuk agama Islam:
Langgar, penduduk pendukung 2500 penduduk dengan luas
300 m2.
Mesjid Lingkungan penduduk pendukung 30.000 penduduk
dengan luas 1.750 m2
Mesjid Skala Kecamatan, penduduk pendukung 120.000
penduduk dengan luas 4.000 m2
Mesjid skala kota penduduk pendukung 1.000.000 penduduk
Sedangkan untuk sarana peribadatan lain seperti gereja,
2. Prasrana/Utilitas
Prasarana disebut juga suatu kebutuhan pokok penduduk yang
utama dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupannya dalam
melakukan berbagai macam aktivitas. Adapun yang termasuk
dalam prasarana, yaitu prasarana air bersih, prasarana
pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah, drainase,
jaringan listrik, jaringan telekomunikasi dan irigasi.
a. Prasarana Listrik
Jaringan listrik merupakan suatu kebutuhan penunjang utama
bagi kehidupan manusia dalam melakukan aktivitasnya dan
dikelola oleh PLN melalui jaringan kabel di atas permukaan
tanah. Prasarana listrik harus dapat melayani penduduk dalam
melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Pendistribusian
prasarana listrik harus dapat mencukupi kebutuhan penduduk
sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sistem pelayanan listrik secara garis besar dibagi atas tiga
jenis jaringan, yaitu :
Jaringan listrik tegangan tinggi (SUTT 70/150 KV)
Jaringan listrik tegangan menengah (SUTM 6/20 KV)
Jaringan listrik tegangan rendah (SUTR 110/220 KV)
Untuk perhitungan kebutuhan listrik dapat dihitung berdasarkan
asumsi yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik
prasarana listrik setempat. Berikut merupakan contoh
Perhitungan kebutuhan listrik pada suatu kawasan perencaan
untuk kebutuhan rumah tangga dihitung berdasarkan asumsi:
1. kebutuhan listrik rumah tangga adl 150 VA/jiwa atau 0,15
KVA/jiwa
b. Prasrana Telekomunikasi
Sistem komunikasi secara fisik menggunakan kabel, yaitu
dengan cara langsung.
Sistem kerjanya yaitu berawal dari central yang kemudian
diteruskan ke MDF (Main Distribution Frame). Rangka pembagi
utama yang berfungsi sebagai pembagi informasi dari central,
kemudian dari MDF akan diteruskan melalui kabel primer yaitu
melalui rumah kabel dan langsung melalui DP (Dudukan
Penyaluran). Dari rumah kabel tersambung kedudukan
penyaluran dan langsung menuju rumah melalui kabel
penanggal.
d. Prasarana Irigasi
Irigasi merupakan suatu saluran yang
digunakan/dimanfaatkan untuk pengairan pertanian lahan
basah (sawah). Irigasi mempunyai dua sistem pengairan, yaitu
:
- Irigasi teknis merupakan suatu saluran pengairan sawah
yang menggunakan teknik pembangunan beton.
- Irigasi non teknis yaitu suatu saluran irigasi secara alami
f. Drainase
Drainase merupakan saluran untuk mengalirkan air hujan
apabila hujan tiba. Fungsi drainase pada suatu wilayah dapat
menentukan keadaan wilayah dari segi kebersihan dan
estetika, karena jaringan drainase yang berfungsi dengan baik
agar terjaganya badan jalan dari genangan air hujan dan
tidak akan menimbulkan banjir. Sistem drainase harus dapat
menampung air hujan dan mengalirkannya secepat mungkin ke
dalam saluran pembuangan. Kecepatan aliran di dalam
saluran drainase tidak boleh merusak badan saluran dan tidak
menimbulkan erosi, dengan batasan self cleaning pada
kecepatan maksimum. Saluran drainase dapat berbentuk:
- Saluran Alami, Saluran alami dapat berupa saluran/parit
kecil di halaman, saluran-saluran kecil dan sungai-sungai
besar yang ada. Sungai-sungai besar bahkan dijadikan
saluran drainase primer.
- Saluran Buatan, Saluran buatan berupa saluran tersier
(saluran pelayanan) dan sekunder yang dibuat di
kawasan-kawasan perumahan, perkantoran dan kawasan
komersial. Saluran ini mengalirkan air hujan dari saluran
drainase tersier ke saluran drainase sekunder dan terakhir
menuju saluran drainase primer, dimana saluran drainase
primer berupa sungai-sungai besar yang ada.
g. Prasarana Persampahan
Sampah merupakan suatu sisa dari berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh penduduk pada suatu wilayah. Sampah tidak
dapat dihindarkan dari kegiatan penduduk, tetapi
hal yang lebih penting adalah bagaimana pengelolaan
sampah tersebut dilakukan sehingga tidak mengganggu
kesehatan dan kebersihan. Secara garis besar sampah dapat
digolongkan menjadi:
- Sampah golongan I, yaitu sampah yang terdiri dari bahan-
bahan yang mudah mengalami pembusukan dan mudah
musnah. Contoh : sampah yang berasal dari sisa
pengolahan, sisa makanan, sayur-mayur, dan sebagainya
- Sampah golongan II, yaitu sampah yang terdiri dari dari
bahan-bahan yang mudah dimusnahkan tetapi sukar
mengalami pembusukan dan berasimilai dengan tanah.
Contoh : karton, kertas, kayu, dan sebagainya
- Sampah golongan III, yaitu sampah yang sukar
dimusnahkan dan tidak mengalami pembusukan. Contoh :
besi, batu, pasir serta bahan-bahan konstruksi lainnya.
Mengingat sampah merupakan salah satu indikator kesehatan
dan kebersihan lingkungan di suatu wilayah maka sampah
tersebut dibuang dan diolah sehingga tidak menimbulkan
Keterangan :
Q = Jumlah lalu-lintas (t,m,p menunjukkan waktu, macam
kendaraan, dan maksud perjalanan)
x1 = Peubah penentu
a1 = Koefisien regresi (i = 0, 1, ..., n)
Produksi pergerakan dapat dihitung berdasarkan persamaan
bangkitan lalu-lintas :
Keterangan :
Y = Jumlah pergerakan
Xn = Peubah bebas seperti jumlah mobil dalam keluarga,
banyaknya anggota keluarga dan sebagainya.
bn = Koefisien regresi
k = Tetapan/konstanta
k) Analisis Tapak
Dalam analisis ini diperlukan beberapa analisis secara deskriptif
terhadap faktor tapak yang akan bermanfaat dalam proses
perencanaan dan perancangan. Sedangkan untuk mengetahui tingkat
kelayakan kawasan sebagai kawasan layak bangun atau tidak, maka
akan diterapkan analisis tapak. Adapun variabel analisis tapak
tersebut terdiri dari topografi, jenis tanah (soil), geologi, hidrologi,
klimatologi, vegetasi, kebisingan, dan best view.
Penyelidikan tapak yang dilakukan bersamaan dengan formulasi
tujuan dapat menjamin refleksibilitas pemanfaatan potensi tapak serta
pemaduan bentuk-bentuk alam atau buatan pada rancangannya.
Analisis tapak pada hakekatnya terdiri atas dua komponen dasar
yaitu:
o) Analisis Partisipasi
Analisis partisipasi adalah suatu metode untuk melibatkan masyarakat
berpartisipasi dalam program pembangunan. Apabila dilihat dari
definisinya, partisipasi sebagai suatu pendekatan dan kumpulan teknik
untuk memberdayakan pelaku dalam menganalisa mengembangkan
dan berbagi pengetahuan tentang kehidupan setempat keadaan dan
sumber dayanya untuk bertindak dengan lebih baik. Adapun teknik-
teknik partisipasi sebagai berikut:
1. Informasi Data Sekunder. Informasi sekunder adalah data yang
dipublikasi atau tidak dipublikasikan yang dikumpulkan oleh
orang lain sebelumnya yang berhubungan dengan sasaran
RRA/PRA.
2. Pemetaan Partisipatif. Tujuan pemetaan partisipasi adalah
memperoleh orientasi awal bersama dengan masyarakat.
Pemetaan ini manjadi titik tolak pembahasan bersama untuk
mengidentifikasi masalah-masalah dan potensi yang ada.
3. Wawancara Semi Terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah
suatu bentuk wawancara yang hanya menggunakan beberapa
pertanyaan pokok (topik dan sub topik) sebagai pedoman.
Pertanyaan-pertanyaan pokok tersebut telah disiapkan
sebelumnya (tetapi bukan dalam bentuk kuesioner) dan dijadikan
acuan untuk membuat pertanyaan ketika melaksanakan
wawancara.
E.4.2. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana dari kegiatan ini adalah DED
Perencanaan Penataan Kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu merupakan produk
E.4.3. PELAPORAN
Adapun sistematika pelaporan pekerjaan DED Kawasan Pantai Panjang di Kota
Bengkulu, terdiri atas :
4. Laporan Akhir
Merupakan produk akhir pekerjaan hasil diskusi dari pemberi tugas, tim
teknis, dan stakeholder terkait yang merupakan kesepakatan yang harus
dipenuhi mengacu pada hasil pembahasan laporan akhir. Dokumen laporan
akhir diserahkan paling lambat minggu ke 19 ( sembilan belas) setelah
diterbitkannya SPK. Laporan akhir diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) buku.
5. Peta Tematik
Merupakan bagian dari info grfis gambaran informasi eksisting maupun
rencana lokasi pengerjaan konstruksi. Peta tematikyang akan dibuat sesuai
dengan hasil diskusi dari pemberi tugas, tim teknis dan stakeholder terkait.
Peta tematik diserahkan saat mengajukan draft laporan akhir.
7. Gambar A0 berbingkai
Merupakan gambar pilihan yang ada dalam DED penataan kawasan pantai
panjang yang dicetak besar dan dibingkai dengan tujuan sebagai media
pemapar. Gambar yang diperbesar dan dibingkai merupakan visualisasi
representatif yang bisa berupa peta tematik, tampak 3 dimensi desain
bangunan kepariwisataan dan sebagainya.
9. Flashdisk
Merupakan media penyimpanan yang berisikan kompilasi softcopy seluruh
produk DED penataan kawasan Pantai Panjang yang dihasilkan, Flashdisk
8GB diserahkan saat penyerahan laporan Akhir sejumlah 5 (Lima) buah
TEAM LEADER
Ir. JOKO BOEDIONO.
ADMINISTRASI &
SURVEYOR
KEUANGAN
ADITYA SETIAWAN, ST.
BAGUS SETYO LAKSONO, ST