Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

KONSEP DASAR KELUARGA DAN PARADIGMA KONSEP


KEPERAWATAN KELUARGA
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “K O N S E P
DASAR KELUARGA DAN PARADIGMA KONSEP KEPERAWATAN
K E L U A R G A ” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah
ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.

Krikilan, 10 April 2013

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Keperawatan kesehatan masyarakat pada tingkat keluarga, pembahasaannya akan dibagi


menjadi 3 bagian, bagian 1 akan membahas tentang konsep keluarga, bagian 2 akan membahas
tentang keperawatan kesehatan keluarga, dan bagian 3 membahas tentang proses keperawatan
keluarga. Maksudnya adalah untuk memberikan gambaran dapat membedakan dengan jelas
antara konsep keluarga, keperawatan keluarga dan aplikasinya dalam proses keperawatan dan
keterkaitan diantara ketiganya.

Salah satu aspek terpenting dalam keperawatan keluarga adalah pemberian asuhan pada
unit keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok, dan komunitas adalah klien atau
resipien keperawatan. Secara empiris disadari bahwa kesehatan paea anggota keluarga sudah
ditanggulangi secara insidental, tetapi keluarga belum dilihat sebagai klien dari keperawatan.
sebenarnya, keluarga sebagai unir asuhan keperawatan sangat besar pengaruhnya terhadap
individu dan kelompik.

Oleh karena itu penetapan keluarga sebagai klien atau sasaran asuhan keperawatan adalah
hal yang tepat. Keluarga dalam hal ini tidak dipandang dari jumlah anggotanya, tetapi
Kesatuannya yang unik dalam menghadapi mengahadapi masalah. Keunikannya terlihat dari cara
berkomunikasi, mengambil keputusan, sikap, niali, cita-cita, hubungan dengan masy luas dan
gaya hidup yang tidak sama antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Perbedaan tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan, jaman, dan geografis. Keluarga didesa sangat berbeda dengan
dikota dalam hal besarnya keluarga, struktur, nilai, dan juga gaya hidupnya.

TUJUAN

 Mampu menjelaskan pengertian keluarga


 Mampu menjelaskan type keluarga
 Mampu menjelaskan struktur keluarga
 Mampu menjelaskan perkembangan keluarga
 Mampu menjelaskan peran keluarga
 Mampu menjelaskan fungsi keluarga
 Mampu menjelaskan pengertian keperawatan keluarga
 Mampu menjelaskan urgensi keperawatan keluarga dalam konteks pembangunan
kesehatan
 Mampu menjelaskan paradigma keperawatan keluarga sebagai system sosiologi
 Mampu menjelaskan dan membedakan paradigma keperawatan keluarga dengan
keperawatan diklinik
 Mampu menyebutkan fungsi keperawatan keluarga
 Mampu menjelaskan peran dan fungsi keperawatan komunitas : pemberi asuhan,
pendidik, konselor, advokasi, kolaborasi, fasilitator dan peneliti

RUMUSAN MASALAH

 Apa pengertian keluarga?


 Apa saja type keluarga?
 Bagaimana struktur keluarga?
 Bagaimana perkembangan dalam keluarga?
 Bagaiman peran keluarga?
 Apa sajakah fungsi keluarga?
 Apakah pengertian keperawatan keluarga?
 Jelaskan urgensi keperawatan keluarga dalam konteks pembangunan kesehatan?
 Jelaskan paradigma keperawatan keluarga sebagai system sosiologi?
 Apakah perbedaan paradigma keperawatan keluarga dengan keperawatan diklinik?
 Apakah fungsi keperawatan keluarga?
 Apa sajakah peran dan fungsi keperawatan komunitas : pemberi asuhan, pendidik,
konselor, advokasi, kolaborasi, fasilitator dan penelitian
BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFINISI KELUARGA
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi,
dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.(Sayekti 1994).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. (Effendy, 1998).
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial
: suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2. STRUKTUR KELUARGA
Struktur keluarga bermacam-macam, diantaranya :
a) Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ayah.
b) Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ibu.
c) Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d) Patrilokal, sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e) Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
3. CIRI-CIRI STRUKTUR KELUARGA
Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
a. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
b. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota kelurga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing. (Jhonson R, 2010 : 22)
4. CIRI-CIRI KELUARGA INDONESIA
1.Suami sebagai pengambil keputusan
2.Merupakan suatu kesatuan yang utuh
3. Berbentuk monogram
4. Bertanggung jawab
5.Pengambil keputusan
6.Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
7.Ikatan kekeluargaan sangat erat
8. Mempunyai semangat gotong-royong
5. MACAM-MACAM STRUKTUR / TIPE / BENTUK KELUARGA
1. TRADISIONAL :
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
saturumah
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam
satu rumah
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi,
televisi, telpon, dll)
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati

2. NON - TRADISIONAL :

a. The unmarried teenage mother


Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-
istri (marital partners)
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan
tertentu
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain
dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu
sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan
dan kriminal dalam kehidupannya.

6. PERANAN KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Peranan ayah :

Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya

2. Peranan ibu :

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.

3. Peranan anak :

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat


perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

7. Fungsi Keluarga (Friedman, 1998)


a. Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit TBC
akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain.
Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan
mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan
kondisinya .Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi
penderita.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal,
diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat
penting.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan,
pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
bidang kesehatan.
8. TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 1998) :

1. Pasangan baru (keluarga baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan


membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran


anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

3. Keluarga dengan anak pra-sekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan
rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

4. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga

5. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-
7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan
keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja
sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak
dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7. Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

9. Tahap-Tahap Kehidupan Keluarga


Menurut Duval adalah :
 Tahap pembentukan keluarga
 Tahap menjelang kelahiran anak
 Tahap menghadapi bayi
 Tahap menghadapi anak pra sekolah
 Tahap menghadapi anak sekolah
 Tahap menghadapi anak remaja
 Tahap melepaskan anak ke masyarakat
 Tahap berdua kembali
 Tahap masa tua
10. Tugas-tugas keluarga
Ada 8 (delapan) tugas pokok keluarga, yaitu :
 Pemeliharaan fisik keluarga dan anggota-anggotanya.
 Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannnya masing-
masing.
 Sosialisasi antar anggota keluarga
 Pengaturan jumlah anggota keluarga
 Pemeliharaan ketertiban anggota-anggota keluarga
 Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
 Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarganya.(Padila : 2012).
11. Paradigma konsep keperawatan keluarga
Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu.
Paradigma menjelaskan sesuatu dalam memahami suatu tingkah laku. (Adam Smith, 1975,
cit Gaffar, 1997).
Komponen paradigm keperawatan keluarga:

rawatan kesehatan

manusia

Lingkungan

Paradigma keperawatan terdiri atas 4 konsep dasar :


Manusia
Keperawatan
Sehat-sakit
Lingkungan
1. Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – social – spiritual, kesatuan dari aspek jasmani
dan rohani, dan mempunyai karakter yang unik. Manusia dimasyarakat dipandang sebagai
klien yaitu individu, kelompok, masyarakat dalam suatu sistem.
 Manusia sebagai individu yaitu sasaran dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
berupa kebutuhan fisiologis, keamanan, kenyamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi
diri.
 Klien sebagai keluarga
Dalam pemberian asuhan keperawatan harus memandang askep keluarga dapat diketahui
factor yang mempengaruhi masalah kesehatan keluarga meningkatkan kemampuan
menyelesaikan masalah (tugas) kesehatan secara mandiri.
 Klien yang bersifat masyarakat
Melalui masyarakat, kemampuan individu dapat dipengaruhi dengan adanya fasilitas
pelayanan kesehatan, pendidikan, tempat rekreasi, transport, komunikasi.
 Klien sebagai sistem
 Sistem terbuka : dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan
 Sitem adaptif : akan merespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan
 Sistem personal, interpersonal, social (holistik) : memiliki persepsi, pola kepribadian,
tumbuh kembang, kemampuan interaksi, peran, komunikasi,dan kemampuan dalam
kehidupan bermasyarakat yaitu : (pengambilan keputusan) yang berbeda.
2. Konsep Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga
dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
(Lokakarya, 1983).
Bentuk asuhan keperawatan yang diberikan :
 Askep pada klien yang tidka mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia: diberikan
untuk memulihkan kebutuhan fisiologis.
 Askep pada klien yang tidak mau memenuhi kebutuhan dasar manusia : diberikan
melalui Yankep berupa motivasi.
 Askep pada klien yang tidak tahu dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia: diberikan
melalui yankep berupa penkes (individu, keluarga, dan masyarakat).
3. Konsep kesehatan
Kesehatan manusia dapat dilihat dalam rentang sehat sakit. Dimana rentang sehat
sakit ini digunakan sebagai alat ukur dalam penilaian status kesehatan yang dinamis dan
dapat menjadi batasan oleh seseorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang
jelas.
Rentang sehat sakit (WHO, 1947):
Sejahtera sehat sekali sehat normal ½ sakit sakit kronis mati

Sehat adalah keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, social, serta tidak
hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan akan tetapi mampu hidup produktif. (WHO,
1947).
Karakteristik sehat :
 Marefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
 Berpandangan terhadpa sehat dalam konteks lingkungan (baik internal maupn eksternal)
 Kreatif dan produktif.

perkembangan

sosiokultural
Lingkungan

Status kesehatan

Keturunan Pengalaman masa lalu

Pelayanan kesehatan Harapan tentang diri

4. Konsep Lingkungan
Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb)
yang termasuk didalamnya. Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan
kesehatan. Fokus ingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi, sosial,budaya dan spiritual.
Lingkungan dibagi 2 yaitu :
 Lingkungan dalam terdiri dari:
- Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan
udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu
akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari
debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih,
tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi
penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk
beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari
kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa
supaya mendapat ventilasi.
- Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu
ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari,
makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk
membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien
dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan
dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang
dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang
baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak
boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang
kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia
berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat
memberikan rasa nyaman.
- Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan
data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk
pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan
observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-
data yang ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti dengan
lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu
lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau
lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap
lingkungan secara khusus.
 Lingkungan luar ( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara,
pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya )
Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi
lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap
penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien.
Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan
tidak bersih maka akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit – penyakit.

1. Prinsip dasar dalam praktek perawatan kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:
a) Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
b) Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
c) Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bkerja untuk masyarakat.
d) Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya pomotif dan
preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
e) Dasar utama dalam peayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
f) kegiatan utama perawatan kesehatan mayarakat adalah dimasyarakat dan bukan di
rumah sakit.
g) Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun yang sehat.
h) Perawatan kesehatan masyarakat ditkankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat
masyarakat.
i) Tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan fungsi kehidupan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
j) Perawat kesehatan masyarakat tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara team.
k) Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan masyarakat digunakan untuk
kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang
sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang
baru kembali dari rumah sakit.
l) Home visite sangat penting.
m) Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
n) Pelayanan perawatan kesehatan masyarakan harus mengacu pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada.
o) Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit
pelayanan.

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat


yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat,
dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.

 Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :


1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu
angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para
anggotanya
5.Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan
masyarakat.
 Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
1. Tujuan umum :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka,
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan
dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam
mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarganya
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
 Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga


mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.
Freeman (1981) :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3.Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya yang terlalu muda
4.Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga
5.Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada.

 Peran Perawat Keluarga :

1. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :


a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga

2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif
dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan

3. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di
rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.Kontak pertama
perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat
mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan
keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit

4. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau


kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang
kesehatan keluarga

5. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah


kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan
perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya.

6. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal

7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat
komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll)

8. Penemu kasus

Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan


atau wabah.

9. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan


rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

Doheny ( 1982 )mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat profesional,


meliputi :
1. Care Giver (pemberi asuhan keperawatan perawat dapat memberikan pelayanan
keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, dengan menggunakan
proses keperawatan meliputi : Pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi),
2. Client Advocate (pelindung klien),
3. Counsellor (pembimbing),
4. Educator (pendidik klien),
5. Collaborator (bekerja sama dengan tim),
6. Coordinator (perawat memanfaatkan semua sumber dan potensi yang ada baik
materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi
yang terlewatkan maupun tumpang tindih),
7. Change Agent (sebagai pembaharu),
8. Consultant (sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik
klien). Dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan, perawat memperhatikan
individu sebagai makhluk yang holistic dan unik.
Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien meliputi
treatmen keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan dan menjalankan treatment
medical sesuai dengan pendelegasian yang diberikan

 Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :

1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan


2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan
peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber
daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

 Urgensi dan Kontribusi keperawatan keluarga dalam konteks pembangunan kesehatan.

1. Urgensi keperawatan keluarga.

- Keluarga sebagai seluruh sistem juga membutuhkan pelayanan kesehatan seperti


halnya individu agar ia dapat memenuhi tugasnya dalam setiap fase perkembangan.

- Tingkat kesehatan individu berkaitan erat dengan tingkat kesehatan keluarga begitu
pun sebaliknya.
- Tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat
mempengaruhi derajat kesehatan sistem atasnya.

2. Kontribusi keperawatan keluarga dalam konteks pembangunan kesehatan.

Bersinergi dengan program pemerintah yang ada:

- MDGs.
- Tujuan depkes.
- Puskesmas.
- Tujuan askep keluarga itu sendiri.

1. Asuhan keperawatan keluarga

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien diberbagai tatanan nyata pelayanan
kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan
metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar praktik keperawatan, dilandasi
etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.

Sedangkan asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang


diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga, yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Secara umum tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah peningkatan
kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri. Sedangkan
tujuan khusus yang ingin dicapai adalah peningkatan kemampuan keluarga dalam :

 Mengenal masalah kesehatan keluarga


 Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga
 Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang sakit,
mempunyai gangguan fungsi tubuh dan/atau keluarga yang membutuhkan bantuan sesuai
dengan kemampuan keluarga
 Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial) sehingga
dapat meningkatkan kesehatan keluarga
 Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan
kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko terhadap
timbulnya masalah kesehatan, baik individu maupun keluarga itu sendiri.
Berikut ini, beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh perawat :
1. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta menentukan kasus-kasus
yang perlu ditindaklanjuti di rumah, melalui seleksi kasus di puskesmas sesuai prioritas
2. Membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu kunjungan dan kehadiran anggota
keluarga pengambil keputusan
3. Menyiapkan perlengkapan lapangan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kunjungan,
antara lain :
o Mempelajari riwayat penyakit klien dari rekam kesehatan keluarga (family folder) di
puskesmas dan pencatatan lain yang ada kaitannya dengan klien tersebut
o Membuat catatan singkat mengenai masalah klien dan keluarga sebagai dasar kajian
lebih lanjut di keluarga
o Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang diperlukan
o Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisikan peralatan dan obat-obatan
sederhana
o Alat bantu penyuluhan
Metodologi proses asuhan keperawatan keluarga merupakan metodologi
penyelesaian masalah kesehatan klien secara ilmiah berdasarkan pengetahuan ilmiah serta
menggunakan teknologi kesehatan dan keperawatan, meliputi tahap :
 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus-menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah
awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang
akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa
yang lazim digunakan, lugas dan sederhana.
Pada kegiatan pengkajian ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, antara lain :
o Membina hubungan yang baik
Hubungan yang baik antara perawat dan keluarga merupakan modal utama
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Hubungan yang baik dapat terbentuk
dengan menerapkan komunikasi terapeutik yang merupakan strategi perawat untuk
memberikan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya. Untuk
membina hubungan yang baik tersebut, maka beberapa hal perlu diperhatikan perawat
saat melaksanakan pengkajian seperti berikut ini :
a. Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah
b. Menjelaskan tujuan kunjungan
c. Menyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga
d. Menjelaskan secara rinci kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan
e. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan perawat
 Pengkajian awal  terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
(puskemas)
 Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian tahap lanjutan dilaksanakan untuk memperoleh data yang lebih
lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Saat
ini juga merupakan saat yang tepat perawat mengungkapkan keadaan keluarga apa
penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.
1. Macam sumber data
Pengumpulan data/informasi dari keluarga dapat menggunakan metode
wawancara, observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota
keluarga yang merupakan data primer. Sedangkan data sekunder dapat berupa hasil
pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, rekam medik, dll.
Berikut ini, data-data yang perlu didapatkan perawat dalam tahap pengkajian
antara lain :
 Data umum
a. Mencakup kepala keluarga (KK), alamat lengkap, pekerjaan, pendidikan dan
komposisi keluarga dan selanjutnya komposisi keluarga dibuat genogramnya.
Jenis Hub. Status immunisasi
N Um Pendid K
Nama kela Dgn BC Polio DPT Hep Cam
o ur ikan et
min KK G 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 pak

Aturan yang harus dipenui dalam pembuatan genogram :


 Anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah kiri
 Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-laki atau perempuan
 Tahun dan penyebab kematian ditulis di sebelah simbol laki-laki atau perempuan
b. Tipe keluarga
c. Suku bangsa
d. Agama
e. Status sosial ekonomi keluarga  penghasilan seluruh anggota keluarga
f. Aktifitas rekreasi keluarga
 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini  ditentukan oleh usia anak tertua di
keluarga inti
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3. Riwayat kesehatan keluarga inti  meliputi riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan
pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan kesehatan
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi di atasnya)  meliputi
riwayat penyakit keturunan, upaya penanggulangannya dan upaya kesehatan
yang dipertahankan sampai saat ini
 Data lingkungan
a. Karakteristik rumah  meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan
ruangan, jumlah ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan
air limbah dan kebutuhan mck (mandi, cuci dan kakus), sarana air bersih dan
minum yang digunakan disertai dengan denah rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitasnya  meliputi kebiasaan, nilai atau norma
serta aturan/kesepakatan penduduk setempat dan budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan
c. Mobilitas geografis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. Sistem pendukung keluarga  meliputi jumlah anggota keluarga yang sehat dan
fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan, fasilitas fisik dan fasilitas sosial
yang ada disekitar keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan upaya
kesehatan
 Struktur keluarga
a. Struktur peran
b. Nilai dan norma keluarga
c. Pola komunikasi keluarga  meliputi siapa pengambil keputusan utama dan
bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi
d. Struktur kekuatan keluarga  menjelaskan kemampuan keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan
 Fungsi keluarga
a. Fungsi ekonomi  bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk
meningkatkan penghasilan keluarga
b. Fungsi mendapatkan status sosial
c. Fungsi pendidikan
d. Fungsi sosialisasi
e. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan, meliputi :
1. Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, yang
terdiri dari sejauhmana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan,
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan faktor yang
mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan yang
dialami keluarga
2. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat, yang terdiri dari : sifat dan luasnya masalah,
apakah masalah dirasakan oleh keluarga, dampak psikologis terhadap
masalah dalam keluarga, sikap negatif terhadap upaya kesehatan,
kemampuan menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan, kepercayaan
terhadap tenaga kesehatan dan informasi yang diperoleh tentang masalah
kesehatan yang dialami
3. Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit, perlu dikaji pengetahuan keluarga tentang penyakit,
perawatannya, pemanfaatan sumber pelayanan kesehatan dan sikap keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit dan membutuhkan bantuan kesehatan
4. Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat, perlu dikaji pengetahuan keluarga tentang sumber yang
dimiliki disekitar rumah, keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan,
sikap terhadap sanitasi lingkungan yang hygienis, pengetahuan tentang
pencegahan penyakit, peningkatan dan pemeliharaan lingkungan rumah
yang menunjang kesehatan keluarga
5. Mengetahui kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan di masyarakat, perlu dikaji : pengetahuan keluarga tentang
keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau, keuntungan
yang diperoleh, tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas
kesehatan, pengalaman yang kurang menyenangkan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan
f. Fungsi religius
g. Fungsi rekreasi
h. Fungsi reproduksi
i. Fungsi afektif  meliputi gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial
dalam keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai
 Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek  stressor yang dialami keluarga dan memerlukan
waktu penyelesaian lebih kurang 6 bulan
b. Stressor jangka panjang  stressor yang dialami keluarga dan memerlukan
waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan
c. Koping keluarga  kemampuan keluarga berespon terhadap stressor yang ada.
Strategi koping yang digunakan (mekanisme pembelaan) untuk menyelesaikan
masalah atau sumber stress yang ada dalam keluarga. Disfungsi strategi adaptasi
menyebabkan perilaku keluarga tidak adaptif dalam menyelesaikan masalah
yang ada dalam keluarga
 Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga dilaksanakan tidak
berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit) yang meliputi
pengkajian kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan. Pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan pada setiap individu yang
tinggal dalam satu rumah keluarga.
 Harapan keluarga
Perlu dikaji sejauhmana harapan keluarga terhadap perawat/petugas kesehatan
dalam membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Pengelompokan data
Kegiatan ini sama dengan analisa data pada asuhan keperawatan klinik. Perawat
mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subjektif dan objektif, kemudian menganalisa
masalah (problem) dan penyebab (etiologi) timbulnya masalah.

Perumusan diagnosa keperawatan


Komponen diagnosa keperawatan keluarga sama dengan pada asuhan keperawatan klinik, yang
meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan sign/symptom (tanda/gejala). Perumusan
diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri atas :
a. Masalah (problem)  pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami
oleh keluarga atau anggota keluarga.
b. Penyebab (etiologi)  suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu
kepada 5 tugas keluarga.
c. Tanda/gejala (sign/symptom)  sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung, yang mendukung masalah dan
penyebab.
Tipologi masalah
Tipologi diagnosa keperawtan keluarga dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Diagnosa aktual  masalah keperawatan yang sedang dialami keluarga dan memerlukan
bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosa resiko tinggi  masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk
menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosa potensial  suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat ditingkatkan.
Contoh perumusan diagnosa keperawatan :
 Aktual
· Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada Ibu B keluarga Bapak Am yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk
istirahat dan tidur.
· Perubahan peran menjadi orangtua tunggal pada Bapak I yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran orangtua tunggal setelah istrinya meninggal.
· Gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas gerak pada Anak De keluarga Bapak Rm yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi (menata) lingkungan yang aman
untuk latihan berjalan bagi Anak De.
 High risk (resiko tinggi)
· Resiko tinggi (resti) terjadinya serangan ulang yang berbahaya pada lansia Er keluarga Bapak
Li yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan (puskesmas) yang dekat dengan tempat tinggal keluarga.
· Resti gangguan perkembangan balita Yi keluarga Bapak Ni yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga melakukan stimulus pada balita.
· Resti konflik antara orangtua dan anak remaja keluarga Bapak Kar yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi yang tepat bagi anak remajanya.

3. Potensial

 Potensial peningkatan kesejahteraan Ibu Ju yang sedang hamil di keluarga Bapak Man.
 Potensial peningkatan status kesehatan balita di keluarga Bapak Xi.
 Potensial tumbuh kembang yang optimal bagi anak An di keluarga Bapak Im.

Berikut ini, daftar masalah keperawatan untuk keadaan wellness/sejahtera menurut Asosiasi
Perawat Amerika (NANDA) yang dapat digunakan, antara lain :
1. Gangguan proses keluarga
2. Gangguan pemeliharaan kesehatan
3. Perubahan kebutuhan nutrisi : kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh
4. Gangguan peran menjadi orangtua
5. Gangguan pola eliminasi
6. Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan
7. Gangguan penampilan peran
8. Gangguan pola seksual
9. Ketidakmampuan antisipasi duka berkepanjangan
10. Konflik pengambilan keputusan
11. Adaptasi kedukaan yang tidak fungsional
12. Potensial berkembangnya koping keluarga
13. Koping keluarga tidak efektif
14. Gangguan manajemen pemeliharaan rumah
15. Hambatan interaksi sosial
16. Defisit pengetahuan tentang …………………
17. Tidak diizinkannya ……………….. (contoh : anak remaja keluar rumah)
18. Konflik peran keluarga
19. Resiko perubahan peran orangtua
20. Resiko terjadi trauma
21. Resiko tinggi perilaku kekerasan
22. Ketidakberdayaan ……..
23. Terjadinya isolasi sosial, etc.
Penilaian (skoring) diagnosa keperawatan
Skoring dilakukan perawat apabila diagnosa keperawatan yang dirumuskan lebih dari satu
dengan menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978), dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Tentukan skorenya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
2. Selanjutnya skore yang diperoleh dibagi skore tertinggi dan kemudian dikalikan dengan bobot
3. Jumlahkan skore untuk semua kriteria (skore maximal adalah 5)

Berikut ini, scoring diagnosa keperawatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1978)
No Kriteria Score Bobot
1 Sifat masalah 1
· Tidak/kurang sehat 3
· Ancaman kesehatan 2
· Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2
· Mudah 2
· Sebagian 1
· Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1
· Tinggi 3
· Cukup 2
· Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
· Masalah berat harus segera ditangani 2
· Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 1
· Masalah tidak dirasakan 0

Prioritas masalah
Penentuan prioritas sesuai kriteria skala dengan pertimbangan pembenaran yang beralasan
seperti berikut ini :
1. Sifat masalah
Prioritas masalah utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan segera dan
biasanya disadari anggota keluarga.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah, perlu diperhatikan :
· Pengetahuan yang ada sekaran meliputi teknologi dan tindakan untuk mengatasi masalah
· Sumber daya keluarga  fisik, keuangan, tenaga
· Sumber daya perawat  pengetahuan, ketrampilan, waktu
· Sumber daya lingkungan  fasilitas, organisasi dan dukungan
3. Potensial masalah untuk dicegah, perlu diperhatikan :
· Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
· Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
· Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
· Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak menjadi aktual dan menjadi parah
4. Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai
masalah keperawatan tersebut.
Penyusunan prioritas diagnosa keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan yang
mempunyai skore tertinggi dan disusun berurutan sampai ke skore terendah. Namun, perawat
perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu
diatasi segera.

Berikut ini, contoh salah satu scoring diagnosa keperawatan keluarga.


“Resiko terjatuh (terpeleset) pada lansia yang tinggal di keluarga Bapak An yang berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga menyediakan lingkungan yang aman bagi lansia.”

No Kriteria Score Pembenaran


1 Sifat masalah Bila keadaan tersebut tidak segera
· Ancaman kesehatan diatasi akan membahayakan lansia
2/3 x 1 =
yang tinggal bersama keluarga, karena
2/3
lansia setiap hari di rumah tanpa
pengawasan.
2. Kemungkinan masalah dapat Penyediaan sarana yang murah dan
diubah 2/2 x 2 = 2 mudah di dapat oleh keluarga, misalnya
· Mudah sandal karet.
3. Potensial masalah untuk Keluarga mempunyai kesibukan yang
dicegah cukup tinggi, tetapi merawat orangtua
2/3 x 1 =
· Cukup yang telah lansia merupakan
2/3
penghormatan dan pengabdian anak
yang perlu dilakukan.
4. Menonjolnya masalah Keluarga merasa keadaan tersebut telah
· Masalah tidak dirasakan berlangsung lama dan tidak pernah ada
0/2 x 1 = 0 kejadian yang mengakibatkan lansia
mengalami suatu cidera (terjatuh) di
rumah akibat lantai yang licin.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, perawat menyusun rencana asuhan


keperawatan keluarga (family nursing care) dalam bentuk perencanaan keperawatan keluarga
(family care plan).

Berikut ini, petunjuk sederhana dalam menyusun rencana asuhan keperawatan :


o Masalah/Problem  digunakan untuk merumuskan tujuan umum-khusus atau jangka pendek-
panjang.
o Penyebab/ Etiologi  digunakan untuk merumuskan kriteria/standar yang diharapkan sebagai
tolak ukur suatu keberhasilan
o Tanda-gejala/Sign-symptom  digunakan untuk mendukung perumusan rencana
tindakan/intervensi keperawatan keluarga dengan berorientasi pada kriteria dan standar.

Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang bertujuan :


1. Menstimulus kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara :
a. Memberikan informasi yang tepat
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
c. Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
a. Mengidentifikasi konsekwensinya bila tidak melakukan tindakan
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga
c. Mendiskusikan tentang konsekwensi tipe tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara :

a. Mendemonstrasikan cara perawatan


b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan

4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan


kesehatan keluarga, dengan cara :
a. Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b. Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, dengan
cara :

a. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga


b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

Hal yang penting diperhatikan perawat dalam menyusun rencana asuhan keperawatan
keluarga yaitu :
1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang sesuai
dengan kondisi keluarga
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi panca indera
perawat dengan objektif
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga
dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi
Berikut ini, contoh rencana asuhan keperawatan keluarga dengan masalah pada lansia!
· Tujuan jangka panjang : Lansia selama tinggal bersama keluarga Bapak An tidak
terjatuh
· Tujuan jangka pendek : Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang ke-5
melalui kunjungan kerumah, keluarga menyediakan sarana yang aman bagi lansia
· Kriteria hasil
Pengetahuan :
o Keluarga dapat menyebutkan bahaya lingkungan yang mungkin terjadi akibat lantai yang licin
o Keluarga dapat menyebutkan akibat yang dapat diderita lansia bila jatuh
o Keluarga dapat menyebutkan cara mencegah lansia jatuh akibat lantai yang licin
Sikap :
o Keluarga mengkomunikasi lingkungan yang membahayakan lansia dengan anggota keluarga
lainnya
o Keluarga mampu memutuskan untuk menyediakan sarana yang aman bagi lansia
Psikomotor :
o Keluarga menyediakan sarana yang aman bagi lansia
o Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah yang aman bagi lansia
· Rencana tindakan (intervensi keperawatan)
o Mendiskusikan tentang bahaya lantai yang licin
o Mendiskusikan akibat bila lansia terjatuh
o Mendiskusikan cara mencegah lansia terjatuh
o Mengajarkan kepada keluarga cara untuk menyelesaikan masalah lansia dengan keluarga
o Tanpa waktu yang disepakati dengan keluarga, perawat melaksanakan observasi terhadap lansia
selama dalam rumah dan diluar rumah
o Bersama keluarga memodifikasi lingkungan yang aman di dalam dan di luar rumah
Catatan :
Rencana tindakan sebaiknya diarahkan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap
dan tindakan keluarga, sehingga pada akhirnya keluarga mampu memenuhi kebutuhan kesehatan
anggota keluarganya dengan bantuan minimal dari perawat. Saat menyusun rencana tindakan,
sebaiknya perawat melibatkan keluarga secara aktif karena keluarga mempunyai tanggung jawab
akhir dalam mengatur hidup mereka sendiri dan merupakan cara untuk menghormati dan
menghargai keluarga. Efektifitas dari rencana tindakan yang akan diperoleh perawat, tergantung
kepada efek positif terhadap interaksi dengan keluarga, keluarga tidak menentang karena telah
dilibatkan sebelumnya dan keluarga cenderung bertanggung jawab.
Berikut contoh tabel diagnosa keperawatan dan rencana tindakan :
Tujuan Kriteria Hasil / Standar Intervensi
Setelah dilakukan Pengetahuan1. Keluarga dapat
1. Diskusikan ........
tindakan keperawatan .................. 2. Diksusikan ........
................................... 2. Keluarga mampu
3. Diskusikan ........
................................... Tindakan ................ 4. Bersama keluarga
3. Keluarga dapat .................
...................
4. Keluarga dapat
memodifikasi ................
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pada tahap ini, perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga sebaiknya
tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara terintegrasi semua profesi kesehatan yang
menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. Peran perawat yang dilaksanakan dalam tahap
implementasi ini adalah sebagai koordinator. Namun, bila keluarga tidak mampu atau tidak
memungkinkan, perawat juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Yang perlu diperhatikan bahwa pada tahap implementasi perawat perlu melakukan
kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosa keperawatan) meliputi kapan
dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa yang
melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi (sasaran langsung
implementasi) dan peralatan yang perlu disiapkan keluarga (bila perlu). Kegiatan ini bertujuan
agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis saat pelaksanaan asuhan
keperawatan dilaksanakan.
Langkah kebih lanjut adalah pelaksanaan implementasi sesuai dengan rencana dengan
didahului perawat mengingatkan keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai kontrak
sebelumnya. Dan implementasi keperawatan sebaiknya dapat dilakukan oleh klien atau keluarga
dengan bantuan minimal dari perawat atau anggota tim kesehatan lainnya.
Berikut ini contoh format catatan implementasi :
No.
Tanggal Diag
Implementasi
& Waktu .
Kep
23 Mar 1 Pendidikan kesehatan tentang ………………… dan ……… dengan
2005 keluarga Bapak An yang dihadiri …………………
15.00- Kontrak selanjutnya tanggal .............................. jam ............... untuk
16.00 kegiatan ...................................

Apabila dalam perencanaan kegiatan (tahap intervensi) direncanakan untuk dilaksanakan


pendidikan/penyuluhan kesehatan, maka perawat sebaiknya sebelum melaksanakannya
mempersiapkan dengan seksama sesuai dengan prinsip belajar mengajar pada tingkat keluarga,
meliputi persiapan :
1. Materi  hendaknya persiapan materi sesuai dengan tujuan yang diharapkan
2. Media  media yang disiapkan sesuai dengan kriteria pada rencana asuhan keperawatan
keluarga agar diperoleh efektifitas yang maksimal, misalnya dengan menyiapkan brosur/leaflet
yang dibuat sendiri oleh perawat, poster, rekaman AVA, dsb.
Berikut ini contoh format rencana kegiatan :
Sasaran : Keluarga Bapak An
Hari/Tanggal : Minggu, 23 Maret 2005
Waktu : 60 menit (jam 15.00-16.00)
Dx keperawatan : No.1
Intervensi : No.1, 2 dan 3
Kunjungan ke :5
Latar belakang :
Lansia yang tinggal di rumah Bapak An adalah ibu dari istrinya yang setiap hari (siang)
tinggal sendiri di rumah tanpa pengawas. Keadaan lingkungan (lantai) rumah terbuat dari
keramik yang dapat membahayakan lansia terjatuh bila lansia melakukan aktifitas (memenuhi
kebutuhan personal hygiene) ke/dari kamar mandi. Peningkatan pengetahuan keluarga
merupakan kebutuhan utama sebelum keluarga menyikapi dan menyediakan sarana yang aman
bagi lansia di rumah.
Tujuan :
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan dalam bentuk pendidikan kesehatan selama
60 menit di keluarga Bapak An, diharapkan keluarga meningkatkan pengetahuannya dengan
tolak ukur/kriteria :
1. Keluarga dapat menyebutkan minimal …. dari ….. bahaya lingkungan (lantai yang licin)
2. Keluarga dapat menyebutkan minimal …. dari ….. akibat yang diderita lansia bila terjatuh
3. Keluarga dapat menyebutkan minimal …. dari ….. cara mencegah lansia terjatuh akibat lantai
yang licin
Kegiatan :
Tahap &
Kegiatan Perawat Kegiatan Keluarga
Waktu
Pendahuluan
· Mengucapkan salam kepada keluarga · Menjawab salam
(10 menit) · Mengingatkan kontrak yang telah
· Memberikan respons
disepakati · Menjawab tentang
· Menanyakan kesiapan keluarga untuk kesiapan
kontrak saat ini
· Menginformasikan tujuan yang hendak
· memperhatikan
dicapai dalam kunjungan saat ini
Pelaksanaan· menjelaskan tentang lingkungan rumah
· Memperhatikan
(40 menit) yang sehat dan memenuhi syarat kesehatan
· menjelaskan lantai yang tidak
· Memperhatikan
membahayakan bagi lansia
· memberi kesempatan keluarga bertanya
· Bertanya
terhadap penjelasan yang telah diberikan
perawat dan menjawab pertanyaan
· memberikan penguatan terhadap respons
· Memperhatikan
yang telah dilakukan keluarga
· menjelaskan tentang akibat yang terjadi
· Memperhatikan
jika lansia terjatuh
· menjelaskan cara mencegah lansia
· Memperhatikan
terjatuh akibat lantai yang licin
· memberi kesempatan keluarga bertanya
· Bertanya
terhadap penjelasan yang telah diberikan
perawat dan menjawab pertanyaan
· memberikan penguatan terhadap respons
· Memperhatikan
yang telah dilakukan keluarga
Penutup · Membuat kesimpulan dengan keluarga
· Membuat kesimpulan
(10 menit) tentang materi pendidikan kesehatan yang bersama keluarga
telah didiskusikan
· Memberikan informasi cara dan tempat
· Memperhatikan
memperoleh informasi lanjutan yang
berhubungan dengan materi pendidikan
kesehatan
· Membuat kontrak yang akan datang · Mengungkapkan tentang
kontrak yang akan datang
dan menyatakan
kesanggupan

EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan


kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila evaluasi tidak
berhasil atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan
juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu
pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasionalnya dengan pengertian
Subjektif, Objektif, Analisis dan Planning/perencanaan selanjutnya. Pada tahap ini ada 2 (dua)
evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat meliputi :
1. Evaluasi formatif/respons  bertujuan untuk menilai hasil implementasi secadra bertahap
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan berdasarkan kontrak pelaksanaan
2. Evaluasi sumatif/hasil akhir  bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian
diagnosis keperawatan, apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan
perubahan intervensi atau dihentikan
Berikut ini contoh format evaluasi sumatif :
No.
Tanggal
Diag. Evaluasi sumatif
& Waktu
Kep
23 Mar 1 S : Keluarga mengatakan bahwa bahwa masih ada materi minggu
2005 lalu yang tidak dipahami tentang ……………………………
jam 16.00 Keluarga mengatakan tidak mampu untuk menyediakan sarana
bagi lansia sesuai dengan saran perawat.
O : Keluarga dapat menjawab pertanyaan tentang
………………………….
Keluarga tidak dapat menjelaskan kembali tentang
………………………
Lansia yang berada di keluarga Bapak An belum mengenakan
sandal karet setiap hari selama di rumah.
Alat bantu untuk berjalan yang ditempel di dinding belum
disediakan keluarga.
A : Diagnosa keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi.
Rujuk ke lembaga swadaya masyarakat yang menyediakan dana
bagi lansia.
Ajarkan keluarga membuat sandal karet dari ban bekas.
BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi,
dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
3.2 SARAN
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak
bisa menambah pengetahuan pembaca. Disampin itu kami juga mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar. Jakarta, PT.
Rineka Cipta.
2. Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
3. Soekidjo Notoatmojo.2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Ed.2.
Jakarta : Rineka Cipta.
4. http://www.docstoc.com/docs/40365020/SEJARAH-KEPERAWATAN-KOMUNITAS-
_-KONSEP-MODEL-KEPERAWATAN
5. http://soepritjahjono.wordpress.com/2009/11/22/perkembangan-kesehatan-masyarakat-
di-indonesia/ diakses tanggal 20 maret 2010
6. http://makalah-pendidikan.com/2011/konsep-keperawatan-kesehatan-masyarakat/

Anda mungkin juga menyukai